Anda di halaman 1dari 4

DUGAAN KEBERADAAN

KARTEL PANGAN
DAN UPAYA
Vol.V, No. 06/II/P3DI/Maret/2013
PENANGGULANGANNYA
Sahat Aditua F. Silalahi*)
E KO N O M I D A N
KEBIJAKAN PUBLIK

Abstrak

Banyak pihak menduga praktek kartel berada di balik lonjakan harga pangan. Keberadaan
kartel pangan memang disinyalir telah lama ada di Indonesia dengan berbagai variasi
dalam praktek monopoli. Di sisi lain, keberadaan kartel pangan sulit untuk dibuktikan,
karena KPPU memiliki keterbatasan wewenang sebagaimana diatur dalam UU No. 5
Tahun 1999. Pemerintah harus mengambil kebijakan yang meliputi sektor hulu dan hilir
usaha tani, pengaturan kembali logistik pangan, dan memperkuat peran serta wewenang
KPPU dalam rangka menanggulangi kenaikan komoditas pangan akibat keberadaan
kartel.

A. Pendahuluan Berkenaan dengan lonjakan harga bawang,


beberapa pihak mensinyalir terdapat kartel
Lonjakan harga bawang di pasar telah yang sengaja menahan pasokannya ke pasar.
memberikan dampak kepada perekonomian Kamar Dagang dan Industri (KADIN) bahkan
Indonesia. Tercatat harga bawang berada di memberikan informasi bahwa ada 21 perusahaan
kisaran harga Rp50.000/kg–Rp85.000/kg; importir yang sengaja mempermainkan harga
bahkan di beberapa daerah ada pedagang yang bawang. Kelompok perusahaan tersebut
menjual di atas Rp100.000/kg. Kenaikan harga menguasai lebih dari 50% pasokan sehingga
bawang turut memberikan kontribusi terhadap secara signifikan dapat mempengaruhi harga
inflasi bulan Januari–Februari 2013 sebesar pasar.
1,79% di mana angka tersebut merupakan angka Lepas dari benar tidaknya informasi
tertinggi selama 10 tahun terakhir. Begitu juga tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan
dengan lonjakan harga bahan pangan lainnya kartel akan memberikan dampak kepada
seperti daging juga telah memberikan kontribusi perekonomian. Kemampuan kartel dalam
yang cukup signifikan terhadap inflasi. menguasai pasar membawa kecenderungan
kelompok tersebut akan menempuh cara yang

*)
Peneliti bidang Ekonomi Kebijakan Publik pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data
dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: sahat.silalahi@dpr.go.id

