0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan10 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang sejarah berdirinya Badan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di Indonesia dan peran, tugas, serta fungsinya. KPPU dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 setelah sebelumnya pengaturan persaingan usaha didasarkan pada KUHPerdata dan KUHP. KPPU bertugas mengawasi dan mencegah praktik monopoli serta persaingan usaha tidak sehat, memberikan saran ke
Dokumen tersebut membahas tentang sejarah berdirinya Badan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di Indonesia dan peran, tugas, serta fungsinya. KPPU dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 setelah sebelumnya pengaturan persaingan usaha didasarkan pada KUHPerdata dan KUHP. KPPU bertugas mengawasi dan mencegah praktik monopoli serta persaingan usaha tidak sehat, memberikan saran ke
Dokumen tersebut membahas tentang sejarah berdirinya Badan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di Indonesia dan peran, tugas, serta fungsinya. KPPU dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 setelah sebelumnya pengaturan persaingan usaha didasarkan pada KUHPerdata dan KUHP. KPPU bertugas mengawasi dan mencegah praktik monopoli serta persaingan usaha tidak sehat, memberikan saran ke
Tugas Mata Kuliah Hukum Alternative Dispute Resolution
Dosen pengampu: Lia Amalia SH.,MH
Disusun Oleh: Surya Irawan HK18B 18416274201169
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG 2021-2022 POKOK PEMBAHASAN
2.1 Sejarah KPPU
Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) merupakan komisi
yang lahir dari pengejawantahan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang tidak terlepas dari konteks sosial politik pada saat undang-undang tersebut disahkan. Dalam penjabaran skipsi ini akan menganalisis sejarah berdirinya KPPU berdasarkan sudut pandang hukum dan sudut pandang sosial-politik, sudut pandang hukum dalam melihat sandaran hukum pada penegakan persaingan usaha sebelum hadirnya Undang- undang Nomor 5 Tahun 1999, disisi lain diperlukan pembahasan mengenai konteks sosial politik agar pembahasannya lebih komperhensif. Sebelum dikeluarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, maka pengaturan tentang persaingan usaha tidak sehat didasari pada pasal 1365 KUHPerdata mengenai perbuatan melanngar hukum, dan pasal 382 bis KUHPidana yang menggambarkan bahwa seseorang dapat dikenakan sanksi pidana atas tindakan “persaingan curang” dan harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut : a) Adanya tindakan tertentu yang dikategorikan sebagai persaingan curang b) Perbuatan persaingan curang itu dilakukan dalam rangka mendapatkan, melangsungkan, dan memperluas hasil dagangan, atau perusahaan c) Perusahaan yang diuntungkan karena persaingan orang tersebut baik perusahaan si pelaku maupun perusahaan lain d) Perbuatan pidana persaingan curang dilakukan dengan cara menyesatkan khalayak umum atau orang tertentu; e) Akibat dari perbuatan persaingan curang tersebut telah menimbulkan kerugian bagi konkurennya dari orang lain yang diuntungkan dengan perbuatan si pelaku. Landasan hukum peraturan yang mengatur mengenai persaingan usaha sebelum lahirnya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 sangat lemah secara substansi karena terlalu umum dalam menerangkan aturan persaingan usaha yang seharusnya menjadi aturan khusus tersendiri dalam perundang-undangan di Indonesia, dan belum jelas alur penanganan serta indikator kecurangan usaha. Dari sisi sosial politik pada masa sebelum reformasi, perekonomian Indonesia didominasi oleh struktur yang terkonsentrasi. Pelaku usaha yang memiliki akses terhadap kekuasaan dapat menguasai dengan skala besar perekonomian Indonesia. Struktur monopoli dan oligopoli sangat mendominasi sektor-sektor ekonomi saat itu. Dalam perkembangannya, pelaku-pelaku usaha yang dominan bahkan berkembang menjadi konglomerasi dan menguasai dari hulu ke hilir di berbagai sektor. Salah satu contohnya adalah Grup Salim yang hampir menguasai seluruh bidang bisnis di Indonesia pada masa Orde Baru. Menurut Didik J. Rachbini tuntutan perlunya bisnis yang fair sudah ada sejak 20-25 tahun yang lalu. Karena kenyataan di tanah air dengan terjadinya ketimpangan ekonomi, dimana data menunjukan, bahwa 99 % pelaku usaha di tanah air merupakan sektor usaha kecil dan menengah, dan