Anda di halaman 1dari 4

KULIAH 9 HUKUM TATA NEGARA

PERKEMBANGAN KETATANEGARAAN RI
(PERIODE PERTAMA : AWAL KEMERDEKAAN)

A. Cara mengetahui/Mempelajari Sejarah Ketatanegaraan Suatu Negara

Sejarah ketatanegaraan suatu negara dapat diketahui antara lain melalui


peristiwa berlakunya UUD di negara tersebut. Di indonesia, sebagaimana sudah
dibahas dalam bab sebelumnya, dikenal tiga macam UUD yaitu :
1. UUD Tahun 1945 Pra dan pasca perubahan;
2. Konstitusi RIS 1949;
3. UUDS 1950.
Dari ketiga UUD tersebut, sejarah (periodeisasi) ketatanegaraan Indonesia dapat
dibagi ke dalam 5 periode seperti yang akan penulis kemukakan berikut ini.
B. Periode pertama ( 17-8-1945 s/d 27-12-1949)
Periode ini disebut juga sebagai periode pertama berlakunya UUD Tahun 1945
pra perubahan. Sebagaimana dipahami, Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus
1945. Pada saat hari kemerdekaan tersebut, Indonesia belum memiliki UUD yang
sah, belum memiliki Presiden dan Wakil Presiden serta belum memiliki lembaga-
lembaga negara lainnya. Singkatnya, Indonesia belum memiliki sistem
ketatanegaraan. Barulah, pada keesokan harinya, tepatnya tanggal 18 Agustus 1945,
PPKI mengeluarkan tiga putusan penting yaitu :
1. Menetapkan UUD Tahun 1945 sebagai UUD RI yang sah (resmi);
2. Memilih secara aklamasi Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta masing-masing
sebagai Presiden dan Wakil Presiden;
3. Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang untuk sementara
menggantikan fungsi MPR, DPR dan DPA (ketiganya saat itu belum sempat
terbentuk). Pada masa awal kemerdekaan RI, sistem ketatanegaraan belum
berjalan dengan stabil karena Belanda masih melakukan upaya-upaya untuk
menjajah kembali Indonesia. Pertempuran-pertempuran kembali meletus antara
rakyat Indonesia melawan Belanda yang membonceng NICA (pasukan sekutu).
Korban kembali berjatuhan.
Menjelang akhir tahun 1945, pemerintah RI, dalam situasi negara yang tidak
kondusif, mengeluarkan beberapa maklumat penting yang berkaitan langsung
dengan sistem ketatanegaraan Indonesia yaitu :
1. Maklumat Wakil Presiden Nomor X (iks) tanggal 16 Oktober 1945. maklumat ini
pada intinya menentukan bahwa sebelum terbentuknya MPR dan DPR, KNIP
diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN;
2. Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945. maklumat ini pada intinya
menentukan bahwa rakyat bebas mendirikan partai. Adanya kebebasan ini
menandakan bahwa Indonesia menganut sistem multi partai;
3. Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945. Isinya : Menteri harus
bertanggungjawab kepada KNIP.
Sehubungan dengan ketiga maklumat di atas perlu dijelaskan hal-hal sebagai
berikut :
Macam-macam Sistem Kepartaian
Sebagaimana diketahui Maklumat 1945 memberlakukan sistem multi partai.
Dalam kaitan itu, perlu diketahui macam-macam sistem kepartaian :
1. Sistem satu partai (one/mono party system)
Sistem ini biasanya dianut oleh negara-negara komunis seperti China, Kuba dan
lain-lain. Dalam negara-negara tersebut hanya dikenal 1 (satu) partai, seperti
misalnya di China, hanya dikenal 1 (satu) partai yaitu Partai Komunis China;
2. Sistem 2 (dua) partai (Bi/dwi party system)
Dalam negara yang menganut sistem ini, sebenarnya ada banyak partai hanya
saja yang paling dominan ada dua partai saja dan berganti-gantian berkuasa
seperti misalnya yang terjadi di Amerika dan Inggris. Di Amerika sebenarnya
banyak partai, tapi yang paling populer adalah 2 partai besar yaitu Partai
Demokrat dan Partai Republik. Dua partai ini yang berganti-gantian berkuasa di
Amerika. Demikian pula halnya di Inggris, ada 2 partai dominan yaitu Partai
Buruh dan Partai Konservatif yang berganti-gantian berkuasa, sementara partai-
partai lainnya sulit menyaingi kedua partai ini. Apabila salah satu partai
berkuasa di pemerintahan, maka partai yang satu lagi otomatis menjadi partai
oposisi (partai lawan). Partai oposisi biasanya gencar melakukan kritik-kritik
kepada partai yang sedang berkuasa di pemerintahan;
3. Sistem multi partai (banyak partai)
Antara lain dianut oleh negara Indonesia dan lain-lain.

