Disusun Oleh :
Nama : Istiqomah
NIM : 041259598
Email : daffanazurah.istiqomah@gmail.com
Program Studi : Ilmu Hukum
UPBJJ : 50/Samarinda
1
Abstrak
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Indonesia, bahkan persaingan usaha itu sendiri tercipta sejalan dengan kegiatan
usaha yang dilakukannya, sehingga tidak jarang pelaku usaha melakukan
kecurangan dalam melakukan kegiatan usahanya demi mendapatkan
keuntungan sepihak dan bahkan pelaku usaha yang kalah bersaing akan merugi
karena persaingan usaha yang tidak sehat.
4
usaha tidak sehat serta mewujudkan iklim persaingan usaha yang sehat dan
kondusif bagi pelaku usaha.
5
2. Dapat memberikan efek jera terhadap pelaku usaha atau kegiatan usaha
yang melakukan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
1.5 METODELOGI
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah terhadap kebijakan
pemerintah yang bersinggungan dengan UU No.5/1999 serta menyusun laporan
dan memberikan laporan secara berkala kepada Presiden dan DPR.
8
a. Praktik Monopoli
1. Oligopoli, Pasal 4 ayat (1) UU No. 5/1999 dijelaskan bahwa “Pelaku usaha
yang melakukan kegiatan usahanya dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha lain yang secara bersama-sama melakukan penguasaan atas
produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa.
2. Penetapan harga, perjanjian penetapan harga yang dilarang berdasrkan UU
No. 5/1999 dalam pasal 5 sampai dengan Pasal 8 UU No. 5/1999, terdiri
dari perjanjian penetapan harga, diskriminasi harga, harga pemangsa atau
jual rugi, dan pengaturan harga jual kembali.
3. Kartel, menurut UU No.5/1999 kartel adalah salah satu bentuk dari
perjanjian yang dilarang yang dilakukan oleh setiap pelaku usaha. Dalam
Pasal 11 dijelaskan bajwa pelaku usaha dilarang melakukan kartel dengan
membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya dalam
9
mempengaruhi harga di pasaran dengan cara mengatur produksi barang
dan jasa yang dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.
d. Persekongkolan Tender
10
proses pengadaan. Persekongkolan tender menurut Pasal 22, UU No. 5/1999
yang dijelaskan bahwa pelaku usaha yang melakukan kegiatan usahanya
dilarang melakukan persekongkolan tender dengan pelaku usaha lain dalam
mengatur dan atau menentukan pemenang dalam tender sehingga terjadinya
persaingan usaha tidak sehat
11
oleh suatu badan hukum atau orang perseorangan dalam mengambil alih saham
Perseroan sehingga menyebabkan beralihnya pengendalian pemegang
kekuasaan saham atas perseroan tersebut.
Dampak dari pemindahan ibu kota negara pada sektor bisnis perumahan
membuat para penyedia jasa perumahan mendapatkan peluang peningkatan
perekonomian akan peningkatan kebutuhan perumahan di ibu kota baru.
Dengan adanya peningkatan kebutuhan perumahan ini, dipastikan akan
menimbulkan isu persaingan yang sering muncul pada bisnis perumahan yaitu
12
terkait dengan penguasaan terhadap lahan oleh pelaku usaha tertentu. Dengan
adanya pemindahan ibu kota negara ini, pelaku usaha yang bergerak pada
bisnis perumahan melakukan kerjasama dengan berbagai pihak seperti
perbankan dan asuransi tertentu untuk bersama-sama melakukan pemanfaatan
peluang usaha untuk menghasilkan keuntungan sepihak sehingga banyak
konsumen dirugikan akibat tingginya harga perumahan karena peningkatan
kebutuhan masyarakat akan daya beli perumahan di ibu kota negara. Dari
permasalahan inilah yang menjadikan perilaku pelaku usaha yang berpotensi
melanggar persaingan usaha yang sehat pada sektor bisnis perumahan yakni
perilaku kartel, diskriminasi dan posisi dominan. Atas kondisi tersebut, KPPU
akan mengawasi proses bisnis yang dilakukan oleh masing-masing pelaku usaha
sektor perumahan dan akan menindak bagi pelaku usaha yang diduga
melanggar UU No. 5/1999.