mereka hanya menguasai aset ekonomi sebanyak 40% dari ekonomi nasional. Sedangkan sisanya 1% disebut sebagai pelaku usaha besar dan kakap yang menguasai 60% aset ekonomi nasional. Jika dikelompokan menjadi arus utama, terdapat dua faktor yang mempengaruhi kelahiran Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU). Pertama, pada masa Orde Baru pernah diterapkan suatu kebijakan ekonomi yang dikenal dengan kebijakan substitusi impor, yaitu sebuah kebijakan yang memberikan perlindungan khusus, kemudahan dan fasilitas kepada segelintir pelaku usaha dari persaingan internasional. Secara idealistis tujuan dari kebijakan ini dinilai cukup tepat sebagai penggerak bagi tumbuhnya industri kecil lainnya dalam proses tickle down effect. Namun yang kemudian terjadi justru pemusatan ekonomi kepada sekelompok pengusaha yang diberi kemudahan tersebut. Grup Salim menjadi salah satu contoh perusahaan yang diberikan kemudahan oleh presiden Soeharto. Keterpurukan ekonomi yang ditimbulkan oleh kebijakan ini mencapai puncaknya pada masa krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998. Tuntutan untuk menyusun sebuah Undang-undang anti monopoli yang dinilai sebagai solusi dari permasalahan perekonomian sedang yang dihadapi Indonesia pada waktu tersebut. Kedua, Secara eksternal tekanan dari International Monetary Fund (IMF) terhadap Indonesia agar menyusun undang-undang anti monopoli sering pula disebut sebagai salah satu syarat untuk memperoleh pinjaman asing juga sering disebutkan sebagai alasan dari lahirnya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999. Keterlambatan pencairan dana dari IMF pada waktu itu akan berdampak serius bagi perekonomian dan investasi asing yang akan berinvestasi di Indonesia, hal ini tentunya lebih jauh akan menimbulkan kemerosotan perekonomian nasional. Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 disebutkan bahwa kecenderungan globalisasi perekonomian serta dinamika dan perkembangan usaha swasta sejak awal 1990-an dianggap sebagai tantangan dan persoalan dalam perkembangan pembangunan nasional. Pengalaman sejarah mengenai persaingan usaha di Indonesia memberikan standing position berdirinya Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU). Hadirnya KPPU di Indonesia bukanlah suatu hal baru di lingkungan internasional, pemberian wewenang khusus kepada suatu komisi untuk melaksanankan suatu peraturan di bidang persaingan merupakan suatu hal yang lazim dilakukan oleh kebanyakan negara. Di Amreika Serikat, Departemen kehakiman mempunyai divisi khusus, yaitu Antitrust Division untuk menegakan Sherman Act. Departemen kehakiman bersama-sama Federal Trade Commision juga bertugas menegakan Clayton Act. Masyarakat Ekonomi Eropa dengan European Comunnity Comission, di Jepang, Korean, dan Taiwan dengan Fair Trade Commision, di Kanada disebut Competition Bereau dan di Prancis disebut Le Conseil De La Concurrence.
2.2 Peran, Tugas, dan Fungsi KPPU
1. Peran KPPU
Peran KPPU adalah di samping menunggu laporan dari masyarakat
atau pihak yang merasa dirugikan, maupun pihak yang merasa mengetahui adanya praktik kecurangan yang dilakukan oleh pelaku usaha yang bertindak proaktif mengadakan penelitian, mencari masukan maupun mengadakan pemeriksaan terhadap pelaku usaha untuk mencari kebenaran mengenai dugaan dari berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha. Peran KPPU sebagai Counsel of Policy, selain menjalankan tugas utama mencegah terjadinya dan menindak pelanggaran praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat,24KPPU juga menjalankan peran penasihat kebijakan pemerintah yang mempengaruhi persaingan usaha. Jadi sangat strategis untuk menciptakan persaingan usaha sehat, mengingat Indonesia memasuki masa transisi yakni dari transisi struktur ekonomi monopoli, oligopoli dan protektif menuju sistem ekonomi yang memberikan kesempatan yang sama kepada semua pelaku usaha. 2. Tugas KPPU
Undang-undang No 5 Tahun 1999 memberikan tugas dan
wewenang bagi KPPU untuk menegakkan hukum tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat kepada pelaku usaha dan sekaligus memberi saran serta rekomendasi pada pemerintah supaya tidak menerbitkan kebijakan yang menimbulkan praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat. KPPU juga diberi tugas untuk menyusun pedoman dan atau publikasi dalam bentuk petunjuk teknis atas pelaksanaan undang- undang tersebut.
