Anda di halaman 1dari 5

NAMA : PUTU BAGUS TUTUAN ARIS KAYA

NIM : 1704552033
HUKUM TATA NEGARA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA PERIODE 1949 - 1950
Republik Indonesia serikat (RIS) berdiri tanggal 27 desember 1949, dan sesuai
dengan perjanjian KMB maka Negara RI hanya merupakan bagian dari RIS , demikian pula
UUD 1945 hanya berlaku untuk Negara bagian RI, dan wilayahnya sesuai dengan Pasal 2
KRIS adalah daerah yang disebut dalam Persetujuan Renville 17 Januari 1948.
Kekuasaan Negara RIS dilakuakan oleh pemerintah berasama-sama dengan DPR dan
senat (Pasal 1 ayat 2 KRIS). Lembaga Perwakilan Rakyat menurut KRIS menganut sisitem
bicameral yang terdiri dari Majelis Tinggi dan Majelis Rendah. Kekuasaan perundang-
undangan federal menurut pasal 127 KRIS dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan
DPR dan senat. Bentuk Negara federasi dan system parlementer yang di anut KRIS tidak
sesuai dengan jiwa proklamasi maupun kehendak sebagian besar rakyat di beberapa
daerah/Negara bagian, karena itu kemudian di adakan persetujuan antara pemerintah RI
dengan RIS, untuk merubah bentuk Negara Federal menjadi bentuk Negara Kesatuan.
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA PERIODE 1950 – 1959
UU Federal No. 7 Tahun 1950 terdiri atas 2 pasal yaitu:
I. Berisi ketentuan perubahan KRIS menjadi UUDS dengan diikuti naskah UUDS
selengkapnya.
II. (1). Tentang UUDS berlaki Tanggal 17 Agustus 1950
(2). Aturan Peralihan; bahwa alat-alat perlengkapan Negara sebelum pengundangan
undang-undang ini tetap berlaku.
UUDS sifatnya adalah sementara, hal ini dapat dilihat dari pasal 134 UUDS yang
menentukan bahwa; konstituante bersama-sama pemerintahsecepatnya menetapkan UUD RI.
Konstituante di beri tugas untuk menetapkan UUD yang tetap namun tidak mampu dicapai
karena tidak pernah mencapai quorum, 2/3 dari jumlah anggota seperti yang ditentukan. Dan
akhirnya pada tanggal 5 juli 1959 presiden soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang
isinya: Pembubaran Konstituante, UUD1945 berlaku kembali,dan pembentukan
MPRS/DPRS dan DPAS dalam waktu sesingkat-singkatnya.
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA PERIODE 1959 – Sekarang
Periode berlakunya UUD 1945 pada masa ini akan dibagi menjadi tiga bagian yakni:
Masa antara 1959 - 1966
Dengan berlakunya kembali UUD 1945 maka asas ketatanegaraan dan system
pemerintahan mengalami perubahan, yaitu dari asas Demokrasi Liberal menjadi Demokrasi
Terpimpin. Inti dari Demokrasi Terpimpin adalah permusyawaratan tetapi suatu
permusyarawatan yang “dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan” bukan oleh perdebatan dan
penyiksaan yang di akhiri dengan pengadaan kekuatan dan peerhitungan suara pro kontra.
Dengan sistim presidensiil yang di anut oleh UUD 1945, maka presiden adalah pemegang
kekuasaan eksekutif (pemerintah) tertinggi (concentration of power and responsibility upon
president), yang dalm pelaksanaan kekuasaan dibantu oleh wapres dan mentri-mentri (Pasal 4
dan 17 UUD 1945) . Kemudian meletuslah TRI TURA akibat dari stabilitas politik dan