Info Singkat
© 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

- 13 -
dapat memaksimalkan keuntungan dengan C. Kartel Pangan dan Prakteknya
mengorbankan kondisi perekonomian secara di Indonesia
makro. Tulisan ini akan mengkaji tentang kartel,
khususnya kartel pangan dan kebijakan yang Dalam literatur, kartel didefinisikan sebagai
dapat ditempuh Pemerintah untuk meminimalisir perjanjian pengaturan antara pelaku usaha
kerugian ekonomi akibat keberadaan kartel dalam pasar yang sama dengan tujuan untuk
tersebut. memaksimalkan tingkat keuntungan. Pelaku
usaha sering menempuh strategi pembentukan
kartel dengan tujuan merespon adanya perang
B. Persaingan Usaha harga (price wars) dan ketidakstabilan pasar,
dan Dampaknya Bagi mempertahankan harga dan tingkat keuntungan
Perekonomian tinggi, serta mempertahankan eksistensi pelaku
usaha di pasar.
Memaksimalkan keuntungan menjadi Istilah kartel secara umum digunakan
motif utama pelaku usaha dalam menjalankan untuk menggambarkan setiap kesepakatan,
bisnisnya. Secara ekonomi keuntungan kolusi, atau konspirasi yang dilakukan oleh
akan semakin tinggi bila pelaku usaha dapat pelaku usaha. Pemakaian istilah kartel sendiri
menumbuhkan skala bisnisnya. Bertambahnya dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu kartel
keuntungan dapat berasal dari dua sumber, yaitu utama dan kartel sekunder. Kartel utama (hard
peningkatan pendapatan dan penghematan core cartel) meliputi kartel penetapan harga,
karena skala ekonomi. persekongkolan tender, pembatasan output,
Banyaknya pelaku usaha yang berusaha dan pembagian wilayah. Kartel utama dianggap
menjadi pemimpin pasar akan menimbulkan sangat berbahaya karena para pelakunya sepakat
persaingan. Hal ini merupakan implikasi logis melakukan konspirasi mengenai hal-hal yang
dari terbatasnya pasar yang tersedia sedangkan bersifat sangat pokok dalam suatu transaksi
di sisi lain jumlah pelaku usaha dalam bidang bisnis, seperti harga, wilayah, dan konsumen.
yang sama tidak bisa dibatasi. Secara teori adanya Sedangkan kartel sekunder cenderung hanya
persaingan akan memberikan manfaat bagi menguasai sebagian dari rantai ekonomi produk,
konsumen karena pelaku usaha akan bersaing seperti simpul distribusi. Walaupun pada
untuk memberikan produk atau jasa yang umumnya juga merugikan, keberadaan kartel
berkualitas dengan harga yang terjangkau. Selain sekunder masih dapat diterima sepanjang tidak
itu secara makro, persaingan usaha membawa merugikan konsumen secara luas.
dampak kepada efisiensi sumber daya yang Kartel dapat berperilaku seperti monopoli
pada gilirannya akan membawa surplus bagi pasar sehingga menciptakan praktek persaingan
perekonomian negara. tidak sehat. Berdasarkan survei yang dilakukan
Di sisi lain persaingan juga dapat oleh Organization for Economic Cooperation
mendorong pelaku usaha untuk membentuk and Development (OECD), pada tahun 1996–
kerjasama dengan tujuan utama memaksimalkan 2004, praktek kartel telah menyebabkan fluktuasi
keuntungan sekaligus melindungi kepentingan harga secara internasional, dimana dalam
bisnis. Bentuk kerjasama yang dilakukan dapat beberapa kasus varian harga dapat mencapai
berbasis penyatuan sumber daya, pembagian 50%. Survey ini juga menyatakan bahwa kartel
pasar, ataupun penetapan harga (price fixing). dapat meniadakan atau mengakhiri persaingan
Perilaku berkelompok dan bekerjasama inilah dengan menciptakan barrier to entry bagi pelaku
yang bila berjalan tanpa mematuhi rambu- usaha baru yang ingin masuk ke dalam pasar.
rambu aturan persaingan usaha yang sehat akan Bila kartel tersebut bergerak dalam
membawa dampak negatif bagi konsumen dan bidang pengadaan pangan, maka kartel tersebut
perekonomian secara umum. dikenal dengan sebutan kartel pangan. Kartel

