Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 3

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

NAMA : PANDE DEWI SUGIARI

NIM : 042272726

MATA KULIAH : EKMA4312/EKONOMI MANAJERIAL


Soal :

1. Implementasi regulasi di pasar umumnya berjalan tidak sesuai dengan harapan.


Terdapatnya sejumlah permasalahan yang dapat muncul dalam penerapannya.
Permasalahan apa saja yang kemungkinan akan muncul sehingga penerapan regulasi akan
gagal dilaksanakan? Jelaskan!
2. Regulasi persaingan usaha di Indonesia terdapat pedoman pokok regulasi persaiangan
usaha diatur dalam undang-undang nomor 5 tahun 1999, berisi tentang apa? Jelaskan!

Jawaban :

1. Sebelum kita membahas tentang apa saja permasalahan yang kemungkinan muncul sehingga
penerapan regulasi akan gagal ada baik nya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu regulasi ?

Regulasi Merupakan suatu bentuk keterlibatan pemerintah dalam penyediaan barang dan jasa
dipasar yang didasari pada keinginan untuk mengatasi berbagai macam kegagalan pasar.
Kegagalan pasar Disini merupakan gambaran suatu kondisi perekonomian dimana terjadi
inefisiensi dalam alokasi sumber daya, pasar barang mengalami defisit atau surplus, sedangkan
pasar input menunjukkan tingkat pengangguran yang tinggi dan kelangkaan modal. Kegagalan
pasar sering kali ditandai dengan adanya pemusatan kekuatan ekonomi dan kepemilikan sumber
daya produksi di tangan kelompok tertentu.

Penerapan regulasi dalam pasar tidak selalu berjalan lancar. Berikut sejumlah
permasalahan yang dapat muncul dalam penerapan regulasi yaitu sebagai berikut :

1. Regulasi yang memicu penurunan kualitas pelayanan

Terdapat kemungkinan bahwa pengaturan harga oleh pemerintah berupa penetapan harga
batas atas untuk melindungi konsumen justru berpotensi mengurangi kualitas produk yang
dihasilkan karena atau menggunakan input- input yang kurang baik demi penurunan biaya
produksi dalam rangka memenuhi batas atas harga produk yang diizinkan.

2. Regulasi terkait harga menghambat inovasi dan peningkatan efisiensi

Kebijakan harga yang ditetapkan pemerintah sering kali mengurangi motivasi perusahaan
untuk mencapai kondisi efisien, melakukan inovasi, dan pembaharuan teknologi. Sebagai contoh,
misalnya perusahaan XYZ menjadi sasaran penerapan peraturan pemerintah terkait pembatasan
maksimal keuntungan sebesar 5%. Saat ini, keuntungan perusahaan XYZ adalah sebesar 5%..
perusahaan XYZ sebenarnya mampu meningkatkan keuntungannya menjadi 10-15% melalui
penghematan biaya atau pun perluasan pasar, namun karena aturan membatasi keuntungan
maksimal 5% maka perusahaan XYZ memutuskan untuk tetap beroperasi pada Tingkat
keuntungan 5%.
2. Pedoman pokok kebijakan persaingan usaha di Indonesia adalah undang-undang Nomor
5 tahun 1999 (UU No. 5/1999) tentang :

Larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Secara umum tujuan dari undang-
undang ini adalah mewujudkan iklim usaha yang kondusif, tanpa adanya praktik monopoli dan
persaingan tidak sehat dan menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi
seluruh pelaku usaha guna tercapainya efektivitas dan efisiensi usaha dan perekonomian sehingga
pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. UU tersebut
mengatur berbagai ketentuan terkait praktik oligopoli, penetapan harga, pembagian wilayah usaha,
pemboikotan, kartel,trust, oligopsoni, integrasi vertikal, perjanjian-perjanjian usaha, monopoli,
monopsoni, penguasaan pasar, persengkokolan usaha, posisi dominan, jabatan rangkap,
penggabungan,peleburan, dan pengambil Alihan usaha, komisi pengawas persaingan usaha, tata
cara penanganan perkara, serta sanksi-sanksi usaha.

Kehadiran UU No. 5 Tahun 1999 ini juga telah mendorong kelahiran komisi pengawasan
persaingan usaha (KPPU) yang bertanggung jawab dalam pengawasan pelaksanaan undang-
undang persaingan usaha ini. Secara spesifik, tugas KPPU adalah :

1) melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik


monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat

2) melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan/atau tindakan pelaku usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

3) melalukan penilaian terhadap ada/atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat dan

4) memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

KPPU sendiri, sebagai lembaga pengawas persaingan usaha dapat menangani perkara dugaan
pelanggaran hukum persaingan dan memberikan saran atau pertimbangan atas kebijakan
pemerintah. Dalam hal ini, ketika regulasi atau kebijakan pemerintah menjadi sumber
permasalahan maka KPPU yanya memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah namun
tidak dapat menggugat pemerintah. Sementara itu, kepada usaha, KPPU dapat mengajukan
gugatan perkara dan menghukum suatu perusahaan jika terbukti perusahaan tersebut melakukan
pelanggaran, misalnya dengan menaikkan harga secara tidak wajar dan/atau membatasi pasokan
produksi hingga langka demi mencapai keuntungan sendiri namun berdampak pada hilangnya
kesejahteraan konsumen. Meskipun demikian, eksistensi dan kebersihan KPPU tidak mungkin
terjadi jika KPPU tidak didukung oleh pemerintah dan DPR serta stakeholders lainnya seperti
pelaku usaha, konsumen dan aparatur negara (Pasaribu,2010). Setiap elemen pemerintah, pelaku
usaha juga perlu mensosialisasikan prinsip persaingan sehat kepada stafnya dan mengeluarkan
ketentuan untuk mematuhinya.

