Anda di halaman 1dari 15

Huku m Bisnis : Peran dan Wewenang KPPU | 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Uundang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek


Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat tidak hanya ditujukan pada
ketertiban masyarakat, namun juga sedikit banyak berkepentingan dengan
terciptanya efisiensi ekonomi melalui penciptaan dan pemeliharaan iklim
persaingan usaha yang kondusif.

Mengingat bahwa hukum binis berkaitan dengan aktivitas berusaha


(business activity) dan masyarakat usaha sebagai tempat berlakunya, bisa
dimengerti apabila di banyak negara yang telah memiliki hukum bisinis yang
komprehensif lantas dibentuk organ khusus untuk mengelola penegakan
hukum persaingan usaha. Dengan kewenangan yang dimiliki, organ-organ
khusus semacam ini memikul tanggung jawab untuk mengungkapkan hukum
persaingan di satu sisi dan di sisi lain sekaligus menjaga supaya iklim
berusaha tidak terganggu oleh intervensi hukum persaingan usaha.

Untuk dapat terwujudnya ketentuan-ketentuan tentang anti monopoli


ini ke dalam praktek, maka dibutuhkan suatu badan yang tugas pokoknya
adalah untuk mengawasi pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan tentang
persaingan usaha. Maka dari itu, UU No. 5 Tahun 1999 telah membentuk apa
yang disebut dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Komisi ini
bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI. Karena itu, KPPU
memperoleh sumber keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
atau sumber-sumber lainnya yang diperbolehkan oleh peraturan perundang-
undangan.
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 75 Tahun 1999,
KPPU dibentuk sebagaimana diatur dalam Pasal 34 yang mengatur mengenai
susunan organisasi, tugas, dan fungsi KPPU yang ditetapkan melalui
Keputusan Presiden.
Huku m Bisnis : Peran dan Wewenang KPPU | 2

KPPU memiliki beberapa tugas yang meliputi :

- Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan


terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
- Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku
usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
- Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan
posisi dominan yang dapat mengakibatkan praktek monopoli yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat.
- Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang komisi.
- Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
- Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan UU No. 5
Tahun 1999.
- Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja KPPU kepada
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Untuk melakukan pembahasan yang lebih komprehensif, maka penulis


memilih judul Peran dan Wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KKPU)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan


masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa peran dan wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KKPU)?


2. Bagaimanakah alur kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
Huku m Bisnis : Peran dan Wewenang KPPU | 3

1. Untuk mengetahui peran dan wewenang Komisi Pengawas Persaingan


Usaha (KPPU).
2. Untuk mengetahui alur kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KKPU).

D. Manfaat
Secara teoritis, makalah ini dapat dijadikan bahan kajian terhadap Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Secara praktis, makalah ini dapat
memberikan sumbangan pemikiran yuridis tentang keberadaan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang memegang peranan penting dalam
kegiatan perekonomian di negara kita

BAB II

PEMBAHASAN
Huku m Bisnis : Peran dan Wewenang KPPU | 4

A. Peran dan Wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)


sebagai Lembaga Pengawas terhadap Penegakan Hukum Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999