13
Kesehatan dan Pendidikan tentunya akan berlomba-lomba untuk melakukan
investasi terhadap potensi pasar di ibu kota negara. Pasar bersangkutan yang
menjadi objek persaingan usaha pada sektor Kesehatan yaitu fisik seperti tender
pembangunan rumah sakit, IGD, Laboratorium dan lain-lain dan nonfisik seperti
pengadaan obat-obatan, alat Kesehatan dan lain-lain. Pasar bersangkutan yang
menjadi objek persaingan sektor Pendidikan yaitu fisik seperti tender
pembangunan sekolah, dan non fisik seperti pengadaan buku-buku dan lain-
lain. Hal ini yang menimbulkan perilaku pelaku usaha pada sektor Kesehatan
dan Pendidikan yang berpotensi melanggar persaingan usaha yang sehat yakni
perilaku kartel dan persekongkolan tender. Atas kondisi tersebut, KPPU akan
mengawasi proses bisnis yang dilakukan oleh masing-masing pelaku usaha
sektor Kesehatan dan Pendidikan dan akan menindak bagi pelaku usaha yang
diduga melanggar UU No. 5/1999.
Pengadaan barang dan jasa atau biasa dikenal dengan tender sarana dan
prasarana tentunya menjadi prioritas utama dalam persiapan ibu kota negara
baru, tender pembangunan Gedung perkantoran, jalan jembatan dan sarana
lainnya akan terus dilakukan baik dengan menggunakan APBN, APBD, maupun
swasta. Isu persaingan usaha pada sektor pengadaan barang dan jasa yaitu
proses pemilihan penyedia/kontraktor yang akan melaksanakan proyek-proyek
pembangunan tersebut. Hal ini yang menimbulkan perilaku pelaku usaha sektor
pengadaan barang dan jasa yang paling berpotensi melanggar persaingan
usaha yang sehat yakni perilaku persekongkolan dalam tender. Atas kondisi
tersebut, KPPU akan mengawasi proses bisnis yang dilakukan oleh masing-
masing pelaku usaha sektor pengadaan barang dan jasa dan akan menindak
bagi pelaku usaha yang diduga melanggar UU No. 5/1999.
14
e. Fokus KPPU pada Sektor Logistik
Ibu kota baru akan dibangun dengan konsep smart capital city yang
bebasis pada teknologi digital. Pada sektor teknologi digital KPPU akan lebih
memfokuskan untuk mengawasi sektor-sektor ekonomi digital, antara lain: Jasa
Keuangan Digital (Fintech), E-Commerce dan Marketplce (makanan, minuman,
fashion dan lain-lain), Transportasi Online, Komunikasi Digital (Jaringan
Internet, Multimedia, Software). Tentunya para pelaku usaha yang bergerak
pada sektor teknologi digital ini akan memanfaatkan peluang usaha dengan
menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi bisnis melalui
jaringan internet sehingga menghambat pelaku usaha lainnya. Atas kondisi
15
tersebut, KPPU akan mengawasi proses bisnis yang dilakukan oleh masing-
masing pelaku usaha pada sektor teknologi digital dan akan menindak bagi
pelaku usaha yang diduga melanggar UU No. 5 Tahun 1999.
16
putusan yang dimaksud. KPPU merupakan lembaga independen sebagai
penegak hukum persaingan di Indonesia yang memiliki kewenangan sama
seperti kewenangan lembaga peradilan. Berdasarkan UU No. 5/1999 KPPU
diberikan Kewenangan yang meliputi penyelidikan, penuntutan, konsultasi,
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dalam kasus pelanggaran praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
17
2. Paling banyak sebesar 10% (sepuluh persen) dari total penjualan pada
pasar bersangkutan, selama kurun waktu terjadinya pelanggaran terhadap
Undang-Undang.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
18
berpotensi menyebabkan praktik persaingan usaha tidak sehat dengan
berpedoman pada UU No. 5/1999.
DAFTAR PUSTAKA
Zaini Munawir, 2019 Universitas Medan “Perjanjian yang Dilarang”, Materi ke-4;
https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/5710/CHRISTO
%20B;OBY%20S.%20PANE.pdf?sequence=1
https://eprints.umm.ac.id/39564/3/BAB%20II.pdf;
19