Menurut Pasaribu (2010), UU No 5/1999 dan KPPU lahir pada momentum yang tepat. Dua
elemen regulasi persaingan usaha tersebut merupakan respons strategik terhadap berbagai
pemusatan ekonomi, praktik monopoli serta crony capitalism yang menghasilkan tingkat
kemiskinan,kesenjangan, dan pengangguran yang tinggi selama periode rezim pemerintahan
sebelumnya. Disamping itu, UU 5/1999 dan KPPU menjadi elemen penting untuk
mengaktualisasikan road map pembangunan ekonomi yang sejalan dengan prinsip dan kerangka
ekonomi sebagaimana tercantum dalam UU 1945 serta sekaligus mengantisipasi proses globalisasi
yang diwarnai dengan persaingan yang makin ketat.

Meskipun undang-undang persaingan usaha di Indonesia sudah ada, masih terdapat suatu
permasalahan yang cukup krusial terkait dengan pengarus utamaan kebijakan persaingan.
Menurut studi Narjoko dan Anas (2015), UU persaingan usaha belum sepenuhnya mengatur
tentang koordinasi dan sinergi kebijakan-kebijakan pemerintah yang menghambat persaingan.
Masih banyak terdapat undang-undang dan peraturan pemerintah yang menjadi sumber
hambatan persaingan yang sehat. Contoh pertama adalah UU Nom 7/2014 tentang perdagangan.
Undang-undang ini memberikan ruang bagi pemerintah untuk memberikan perlindungan atau
proteksi terhadap produsen domestik dari persaingan barang impor serta mengizinkan
pengenaan hambatan nontarif dan diterapkannya pembatasan ekspor jika terjadi kekurangan
pasokan di pasar domestik. Contoh kedua adalah UU No 3/2014 tentang perindustrian. Undang-
undang ini memberikan perlindungan kepada industri strategis dan dapat mengenakan
pembatasan ekspor bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Beberapa contoh
ini mengindikasikan adanya kurangnya pengarus utamaan kebijakan persaingan di Indonesia.

Selain isu kurangnya pengarus utamaan Kebijakan persaingan Indonesia, isu yang mencuat
sekitar 1 tahun berakhir ini adalah tuntutan untuk melakukan revisi terhadap UU No. 5/1999
bahkan, pemerintah Indonesia dan DPR pun telah menyetujui proses revisinya. Setidaknya ada
sejumlah hal yang menjadi masukan sehubungan dengan revisi UU Anti monopoli sebagaimana
dinyatakan oleh Asosiasi pengusaha Indonesia (APINDO), di antaranya (disarikan dari
hukumonline.com, Kamis,24 November 2016):

a) Terkait dengan dasar dan filosofi UU persaingan usaha, seharusnya asas dan tujuan UU
persaingan usaha bukanlah menghukum atau mematikan dunia usaha, tetapi
menciptakan iklim usaha yang fair dalam berbisnis.
b) Terkait dengan substansi dan struktur,APINDO menyatakan UU Anti monopoli harus
direvisi karena perlu disesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan politik negara.
Revisi tersebut juga harus dilakukan secara kemprehensif terutama mengenai struktur,
kelembagaan KPPU, hukum acara,kewenangan, perekrutan anggota KPPU, tolak ukur
pembuktian, sanksi dan denda.
c) Terkait dengan pengertian praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Menurut
APINDO, pengertian praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat harus dibuat lebih
jelas dan ada tolak ukur yang jelas dan tegas.
d) Terkait kelembagaan KPPU, kelembagaan KPPU saat ini dinilai bersifat super power.
e) Terkait definisi atau batasan 'terlapor', dalam UU Anti monopoli, definisi terlapor hanyalah
pelaku usaha. Sementara itu, dalam draft amandemen, terlapor adalah pelaku usaha dan
pihak lain.
f) Terkait denda dan hukuman, dalam rancangan RUU anti monopoli, denda hukuman akan
ditingkatkan dari Rp 25 miliar menjadi 30 persen dari omzet. Menurut APINDO, hal ini
berpotensi mengganggu iklim usaha dan menghambat motivasi investor sehingga berakibat
kontra produktif bagi perekonomian nasional.
g) Terkait keharusan membayar denda atau penalti didepan, dimana jika terlapor melakukan
keberatan atau Banding, dia harus terlebih dahulu menyetor denda sebesar 10 persen
dimuka.
h) Terkait notifikasi merger atau akuisisi, dalam revisi UU Anti monopoli, hal ini mengarah
kepada pre-merger notification.
i) Terkait kode etik dan dewan pengawas, diharapkan perlu ada kode etik dan dewan
pengawas KPPU yang merupakan lembaga terpisah dan bukan bersifat ad hoc untuk
mengawasi agar tidak terjadi penyelewengan kekuasaan dari KPPU.
j) Terkait extra territory law enforcement, usaha penambahan kewenangan KPPU untuk
melakukan tindakan hukum kepada perusahaan asing yang berada diluar wilayah Indonesia
perlu dipertimbangkan secara sangat hati-hati.
k) Terkait penafsiran dan pengaturan lebih lanjut pasal-pasal UU, didalam draft revisi UU
Anti monopoli terdapat banyak sekali pasal-pasal yang menyatakan "ketentuan lebih lanjut
mengenai pasal ini ditentukan oleh KPPU". Hal ini dikhawatirkan menimbulkan
penyalahgunaan oleh KPPU karena ketidaksempurnaan regulasi.

SUMBER :
BMP EKMA4312 MODUL 7 HAL 7.7-7.20 EKONOMI MANAJERIAL EDISI 2
LINCOLIN ARSYAD PENERBIT UNIVERSITAS TERBUKA

Anda mungkin juga menyukai