Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah pertumbuhan perekonomian Indonesia menunjukkan bahwa iklim

bersaing di Indonesia belum terjadi sebagaimana yang diharapkan, dimana

Indonesia telah membangun perekonomiannya tanpa memberikan perhatian yang

1
memadai untuk terciptanya sebuah struktur pasar persaingan. Krisis ekonomi

berkepanjangan yang dialami oleh Indonesia sejak tahun 1998 menunjukkan

bahwa salah satu faktor penyebab rapuhnya perekonomian di Indonesia selama ini

adalah para pelaku bisnis yang tidak mengenal kebijakan persaingan (competition

policy) yang sejalan dengan prinsip persaingan usaha yang sehat.

Pada masa Orde Baru, tindakan-tindakan semacam itu dilakukan oleh

pemerintah Orde Baru dengan corak kekuasaan yang sangat mementingkan

kelompok dan kroni-kroninya agar mendapatkan keuntungan dari sistem pasar

monopoli. Keadaan ini selanjutnya mengakibatkan terjadinya kemandekan sistem

persaingan dalam dunia usaha, dan telah menjauhkan Indonesia dari suatu sistem

pasar persaingan dan menjadikan Indonesia menghalalkan sistem monopoli pada


2
sektor-sektor usaha yang seharusnya lebih layak untuk dipersaingkan. Para ahli

ekonomi mengatakan bahwa monopoli terjadi bilamana output seluruh industri

1
Agus Maulana, Pengantar Mikro Ekonomi, Jilid II (Jakarta, Bina Rupa Aksara, 2000),
Hal 4
2
Persaingan dalam dunia usaha merupakan conditio sine qua non untuk dapat
terselenggaranya ekonomi pasar, baca Jurnal Hukum Bisnis, Mei - Juni 2002, Volume 19 (Jakarta :
Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis), Hal.4, Editorial
1
2

diproduksi dan dijual oleh satu perusahaan, yang dinamakan monopolis atau
3
perusahaan monopoli.

Keadaan diatas jelas bertentangan dengan cita-cita kemerdekaan bangsa

Indonesia yang secara tegas tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

1945 (UUD 1945), yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Apa

yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 itulah yang menjadi

pedoman pemerintah untuk melindungi pelaku usaha dari kegiatan usaha yang

tidak sehat.

Harus diakui bahwa kegiatan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari

persaingan di antara para pelaku usaha. Keadaan demikian merupakan persyaratan

bagi terselenggaranya ekonomi pasar, terutama pada era globalisasi dan

perdagangan bebas seperti sekarang ini yang menuntut sistem ekonomi pasar

bebas. Dengan demikian, persaingan antar pelaku usaha akan lebih terbuka dan

kegiatan perdagangan menjadi tanpa batas.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa walaupun

persaingan usaha sebenarnya merupakan urusan antar pelaku usaha, namun untuk

dapat terciptanya aturan main dalam persaingan usaha, maka perlu campur tangan

pemerintah untuk melindungi konsumen melalui prinsip kebebasan pasar. Dengan

demikian, akan terjadi persaingan yang sehat antar pelaku bisnis. Apabila hal ini

tidak dilakukan, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi persengkongkolan

(kolusi) antar pelaku bisnis yang akan berakibat pada in-efisiensi ekonomi. Pada

akhirnya, konsumenlah yang akan menanggung beban tersebut, yaitu membeli

3
Ibid, Hal 33
3

barang atau jasa dengan harga dan kualitas yang kurang memadai. Selain itu,

akibat lain dari persaingan tidak sehat juga dapat merusak perekonomian negara

dan akan merugikan masyarakat secara luas.

Mulai tahun 1999, pemerintah Indonesia melakukan penataan kembali

kegiatan usaha di Indonesia. Kondisi ini ditandai dengan diundangkannya

Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dengan demikian, diharapkan akan tercipta

kegiatan perekonomian yang berasaskan pada demokrasi ekonomi. Selain itu,

diharapkan juga akan terjadi keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan

kepentingan umum yang bertujuan untuk menjaga kepentingan umum dan

melindungi konsumen. Disamping itu, juga untuk menumbuhkan iklim usaha

yang kondusif melalui persaingan usaha yang sehat dan menjamin kepastian

kesempatan berusaha yang sama bagi setiap orang. Dengan demikan, maka dapat

dicegah praktek-praktek monopoli melalui diundangkannya undang-undang

tersebut.

Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh Undang-Undang No. 5 tahun


4
1999 sebagaimana diatur dalam Pasal 3 adalah untuk :

a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi


nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat;
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui persaingan usaha
yang sehat sehingga menjamain adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah
dan pelaku usaha kecil;
c. Mencegah praktek monopoli atau praktek usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha;

4
Baca Pasal 3 Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
4

d. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha

Dari segi penegakkan hukum, Undang-undang No. 5 tahun 1999 memiliki

ciri khas yaitu dengan adanya keberadaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

(KPPU). KPPU memiliki tugas dan wewenang untuk melakukan penyidikan,

penuntutan dan juga sekaligus sebagai pengadilan sebagaimana diatur dalam Pasal
5
35 dan Pasal 46.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka KPPU menjadi menarik untuk

dibahas. Hal ini dikarenakan KPPU merupakan lembaga administrasi non-

struktural yang independen, dibentuk dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Pembentukan KPPU ditetapkan dalam Keputusan Presiden No. 75 Tahun 1999

6
tentang KPPU . KPPU merupakan lembaga pengemban amanat Undang Undang

No 5 tahun 1999. Oleh karena itu, KPPU berkewajiban untuk memastikan

terciptanya iklim persaingan usaha yang sehat dan kondusif di Indonesia.