Sebagaimana dapat dibaca, Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945


menentukan bahwa para menteri bertanggungjawab kepada KNIP. Waktu itu KNIP
berfungsi sebagai parlemen sementara menggantikan MPR dan DPR yang belum
sempat terbentuk. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa para menteri
(kabinet) bertanggungjawab kepada parlemen. Konsekuensi dari adanya
pertanggungjawaban tersebut yaitu KNIP dapat menjatuhkan/memberhentikan
kabinet apabila ada mosi tidak percaya dari KNIP, hal mana merupakan ciri khas dari
sistem pemerintahan parlementer.
UUD Tahun 1945 tidak mengenal sistem pertanggungjawaban menteri kepada
parlemen. Menurut UUD Tahun 1945, menteri diangkat, bertanggungjawab dan
diberhentikan oleh Presiden. Dengan demikian dapat dilkatakan bahwa Maklumat
Pemerintah tanggal 1945 telah menyimpangi UUD Tahun 1945. Maklumat
Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 merupakan peristiwa penyimpangan
pertama terhadap UUD Tahun 1945.
Penyimpangan terhadap UUD yang berlaku disebut juga sebagai perubahan UUD
secara materiil. UUD tersebut secara formal berlaku, tetapi dalam praktik
sebagian/seluruh ketentuan pasalnya tidak digunakan (menjadi pasal mati). Yang
digunakan justru ketentuan lain yang berseberangan (bertentangan) dengan
ketentuan UUD. Contoh kasus perubahan UUD secara materiil dapat dilihat dalam
peristiwa terbitnya Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 seperti telah
disinggung di atas.
Di pihak lain, adapula yang disebut perubahan UUD secara formal, yaitu
perubahan terhadap UUD yang dilakukan secara resmi (berdasarkan ketentuan
yang berlaku) oleh pihak yang berwenang. Misalnya perubahan UUD Tahun 1945
yang dilakukan oleh MPR berdasarkan ketentuan Pasal 37 UUD Tahun 1945.
Pada masa UUD Tahun 1945 pra perubahan, Indonesia menganut sistem
pemerintahan campuran, karena Presiden RI berkedudukan sebagai kepala negara
dan kepala pemerintahan dan Presiden bertanggungjawab kepada Parlemen
(parlemen). Namun, dewasa ini, berdasarkan UUD Tahun 1945 pasca perubahan,
Indonesia kelihatannya mengarah kepada sistem presidensial murni karena
Presiden tidak bertanggungjawab lagi kepada MPR.
Struktur ketatanegaraan pada periode pertama sejarah ketatanegaraan :
- bentuk negara : Kesatuan
- bentuk pemerintahan : Republik
- sistem pemerintahan : Campuran
- sistem parlemen : Monokameral
Peristiwa ketatanegaraan penting lainya dalam periode pertama ini antara lain :
- 4 Januari 1946 – 28 Desember 1949, Ibukota RI pindah dari Jakarta ke
Yogyakarta;
- 22 Desember 1948 – 13 Juli 1949, diadakan pemerintahan darurat RI dengan
ibukotanya di Bukit Tinggi. Sebagai Presiden yang memimpin pemerintahan
darurat ini yaitu Syafruddin Prawiranegara. Sedangkan Presiden Soekarno,
sebagai Presiden yang resmi, waktu itu diasingkan bersama Bung Hatta oleh
Belanda;
- 23 Agustus – 3 Nopember 1948, pelaksanaan Konferensi Meja Bundar (KMB) di
Denhaag. Konferensi tersebut dihadiri oleh Indonesia (RI), BFO, Belanda dan
Komisi PBB untuk Indonesia yang dikenal dengan sebutan UNCI ( United Nation
Commision for Indonesia). Dalam KMB antara lain disepakati mengenai
pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan disepakati pula bahwa
Belanda akan mengakui kedaulatan RIS pada tanggal 27 Desember 1949.

Anda mungkin juga menyukai