Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BADAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU)


Tugas Mata Kuliah Hukum Alternative Dispute Resolution

Dosen pengampu:
Lia Amalia SH.,MH

Disusun Oleh:
Surya Irawan HK18B 18416274201169

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2021-2022
POKOK PEMBAHASAN

2.1 Sejarah KPPU

Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) merupakan komisi


yang lahir dari pengejawantahan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
yang tidak terlepas dari konteks sosial politik pada saat undang-undang
tersebut disahkan. Dalam penjabaran skipsi ini akan menganalisis
sejarah berdirinya KPPU berdasarkan sudut pandang hukum dan sudut
pandang sosial-politik, sudut pandang hukum dalam melihat sandaran
hukum pada penegakan persaingan usaha sebelum hadirnya Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1999, disisi lain diperlukan pembahasan
mengenai konteks sosial politik agar pembahasannya lebih
komperhensif. Sebelum dikeluarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun
1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, maka pengaturan tentang persaingan usaha tidak sehat didasari
pada pasal 1365 KUHPerdata mengenai perbuatan melanngar hukum,
dan pasal 382 bis KUHPidana yang menggambarkan bahwa seseorang
dapat dikenakan sanksi pidana atas tindakan “persaingan curang” dan
harus memenuhi
beberapa kriteria sebagai berikut :
a) Adanya tindakan tertentu yang dikategorikan sebagai
persaingan curang
b) Perbuatan persaingan curang itu dilakukan dalam rangka
mendapatkan, melangsungkan, dan memperluas hasil
dagangan, atau perusahaan
c) Perusahaan yang diuntungkan karena persaingan orang
tersebut baik perusahaan si pelaku maupun perusahaan lain
d) Perbuatan pidana persaingan curang dilakukan dengan cara
menyesatkan khalayak umum atau orang tertentu;
e) Akibat dari perbuatan persaingan curang tersebut telah
menimbulkan kerugian bagi konkurennya dari orang lain yang
diuntungkan dengan perbuatan si pelaku.
Landasan hukum peraturan yang mengatur mengenai persaingan
usaha sebelum lahirnya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 sangat
lemah secara substansi karena terlalu umum dalam menerangkan
aturan persaingan usaha yang seharusnya menjadi aturan khusus
tersendiri dalam perundang-undangan di Indonesia, dan belum jelas
alur penanganan serta indikator kecurangan usaha.
Dari sisi sosial politik pada masa sebelum reformasi, perekonomian
Indonesia didominasi oleh struktur yang terkonsentrasi. Pelaku usaha
yang memiliki akses terhadap kekuasaan dapat menguasai dengan
skala besar perekonomian Indonesia. Struktur monopoli dan oligopoli
sangat mendominasi sektor-sektor ekonomi saat itu. Dalam
perkembangannya, pelaku-pelaku usaha yang dominan bahkan
berkembang menjadi konglomerasi dan menguasai dari hulu ke hilir di
berbagai sektor. Salah satu contohnya adalah Grup Salim yang hampir
menguasai seluruh bidang bisnis di Indonesia pada masa Orde Baru.
Menurut Didik J. Rachbini tuntutan perlunya bisnis yang fair sudah
ada sejak 20-25 tahun yang lalu. Karena kenyataan di tanah air dengan
terjadinya ketimpangan ekonomi, dimana data menunjukan, bahwa 99
% pelaku usaha di tanah air merupakan sektor usaha kecil dan
menengah, dan mereka hanya menguasai aset ekonomi sebanyak 40%
dari ekonomi nasional. Sedangkan sisanya 1% disebut sebagai pelaku
usaha besar dan kakap yang menguasai 60% aset ekonomi nasional.
Jika dikelompokan menjadi arus utama, terdapat dua faktor yang
mempengaruhi kelahiran Komisi Pengawasan Persaingan Usaha
(KPPU). Pertama, pada masa Orde Baru pernah diterapkan suatu
kebijakan ekonomi yang dikenal dengan kebijakan substitusi impor,
yaitu sebuah kebijakan yang memberikan perlindungan khusus,
kemudahan dan fasilitas kepada segelintir pelaku usaha dari persaingan
internasional. Secara idealistis tujuan dari kebijakan ini dinilai cukup
tepat sebagai penggerak bagi tumbuhnya industri kecil lainnya dalam
proses tickle down effect. Namun yang kemudian terjadi justru
pemusatan ekonomi kepada sekelompok pengusaha yang diberi
kemudahan tersebut. Grup Salim menjadi salah satu contoh perusahaan
yang diberikan kemudahan oleh presiden Soeharto. Keterpurukan
ekonomi yang ditimbulkan oleh kebijakan ini mencapai puncaknya
pada masa krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998.
Tuntutan untuk menyusun sebuah Undang-undang anti monopoli yang
dinilai sebagai solusi dari permasalahan perekonomian sedang yang
dihadapi Indonesia pada waktu tersebut.
Kedua, Secara eksternal tekanan dari International Monetary Fund
(IMF) terhadap Indonesia agar menyusun undang-undang anti
monopoli sering pula disebut sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh pinjaman asing juga sering disebutkan sebagai alasan dari
lahirnya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999. Keterlambatan
pencairan dana dari IMF pada waktu itu akan berdampak serius bagi
perekonomian dan investasi asing yang akan berinvestasi di Indonesia,
hal ini tentunya lebih jauh akan menimbulkan kemerosotan
perekonomian nasional. Dalam penjelasan umum Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 disebutkan bahwa kecenderungan globalisasi
perekonomian serta dinamika dan perkembangan usaha swasta sejak
awal 1990-an dianggap sebagai tantangan dan persoalan dalam
perkembangan pembangunan nasional.
Pengalaman sejarah mengenai persaingan usaha di Indonesia
memberikan standing position berdirinya Komisi Pengawasan
Persaingan Usaha (KPPU). Hadirnya KPPU di Indonesia bukanlah
suatu hal baru di lingkungan internasional, pemberian wewenang
khusus kepada suatu komisi untuk melaksanankan suatu peraturan di
bidang persaingan merupakan suatu hal yang lazim dilakukan oleh
kebanyakan negara. Di Amreika Serikat, Departemen kehakiman
mempunyai divisi khusus, yaitu Antitrust Division untuk menegakan
Sherman Act. Departemen kehakiman bersama-sama Federal Trade
Commision juga bertugas menegakan Clayton Act. Masyarakat
Ekonomi Eropa dengan European Comunnity Comission, di Jepang,
Korean, dan Taiwan dengan Fair Trade Commision, di Kanada disebut
Competition Bereau dan di Prancis disebut Le Conseil De La
Concurrence.

