Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH HUKUM TATA NEGARA

A. SEJARAH HUKUM INDONESIA SETELAH PROKLAMASI


KEMERDEKAAN 1945-1949
1. Perancangan dan pengesahan UUD 1945.

Sehari setelah kemerdekaan Indonesia, yaitu 18 agustus 1945 di tetapkanlah


UUD Negara republik Indonesia, yang lebih di kenal dengan nama UUD 1945.
Persiapan penyusunan UUD 1945 telah di lakukan sejak bulan mei 1945
dengan di bentuknya badan penyelidikan usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 29 april 1945.
Bentuk tata hukum dan politik hokum yang akan berlaku masa itu dapat dilihat
pada pasal II Aturan peralihan Undang-Undang Dasar 1945 , yaitu:Pasal 1
yang berbunyi :”Segala badan Negara dan peraturan yang ada masih
berlangsung ,berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut UNdang-
Undang Dasar ini”.1
Setelah badan ini di lantik oleh panglima tentara jepang (saiko sjikikan),
kemudian pada tanggal 29 mei sampai 1 juli 1945 di adakan siding pertama
untuk mendengarkan pandangan umum dari anggota. Pada sidang pertama ini
pokok pembicaraannya adalah tentang dasar Negara Indonesia. Kemudian pada
tanggal 31 mei 1945, melanjutkan pembicaraan tentang dasar
Negara Indonesia,daerah Negara dan kebangsaan Indonesia. Pada hari terakhir
tanggal 1 juni 1945 ir.soekarno berpidato mengenai dasar Indonesiamerdeka
yang terdiri dari :

1.      Kebangsaan Indonesia
2.      Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3.      Mufakat atau demokrasi
4.      Kesejahtraan social
Pada akhir sidang pertama bentuk panitia kecil yang beranggota 9 orang
yaitu : Ir.soekarno, Drs.Muh.Hatta, Abikusnu tjokrosujoso
abdulkaharmuzakir, H.A.Salin.Mr.Acahmad soebardjo, Wachid hasjin dan
Muh.yamin untuk merumuskan pandangan umum dan pendapat para anggota.
Panitia ini pada tanggal 22 juni 1945 berhasil merumuskan piagam Jakarta.

1
Prof.Dr.Drs.Abintoro Prakoso,S.H,M.S. , Pengantar HUKUM INDONESIA , edisi cetakan 1 (LaksBang PRESSindo ,
2018),74
B. SEJARAH HUKUM KETATANEGARAAN INDONESIA PERIODE
1949 - 1950
Republik Indonesia serikat (RIS) berdiri tanggal 27 desember 1949, dan sesuai
dengan perjanjian KMB maka Negara RI hanya merupakan bagian dari RIS ,
demikian pula UUD 1945 hanya berlaku untuk Negara bagian RI, dan wilayahnya
sesuai dengan Pasal 2 KRIS adalah daerah yang disebut dalam Persetujuan
Renville 17 Januari 1948 yang berbunyi : “ Peraturan-Peraturan, undang-undang
dan ketentuan tata usaha yang sudah ada pada saat konstitusi ini mulai berlaku
tetap berlaku tidak berubah sebagai peraturan-peraturan dan ketentuan-ketantuan
RIS sendiri,selama dan sekadar Peraturan-Peraturan dan ketentuan-ketentuan itu
tidak dicabut,ditambah atau atas kuasa konstitusi ini”.2
Kekuasaan Negara RIS dilakuakan oleh pemerintah berasama-sama dengan
DPR dan senat (Pasal 1 ayat 2 KRIS). Lembaga Perwakilan Rakyat menurut KRIS
menganut sisitem bicameral yang terdiri dari Majelis Tinggi dan Majelis Rendah.
Kekuasaan perundang-undangan federal menurut pasal 127 KRIS dilakukan oleh
pemerintah bersama-sama dengan DPR dan senat. Bentuk Negara federasi dan
system parlementer yang di anut KRIS tidak sesuai dengan jiwa proklamasi
maupun kehendak sebagian besar rakyat di beberapa daerah/Negara bagian, karena
itu kemudian di adakan persetujuan antara pemerintah RI dengan RIS, untuk
merubah bentuk Negara Federal menjadi bentuk Negara Kesatuan.

B. SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA PERIODE 1950 – 1959

UU Federal No. 7 Tahun 1950 terdiri atas 2 pasal yaitu:


I.   Berisi ketentuan perubahan KRIS menjadi UUDS dengan diikuti naskah UUDS
selengkapnya.
II.  1. Tentang UUDS berlaki Tanggal 17 Agustus 1950
2. Aturan Peralihan; bahwa alat-alat perlengkapan Negara sebelum pengundangan
undang-undang ini tetap berlaku.
UUDS sifatnya adalah sementara, hal ini dapat dilihat dari pasal 134 UUDS yang
menentukan bahwa; konstituante bersama-sama pemerintahsecepatnya
2
Prof. H.Dikdik M.Sodik,SH.,M.H. P.H.D. dan Prof. Dr. Nandang Sambas , SH., M.H. , PENGANTAR HUKUM
INDONESIA sejarah dan Pokok-Pokok Hukum Indonesia,edisi certakan 1 (Sinar Grafika,2018),25
menetapkan UUD RI. Konstituante di beri tugas untuk menetapkan UUD yang
tetap namun tidak mampu dicapai karena tidak pernah mencapai quorum, 2/3 dari
jumlah anggota seperti yang ditentukan. Dan akhirnya pada tanggal 5 juli 1959
presiden soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang isinya: Pembubaran
Konstituante, UUD1945 berlaku kembali,dan pembentukan MPRS/DPRS dan
DPAS dalam waktu sesingkat-singkatnya.
C. SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA PERIODE 1959 –
Sekarang