- 14 -
pangan sendiri ditengarai sudah sejak lama ada D. Upaya Penanggulangan Kartel
di Indonesia dengan praktek yang beragam. Pangan
Bahkan ada sebagian kartel pangan yang telah
bersifat sangat struktural sehingga dalam Otoritas pengawas persaingan usaha di
penanggulangannya dibutuhkan langkah strategis setiap negara memberikan perhatian khusus pada
dan komprehensif. bentuk kerjasama kartel karena memiliki potensi
Kartel pangan berangkat dari struktur untuk menjadi usaha monopolistik. Keberadaan
pasar ekonomi pangan yang telah berlangsung kartel yang merugikan telah mendorong berbagai
dalam masyarakat Indonesia sejak lama. Struktur negara untuk melarang bentuk kartel di dalam
pasar pangan di Indonesia pada dasarnya ada dua, hukum persaingan usaha. Bahkan di beberapa
yaitu struktur monopsoni dan variannya berupa wilayah yurisdiksi, kartel telah dikategorikan
oligopsoni dan struktur monopoli dan variannya sebagai bentuk kejahatan serius dan masuk dalam
berupa oligopoli. Struktur pasar pangan disebut kategori kejahatan pidana.
monopsoni apabila pembeli komoditas pangan Persaingan usaha di Indonesia sendiri
tersebut hanya satu, atau beberapa pembeli diatur melalui UU No. 5 Tahun 1999 tentang
(oligopsoni) bekerjasama dalam mengatur harga Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
beli komoditas pangan. Sedangkan struktur Usaha Tidak Sehat. UU No. 5 Tahun 1999 telah
pangan disebut monopoli apabila penjual mendefinisikan tindakan anti persaingan ke
komoditas pangan tersebut hanya satu, atau dalam tiga kategori, yaitu: (1) Bentuk perjanjian
beberapa penjual (oligopoli) bekerjasama dalam yang dilarang, (2) Kegiatan yang dilarang, dan
mengatur harga jual komoditas pangan. (3) Posisi dominan. Kartel sendiri dikategorikan
Menurut Bustanul Arifin, terdapat banyak ke dalam salah satu bentuk perjanjian yang
komoditas pangan yang sering menjadi sasaran dilarang.
praktek monopsoni dan monopoli. Apapun Pemerintah telah membentuk Komisi
bentuk praktek yang dilakukan, petani dan Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang
masyarakat akan selalu menjadi pihak yang dibentuk melalui Kepres No. 75 Tahun 1999
dirugikan karena ketidakberdayaan mereka dalam dengan tujuan untuk mengawasi pelaksanaan
menghadapi praktek pasar yang telah terstruktur dari UU No. 5 Tahun 1999. KPPU memiliki
ini. Sejak di tingkat hulu petani telah berhadapan tugas ganda yaitu menciptakan ketertiban
dengan pengijon yang sangat berkuasa dalam dalam persaingan usaha dan menciptakan serta
menentukan harga beli komoditas. Petani sering memelihara iklim persaingan yang kondusif.
tidak berdaya dalam menghadapi pengijon Dalam prakteknya KPPU sering
karena ketiadaan alternatif pasar yang lebih adil. menghadapi kendala untuk membuktikan
Pengijon juga diuntungkan dengan penguasaan eksistensi dari sebuah kartel. Walaupun KPPU
informasi pasar yang lebih baik sehingga telah mensinyalir adanya perilaku kartel, tetapi
seringkali harga beli yang ditawarkan sangat sulit bagi KPPU untuk menemukan alat bukti
merugikan pihak petani. berupa perjanjian dikarenakan pelaku kartel lebih
Dari sisi distribusi, rantai perdagangan sering mengadakan kesepakatan secara tidak
pangan juga tidak lepas dari praktek monopoli/ tertulis.
monopsoni. Sasaran yang menjadi praktek Sulitnya pembuktian eksistensi kartel juga
tersebut adalah komoditas pangan strategis turut disebabkan oleh keterbatasan menyangkut
dimana komoditas termasuk bahan pangan kewenangan KPPU. Keterbatasan itu antara
pokok. Komoditas pangan lain yang sering lain adalah: (1) KPPU tidak memilki wewenang
menjadi praktek monopoli/monopsoni adalah melakukan penggeledahan terhadap pelaku usaha
komoditas impor di mana pelaku kartel dapat yang diindikasikan melakukan pelanggaran
lebih leluasa mengatur harga jual berdasarkan terhadap UU No. 5 Tahun 1999; (2) KPPU
kondisi pasokan dalam negeri. sering terkendala dengan sifat kerahasiaan
perusahaan sehingga tidak dapat memperoleh