2.2 Peran, Tugas, dan Fungsi KPPU


1. Peran KPPU

Peran KPPU adalah di samping menunggu laporan dari masyarakat


atau pihak yang merasa dirugikan, maupun pihak yang merasa
mengetahui adanya praktik kecurangan yang dilakukan oleh pelaku
usaha yang bertindak proaktif mengadakan penelitian, mencari
masukan maupun mengadakan pemeriksaan terhadap pelaku usaha
untuk mencari kebenaran mengenai dugaan dari berbagai
pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha.
Peran KPPU sebagai Counsel of Policy, selain menjalankan tugas
utama mencegah terjadinya dan menindak pelanggaran praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat,24KPPU juga
menjalankan peran penasihat kebijakan pemerintah yang
mempengaruhi persaingan usaha. Jadi sangat strategis untuk
menciptakan persaingan usaha sehat, mengingat Indonesia
memasuki masa transisi yakni dari transisi struktur ekonomi
monopoli, oligopoli dan protektif menuju sistem ekonomi yang
memberikan kesempatan yang sama kepada semua pelaku usaha.
2. Tugas KPPU

Undang-undang No 5 Tahun 1999 memberikan tugas dan


wewenang bagi KPPU untuk menegakkan hukum tentang larangan
praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat kepada pelaku
usaha dan sekaligus memberi saran serta rekomendasi pada
pemerintah supaya tidak menerbitkan kebijakan yang
menimbulkan praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.
KPPU juga diberi tugas untuk menyusun pedoman dan atau
publikasi dalam bentuk petunjuk teknis atas pelaksanaan undang-
undang tersebut.

3. Fungsi KPPU

Pengawasan dan Penegakan Hukum Persaingan oleh KPPU,


KPPU selain menjalankan tugas utama mencegah terjadinya dan
menindak pelanggaran praktik monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat dengan kata lain berfungsi mengawal pelaksanaan UU
No. 5 Tahun 1999, juga memilikki fungsi lain memberi saran
kepada pemerintah dalam melahirkan kebijakan ekonomi yang
tidak memberi suatu kesempatan pelaku usaha baik swasta
maupun BUMN melakukan suatu praktik monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat. Peran KPPU sebagai pemberi saran
kebijakan sangat strategis bila di hubungkan upaya menjalankan
persaingan usaha sehat, karena masih terdapat celah kebijakan dari
pemerintah yang bisa menimbulkan praktik monopoli.
2.3 Tahap-Tahap Penyelesaian Sengketa Persaingan Usaha Melalui
KPPU