Periode berlakunya UUD 1945 pada masa ini akan dibagi menjadi dua bagian
yakni:
a. Masa antara 1959 - 1966
            dengan berlakunya kembali UUD 1945 maka asas ketatanegaraan dan
system pemerintahan mengalami perubahan, yaitu dari asas Demokrasi Liberal
menjadi Demokrasi Terpimpin. Inti dari Demokrasi Terpimpin adalah
permusyawaratan tetapi suatu permusyarawatan yang “dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan” bukan oleh perdebatan dan penyiksaan yang di akhiri dengan
pengadaan kekuatan dan peerhitungan suara pro kontra. Dengan sistim presidensiil
yang di anut oleh UUD 1945, maka presiden adalah pemegang kekuasaan
eksekutif (pemerintah) tertinggi (concentration of power and responsibility upon
president), yang dalm pelaksanaan kekuasaan dibantu oleh wapres dan mentri-
mentri (Pasal 4 dan 17 UUD 1945) . Kemudian meletuslah TRI TURA akibat dari
stabilitas politik dan keamanan yang tidak baik yang isinya:
1. Pelaksanaan kembali secara murni dan konsekwen UUD 1945
2. Pembubaran PKI
3. Penurunan harga barang

b. Masa antara 1966 – Reformasi


            Pada masa ini presiden soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas
Maret (Supersemar) tahun 1966 untuk menanggapi TRITURA, yang memberi
wewenang kepada Jendral Soeharto, Panglima Komando Staf Angkatan Darat
untuk mengendalikan situasi. Yang mana dengan keluarnya Supersemar dan
ketetapan lainnya mengangkat Jendral Soeharto sebagai pejabat presiden
berdasarkan TAP MPRS No> XLIX/MPRS/1968
            TAP MPRS No XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR GR mengenai
Sumber Tertib Hukum Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia, yang terdiri dari:
 UUD 1945
 Ketetapan MPRS/MPR
 UU/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
 Peraturan Pemerintah
 Keputusan Presiden dan,
 Peraturan Pelaksana Lainnya Seperti:
1. Peraturan Mentri
2. Instruksi Mentri
3. dan lain-lainnya
Dalam Perkembangan sejarah ketatanegaraan pada masa Soeharto berkuasa
dikeluarkan pula keputusan DPR GR tanggal 16 Desember 1967 yang isinya:
a. Adanya anggota MPR/DPR yang diangkat, disamping yang dipilih melalui
pemilu
b. Yang diangkat adalah perwakilan ABRI dan Non ABRI, untuk Non ABRI
harus Non Massa
c. Jumlah anggota yang di angkat untuk MPR adalah 1/2dari seluruh jumlah
anggota.
Dikatakan pada pemerintahan Soeharto Asas Kedaulatan Rakyat sebagaimana di
tentukan dalam UUD 1945 tidak pernah dilaksanakan, yang dilaksanakan adalah
kedaulatan penguasa.
Lalu menurut Ketetapan MPR No.III/MPR/2000 adalah:
a. Undang-Undang Dasar 1945
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Undang-Undang
d. Peraturan Pengganti Undang-Undang
e. Peraturan Pemerintah
f. Keputusan Presiden
g. Peraturan Daerah
Dalam ketetapan MPR No.III/MPR/2000 dinyatakan bahwa yang
dimaksud sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan hukum untuk
menyusun peraturan perundang-undagan.3sumber hukum dasar adalah
Pancasila ,sebagaimana terulis dalam UUD 1945 , yaitu ketuhanan yang Maha
Esa ,Kemanusiaan yang adil dan beradab ,Persatuan Indonesia , Kerakyatan yang
dipimpin oleh permusyawaratan dan perwakilan , dan Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia dan batang tubuh UUD 1945. Pancasila sebagai sumber hukum
dasar nasional.
Dengan berlakunya Ketetapan Nomor III/MPR/2000 tersebut maka ketetapan yang
sebelumnya sudah tidak berlaku kembali dan dicabut.
Pada pemerintahan KH. Abdurachman Wahid tuntutan reformasi berjalan lambat
dan gejolak disintegrasi bangsa berbagai daerah belum berhasil di atasi, terakhir
adalah terjadinya skandal Bulloggate dan Bruneigate, yang berakibat pada tanggal
1 Februari Tahun 2001 DPR mengeluarkan memorandum I dan di
ikuti Memorandum II pada tanggal 30 April 2001.
            Konflik antara Presiden dan DPR berlanjut, dan Presiden pada akhirnya
mengeluarkan Maklumat yang berisi:
1. Pembekuan MPR/DPR
2. Mengembalikan kedaulatan rakyat dan melaksanakn pemilu dalam waktu
satu tahun
3. Membekukan Partai Golkar
Pemilu 2004 menunjukan terjadinya perubahan dominasi dan pemerataan
kekuatan, misalnya PDIP dan Golkar hanya menguasai 20% dan 23% kursi. Hal
tersebut di akibatkan karena:
1. Pertambahan kursi di DPR, dari 500 pada pemilu Tahun 1999 menjadi 550
kursi tambahan di perebutkan
2. Dikosongkannya kursi ABRI di DPR, hal ini berarti ada 38 kursi yang
diperebutkan dalam pemilu 2004
3. Merosotnya perolehan suara PDIP dalam pemilu 2004 dimana kehilangan44
kursi di DPR, hal ini berarti bahwa 132 kursi yang akan di prebutkan.

3
Prof. Dr.Lintje Anna Marpaug,Sh.,M.H. , HUKUM TATA NEGARA INDONESIA , edisi revisi 1(Penerbit ANDI,2018),85

Anda mungkin juga menyukai