Anda di halaman 1dari 9

MARAKNYA KASUS KARTEL DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF UU NOMOR

5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN


PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

STUDI KASUS : PUTUSAN PERKARA NOMOR 04/KPPU-I/2016 TENTANG


PRAKTIK KARTEL SEPEDA MOTOR SKUTER MATIK 110-125 cc YANG
DILAKUKAN OLEH PT. HONDA DAN YAMAHA DI INDONESIA

Disusun oleh :

Sutrisno NIM : 21416274201199


Nela Yuliyah NIM : 21416274201068
Fakultas Hukum
Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Buana Perjuangan Karawang

ABSTRAK

Along with the development of globalization, problems in business activities are increasingly
complex. In connection with this, business competition between business actors is
increasingly fierce, resulting in unfair practices between business actors. This can lead to
negative impacts that can affect the country and the business actors themselves. In this case,
the role of the government is very important as a party that can make policies that can have
an impact on business growth and development in Indonesia. Therefore, the government must
take appropriate measures to create a healthy business climate and support the sustainable
growth of the business world. Law No. 5 Year 1999 on the Prohibition of Monopolistic
Practices and Unfair Business Competition is the Indonesian government's step in
overcoming various unfair business competition in Indonesia, this law is also a legal tool in
the business world in Indonesia.

Keywords: The Rise of Cartel Cases in Indonesia in the Perspective of Law Number 5 of
1999 concerning Prohibition of Monopoly Practices and Unfair Business Competition
Intisari
Seiring dengan perkembangan globalisasi, persoalan dalam aktivitas bisnis semakin
kompleks. Sehubungan hal tersebut persaingan bisnis antara para pelaku usaha semakin
sengit sehingga menimbulkan praktek-praktek tidak sehat antar pelaku usaha. Hal ini dapat
menimbulkan dampak-dampak negatif yang dapat berimbas kepada negara dan pelaku usaha
itu sendiri. Dalam hal ini peran pemerintah sangat penting sebagai pihak yang dapat membuat
kebijakan-kebijakan yang dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan usaha di
Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
menciptakan iklim bisnis yang sehat dan mendukung pertumbuhan dunia usaha yang

1
berkelanjutan. Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat merupakan langkah pemerintah Indonesia dalam mengatasi
berbagai persaingan usaha tidak sehat di Indonesia, undang-undang ini juga sekaligus sebagai
perangkat hukum dalam dunia usaha di Indonesia.

Kata kunci : Maraknya Kasus Kartel di Indonesia Dalam Perspektif UU Nomor 5 Tahun
1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

LATAR BELAKANG MASALAH

Hukum persaingan merupakan salah satu perangkat hukum penting dalam ekonomi
pasar (market economy). Melalui hukum persaingan usaha, pemerintah berupaya
melindungi persaingan yang sehat antar pelaku usaha di dalam pasar. Khemani (1998),
menjelaskan bahwa persaingan yang sehat akan memaksa pelaku usaha menjadi lebih
efisien dan menawarkan lebih banyak pilihan produk barang dan jasa dengan harga yang
lebih murah. Pengalaman di banyak negara industri baru di Asia Timur terutama Korea
Selatan dan Taiwan menunjukkan bahwa persaingan usaha yang sehat memaksa pelaku
usaha untuk meningkatkan efisiensi dan mutu produk serta melakukan inovasi. Persaingan
yang terjadi dalam dunia usaha telah mendorong perusahaan-perusahaan manufaktur di
negara tersebut untuk meningkatkan daya saing dengan melakukan investasi lebih besar
dalam teknologi. Sebaliknya, perusahaan yang tidak efisien dan tidak kompetitif, serta
tidak responsif terhadap kebutuhan konsumen, akan dipaksa keluar dari persaingan.1

Negara Indonesia sendiri untuk mengatur Persaingan Usaha tidak Sehat dibentuk
peraturan mengenai Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang
berbentuk Undang-Undang No. 5 Tahun 1999. Undang- Undang ini lahir setelah Indonesia
mengalami krisis ekonomi yang besar pada tahun 1997-1998. Dengan latar belakang
demikian, maka disadari bahwa pembubaran ekonomi yang dikuasai Negara dan
perusahaan monopoli saja tidak cukup untuk membangun suatu perekonomian yang
bersaing. Disadari juga hal-hal yang merupakan dasar pembentukan setiap perundang-
undangan antimonopoli, yaitu justru pelaku usaha itu sendiri yang cepat atau lambat
melumpuhkan dan menghindarkan dari tekanan persaingan usaha dengan melakukan
perjanjian yang menghambat persaingan serta penyalahgunaan posisi kekuasaan ekonomi
untuk merugikan pelaku usaha lain. Dengan begitu disadari adanya keperluan untuk

1
Thee Kian Wie, “Kebijakan Persaingan dan Undang-undang Antimonopoli dan Persaingan di
Indonesia,” dalam buku Pembangunan, Kebebasan, dan “Mukjizat” Orde Baru, Cet 1, Jakarta, penerbit Buku
Kompas, 2004. hlm.173.

