PERKEMBANGAN KETATANEGARAAN RI (PERIODE PERTAMA : AWAL KEMERDEKAAN)
A. Cara mengetahui/Mempelajari Sejarah Ketatanegaraan Suatu Negara
Sejarah ketatanegaraan suatu negara dapat diketahui antara lain melalui
peristiwa berlakunya UUD di negara tersebut. Di indonesia, sebagaimana sudah dibahas dalam bab sebelumnya, dikenal tiga macam UUD yaitu : 1. UUD Tahun 1945 Pra dan pasca perubahan; 2. Konstitusi RIS 1949; 3. UUDS 1950. Dari ketiga UUD tersebut, sejarah (periodeisasi) ketatanegaraan Indonesia dapat dibagi ke dalam 5 periode seperti yang akan penulis kemukakan berikut ini. B. Periode pertama ( 17-8-1945 s/d 27-12-1949) Periode ini disebut juga sebagai periode pertama berlakunya UUD Tahun 1945 pra perubahan. Sebagaimana dipahami, Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945. Pada saat hari kemerdekaan tersebut, Indonesia belum memiliki UUD yang sah, belum memiliki Presiden dan Wakil Presiden serta belum memiliki lembaga- lembaga negara lainnya. Singkatnya, Indonesia belum memiliki sistem ketatanegaraan. Barulah, pada keesokan harinya, tepatnya tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengeluarkan tiga putusan penting yaitu : 1. Menetapkan UUD Tahun 1945 sebagai UUD RI yang sah (resmi); 2. Memilih secara aklamasi Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta masing-masing sebagai Presiden dan Wakil Presiden; 3. Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang untuk sementara menggantikan fungsi MPR, DPR dan DPA (ketiganya saat itu belum sempat terbentuk). Pada masa awal kemerdekaan RI, sistem ketatanegaraan belum berjalan dengan stabil karena Belanda masih melakukan upaya-upaya untuk menjajah kembali Indonesia. Pertempuran-pertempuran kembali meletus antara rakyat Indonesia melawan Belanda yang membonceng NICA (pasukan sekutu). Korban kembali berjatuhan. Menjelang akhir tahun 1945, pemerintah RI, dalam situasi negara yang tidak kondusif, mengeluarkan beberapa maklumat penting yang berkaitan langsung dengan sistem ketatanegaraan Indonesia yaitu : 1. Maklumat Wakil Presiden Nomor X (iks) tanggal 16 Oktober 1945. maklumat ini pada intinya menentukan bahwa sebelum terbentuknya MPR dan DPR, KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN; 2. Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945. maklumat ini pada intinya menentukan bahwa rakyat bebas mendirikan partai. Adanya kebebasan ini menandakan bahwa Indonesia menganut sistem multi partai; 3. Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945. Isinya : Menteri harus bertanggungjawab kepada KNIP. Sehubungan dengan ketiga maklumat di atas perlu dijelaskan hal-hal sebagai berikut : Macam-macam Sistem Kepartaian Sebagaimana diketahui Maklumat 1945 memberlakukan sistem multi partai. Dalam kaitan itu, perlu diketahui macam-macam sistem kepartaian : 1. Sistem satu partai (one/mono party system) Sistem ini biasanya dianut oleh negara-negara komunis seperti China, Kuba dan lain-lain. Dalam negara-negara tersebut hanya dikenal 1 (satu) partai, seperti misalnya di China, hanya dikenal 1 (satu) partai yaitu Partai Komunis China; 2. Sistem 2 (dua) partai (Bi/dwi party system) Dalam negara yang menganut sistem ini, sebenarnya ada banyak partai hanya saja yang paling dominan ada dua partai saja dan berganti-gantian berkuasa seperti misalnya yang terjadi di Amerika dan Inggris. Di Amerika sebenarnya banyak partai, tapi yang paling populer adalah 2 partai besar yaitu Partai Demokrat dan Partai Republik. Dua partai ini yang berganti-gantian berkuasa di Amerika. Demikian pula halnya di Inggris, ada 2 partai dominan yaitu Partai Buruh dan Partai Konservatif yang berganti-gantian berkuasa, sementara partai- partai lainnya sulit menyaingi kedua partai ini. Apabila salah satu partai berkuasa di pemerintahan, maka partai yang satu lagi otomatis menjadi partai oposisi (partai lawan). Partai oposisi biasanya gencar melakukan kritik-kritik kepada partai yang sedang berkuasa di pemerintahan; 3. Sistem multi partai (banyak partai) Antara lain dianut oleh negara Indonesia dan lain-lain.