Eksistensi Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah suatu


lembaga atau instansi yang independen yang terlepas atau tidak
terpengaruh oleh kepentingan pemerintah ataupun pihak lain didalam
melaksanakan tugasnya untuk mengawasi dan melakukan penindakan
terhadap setiap pelaku usaha yang menjalankan usahanya dengan
melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Komisi
Pengawas Persaingan Usaha ini bertanggung jawab langsung kepada
Presiden mengenai kinerjanya selama melaksanakan tugasnya.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan suatu
lembaga independen yang terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah serta pihak lain dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Berdasarkan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Tugas
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), adalah sebagai berikut :
a) Melakukan penilaian terhadap perjanjian dan kegiatan
usaha/tindakan pelaku usaha yang dilarang oleh undang-undang
ini serta penilaian terhadap ada atau tidaknya dominan
b) Mengambil penyalahgunaan posisi dengan tindakan sesuai
wewenang yang diberikan
c) Memberi saran dan pertimbangan terhadap kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat
d) Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan
undang - undang ini
e) Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja kepada
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Adapun wewenang KPPU sebagaimana diatur dalam Pasal 36 Undang
Undang Nomor 5 Tahun 1999, adalah sebagai berikut :
1. Menerima laporan dari dan atau dari pelaku usaha tentang
dengan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat.
2. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha
dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
3. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus
dugaan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha
atau yang ditemukan oleh komisi sebagai hasil dari
penelitiannya
4. Menampilkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang
ada atau tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.
5. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan
penyelewengan terhadap ketentuan undang-undang ini.
6. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap
orang yang dianggap mengetahui pelenggaran terhadap
ketentuan undang-undang ini
7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan para pelaku
usaha, saksi- saksi ahli, atau setiap orang bagaimana dimaksud
huruf c dan f yang tidakn bersedia memenuhi panggilan
komisi.
8. Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya
dengan penyelidikan dan atau penulisan terhadap pelaku usaha
yang melanggar ketentuan undang-undang ini.
9. Mendapatkan, meneliti dan atau menilai surat, dokumen, atau
alat bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan.
10. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian
pihak pelaku usaha lain atau masyarakat.
11. Memberitahukan putusan komisi kepada pelaku usaha yang
diduga melakukan praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.
12. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada
pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini.
Beberapa tahapan harus ditempuh oleh KPPU dalam memeriksa
perkara pelanggaran praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat sebagaimana yang diatur dalam Undang- Undang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UULPM &
PUTS). Secara ringkas dapat dikatakan bahwa keseluruhan prosedur
pemeriksaan perkara yang ditempuh oleh KPPU adalah antara lain :
a) Menerima laporan kepada KPPU,
b) Pemeriksaan Pendahuluan,
c) Pemeriksaan Lanjutan,
d) Mendengar keterangan saksi dan/atau saksi saksi ahli serta si
pelaku sendiri dan memeriksa alat bukti lainnya,
e) Menyerahkan kepada Badan Penyidik dalam hal-hal tertentu,
f) Memperpanjang pemeriksaan lanjutan,
g) Memberikan kepututusan kepada pelaku usaha,
h) Memberikan keputusan komisi,
i) Pelaksanaan keputusan komisi oleh pelaku usaha,
j) Pelaporan pelaksanaan keputusan komisi oleh pelaku usaha
kepa da komisi pengawas,
k) Menyerahkan kepada Badan Penyidik jika Putusan Komisi
tidak di laksanakan dan/atau tidak diajukan keberatannya oleh
pihak Pelaku Usaha,
l) Badan penyidik melakukan Penyidikan, dalam hal Pasal 44
ayat 5,
m) Pelaku usaha mengajukan keberatan ke pada Pengadilan
terhadap putusan Komisi Pengawas,
n) Pengadilan Negeri memeriksa keberatan pelaku usaha,
o) Pengadilan Negeri memberikan putusan atas keberatan pelaku
usaha,
p) Kasasi ke Mahkamah Agung atas Putusan Pengadilan Negeri,
q) Putusan Mahkamah Agung,
r) Permintaan penetapan eksekusi kepada Pengadilan Negeri,
s) Penetapan Eksekusi oleh Pengadilan Negeri,
t) Pelaksanaan Eksekusi oleh Pengadilan Negeri.

Anda mungkin juga menyukai