Dalam menjalankan tugasnya KPPU melakukan pemeriksaan terhadap

dugaan pelanggaran persaingan usaha atas inisiatif sendiri. Namun KPPU juga

memberikan kesempatan pada masyarakat dan atau pelaku usaha lain untuk

melaporkan dugaan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat,

untuk selajutnya ditindaklanjuti. KPPU dapat memberikan putusan dan

menjatuhkan sanksi kepada pelaku usaha yang terbukti melakukan praktek yang

menghambat persaingan usaha tersebut. Dengan demikian KPPU dalam

melakukan pemeriksaan perkara persaingan usaha melalui 3 (tiga) cara, yaitu

5
Baca Pasal 35 dan Pasal 46 Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
6
Baca Keputusan Presiden No. 75 Tahun 1999 tentang KPPU
5

inisiatif KPPU sendiri, laporan dari pelaku usaha yang dirugikan dan laporan dari

masyarakat.

Sehubungan dengan hal diatas, dalam pelaksanaannya ternyata Undang-

undang No. 5 tahun 1999 memiliki kekurangan yakni dalam hal pengaturan

hukum acaranya. Walaupun diatur cukup rinci dalam Bab VII tentang Tata cara

Penanganan Perkara. Dimana dalam pemeriksaan, KPPU menilai alat-alat bukti

yang menurut Pasal 42 UU No. 5 Tahun 1999 dapat terdiri atas:

(i) keterangan saksi,


(ii) keterangan ahli,
(iii) surat atau dokumen,
(iv) petunjuk, dan
(v) keterangan pelaku usaha.

Proses pembuktian dalam pemeriksaan tidak ubahnya seperti pembuktian dalam

proses peradilan pada umumnya.

Apabila ditelusuri lebih jauh tentang bagaimana proses pemeriksaan oleh

KPPU, maka pada proses pemeriksaan upaya hukum keberatan di Pengadilan dan

proses pemeriksaan upaya hukum Kasasi di Mahkamah Agung tidak diatur dalam

Undang-undang tersebut. Untuk mengisi kekosongan hukum itulah pada tahun

2003 dikeluarkan Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No. 1 tahun 2003 Tentang

Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU, yang
7
telah diubah dengan dikeluarkannya Perma No. 3 tahun 2005.

7
dalam BAB VI tentang Ketentuan Penutup Pasal 9 Perma No. 3 tahun 2005, ditegaskan
bahwa dengan diberlakukannya peraturan Mahkamah Agung ini, maka Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 1 Tahun 2003 tidak berlaku lagi. Mahkamah Agung, Peraturan Mahkamah Agung
Tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU, Perma No. 3,
tahun 2005, Pasal 9
6

Keberadan dan kedudukan KPPU sebagai lembaga independen pengawas

persaingan usaha di Indonesia dengan ciri-ciri dan karakteristik sebagai lembaga

peradilan, tidak dijelaskan secara eksplisit dalam Undang-undang No. 5 Tahun

1999. Tidak ada satu pasalpun yang menegaskan KPPU merupakan pengadilan

khusus persaingan usaha. Walaupun undang-undang memberikan kewenangan

yang sangat luas bagi KPPU dalam menangani perkara persaingan usaha.

Sebaliknya apabila dikaji berdasarkan analogi peraturan yang ada saat ini,

maka KPPU sebenarnya memiliki kesamaan dengan lembaga pemutus

administratif yang lain. Pada dasarnya kewenangan yang melekat pada KPPU

adalah kewenangan yang bersifat administratif (Pasal 36 huruf m jo Pasal 47 ayat

8
(1) Undang-Undang No.5 Tahun1999). Dengan demikian kedudukan KPPU

dalam bingkai sistem hukum Indonesia adalah menjadi lembaga pemutus

administratif di bidang persaingan usaha sebagaimana lembaga-lembaga pemutus

administratif lainnya. Dengan kedudukan KPPU sebagai lembaga pemutus

administratif berarti KPPU tidak berhak menggunakan irah-irah putusan “Demi

Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” seperti lazimnya sebuah

putusan pengadilan.