keamanan yang tidak baik yang isinya:
1. Pelaksanaan kembali secara murni dan konsekwen UUD 1945
2. Pembubaran PKI
3. Penurunan harga barang
Masa antara 1966 – 1999
Pada masa ini presiden soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) tahun 1966 untuk menanggapi TRI TURA, yang memberi wewenang kepada
Jendral Soeharto, Panglima Komando Staf Angkatan Darat untuk mengendalikan situasi.
Yang mana dengan keluarnya Supersemar dan ketetapan lainnya mengangkat Jendral
Soeharto sebagai pejabat presiden berdasarkan TAP MPRS No> XLIX/MPRS/1968
TAP MPRS No> XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR GR mengenai Sumber
Tertib Hukum Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia, yang terdiri
dari:
• UUD 1945
• Ketetapan MPRS/MPR
• UU/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
• Peraturan Pemerintah
• Keputusan Presiden dan,
• Peraturan Pelaksana Lainnya Seperti:
1. Peraturan Mentri
2. Instruksi Mentri
3. dan lain-lainnya
Dalam Perkembangan sejarah ketatanegaraan pada masa Soeharto berkuasa
dikeluarkan pula keputusan DPR GR tanggal 16 Desember 1967 yang isinya:
a. Adanya anggota MPR/DPR yang diangkat, disamping yang dipilih melalui pemilu
b. Yang diangkat adalah perwakilan ABRI dan Non ABRI, untuk Non ABRI harus
Non Massa
c. Jumlah anggota yang di angkat untuk MPR adalah 1/2dari seluruh jumlah
anggota.
Dikatakan pada pemerintahan Soeharto Asas Kedaulatan Rakyat sebagaimana di tentukan
dalam UUD 1945 tidak pernah dilaksanakan, yang dilaksanakan adalah kedaulatan penguasa.
Masa 1988 – sekarang
Pemerintahan Habibie disebut sebagai permerintahan Tradisional, yang menurut
mulyoto Mulyosudarmo terdapat dua pemahaman tentang pemerintah transisi. Pertama,
pemerintahan transisi digunakan untuk “merujuk pemerintahan sementara” yang masa
jabatannya di batasi sampai terbentuknya pemerintahan baru hasil pemilu. Kedua,
pemerintahan transisi merupakan pemerintahan otoriter dan sentralistik menjadi
pemerintahan yang desentralistik dan demokratis. Pemerintahan KH. Abdurachman Wahid
tuntutan reformasi berjalan lambat dan gejolak disintegrasi bangsa berbagai daerah belum
berhasil di atasi, terakhir adalah terjadinya skandal Bulloggate dan Bruneigate, yang
berakibat pada tanggal 1 Februari Tahun 2001 DPR mengeluarkan memorandum I dan di
ikuti Memorandum II pada tanggal 30 April 2001.
Konflik antara Presiden dan DPR berlanjut, dan Presiden pada akhirnya
mengeluarkan Maklumat yang berisi:
1. Pembekuan MPR/DPR
2. Mengembalikan kedaulatan rakyat dan melaksanakn pemilu dalam waktu satu
tahun
3. Membekukan Partai Golkar
Pemilu 2004 menunjukan terjadinya perubahan dominasi dan pemerataan kekuatan, misalnya
PDIP dan Golkar hanya menguasai 20% dan 23% kursi. Hal tersebut di akibatkan karena:
1. Pertambahan kursi di DPR, dari 500 pada pemilu Tahun 1999 menjadi 550 kursi
tambahan di perebutkan
2. Dikosongkannya kursi ABRI di DPR, hal ini berarti ada 38 kursi yang
diperebutkan dalam pemilu 2004
3. Merosotnya perolehan suara PDIP dalam pemilu 2004 dimana kehilangan44 kursi
di DPR, hal ini berarti bahwa 132 kursi yang akan di prebutkan.