3. Fungsi KPPU
Pengawasan dan Penegakan Hukum Persaingan oleh KPPU,
KPPU selain menjalankan tugas utama mencegah terjadinya dan menindak pelanggaran praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dengan kata lain berfungsi mengawal pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1999, juga memilikki fungsi lain memberi saran kepada pemerintah dalam melahirkan kebijakan ekonomi yang tidak memberi suatu kesempatan pelaku usaha baik swasta maupun BUMN melakukan suatu praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Peran KPPU sebagai pemberi saran kebijakan sangat strategis bila di hubungkan upaya menjalankan persaingan usaha sehat, karena masih terdapat celah kebijakan dari pemerintah yang bisa menimbulkan praktik monopoli. 2.3 Tahap-Tahap Penyelesaian Sengketa Persaingan Usaha Melalui KPPU
Eksistensi Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah suatu
lembaga atau instansi yang independen yang terlepas atau tidak terpengaruh oleh kepentingan pemerintah ataupun pihak lain didalam melaksanakan tugasnya untuk mengawasi dan melakukan penindakan terhadap setiap pelaku usaha yang menjalankan usahanya dengan melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Komisi Pengawas Persaingan Usaha ini bertanggung jawab langsung kepada Presiden mengenai kinerjanya selama melaksanakan tugasnya. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan suatu lembaga independen yang terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah serta pihak lain dan bertanggung jawab kepada Presiden. Berdasarkan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Tugas Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), adalah sebagai berikut : a) Melakukan penilaian terhadap perjanjian dan kegiatan usaha/tindakan pelaku usaha yang dilarang oleh undang-undang ini serta penilaian terhadap ada atau tidaknya dominan b) Mengambil penyalahgunaan posisi dengan tindakan sesuai wewenang yang diberikan c) Memberi saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat d) Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan undang - undang ini e) Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. Adapun wewenang KPPU sebagaimana diatur dalam Pasal 36 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999, adalah sebagai berikut : 1. Menerima laporan dari dan atau dari pelaku usaha tentang dengan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. 2. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. 3. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh komisi sebagai hasil dari penelitiannya 4. Menampilkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. 5. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan penyelewengan terhadap ketentuan undang-undang ini. 6. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang dianggap mengetahui pelenggaran terhadap ketentuan undang-undang ini 7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan para pelaku usaha, saksi- saksi ahli, atau setiap orang bagaimana dimaksud huruf c dan f yang tidakn bersedia memenuhi panggilan komisi. 8. Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan penyelidikan dan atau penulisan terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini. 9. Mendapatkan, meneliti dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan. 10. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian pihak pelaku usaha lain atau masyarakat. 11. Memberitahukan putusan komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. 12. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini. Beberapa tahapan harus ditempuh oleh KPPU dalam memeriksa perkara pelanggaran praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana yang diatur dalam Undang- Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UULPM & PUTS). Secara ringkas dapat dikatakan bahwa keseluruhan prosedur pemeriksaan perkara yang ditempuh oleh KPPU adalah antara lain : a) Menerima laporan kepada KPPU, b) Pemeriksaan Pendahuluan, c) Pemeriksaan Lanjutan, d) Mendengar keterangan saksi dan/atau saksi saksi ahli serta si pelaku sendiri dan memeriksa alat bukti lainnya, e) Menyerahkan kepada Badan Penyidik dalam hal-hal tertentu, f) Memperpanjang pemeriksaan lanjutan, g) Memberikan kepututusan kepada pelaku usaha, h) Memberikan keputusan komisi, i) Pelaksanaan keputusan komisi oleh pelaku usaha, j) Pelaporan pelaksanaan keputusan komisi oleh pelaku usaha kepa da komisi pengawas, k) Menyerahkan kepada Badan Penyidik jika Putusan Komisi tidak di laksanakan dan/atau tidak diajukan keberatannya oleh pihak Pelaku Usaha, l) Badan penyidik melakukan Penyidikan, dalam hal Pasal 44 ayat 5, m) Pelaku usaha mengajukan keberatan ke pada Pengadilan terhadap putusan Komisi Pengawas, n) Pengadilan Negeri memeriksa keberatan pelaku usaha, o) Pengadilan Negeri memberikan putusan atas keberatan pelaku usaha, p) Kasasi ke Mahkamah Agung atas Putusan Pengadilan Negeri, q) Putusan Mahkamah Agung, r) Permintaan penetapan eksekusi kepada Pengadilan Negeri, s) Penetapan Eksekusi oleh Pengadilan Negeri, t) Pelaksanaan Eksekusi oleh Pengadilan Negeri.