- 15 -
akses terhadap data yang diperlukan; (3) ragu dalam meninjau kembali pasal-pasal
Walaupun KPPU berwenang untuk meminta yang tidak menunjang pelaksanaan tugas
keterangan dari instansi pemerintah, namun KPPU dan melakukan revisi terhadap pasal
hingga saat ini belum terjalin kerjasama yang tersebut.
baik dalam penyelidikan mengenai keberadaan
kartel; dan (4) Walaupun KPPU berwenang
untuk memanggil dan meminta keterangan dari E. Penutup
pelaku usaha atau saksi, tetapi KPPU tidak dapat
memaksa kehadiran dari pihak-pihak tersebut. Walaupun telah merugikan perekonomian,
Sebenarnya KPPU telah berhasil keberadaan kartel pangan sulit untuk dibuktikan.
membuktikan keberadaan beberapa kartel dan Rekomendasi kebijakan yang diambil Pemerintah
membawa kasus tersebut ke pengadilan. Sebagai harus dapat meningkatkan produktivitas dan
contoh adalah kartel jasa pemeriksaan kesehatan efisiensi rantai usahatani di bidang pangan.
calon tenaga kerja Indonesia ke Timur Tengah, Kebijakan ini harus meliputi sektor hulu dan
kartel minyak goreng, kartel fuel surcharge hilir usahatani, mulai dari proses penanaman,
jasa penerbangan domestik, dan kartel industri distribusi, hingga sampai ke konsumen akhir.
farmasi. Dalam putusan-putusan tersebut, KPPU Selain itu Pemerintah harus memperkuat peran,
telah menyatakan pelaku usaha terbukti secara kapasitas, serta wewenang KPPU, salah satu
sah dan meyakinkan melanggar Pasal 5 ayat (1), caranya adalah meninjau kembali pasal yang
Pasal 9, dan/atau Pasal 11 UU No. 5 Tahun tercantum dalam UU No. 5 Tahun 1999 dan
1999. Namun dalam beberapa kasus, putusan merevisi ketentuan yang membatasi pelaksanaan
tersebut malah dibatalkan oleh Pengadilan Negeri tugas KPPU.
dan Mahkamah Agung dengan pertimbangan
KPPU tidak berhasil membuktikan kesepakatan
kartel secara tegas, baik melalui komunikasi Rujukan:
ataupun perjanjian tertulis antara pelaku usaha 1. Anggraini, A.M. 2011. Mendeteksi dan
yang terlibat di dalamnya. Mengungkap Kartel Dalam Hukum
Pemerintah wajib bertindak tegas untuk Persaingan Usaha. Jurnal Hukum Bisnis. Vol.
mengatasi fenomena kartel pangan. Jika praktek 30 (2). hh. 50–63.
kartel pada komoditas pangan tidak segera 2. “ASH Tuding Kartel Bawang Putih Mainkan
dihentikan, maka biaya sosial-ekonomi yang Harga,” Republika, 15 Maret 2013.
ditanggung oleh masyarakat akan semakin besar. 3. “Jangan Biarkan Kartel Bawang Merajalela :
Selain itu dampak praktek kartel pangan secara Kadin Punya 3 Cara,” http://bisnis.liputan6.
makro akan memperbesar inefisiensi pada sistem com, diakses 18 Maret 2013.
perekonomian Indonesia. 4. “Kartel Pangan dan Kegagalan Negara,”
Langkah-langkah kebijakan yang Investor Daily, 3 Februari 2013.
direkomendasikan adalah: 5. Khemani, R.S. Glossary of Industrial
1. Peningkatan produksi, produktivitas, dan Organisation Economics and
efisiensi usahatani dan tata niaga komoditas Competition Law. http://www.oecd.org/
pangan di sektor hulu. Pemerintah juga dataoecd/8/61/2376087.pdf, diakses 20
harus memberikan perhatian kepada Maret 2013.
perbaikan infrastruktur sebagai variabel tetap 6. “Lawan Pengusaha, KPPU Kalah 3 Kali
penunjang produksi pangan. Berturut-turut di Meja Hijau,” http://www.
2. Pembenahan administrasi perdagangan detiknews.com, diakses 20 Maret 2013.
dalam dan luar negeri khusunya faktor 7. Leslie, Christopher R. 2004. Trust, Distrust,
logistik yang menunjang ketahanan pasokan and Antitrust. Texas Law Review Vol. 82 (3).
pada saat terjadi gagal panen. hh. 23–41.
3. Peningkatan peran dan kapasitas KPPU 8. “Pengadilan Batalkan Vonis KPPU,” http://
dengan meninjau kembali hambatan dalam www.bataviase.co.id, diakses 19 Maret 2013.
implementasi pasal-pasal dalam UU No. 9. Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang
5 Tahun 1999. Pemerintah dan Dewan Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Perwakilan Rakyat seharusnya tidak ragu- Usaha Tidak Sehat.

- 16 -

Anda mungkin juga menyukai