Anda di halaman 1dari 5

4.

Periode 5 Juli 1959-sekarang


4.1.Masa 5 Juli 1959-11 Maret 1966
Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 maka berlaku kembali UUD 1945.Untuk
mewujudkan pemerintahan berdasarkan UUD 1945 dibentuklah alat-alat
perlengkapan negara.
1) Presiden dan Menteri-Menteri
Dengan berlakunya kembali UUD 1945, Presiden yang sebelumnya hanya berlaku
sebagai kepala negara, maka selanjutnya akan berlaku juga sebagai kepala
pemerintah.Menteri-menteri sebagai pembantu Presiden, diangkat dan diberhentikan
oleh Presiden dan tidak bertanggung jawab kepada DPR, melainkan kepada Presiden.
2) Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR)
DPR berdasarkan hasil pemilu tahun 1995 melalui Penetapan Presiden (Penpres)
No.1 tahun 1995 sementara tetap menjalankan tugasnya menurut UUD 1945, namun
DPR tidak memenuhi harapan Presiden sehingga dikeluarkan Penpres No. 3 tahun
1960 tentang Pembaharuan susunan DPR.
3) Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
Selain DPR dikeluarkan juga Penpres No.2 tahun 1959 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang berisikan :
(1) Sebelum tersusun MPR menurut pasal 2 ayat (1) UUD 1945, maka dibentuk
MPRS yang terdiri dari anggota-anggota DPR yang dimaksud dalam Penetapan
Presiden No.1 tahun 1959 ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan
golongan-golongan menurut aturan ;
(2) Jumlah anggota MPRS ditetapkan Presiden.
4) Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
Untuk melengkapi peralatan negara berdasarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1995, bahwa
harus dibentuk Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS), dikeluarkan Penpres
No. 3 tahun 1959 tentang Dewan Pertimbangan Agung Sementara yang berisi :
(1) Anggota DPAS diangakat dan diberhentikan oleh Presiden;
(2) Jumlah anggota DPAS ditetapkan oleh Presiden;
(3) Anggota DPAS diangkat dari:golongan tertentu

Pelaksanaan UUD 1945


Walaupun Dekrit Presiden 5 Juli 195 menyatakan kembalinya UUD 1945 namun
dalam praktik pelaksanaanya hingga tahun 1966 belum terlaksana menurut ketentuan
UUD 1945,secara sederhana terjadi beberapa penyimpangan pelaksanaan UUD 1945
diantaranya:pelaksanaan demokrasi terpimpin yang bertentangan dengan sistem
pemerintahan presidensil sebagaimana dalam UUD 1945,penentuan masa jabatan
Presiden seumur hidup,berdirinya Partai Komunisme Indoneisa yang berhaluan
Atheisme,adanya kudeta dan PKI bersamaan dengan G30S/PKI.

Surat Perintah 11 Maret 1966


Menyikapi kondisi ketatanegaraan yang kacau,memunculkan tuntutan rakyat yang
dikenal dengan Tritura (tiga tuntutan rakyat) yaitu:
a. Pelaksanaan kembali secara murni dan konsekuen UUD 1945;
b. Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI); dan
c. Penuruna harga barang.
Pemerintahan tidak mampu menahan gelombang tuntutan yang dipelopori oleh para
pemuda yang tergabung dalam beberapa organisasi.Pada akhirnya dikeluarkan oleh
Presiden surat perintah kepada Letjen Soeharto selaku Menteri/Panglima Angkatan
Darat pada tanggal 11 Maret 1966 atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin
Besar Revolusi untuk melaksanakan undang-undang,meliputi:
a) Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjamin keamanan dan
ketenteraman serta kestabilan jalannya revolusi,serta menjamin keselamatan
pribadi dan kewibawaan Presiden/ Panglima Teringgi/ Pemimpin Besar Revolusi/
Mandataris MPRS demi keutuhan bangsa dan negara RI dan melaksanakan
dengan pasti ajaran Pemimpin Besar Revolusi ;
b) Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan panglima-panglima,
angkatan-angkatan lain dengan sebaik-baiknya; dan
c) Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkutan dalam tugas dan tanggung
jawabnya sepertu tersebut di atas.

4.2. Masa 11 Maret 1966-19 Oktober 1999


Untuk melaksanakan amanat Surat 11 Maret 1966, maka pada tanggal 12 Maret
1966 melalui Keputusan No. 1/3/1966 dibubarkan PKI termasuk bagian-bagian
organisasinya dari tingkat pusat sampai ke daerah-daerah bersama semua organisasi
yang bernaung dibawahnya.Melalui prosedur konstisusional, dengan Ketetapan MPRS
No.IX/MPRS/1966 Letjen Soeharto diangkat menjadi Pejabat Presiden dan pada
tanggal 27 Maret 1968 Letjen Soeharto dilantik dari Pejabat Presiden menjadi Presiden
Republik Indonesia.
Selanjutnya proses rekruitmen lembaga perwakilan rakyat baru dapat dilakukan pada
pemilu yang dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 1971.Berdasarkan itu keanggotaan MPR
terdiri dari utusan daerah dan anggota DPR dari partai politik dan golongan karya
ditambah anggota-anggota DPR yang diangkat dari unsur ABRI.Selanjutnya dalam
beberapa kali pemilu Soeharto dipertahankan menjadi Presiden.
Orde Baru dalam Kilasan Sejarah
Perjalanan ketatanegaraan dibawah rezim Soeharto diakhir-akhir kekuasaannya
melahirkan ketidakseimbangan dan ketidakadilan kepada golongan wong cilik
diberbagai bidang kehidupan benegara dan bernegara.Hukum digunakan untuk
memupuk kekuasaan dan kekayaan pribadi.Selama kurun waktu 1966-1998 telah
melahirkan hukum diskriminatif , sementara KKN terus mewarnai kehidupan dalam
bernegara.Hukum dimanipulasi,pemanipulasian ini terjadui karena Presiden Soeharto
menguasai nyaris semua kekuasaan negara.
MPR hadir sebagai parlemen super, yang mempunyai kekuasaan tak terbatas
Presiden tak hanya menjalankan kekuasaan pemerintah, tetapi juga memegang
kekuasaan membuat undang-undang dan perlindungan hak asasi manusia sangat
minim.Presiden Soeharto memanfaatkan kelemahan UUD 1945 itu.Dengan
menguasai proses rekruitmen MPR, melalui rekayasa undang-undang susunan dan
kedudukan parlemen.
Melihat situasi yang dirasa semakin menjadi dengan hegemoni rezim itu memompa
semangat kaum reformis untuk bangkit,sehingga menghasilkan pelengseran terhadap
penguasa Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 .Berdasarkan konstitusi, maka wakil
presiden yang dalam hal ini BJ Habibie naik sebagai Presiden RI menggantikan
Presiden Soeharto sampai habis masa jabatannya

Anda mungkin juga menyukai