PENDAPAT
Indonesia telah menyatakan kebebasan mengeluarkan pendapat dalam UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 28E ayat (3) yang berbunyi : Setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Pasal ini tentunya menjamin
seluruh warga negara Indonesia untuk bebas menyampaikan pendapat. Namun saat ini public
sedang di hebohkan dengan adanya suatu UU baru yang bisa dibilang menyalahi Pasal 28E
ayat (3) tersebut. UU MD3 yang memuat aturan mengenai larangan untuk mengkritik DPR
dirasa sangatlah berlebihan dan menyalahi UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
pasal 28E ayat (3). Selain itu pengesahan UU MD3 juga terkesan sangat tergesa-gesa dan
tanpa adanya suatu kajian lanjutan.

KESIMPULAN
PERIODE 1946 – 1949
Perancangan dan pengesahan UUD 1945.
pada tanggal 29 mei sampai 1 juli 1945 di adakan siding pertama untuk mendengarkan
pandangan umum dari anggota. Pada sidang pertama ini pokok pembicaraannya adalah
tentang dasar Negara Indonesia. Kemudian pada tanggal 31 mei 1945, melanjutkan
pembicaraan tentang dasar Negara Indonesia,daerah Negara dan kebangsaan Indonesia. Pada
hari terakhir tanggal 1 juni 1945 ir.soekarno berpidato mengenai dasar Indonesiamerdeka
yang terdiri dari :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahtraan social
Sebagaian kekuasaan itu oleh MPR disalurkan kepada lembaga-lembaga lain yang ada di
bawahnya. Dengan demikian maka lembaga-lembaga lain seperti DPR, Presiden, BPK, DPA
dan MA berada di bawah majelis (Untergeordnet).
PERIODE 1949 - 1950
Kekuasaan Negara RIS dilakuakan oleh pemerintah berasama-sama dengan DPR dan senat
(Pasal 1 ayat 2 KRIS). Lembaga Perwakilan Rakyat menurut KRIS menganut sisitem
bicameral yang terdiri dari Majelis Tinggi dan Majelis Rendah.
PERIODE 1950 – 1959
UU Federal No. 7 Tahun 1950 terdiri atas 2 pasal yaitu:
I. Berisi ketentuan perubahan KRIS menjadi UUDS dengan diikuti naskah UUDS
selengkapnya.
II. 1. Tentang UUDS berlaki Tanggal 17 Agustus 1950
2. Aturan Peralihan; bahwa alat-alat perlengkapan Negara sebelum pengundangan
undang-undang ini tetap berlaku.
PERIODE 1959 – Sekarang
Periode berlakunya UUD 1945 pada masa ini akan dibagi menjadi tiga bagian yakni:
a. Masa antara 1959 - 1966
Kemudian meletuslah TRI TURA akibat dari stabilitas politik dan keamanan yang tidak baik
yang isinya:
1. Pelaksanaan kembali secara murni dan konsekwen UUD 1945
2. Pembubaran PKI
3. Penurunan harga barang

b. Masa antara 1966 – 1999


Pada masa ini presiden soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) tahun 1966 untuk menanggapi TRI TURA, yang memberi wewenang kepada
Jendral Soeharto, Panglima Komando Staf Angkatan Darat untuk mengendalikan situasi.
Yang mana dengan keluarnya Supersemar dan ketetapan lainnya mengangkat Jendral
Soeharto sebagai pejabat presiden berdasarkan TAP MPRS No. XLIX/MPRS/1968
\
c. Masa 1999 – sekarang
Konflik antara Presiden dan DPR berlanjut, dan Presiden pada akhirnya
mengeluarkan Maklumat yang berisi:
• Pembekuan MPR/DPR
• Mengembalikan kedaulatan rakyat dan melaksanakn pemilu dalam waktu satu
tahun
• Membekukan Partai Golkar
• Pemilu 2004 menunjukan terjadinya perubahan dominasi dan pemerataan
kekuatan, misalnya PDIP dan Golkar hanya menguasai 20% dan 23% kursi. Hal
tersebut di akibatkan karena:
• Pertambahan kursi di DPR, dari 500 pada pemilu Tahun 1999 menjadi 550 kursi
tambahan di perebutkan
• Dikosongkannya kursi ABRI di DPR, hal ini berarti ada 38 kursi yang
diperebutkan dalam pemilu 2004
• Merosotnya perolehan suara PDIP dalam pemilu 2004 dimana kehilangan 44 kursi
di DPR, hal ini berarti bahwa 132 kursi yang akan di prebutkan
PERTANYAAN
1. Saat ini Indonesia di hadapkan dengan sikap rakyat yang selalu
mempertanyakan dan banyak menuntut sikap pemerintah, akankah hal ini
membuat negara Indonesia dapat berkembang?
2. Bagaimana bentuk UU yang baik?

Anda mungkin juga menyukai