2
Negara menjamin keutuhan proses persaingan usaha dengan menyusun peraturan
perundang-undangan yang kemudian dibentuklah Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat tersebut.2

Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat ini didalamnya mengatur mengenai larangan terhadap
praktik monopoli dan monopsoni serta persaingan usaha tidak sehat melarang segala
bentuk perilaku pelaku usaha untuk melakukan kegiatan yang menimbulkan terjadinya
penguasaan atau pemusatan produksi dan atau pemasaran dan dari Penegakan pelanggaran
hukum persaingan usaha harus dilakukan terlebih dahulu melalui KPPU. Terhadap putusan
KPPU diberikan hak kepada pelaku usaha untuk mengajukan keberatan ke Pengadilan
Negeri. Selain itu dapat diserahkan kepada penyidik kepolisian, kemudian diteruskan ke
pengadilan jika pelaku usaha tidak bersedia menjalankan putusan yang telah dijatuhkan
oleh KPPU.3

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan lembaga baru yang


dikenalkan oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun
1999 diatur mengenai perjanjian, kegiatan dan penyalahgunaan posisi dominan yang dapat
mengarah pada praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Persekongkolan
tender merupakan bentuk kegiatan yang dilarang menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun
1999 yang dijelaskan dalam Pasal 22. Persekongkolan tender dilarang karena dapat
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan bertentangan dengan tujuan dilakukannya
tender tersebut, yaitu untuk memberikan kesempatan yang sama kepada pelaku usaha agar
dapat menawarkan harga dan kualitas bersaing. Dengan adanya larangan ini diharapkan
pelaksanaan tender akan menjadi efisien, artinya mendapatkan harga termurah dengan
kualitas terbaik.4

Melihat kondisi tersebut diatas, kita dituntut untuk mencermati dan menata kembali
kegiatan usaha di Indonesia yang sudah tidak sesuai dengan cita-cita dan tujuan
perekonomian Indonesia yaitu yang tertera dalam Undang-undang no.5 tahun 1999 yaitu

2
Andi Fahmi Lubis, et.al. Hukum Persaingan Usaha Antra Teks dan Konteks, Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, Jakarta, 2009, hlm. 13
3
Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Cetakan Pertama (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2004), hlm. 98.
4
Peraturan KPPU Nomor 2 Tahun 2010, Pedoman Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Persekongkolan dalam Tender, hlm. 1.

3
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, agar dunia usaha
dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat dan benar sehingga terciptanya iklim
persaingan yang sehat sehingga terhindar dari bentuk praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat. Oleh sebab itu, dari latar belakang masalah diatas maka peneliti perlu
mengkaji dan menganalisa tentang “Maraknya Kasus Kartel Di Indonesia Dalam
Perspektif UU Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat”

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah tentang bagaimana “Maraknya Kasus Kartel Di Indonesia Dalam Perspektif
UU Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat Studi Kasus : Putusan Perkara Nomor 04/KPPU-I/2016 Tentang
Praktik Kartel Sepeda Motor Skuter Matik 110-125 cc Yang Dilakukan Oleh
HONDA dan YAMAHA Di Indonesia”.

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis formulasi dan tantangan penyelesaian


Maraknya kasus Kartel di indonesia yang sering terjadi akibat persaingan usaha tidak
sehat yang dilakukan oleh Sejumlah Pelaku Usaha yang terendus oleh Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) yang tertuang di dalam Pasal 11 UU Nomor 5 Tahun 1999

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif
yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subyek penelitian, misalnya seperti tindakan, kebijakan hukum maupun pembaharuan
hukum dan lainnya yang dideskripsikan dalam bentuk kata-kata naratif pada suatu
konteks khusus alamiah dan dengan memanfaatkan metode ilmiah. Bahan hukum yang
dikaji dan yang dianalisis dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, meliputi:

1. Bahan hukum primer. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
authoritative, artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri atas
studi pustaka, dengan cara mengumpulkan data-data yang relevan dari buku, jurnal,
Surat Kabar dan catatan-catatan resmi tanpa harus melakukan tinjauan ke lapangan.
perundang-undangan diantaranya, yaitu :

4
a. Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1),
Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945;
b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Tentang Larangan Praktek
Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
c. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia;
d. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 5 tahun 2011 tentang
Pedoman Pasal 15.
e. Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas
Persaingan Usaha.
f. Peraturan Presiden (PP) Nomor 80 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas
Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas
Persaingan Usaha.
g. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan
Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU.
h. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 1 Tahun 2009 tentang
PraNotifikasi Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan.
i. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau
Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan Yang Dapat
Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat.
2. Bahan hukum sekunder. Bahan hukum sekunder berupa dokumen-dokumen resmi,
meliputi buku, jurnal hukum, makalah, artikel, majalah, surat kabar dan lainnya.

PEMBAHASAN

A. Persaingan usaha tidak sehat


Persaingan usaha adalah salah satu faktor penting dalam menjalankan roda
perekonomian suatu negara. Persaingan usaha dapat mempengaruhi kebijakan yang
berkaitan dengan perdagangan, industri, iklim usaha yang kondusif, kepastian dan
kesempatan berusaha, efisiensi, kepentingan umum, kesejahteraan rakyat dan lain
sebagainya. Persaingan diharapkan menempatkan alokasi sumber daya yang sesuai dengan
peruntukannya dengan efisien serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.5
Persaingan dalam dunia usaha merupakan hal yang tidak terhindarkan dan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, tidak semua bentuk persaingan memiliki

5
Andi Fahmi Lubis dkk, Edisi Kedua : Hukum Persaingan Usaha (Jakarta : Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU), 2017), hal. 24.

5
dampak yang positif. Seperti persaingan usaha tidak sehat yang sering kali melibatkan
praktek-praktek tidak etis, merugikan, dapat merusak industri, perusahaan, dan ekonomi
secara keseluruhan.
Persaingan usaha tidak sehat merupakan salah satu dampak dari persaingan usaha antar
pelaku usaha. Menurut Pasal 1 Ayat (6) Undang-Undang No. 5 Tahun 1999, persaingan
usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau
melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.
Di Indonesia persaingan usaha tidak sehat telah diatur di dalam Undang-Undang No.
5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Peraturan ini merupakan salah satu langkah pemerintah Indonesia dalam mengatasi
persaingan usaha tidak sehat yang terjadi di Indonesia. Tujuan dari UU No. 5/1999 bukan
hanya ditujukan untuk para pelaku usaha saja melainkan demi kesejahteraan masyarakat.
Perlindungan konsumen (masyarakat) dan persaingan usaha merupakan 2 (dua) hal yang
saling berhubungan dan saling mendukung. Seperti harga murah, kualitas tinggi dan
pelayanan yang baik merupakan 3 (tiga) hal yang fundamental atau penting bagi
konsumen dan persaingan usaha merupakan cara yang terbaik untuk menjaminnya. Oleh
karena itu, hukum persaingan usaha tentu harus sejalan atau mendukung hukum
perlindungan konsumen.

B. Studi Kasus
1. Di berbagai negara, kartel dianggap sebagai tindakan yang hanya akan merugikan
konsumen. Di Indonesia, kartel merupakan salah satu perjanjian yang dilarang dalam
suatu pasar atau persaingan usaha. Larangan kartel tertuang di dalam Pasal 11 UU
Nomor 5 Tahun 1999 yang berbunyi, “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha pesaingnya, yang bermaksud untuk mempengaruhi harga
dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.” Seperti kasus kasus kartel berikut ini yang terjadi di Indonesia Contoh kasus
Kartel di indonesia yang pertama antara praktik kartel sepeda motor skuter matik
110-125 cc yang dilakukan Honda dan Yamaha. Kasus ini berawal saat Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengendus adanya kartel sepeda motor skuter
matik 110-125 cc yang dilakukan oleh Honda dan Yamaha di Indonesia. Usai
pemeriksaan dan serangkaian sidang digelar, pada 20 Februari 2017, KPPU