UU No. 5 Tahun 1999 mengenai Larangan Praktek Monopoli dan


Persaingan Usaha (UU Antimonopoli) merupakan salah satu produk undang-
undang yang dilahirkan atas desakan dari International Monetary Fund (IMF)
sebagai salah satu syarat agar pemerintah Indonesia dapat memperoleh
bantuan dari IMF guna mengatasi krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
Tujuan adanya undang-undang ini adalah untuk memangkas praktek
monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat yang terjadi di Indonesia
pada zaman pemerintahan Orde Baru, dimana praktek monopoli dan/ atau
persaingan usaha tidak sehat tersebut banyak terjadi akibat kebijakan
pemerintah yang kerap kali menguntungkan pelaku usaha tertentu saja.
Sebenarnya Indonesia telah memiliki Rancangan Undang-Undang (RUU)
Antimonopoli yang disusun oleh pelaku usaha dengan para ekonom Indonesia
pada akhir tahun 80-an, yang apabila disahkan dapat digunakan sebagai
landasan hukum penghapusan praktek-praktek monopoli dan persaingan
usaha yang sehat yang terjadi pada waktu itu. Namun sayangnya, karena
adanya tekanan dari penguasa, RUU Antimonopoli tersebut tidak pernah
dibahas oleh pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk menjadi
Undang-Undang.
Dengan UU No. 5 Tahun 1999, dibentuk suatu komisi yang sangat
diharapkan agar dapat menegakkan hukum secara lebih baik. Komisi tersebut
diberi nama dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Kewenangan dari
Komisi Pengawas ini hanya sebatas memberikan sanksi-sanksi administratif.
Pada prinsipnya Komisi Pengawas ini tidak berwenang menjatuhkan sanksi-
sanksi pidana maupun perdata.
Memang membentuk suatu Komisi khusus untuk menegakkan hukum
anti monopoli sudah menjadi kelaziman dalam hukum anti monopoli di
berbagai negara. Misalnya di USA, di tingkat federal, bahkan ada 2 (dua)
Huku m Bisnis : Peran dan Wewenang KPPU | 5

agency yang bertugas khusus untuk menegakkan hukum anti monopoli ini,
yaitu :
- Divisi Antitrust dalam Departemen Kehakiman (Department of Justice);
dan
- Komisi Perdagangan Federal (Federal Trade Commission).

Jika kita mengambil contoh di negeri Belanda, di sana beberapa


prinsip dan ketentuan umum dari penegakan hukum, khususnya yang
berkenaan dengan pelaksanaan hukum anti monopoli, terlihat sebagai
berikut :

- Menteri Ekonomi, kadang-kadang bersama-sama dengan Menteri lain


adalah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan hukum persaingan.
- Menteri selalu berkonsultasi dengan Komite Kompetisi Ekonomi,
terutama sebelum mengambil tindakan-tindakan formal.
- Pihak perusahaan yang berkepentingan, seperti juga pihak ketiga,
mempunyai hak untuk didengar.
- Perusahaan mempunyai kewajiban untuk mensuplai informasi kepada
Menteri atau Komite ketika dimintakan. Jika tidak mensuplai
informasi tersebut dapat dianggap sebagai perbuatan kriminal.
- Menteri berwenang untuk mengambil keputusan yang profesional jika
tindakan-tindakan yang cepat perlu dilakukan.
- Jika kontrak tertutup dianggap bertentangan dengan kepentingan
umum, Menteri dapat menyatakan bahwa kontrak tersebut tidak
operatif, dan mengambil tindakan-tindakan lain yang diperlukan.
- Kriteria-kriteria yang diambil oleh Menteri haruslah dipublikasi dalam
pengumuman negara yang resmi.
- Pihak-pihak yang dirugikan oleh tindakan Menteri dalam menetapkan
kriteria tersebut dapat mengajukan banding ke Mahkamah untuk
Perdagangan dan Industri.
- Pihak-pihak yang melanggar ketetapan diambil oleh Menteri, dalam
hal ini dapat dikenakan ancaman pidana.
- Pihak yang dirugikan oleh tindakan yang diambil oleh Menteri dapat
menggugat ganti rugi karena perbuatan melawan hukum
(onrechtmatigedaad).
Huku m Bisnis : Peran dan Wewenang KPPU | 6

Untuk penegakan hukum anti monopoli di Indonesia perlu kerja keras


dan usaha yang sungguh-sungguh untuk dapat melaksanakan penegakan
hukum dari hukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat ini.
Kesungguhan tersebut mesti ada pada semua pihak yang terlibat, apakah dia
pejabat pengusutan (polisi), penuntutan (jaksa) ataupun pihak peradilan.
Mereka semua harus dapat menghayati bagaimana pentingnya aturan hukum
di bidang anti monopoli untuk ditegakkan secara jujur dan maksimal.