Kondisi ini sebenarnya akan mempermudah pelaksanaan penegakan

hukum persaingan usaha di Indonesia sampai ada perubahan terhadap Undang-

undang No. 5 Tahun 1999 yang akan lebih jelas menentukan kedudukan KPPU

sebagai Independent self regulatory body. Dengan demikian, maka KPPU akan

memiliki kewenangan dan karakter khusus di bidang persaingan usaha. Dengan

8
Lihat Pasal 36 huruf m jo Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang No.5 Tahun1999
7

dilakukannya perubahan terhadap Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman dan

juga terhadap UUD 1945 khususnya mengenai sistem peradilan, maka terjadi

perbaikan sistem peradilan yang mengacu pada standar internasional. Suatu sistem

peradilan yang modern akan menjamin bahwa peradilan akan mampu

memfasilitasi penyelesaian perkara yang cepat bagi mereka yang berperkara.

Dalam proses pembangunan dan modernisasi struktur hukum di Indonesia,

pengembangan sistem peradilan menjadi suatu sistem modern haruslah menjadi


9
prioritas pembangunan hukum.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka sangat penting untuk mengkaji

tentang “Peranan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam

Penegakan Hukum Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat”.

B. PERUMUSAN MASALAH

Dalam penyusunan tesis ini, aspek hukum yang disampaikan berkaitan

dengan Peranan KPPU dalam Penegakan Hukum Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999.

Hal demikian dilakukan agar pembahasan dapat dilakukan secara menyempit

dengan aspek bahasan yang lebih spesifik.

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

9
Firoz Gaffer & Ifdhal Kasim (Penyunting), Reformasi Hukum Di Indonesia: Hasil Studi
Perkembangan Hukum – Proyek Bank Dunia, Penerjemah Niar Reksodiputro & Iman Pambagyo,
Judul Asli: Diagnostic Assesment of Legal Development in Indonesia.CYBERconsult, cet kelima
2002, hal. 4
8

1. Bagaimana peranan KPPU pada penegakan hukum larangan praktek monopoli

dan persaingan usaha tidak sehat ?

2. Hambatan-hambatan apakah yang dihadapi KPPU dalam penegakan hukum

larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan peranan KPPU pada hukum larangan

praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat;

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan hambatan-hambatan yang dihadapi

KPPU dalam penegakan hukum larangan praktek monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Penelitian ini mempunyai 2 manfaat, yaitu:

1. Untuk mengidentifikasi peranan KPPU pada penegakan hukum larangan

praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

2. Untuk menjelaskan hambatan-hambatan yang dihadapi KPPU dalam

penegakan hukum larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak

sehat.
9

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memberikan gambaran yang sistematis dan terarah, maka dibuat

sistematika penulisan skripsi yang terdiri dari 5 (lima) bab yang saling terkait

antara satu dengan lainnya. Penjelasan dari masing-masing bab adalah sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang terdiri dari 5 (lima) subbab.

Subbab pertama menjelaskan mengenai latar belakang alasan pemilihan judul dan

hal-hal relevan yang berkaitan dengan judul penelitian tesis ini. Kemudian subbab

kedua merupakan rumusan masalah yang menjelaskan mengenai permasalahan

dalam penelitian tesis ini. Subbab ketiga merupakan tujuan dilakukannya

penelitian ini. Lebih lanjut, subbab keempat merupakan manfaat dilakukannya

penelitian ini. Terakhir, subbab kelima merupakan subbab yang menjelaskan

mengenai sistematika penulisan tesis ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini terdiri dari 7 (tujuh) subbab. Subbab pertama menjelaskan

mengenai dasar hukum pengaturan hukum persaingan usaha. Subbab kedua

menjelaskan mengenai persaingan usaha. Subbab ketiga menjelaskan mengenai

dampak hukum persaingan usaha. Subbab keempat menjelaskan mengenai asas

dan tujuan hukum persaingan usaha. Subbab kelima menjelaskan mengenai

monopoli yang terdiri dari definisi, dampak monopoli dan jenis-jenis monopoli.

Subbab keenam adalah pelaku usaha. Selanjutnya pada subbab ketujuh


1

menjelaskan mengenai ruang lingkup undang-undang larangan praktek monopoli

dan persaingan usaha tidak sehat. Kemudian pada subbab kedelapan dijelaskan

mengenai pendekatan dalam hukum antimonopoli dan subbab kesembilan

menguraikan mengenai pengecualian dalam undang-undang larangan praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ketiga merupakan metode penelitian yang terdiri dari 4 (empat)

subbab. Pada bab ini diuraikan mengenai spesifikasi penelitian, metode

pendekatan, metode pengumpulan data dan metode analisis.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Hasil

penelitian menguraikan mengenai KPPU yang terdiri dari dasar hukum

pembentukan KPPU, kedudukan KPPU, tugas dan fungsi KPPU, wewenang dan

tata cara penegakan hukum oleh KPPU dan peranan KPPU dalam mengawasi

persaingan usaha. Selanjutnya pada bagian pembahasan dijabarkan mengenai

analisis putusan-putusan yang menjadi kajian penelitian.

BAB V PENUTUP

Bagian terakhir dari tesis ini adalah bab penutup. Bagian penutup terdiri

dari 2 (dua) subbab yang menguraikan mengani kesimpulan penelitian ini dan

rekomendasi yang diharapkan memberi manfaat dan berguna bagi pihak-pihak

yang berkepentingan.

Anda mungkin juga menyukai