Sebagaimana dapat dibaca, Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945
menentukan bahwa para menteri bertanggungjawab kepada KNIP. Waktu itu KNIP berfungsi sebagai parlemen sementara menggantikan MPR dan DPR yang belum sempat terbentuk. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa para menteri (kabinet) bertanggungjawab kepada parlemen. Konsekuensi dari adanya pertanggungjawaban tersebut yaitu KNIP dapat menjatuhkan/memberhentikan kabinet apabila ada mosi tidak percaya dari KNIP, hal mana merupakan ciri khas dari sistem pemerintahan parlementer. UUD Tahun 1945 tidak mengenal sistem pertanggungjawaban menteri kepada parlemen. Menurut UUD Tahun 1945, menteri diangkat, bertanggungjawab dan diberhentikan oleh Presiden. Dengan demikian dapat dilkatakan bahwa Maklumat Pemerintah tanggal 1945 telah menyimpangi UUD Tahun 1945. Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 merupakan peristiwa penyimpangan pertama terhadap UUD Tahun 1945. Penyimpangan terhadap UUD yang berlaku disebut juga sebagai perubahan UUD secara materiil. UUD tersebut secara formal berlaku, tetapi dalam praktik sebagian/seluruh ketentuan pasalnya tidak digunakan (menjadi pasal mati). Yang digunakan justru ketentuan lain yang berseberangan (bertentangan) dengan ketentuan UUD. Contoh kasus perubahan UUD secara materiil dapat dilihat dalam peristiwa terbitnya Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 seperti telah disinggung di atas. Di pihak lain, adapula yang disebut perubahan UUD secara formal, yaitu perubahan terhadap UUD yang dilakukan secara resmi (berdasarkan ketentuan yang berlaku) oleh pihak yang berwenang. Misalnya perubahan UUD Tahun 1945 yang dilakukan oleh MPR berdasarkan ketentuan Pasal 37 UUD Tahun 1945. Pada masa UUD Tahun 1945 pra perubahan, Indonesia menganut sistem pemerintahan campuran, karena Presiden RI berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan dan Presiden bertanggungjawab kepada Parlemen (parlemen). Namun, dewasa ini, berdasarkan UUD Tahun 1945 pasca perubahan, Indonesia kelihatannya mengarah kepada sistem presidensial murni karena Presiden tidak bertanggungjawab lagi kepada MPR. Struktur ketatanegaraan pada periode pertama sejarah ketatanegaraan : - bentuk negara : Kesatuan - bentuk pemerintahan : Republik - sistem pemerintahan : Campuran - sistem parlemen : Monokameral Peristiwa ketatanegaraan penting lainya dalam periode pertama ini antara lain : - 4 Januari 1946 – 28 Desember 1949, Ibukota RI pindah dari Jakarta ke Yogyakarta; - 22 Desember 1948 – 13 Juli 1949, diadakan pemerintahan darurat RI dengan ibukotanya di Bukit Tinggi. Sebagai Presiden yang memimpin pemerintahan darurat ini yaitu Syafruddin Prawiranegara. Sedangkan Presiden Soekarno, sebagai Presiden yang resmi, waktu itu diasingkan bersama Bung Hatta oleh Belanda; - 23 Agustus – 3 Nopember 1948, pelaksanaan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Denhaag. Konferensi tersebut dihadiri oleh Indonesia (RI), BFO, Belanda dan Komisi PBB untuk Indonesia yang dikenal dengan sebutan UNCI ( United Nation Commision for Indonesia). Dalam KMB antara lain disepakati mengenai pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan disepakati pula bahwa Belanda akan mengakui kedaulatan RIS pada tanggal 27 Desember 1949.