6
memutuskan bahwa praktik kartel antara Honda dan Yamaha memang benar terjadi.
Dalam putusan perkara Nomor 04/KPPU-I/2016, KPPU menghukum Yamaha untuk
membayar denda sebesar Rp 25 miliar dan Honda Rp 22,5 miliar. Majelis komisi
memberikan penambahan denda kepada Yamaha sebesar 50 persen dari besaran
proporsi denda karena telah memberikan data yang dimanipulasi dalam proses
persidangan. Honda dan Yamaha yang tidak terima dengan putusan ini mengajukan
permohonan banding ke Pengadilan Negeri Jakarta Utara (PN Jakut). Pada 5
Desember 2017, PN Jakut menolak upaya banding tersebut dan memutuskan
menguatkan keputusan KPPU. Masih tak terima, Honda dan Yamaha kemudian
mengajukan kasasi di level Mahkamah Agung (MA) yang kembali berujung pada
penolakan. Hingga akhirnya, pada April 2021, keduanya memilih mengajukan
peninjauan kembali, namun usaha itu lagi-lagi tidak membuahkan hasil.6
Berdasarkan kasus diatas praktik kartel tidak hanya merugikan produsen saja
melainkan yang terkena dampak lebih besarnya ialah masyarakat. Perbuatan curang
ini sangatlah tidak etis, jika para pelaku usaha ini hanya mengincar keuntungan
pribadi saja dengan tidak memikirkan dampak luasnya terhadap lingkungan sekitar.

ANALISA PEMBAHASAN
Berdasarkan kasus diatas, bahwasannya praktik kartel di Indonesia dapat merugikan
produsen itu sendiri dan tentunya masyarakat. Kasus diatas merupakan salah satu contoh
dari beberapa kasus praktik kartel di Indonesia. Praktik kartel sendiri telah diatur dalam
Pasal 11 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat yang berbunyi, “Pelaku usaha dilarang membuat
perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya, yang bermaksud untuk mempengaruhi harga
dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat”.
Pasal tersebut telah menetapkan bahwa para pelaku usaha dilarang membuat “perjanjian”
dengan para pesaingnya untuk mempengaruhi harga ‘hanya jika’ perjanjian tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.

6
Contoh Kasus Kartel di Indonesia Halaman all - Kompas.com (diakses pada tanggal 22/11/2023, pukul
19:10)

7
PENUTUP

A. Simpulan

Hukum persaingan merupakan salah satu perangkat hukum penting dalam ekonomi

pasar (market economy). Di Indonesia telah diatur mengenai Persaingan Usaha tidak Sehat

yaitu Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat. Selain itu, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

merupakan lembaga baru yang dikenalkan oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. KPPU berwenang

dalam mengawasi persaingan usaha antar para pelaku usaha di Indonesia.

Salah satu contoh praktik curang yang dilakukan oleh pelaku usaha ialah praktik

kartel. Kartel merupakan salah satu perjanjian yang dilarang dalam suatu pasar atau

persaingan usaha. Larangan kartel tertuang di dalam Pasal 11 UU Nomor 5 Tahun 1999

yang berbunyi, “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha

pesaingnya, yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan

atau pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.”

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya penulis

ingin menyampaikan saran-saran yang berhubungan dengan permasalahan yang penulis

bahas yaitu dalam mengatasi dan mencegah praktik-praktik ilegal para pelaku usaha

dibutuh peran serta pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam mengayomi para

pelaku usaha mengenai dampak-dampak negatif yang akan ditimbulkan dalam melakukan

suatu praktik curang dalam berusaha. Selain itu, diperlukan juga penegakan hukum yang

efektif dalam mengatasi pelaku-pelaku usaha yang berbuat curang dalam melakukan

kegiatan usahanya.

8
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Andi Fahmi Lubis dkk, Edisi Kedua : Hukum Persaingan Usaha (Jakarta : Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU), 2017).

Thee Kian Wie, “Kebijakan Persaingan dan Undang-undang Antimonopoli dan Persaingan
di Indonesia,” dalam buku Pembangunan, Kebebasan, dan “Mukjizat” Orde Baru, Cet
1 (Jakarta : Buku Kompas, 2004).

Andi Fahmi Lubis, et.al. Hukum Persaingan Usaha Antra Teks dan Konteks (Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) : Jakarta, 2009).

Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Cetakan Pertama (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2004).

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Peraturan KPPU Nomor 2 Tahun 2010, Pedoman Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Persekongkolan dalam Tender.

SUMBER LAINNYA :

Contoh Kasus Kartel di Indonesia Halaman all - Kompas.com (diakses pada tanggal
22/11/2023, pukul 19:10)

Anda mungkin juga menyukai