0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
25 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut merangkum periode sistem pemerintahan Indonesia sejak 1959 hingga 1999, dimulai dengan berlakunya kembali UUD 1945 pada 1959. Pemerintahan awal masih menyimpang dari UUD 1945 dengan sistem demokrasi terpimpin. Surat Perintah 11 Maret 1966 meminta Letjen Soeharto mengamankan negara dan menggantikan PKI. Soeharto kemudian menjabat sebagai Presiden hingga 1998, meskipun rezimnya dinilai menyalahgun
Dokumen tersebut merangkum periode sistem pemerintahan Indonesia sejak 1959 hingga 1999, dimulai dengan berlakunya kembali UUD 1945 pada 1959. Pemerintahan awal masih menyimpang dari UUD 1945 dengan sistem demokrasi terpimpin. Surat Perintah 11 Maret 1966 meminta Letjen Soeharto mengamankan negara dan menggantikan PKI. Soeharto kemudian menjabat sebagai Presiden hingga 1998, meskipun rezimnya dinilai menyalahgun
Dokumen tersebut merangkum periode sistem pemerintahan Indonesia sejak 1959 hingga 1999, dimulai dengan berlakunya kembali UUD 1945 pada 1959. Pemerintahan awal masih menyimpang dari UUD 1945 dengan sistem demokrasi terpimpin. Surat Perintah 11 Maret 1966 meminta Letjen Soeharto mengamankan negara dan menggantikan PKI. Soeharto kemudian menjabat sebagai Presiden hingga 1998, meskipun rezimnya dinilai menyalahgun
4.1.Masa 5 Juli 1959-11 Maret 1966 Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 maka berlaku kembali UUD 1945.Untuk mewujudkan pemerintahan berdasarkan UUD 1945 dibentuklah alat-alat perlengkapan negara. 1) Presiden dan Menteri-Menteri Dengan berlakunya kembali UUD 1945, Presiden yang sebelumnya hanya berlaku sebagai kepala negara, maka selanjutnya akan berlaku juga sebagai kepala pemerintah.Menteri-menteri sebagai pembantu Presiden, diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dan tidak bertanggung jawab kepada DPR, melainkan kepada Presiden. 2) Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) DPR berdasarkan hasil pemilu tahun 1995 melalui Penetapan Presiden (Penpres) No.1 tahun 1995 sementara tetap menjalankan tugasnya menurut UUD 1945, namun DPR tidak memenuhi harapan Presiden sehingga dikeluarkan Penpres No. 3 tahun 1960 tentang Pembaharuan susunan DPR. 3) Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) Selain DPR dikeluarkan juga Penpres No.2 tahun 1959 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang berisikan : (1) Sebelum tersusun MPR menurut pasal 2 ayat (1) UUD 1945, maka dibentuk MPRS yang terdiri dari anggota-anggota DPR yang dimaksud dalam Penetapan Presiden No.1 tahun 1959 ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan menurut aturan ; (2) Jumlah anggota MPRS ditetapkan Presiden. 4) Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) Untuk melengkapi peralatan negara berdasarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1995, bahwa harus dibentuk Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS), dikeluarkan Penpres No. 3 tahun 1959 tentang Dewan Pertimbangan Agung Sementara yang berisi : (1) Anggota DPAS diangakat dan diberhentikan oleh Presiden; (2) Jumlah anggota DPAS ditetapkan oleh Presiden; (3) Anggota DPAS diangkat dari:golongan tertentu
Pelaksanaan UUD 1945
Walaupun Dekrit Presiden 5 Juli 195 menyatakan kembalinya UUD 1945 namun dalam praktik pelaksanaanya hingga tahun 1966 belum terlaksana menurut ketentuan UUD 1945,secara sederhana terjadi beberapa penyimpangan pelaksanaan UUD 1945 diantaranya:pelaksanaan demokrasi terpimpin yang bertentangan dengan sistem pemerintahan presidensil sebagaimana dalam UUD 1945,penentuan masa jabatan Presiden seumur hidup,berdirinya Partai Komunisme Indoneisa yang berhaluan Atheisme,adanya kudeta dan PKI bersamaan dengan G30S/PKI.