Indonesia memberlakukan undang-undang Hukum Persaingan yang


diatur dalam UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No. 5 Tahun 1999). Sama dengan
undang-undang di berbagai negara lainnya, maka UU No. 5 Tahun 1999
dalam Pasal 30 Pasal 37 membentuk suatu Komisi independen yang
disebut dengan nama Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

Yang penting adalah, kiprah yang diharapkan dari Komisi Pengawas


Persaingan Usaha. Karena komisi ini merupakan ujung tombak dari
penegakan hukum anti monopoli, maka kapabilitas, kejujuran dan
keseriusan dari anggota komisi ini sangat menentukan bagaimana warna dan
irama dari berjalannya hukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat dalam prakteknya.

1. Peranan komisi pengawas persaingan usaha (KPPU)


Lembaga yang akan menjadi penjaga untuk tegaknya peraturan
persaingan merupakan syarat mutlak agar peraturan persaingan dapat
lebih operasional. Pemberian kewenangan khusus kepada suatu komisi
untuk melaksanakan suatu peraturan di bidang persaingan merupakan
hal yang lazim dilakukan oleh kebanyakan Negara. Di Indonesia
penegakan hukum persaingan diserahkan kepada Komisi Pengawasan
Persaingan Usaha, disamping kepolisian, kejaksaan, dan peradilan.
Penegakan pelanggaran hukum persaingan usaha harus dilakukan
Huku m Bisnis : Peran dan Wewenang KPPU | 7

terlebih dahulu dalam dan melaui KPPU. Setelah itu tugas dapat
diserahkan kepada penyidik kepolisian, kemudian di lanjutkan ke
pengadilan, jika pelaku usaha tidak bersedia menjalankan putusan yang
telah dijatuhkan KPPU. (Rachmadi Usman, 2004:97)
Hukum persaingan usaha memerlukan orang-orang spesialis yang
memiliki latar belakang dan atau mengerti betul seluk beluk bisnis
dalam rangka menjaga mekanisme pasar karena berhubungan erat
dengan ekonomi dan bisnis. (Ayudha D Prayoga 2000:126)
Dikatakan Pasal 30 ayat (1) Undang-undang nomor 5 Tahun 1999
dinyatakan bahwa untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang in
dibentuk Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang selanjutnya disebut
Komisi. Kemudian dalam pasal 34 ayat (1) dinyatakan pembentukan
komisi serta sususan organisasi, tugas, dan fungsinya ditetapkan
dengan Keputusan Presiden. Maka sebagai tindak lanjut lahirlah
Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas
Persaingan Usaha.
Sudah sewajarnya Komisi Pengawas persaingan Usaha yang
merupakan state auxiliary yang dibentuk pemerintah haruslah bersifat
independent, terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta
pihak lain dalam mengawasi pelaku usaha; dalam hal ini memastikan
pelaku usaha menjalankan kegiatannya dengan tidak melakukan praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Status KPPU ini telah
diatur dalam pasal 30 ayat (2) Undang-undang no 5 Tahun 1999 yang
kemudian diulang pada pasal 1 ayat (2) Keputusan presiden nomor 75
tahun 1999.
KPPU sebagai lembaga negara komplementer memiliki tugas
yang kompleks dalam mengawasi praktek persaingan usaha tidak sehat
oleh para pelaku usaha. Hal ini disebabkan semakin massivenya
aktifitas bisnis dalam berbagai bidang dengan modifikasi strateginya
dalam memenangkan persaingan antar kompetitor, disinilah KPPU
memerankan perannya sebagai watch dog, market survelienence agar
tidak terjadi persaingan yang tidak sehat. Perkembangan dan
Huku m Bisnis : Peran dan Wewenang KPPU | 8

peningkatan aktifitas pelaku usaha di Indonesia yang didominasi oleh


segelintir orang yang berkuasa telah menimbulkan social economic
gap antara pengusaha kecil dan menengah (www.solusihukum.com )
Status dan keanggotaan Komisi diatur dalam pasal 1 angka 18,
30, dan pasal 31 UU No 5 Tahun 1999 Anggota Komisi Pengawas
Persaingan Usaha minimum berjumlah 9 (sembilan) orang, termasuk
ketua dan wakil ketua yang merangkap sebagai anggota seperti yang
diatur dalam pasal 31 ayat (1) Undang-undang nomor 5 tahun 1999.

2. Kewenangan komisi pengawas persaingan usaha (KPPU)


Sesuai dengan pasal 36 UU No. 5 tahun 1999, yang menjadi wewenang
dari komisi pengawas adalah sebagai berikut:
a. Menampung laporan dari masysarakat dan atau dari pelaku
usaha tentang dugaan telah terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan curang;
b. Melakukan penelitian mengenai dugaan adanya kegiatan usaha
atau tindakan pelaku usaha yang sapat menimbulkan praktek
monopoli dan atau persaingan curang;
c. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus
dugaan praktek monopoli dan atau persaingan curang yang
didapat karena :
- Laporan Masyarakat
- Laporan Pelaku Usaha
- Diketemukan sendiri oleh Komisi Pengawas dari hasil
penelitiannya;
d. Menimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang
adanya suatu praktek monopoli dan atau persaingan curang;
e. Melakukan pemanggilan terhadap pelaku usaha yang diduga
telah melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang Anti
Monopoli;
f. Melakukan pemanggilan dan menghadirkan saksi-saksi, saksi
ahli, dan setiap orang dianggap mengetahui pelanggaran
terhadap ketentuan Undang-Undang Anti Monopoli;
g. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha,
saksi-saksi, saksi ahli atau pihak lainnya yang tidak bersedia
memenuhi panggilan komisi pengawas;
Huku m Bisnis : Peran dan Wewenang KPPU | 9

h. Meminta keterangan dari instansi pemerintaah dalam kaitannya


dengan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku
usaah yang melanggar ketentuan dalam Undang-Undang Anti
Monopoli;
i. Mendapatkan, meneliti dan atau menilai surat, dokumen, atau
alat bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan;
j. Memberikan keputusan atau ketetapan tentang ada atau tidaknya
kerugian bagi pelaku usaha lain atau masyarakat;
k. Menginformasikan putusan komisi kepada pelaku usaha yang di
duga melakukan praktek monopoli dan atau persaingan curang;
l. Memberikan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku
usaha yang melanggar ketentuan dalam Undang-undang Anti
Monopoli.

B. Alur Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)


KPPU dapat memulai penyelidikan karena berbagai hal. Surat dari
konsumen atau pelaku usaha, atau artikel tentang konsumen atau masalah
ekonomi bisnis dapat memicu tindakan dari KPPU.
Sebelum kita membahas mengenai tata cara penanganan perkara di
KPPU, perlu kita ketahui siapa yang dimaksud dengan pelaku usaha, saksi
atau pihak lain. Pelaku usaha, saksi atau pihak lain adalah pihak-pihak yang
diperiksa dan diselidiki oleh KPPU dalam kaitannya dengan suatu praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Namun demikian, hanya
pengertian pelaku usaha saja yang terdapat di dalam UU Antimonopoli,
sedangkan pengertian saksi atau pihak lain tidak dicantumkan di dalam UU
Antimonopoli.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (5) UU Antimonopoli,
menyebutkan bahwa :
Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-
H u k u m B i s n i s : P e r a n d a n W e w e n a n g K P P U | 10

sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam


bidang ekonomi.

Pengertian saksi tidak terdapat di dalam UU Antimonopoli ataupun


di dalam peraturan pelaksanaannya. Pembahasan mengenai saksi akan
dibahas dalam pembahasan mengenai Alat Bukti. UU Antimonopoli
kembali tidak memberikan definisi mengenai arti dari pihak lain ini.
Namun, apabila kita baca UU Antimonopoli dengan seksama, pihak lain
dapat diartikan sebagai saksi dan dapat diartikan sebagai pelaku usaha lain.

Begitu juga definisi pihak lain ini tidak jelas karena tidak
menjelaskan kapan pelaku usaha tertentu disebut sebagai pihak lain, dan
kapan saksi ditetapkan sebagai pihak lain. Ketidakjelasan di dalam definisi
ini pada akhirnya menyulitkan KPPU karena untuk dapat menyatakan
pelaku usaha tertentu bersalah dan melanggar ketentuan suatu pasal dari
UU Antimonopoli, KPPU harus dapat membuktikan bahwa seluruh unsur
dari pasal yang dituduhkan harus terbukti, termasuk siapa yang dimaksud
dengan pihak lain ini.