Surat Perintah 11 Maret 1966
Menyikapi kondisi ketatanegaraan yang kacau,memunculkan tuntutan rakyat yang dikenal dengan Tritura (tiga tuntutan rakyat) yaitu: a. Pelaksanaan kembali secara murni dan konsekuen UUD 1945; b. Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI); dan c. Penuruna harga barang. Pemerintahan tidak mampu menahan gelombang tuntutan yang dipelopori oleh para pemuda yang tergabung dalam beberapa organisasi.Pada akhirnya dikeluarkan oleh Presiden surat perintah kepada Letjen Soeharto selaku Menteri/Panglima Angkatan Darat pada tanggal 11 Maret 1966 atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi untuk melaksanakan undang-undang,meliputi: a) Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjamin keamanan dan ketenteraman serta kestabilan jalannya revolusi,serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden/ Panglima Teringgi/ Pemimpin Besar Revolusi/ Mandataris MPRS demi keutuhan bangsa dan negara RI dan melaksanakan dengan pasti ajaran Pemimpin Besar Revolusi ; b) Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan panglima-panglima, angkatan-angkatan lain dengan sebaik-baiknya; dan c) Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkutan dalam tugas dan tanggung jawabnya sepertu tersebut di atas.
4.2. Masa 11 Maret 1966-19 Oktober 1999
Untuk melaksanakan amanat Surat 11 Maret 1966, maka pada tanggal 12 Maret 1966 melalui Keputusan No. 1/3/1966 dibubarkan PKI termasuk bagian-bagian organisasinya dari tingkat pusat sampai ke daerah-daerah bersama semua organisasi yang bernaung dibawahnya.Melalui prosedur konstisusional, dengan Ketetapan MPRS No.IX/MPRS/1966 Letjen Soeharto diangkat menjadi Pejabat Presiden dan pada tanggal 27 Maret 1968 Letjen Soeharto dilantik dari Pejabat Presiden menjadi Presiden Republik Indonesia. Selanjutnya proses rekruitmen lembaga perwakilan rakyat baru dapat dilakukan pada pemilu yang dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 1971.Berdasarkan itu keanggotaan MPR terdiri dari utusan daerah dan anggota DPR dari partai politik dan golongan karya ditambah anggota-anggota DPR yang diangkat dari unsur ABRI.Selanjutnya dalam beberapa kali pemilu Soeharto dipertahankan menjadi Presiden. Orde Baru dalam Kilasan Sejarah Perjalanan ketatanegaraan dibawah rezim Soeharto diakhir-akhir kekuasaannya melahirkan ketidakseimbangan dan ketidakadilan kepada golongan wong cilik diberbagai bidang kehidupan benegara dan bernegara.Hukum digunakan untuk memupuk kekuasaan dan kekayaan pribadi.Selama kurun waktu 1966-1998 telah melahirkan hukum diskriminatif , sementara KKN terus mewarnai kehidupan dalam bernegara.Hukum dimanipulasi,pemanipulasian ini terjadui karena Presiden Soeharto menguasai nyaris semua kekuasaan negara. MPR hadir sebagai parlemen super, yang mempunyai kekuasaan tak terbatas Presiden tak hanya menjalankan kekuasaan pemerintah, tetapi juga memegang kekuasaan membuat undang-undang dan perlindungan hak asasi manusia sangat minim.Presiden Soeharto memanfaatkan kelemahan UUD 1945 itu.Dengan menguasai proses rekruitmen MPR, melalui rekayasa undang-undang susunan dan kedudukan parlemen. Melihat situasi yang dirasa semakin menjadi dengan hegemoni rezim itu memompa semangat kaum reformis untuk bangkit,sehingga menghasilkan pelengseran terhadap penguasa Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 .Berdasarkan konstitusi, maka wakil presiden yang dalam hal ini BJ Habibie naik sebagai Presiden RI menggantikan Presiden Soeharto sampai habis masa jabatannya