Apabila salah satu saja unsur dari suatu pasal UU Antimonopoli


tidak terbukti, pelaku usaha tidak dapat dihukum. Di satu sisi,
ketidakjelasan mengenai siapa yang dimaksud dengan pihak lain ini
dipandang sebagai suatu kelemahan dari UU Antimonopoli, dan secara
tidak langsung menguntungkan pelaku usaha, karena KPPU akan sulit
untuk dapat membuktikan bahwa unsur-unsur suatu pasal terpenuhi. Akan
tetapi, di sisi lain, ketidakjelasan mengenai istilah pihak lain ini dipandang
sebagai suatu halangan di dalam penegakan hukum persaingan usaha.

Ketika memulai proses penegakan hukumnya maka KPPU melalui


beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap Pengumpulan Laporan atau Indikasi Terjadinya Pelanggaran;


Komisi dapat memulai pemeriksaan terhadap para pihak yang dicurigai
baik dengan adanya laporan maupun berdasarkan atas inisiatif KPPU
sendiri dari hasil penelitian para staff KPPU. Sebelum langkah
H u k u m B i s n i s : P e r a n d a n W e w e n a n g K P P U | 11

selanjutnya, KPPU dapat melakukan proses hearing atau dengar


pendapat dalam upaya memutuskan apakah pemeriksaan selanjutnya
diteruskan atau tidak.
b. Tahap Pemeriksaan Pendahuluan;
Pemeriksaan pendahuluan adalah proses Komisi untuk meneliti dan/
atau memeriksa apakah suatu Laporan dinilai perlu atau tidak untuk
dilanjutkan kepada tahap Pemeriksaan Lanjutan. Pada tahap
pemeriksaan pendahuluan tidak hanya laporan yang diperiksa, namun
pemeriksaan yang dilakukan atas dasar inisiatif Komisi juga wajib
memulai proses Pemeriksaan Pendahuluan ini.

c. Tahap Pemeriksaan Lanjutan;


Pemeriksaan Lanjutan adalah serangkaian pemeriksaan dan atau
penyelidikan yang dilakukan oleh Majelis sebagai tindak lanjut
Pemeriksaan Pendahuluan.
d. Tahap Eksekusi Putusan Komisi.
Apabila Keputusan Komisi menyatakan terbukti adanya perbuatan
melanggar ketentuan UU No. 5 Tahun 1999, maka proses selanjutnya
akan berlanjut kepada tahap eksekusi putusan Komisi. Berdasarkan
Pasal 47 UU No. 5 Tahun 1999, Komisi memiliki kewenangan untuk
menjatuhkan sanksi administratif. Sanksi administratif yang dapat
diambil oleh KPPU menurut ketentuan pasal tersebut adalah sebagai
berikut:
Penetapan pembatalan perjanjian yang dilarang oleh undang-undang,
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 4 sampai dengan Pasal
13, Pasal 15, dan Pasal 16 sebagai berikut:
1) Perjanjian untuk menguasai produksi dan atau pemasaran
barang dan jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
2) Perjanjian yang menetapkan harga atas suatu barang dan atau
jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada
pasar bersangkutan yang sama;
3) Perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang satu harus
membayar dengan harga yang berbeda dari harga yang harus
H u k u m B i s n i s : P e r a n d a n W e w e n a n g K P P U | 12

dibayar oleh pembeli lain untuk barang dan atau jasa yang
sama;
4) Perjanjian yang membuat suatu penetapan harga dibawah pasar,
yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak
sehat;
5) Perjanjian yang memuat persyaratan bahwa penerimaan barang
dan atau jasa tidak akan menjual atau memasok kembali barang
dan atau jasa yang telah diterimanya, dengan harga yang lebih
rendah daripada harga yang telah diperjanjikan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat;
6) Perjanjian yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran
atau alokasi pasar terhadap barang dan atau jasa sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat;
7) Perjanjian yang bertujuan untuk menghalangi pelaku usaha lain
untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar
dalam negeri maupun pasar luar negeri;
8) Perjanjian dengan maksud untuk menolak menjual setiap
barang dan atau jasa dari pelaku usaha lain sehingga perbuatan
tersebut :
- Merugikan atau dapat diduga merugikan pelaku usaha
lain; atau
- Membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau
membeli setiap barang dan atau jasa dari pasar
bersangkutan.
9) Perjanjian dengan tujuan untuk mempengaruhi harga dengan
mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau
jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat;
10) Perjanjian kerja sama untuk membentuk gabungan perusahaan
atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan
mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing
perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan untuk
mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau
H u k u m B i s n i s : P e r a n d a n W e w e n a n g K P P U | 13

jasa, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek


monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
11) Perjanjian yang bertujuan untuk secara bersama-sama
menguasai pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat
mengendalikan harga atas barang dan atau jasa dalam pasar
yang bersangkutan, yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
12) Perjanjian yang memuat persyaratan bahwa pihak yang
menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak
memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak
tertentu dan atau pada tempat tertentu;
13) Perjanjian yang memuat persyaratan bahwa pihak yang
menerima barang dan atau jasa tertentu harus bersedia membeli
barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok;
14) Perjanjian yang memberikan harga atau potongan harga
tertentu atas barang dan atau jasa, dengan syarat bahwa pelaku
usaha yang menerima barang dan atau jasa dari pelaku usaha
pemasok :
- Harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari
pelaku usaha pemasok; atau
- Tidak akan membeli barang dan atau jasa yang sama
atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing
dari pelaku usaha pemasok.
15) Perjanjian yang dibuat dengan pihak lain di luar negeri yang
memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

Selain selain sanksi-sanksi diatas, dalam pasal 47 UU No. 5 tahun


1999, KPPU juga dapat memberikan sanksi lain berupa perintah
kepada pelaku usaha untuk menghentikan pembuatan atau
pelaksanaan perjanjian yang menyebabkan terjadinya integrasi
vertikal antara lain dilaksanakan dengan pembatalan perjanjian,
pengalihan sebagian perusahaan kepada pelaku usaha lain, atau
perubahan bentuk rangkaian produksinya yang dilarang oleh
H u k u m B i s n i s : P e r a n d a n W e w e n a n g K P P U | 14

ketentuan Pasal 14; dan/atau perintah kepada pelaku usaha untuk


menghentikan kegiatan yang terbukti menimbulkan efek praktek
monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan
atau merugikan masyarakat, berupa tindakan tertentu dan bukan
kegiatan usaha pelaku usaha secara keseluruhan; dan/ atau
Perintah kepada pelaku usaha untuk mengentikan penyalahgunaan
posisi dominan; dan/ atau Penetapan pembatalan atas penggabungan
atau peleburan badan usaha dan pengambilalihan saham sebagaimana
diatur dalam ketentuan Pasal 28; dan/ atau Pembayaran ganti rugi
kepada pelaku usaha dan kepada pihak lain yang dirugikan; dan/ atau
Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp. 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp. 25.000.000.000,00 (dua
puluh lima milyar rupiah).
H u k u m B i s n i s : P e r a n d a n W e w e n a n g K P P U | 15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Peranan KPPU yaitu untuk memastikan pelaku usaha menjalankan
kegiatannya dengan tidak melakukan praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat. Sedangkan yang menjadi wewenang KPPU
sudah diatur dalam pasal 36 UU No. 5 tahun 1999, seperti yang telah
dijelaskan diatas.
2. Secara ringkas, alur kerja KPPU melalui 4 (empat) tahap antara lain:
Tahap pengumpulan laporan atau indikasi terjadinya pelanggaran; Tahap
pemerikasaan pendahuluan; Tahap pemerikasaan lanjutan; Tahap eksekusi
putusan komisi.

B. Saran
Saran kami sebagai mahasiswa bahwa hendaknya kita mendukung segala
upaya KPPU dalam mengawasi kegiatan bisnis untuk menghindari praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat terlebih lagi dalam rangka
mengahadapi Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015. Kepada
pemerintah agar mensosialisasikan lagi UU No. 5 tahun 1999 khususnya
tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengingat masih
minimnya pengetahuan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai