Anda di halaman 1dari 27

LfrlJ^6 m ******

\ f>UH
HAL-HAL YANG DILARANG DALAM
UNDANG-UNDANG ANTI MONOPOLI
DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

DI SUSUN
O
L
E
H

DUWI HANDOKO
01 1010 166

ISMAIL
07 1010 699

ZULKIFLI JASRI
07 1010 730

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


FAKULTAS HUKUM
TAHUN 2008
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Semoga Dia menganugerahkan
shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya, dan para sahabatnya.
Latar belakang penulisan ini adalah sebagai bahan latihan dalam pemantapan materi
pada mata kuliah Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat pada fakultas
hukum Universitas Islam Riau yang dipaparkan oleh Bapak Zulherman Idris SH, MH
melalui Ibu Desi Apriani SH, MH/Raihana SH, MH selaku asisten dosen mata kuliah
tersebut di atas yang kami beri judul Hal-Hal Yang Di Larang Dalam Undang-Undang
Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Undang-Undang No 5 Tahun 1999, mengenai Anti Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat sudah (atau baru) berusia delapan tahun. Untuk sebuah undang-undang dapat
dikatakan masih muda, tapi kalau dilihat dari perkembangan kehidupan masyarakat yang
sangat dinamis saat ini, maka delapan tahun dirasa cukup lama. Sudah tentu masyarakat
sudah menunggu-nunggu hasilnya. Pembahasan UU No 5 tahun 1999 di DPR
berlangsung pada awal Era Reformasi, tetapi masih dalam konstelasi politik Orde Baru.
Lahir di saat masyarakat dan bangsa kita merasakan pahitnya dampak konglomerasi
perusahaan-perusahaan. Maraknya perekonomian monopolistik yang ditimbulkan karena
adanya kolusi penguasa dengan pengusaha. Demikian juga dengan meningkatnya laju
globalisasi telah mempengaruhi lahirnya undang-undang ini. DPR yang terkesan populis
pada waktu itu menginginkan judul yang tegas "anti-monopoli" sedangkan pemerintah
lebih berorientasi kepada pembentukan kondisi "persaingan usaha yang sehat", yang
akhirnya dicapai kompromi (kebiasaan putusan politik) dengan judul yang kita miliki
sekarang.
Politik dan pembahasan pada waktu itu didominasi oleh pemikiran-pemikiran
dekonsentrasi, yang kemudian jadi jiwa dari undang-undang tersebut. Tetapi kita ketahui
bahwa persaingan usaha yang sehat bukan hanya ditentukan dan diatur oleh UU No 5
tahun 1999 saja, tetapi juga ditentukan oleh undang-undang lainnya, kebijakan
pemerintah, maupun keputusan pengadilan.
Undang-undang lahir karena ada kebutuhan, yang bisa berubah dan berkembang
dari waktu kewaktu. Amerika, Eropa, maupun Asia mempunyai alasan yang berbeda
sewaktu melahirkan ataupun mengubah undang-undang anti-monopoli.

i
UU No 5 tahun 1999 sebagai kebijakan publik, tetap harus dilaksanakan dengan
memperhatikan landasan idiilnya, untuk kepentingan masyarakat (had the public in
mind). Kita sudah harus menentukan peranan apa yang diinginkan dari Undang-Undang
Anti Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat sebagai kebijakan publik.
Perkembangan politik dan masyarakat yang dinamis perlu kita pahami untuk dapat pada
satu saat dituangkan sebagai perubahan UU No 5 tahun1999.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga independen
di Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat Undang-Undang No. 5 tahun 1999
tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. UU No. 5 tahun
1999 pada intinya melarang hal-hal: Perjanjian yang dilarang, Kegiatan yang
dilarang, dan Posisi Dominan.
Atas selesainya penulisan ini kami haturkan ma’af apabila terdapat kata-kata yang
tidak pada tempatnya, baik disengaja maupun tidak di sengaja karena keterbatasan kami.
Semoga tulisan sederhana ini membawa manfaat baik kepada kami sendiri maupun
pihak-pihak lainnya.

Pekanbaru, 30 April 2008

Tim Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
PENDAHULUAN 1
BAB I PERJANJIAN YANG DILARANG 4
BABII KEGIATAN YANG DILARANG 12
BAB III POSISI DOMINAN 17
PENUTUP 20
DAFTAR PUSTAKA 21

iii
PENDAHULUAN

Dalam UUNo. 5 tahun 1999 yang dimaksud dengan monopoli adalah penguasaan atas
produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku
usaha atau satu kelompok pelaku usaha.
Persoalan monopoli merupakan persoalan yang sangat menarik untuk dibahas. Bahkan
permasalahan ini mendapat perhatian yang sangat serius dari ajaran Islam.1 Allah SWT
berfirman: 2
"Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal
dari penduduk kota-kota Mekkah adalah untuk Allah, untuk rasul, kerabat rasul, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang ada dalam perjalanan, supaya agar harta
itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukum-
Nya" (QS AlHasyr [59]: 7)
Selain riba, monopoli adalah komponen utama yang akan membuat kekayaan
terkonsentrasi di tangan segelintir kelompok, sehingga menciptakan kesenjangan sosial dan
ekonomi. Awal tahun 90-an komunikasi selular mulai tumbuh, demikian pula Internet mulai
memasuki tahap komersial setelah beberapa tahun sebelumnya dilepas oleh Pemerintah
Amerika Serikat dari penggunaan khusus untuk militer agar dapat digunakan oleh
masyarakat awam. Komunikasi data dan mobile computing mulai merebak, integrasi antara
telekomunikasi dan teknologi informasi tidak terelakkan.
Pergulatan untuk mempertahankan posisi dominan di pasar, sampai pada kondisi
tertentu seringkali membutuhkan tidak hanya keunggulan teknologi, kehandalan jajaran
manajemen, namun juga kepiawaian merancang dan melaksanakan strategi bisnis serta
kemahiran dalam berperkara di pengadilan.3
Kita sudah mendeklarasikan bahwa Indonesia terbuka atau ikut dalam proses
globalisasi yang mau tidak mau membuat kita berhadapan dengan pelaku usaha dari luar

1 Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, MSc. Dalam: http://www.sebi.ac.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=281.


2 Al – Qur‘an dan Terjemahnya, CV. Asy Syifa‘, Semarang, 2001, Halaman 1239
3 Periksa: http://staffsite.gunadarma.ac.id/mukhyi/index.php?stateid=download&id=6938∂=files

1
negeri. Dengan begitu, pengaturan persaingan menjadi kebutuhan pelaku usaha dan
pemerintah. Jika tidak, pelaku usaha nasional akan menghadapi masalah dalam berhadapan
dengan pelaku usaha asing yang masuk baik pemain besar maupun kecil. Adanya globalisasi
akan membuat pelaku usaha berusaha memenangkan persaingan, bisa melalui persaingan
harga, tarif, promosi, atau layanan.4
Ketika sebuah perusahaan didirikan dan selanjutnya menjalankan kegiatannya, yang
menjadi tujuan utama dari perusahaan tersebut adalah mencari keuntungan setinggi-tingginya
dengan prinsip pengeluaran biaya yang seminimum mungkin. Begitu juga, dengan prinsip
pemilikan saham. Pemilikan saham sama artinya dengan pemilikan perusahaan. Kepemilikan
perusahaan oleh seseorang atau badan atau lembaga korporasi tentunya bertujuan bagaimana
caranya kepemilikan tersebut dapat menghasilkan keuntungan terhadap diri si pemiliki saham
tersebut. Bicara keuntungan tentunya kita tidak hanya bicara tentang keuntungan financial,
tetapi juga tentang keuntungan non financial, seperti memiliki informasi penting, penguasaan
efektif, pengatur kebijakan, dan lain-lainnya.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah komisi yang dibentuk untuk mengawasi
pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat. Tugas Komisi (Pasal 35 UU No 5 tahun 1999)
meliputi:
a. melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 4
sampai dengan Pasal 16; (perjanjian yang dilarang)
b. melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24; (kegiatan yang
dilarang)
c. melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal 28; (posisi
dominan)

4 PUTS pada 2008 Akan Makin Banyak, Dalam : http://durian19-arts.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=132.

2
d. mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana diatur dalam Pasal
36;
e. memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan
dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
f. menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-undang ini;
g. memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
memerlukan adanya arah pandang yang jelas, sehingga apa yang menjadi tujuannya dapat
dirumuskan dengan seksama dan pencapaiannya dapat direncanakan dengan tepat dan terinci.
Adapun arah pandang KPPU tersebut kemudian dirumuskan dalam suatu visi dan misi KPPU
sebagai berikut:5
Visi KPPU sebagai lembaga independen yang mengemban amanat UU No. 5 Tahun
1999 adalah Terciptanya iklim usaha yang sehat, kesempatan berusaha yang sama, serta
terciptanya ekonomi yang efisien dan adil, menuju masyarakat yang sejahtera.
Misi KPPU dirumuskan sebagai berikut:
a. Mengawasi pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1999, sehingga dapat dipastikan bahwa
pelaksanaannya dapat berlangsung secara adil, transparan, dan efektif.
b. Mendorong internalisasi nilai persaingan usaha pada pelaku usaha, dalam upaya
menanamkan prinsip-prinsip persaingan usaha dalam strategi bisnisnya melalui
sosialisasi manfaat dan pentingnya persaingan usaha dan diharapkan pada peningkatan
kesadaran pelaku usaha akan pentingnya persaingan usaha.
c. Mendorong internalisasi nilai persaingan dalam kebijakan pemerintah. Sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 35 UU No. 5 Tahun 1999, salah satu tugas utama Komisi
adalah memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Salah satu cara
efektif untuk menegakkan nilai-nilai persaingan usaha, selain dengan cara penanganan
perkara (enforcement), adalah melalui advokasi persaingan usaha, yaitu utamanya
kepada pemerintah selaku regulator maupun pembuat peraturan perundang-undangan,
dan juga advokasi kepada masyarakat pada umumnya.

5 Periksa:http://www.hukumpedia.com/index.php?title=Komisi_Pengawas_Persaingan_Usaha

3
BABI
PERJANJIAN YANG DILARANG

Bagian Pertama
Oligopoli

Pasal 4
(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk secara
bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau
jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama melakukan penguasaan
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa, sebagaimana dimaksud ayat (1),
apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih
dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Praktek oligopoli umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan-perusahaan
potensial untuk masuk kedalam pasar, dan juga perusahaan-perusahaan melakukan oligopoli sebagai salah
satu usaha untuk menikmati laba normal di bawah tingkat maksimum dengan menetapkan harga jual terbatas,
sehingga menyebabkan kompetisi harga diantara pelaku usaha yang melakukan praktek oligopoli menjadi tidak
ada. Pasar oligopoli adalah adalah pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa
perusahaan. Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh. Dalam pasar oligopoli,
setiap perusahaan memposisikan dirinya sebagai bagian yang terikat dengan permainan pasar, di mana
keuntungan yang mereka dapatkan tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka. Sehingga semua usaha
promosi, iklan, pengenalan produk baru, perubahan harga, dan sebagainya dilakukan dengan tujuan untuk
menjauhkan konsumen dari pesaing mereka. Struktur pasar oligopoli umumnya terbentuk pada industri-
industri yang memiliki capital intensive yang tinggi, seperti, industri semen, industri mobil, dan industri kertas.
Dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1999, oligopoli dikelompokkan ke dalam kategori perjanjian yang
dilarang, padahal umumnya oligopoli terjadi melalui keterkaitan reaksi, khususnya pada barang-barang yang
bersifat homogen atau identik dengan kartel, sehingga ketentuan yang mengatur mengenai oligopoli ini
sebaiknya digabung dengan ketentuan yang mengatur mengenai kartel.6

6 Periksa: http://id.wikipedia.org/wiki/Oligopoli

4
Istilah Oligopoli memiliki arti ―beberapa penjual‖. Hal ini bisa diartikan minimum 2 (dua) perusahaan dan
maksimum 15 perusahaan. Hal ini terjadi disebabkan adanya barrier to entry yang mampu menghalangi pelaku
usaha baru untuk masuk ke dalam pasar. Praktek Oligopoli Kolusif:7
a. Jumlah pelaku usaha yang sedikit menyebabkan adanya (mutual interdepedence) antar pelaku usaha.
b. Setiap pelaku usaha dapat mempengaruhi harga pasar dan saling ketergantungan (mutual
interdependence). Praktek ini umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan-
perusahaan potensial untuk masuk ke dalam pasar dan untuk menikmati laba super normal di bawah
tingkat maksimum dengan menetapkan harga jual terbatas (limiting process) sehingga menyebabkan
kompetisi harga diantara pelaku usaha yang melakukan praktek oligopoli menjadi tidak ada.
c. Sehingga apabila pelaku-pelaku usaha yang tadi melakukan kolusi maka mereka akan bekerja seperti satu
perusahaan yang bergabung untuk memaksimalkan laba dengan cara berlaku kolektif seperti layaknya
perusahaan Monopoli, inilah yang disebut disebut praktek oligopoli kolusif.
Pada kasus pemilikan saham Temasek di PT Indosat, Tbk., dan PT Telkomsel. Walaupun tidak ada perjanjian
diantara PT Telkomsel dengan PT Indosat, Tbk., tetapi persoalan oligopoli sebenarnya tidak boleh hanya
dilihat dari sekedar apakah ada perjanjian atau tidak? atau berapa persentase market share-nya? Di dalam
dunia telekomunikasi Indonesia khususnya untuk provider GSM, hanya ada tiga perusahaan besar. Sehingga
jelas jika terbukti kedua perusahaan tersebut melakukan ―kerjasama‖, maka akan ada praktek oligopoli yang
kolusif. Sedikitnya perusahaan yang bergerak di sektor ini membuat mereka harus memiliki pilihan sikap,
koperatif atau non koperatif. Suatu pelaku usaha/perusahaan akan bersikap non koperatif jika mereka berlaku
sebagai diri sendiri tanpa ada perjanjian eksplisit maupun implisit dengan pelaku usaha/perusahaan lainnya.
Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya perang harga. Sedangkan beberapa pelaku usaha/perusahaan
beroperasi dengan model koperatif untuk mencoba meminimalkan persaingan. Jika pelaku usaha dalam suatu
oligopoli secara aktif bersikap koperatif satu sama lain, maka mereka telibat dalam Kolusi.8

Bagian Kedua
Penetapan Harga

Pasal 5
(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen
atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama.

7 Periksa: http://staffsite.gunadarma.ac.id/mukhyi/index.php?stateid=download&id=6938∂=files
8 Ibid

5
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi:
a. suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan; atau
b. suatu perjanjian yang didasarkan undang-undang yang berlaku.

Tujuan Strategi Penetapan Harga: 1). Untuk Mendapatkan Keuntungan. 2). Mendapatkan atau Merebut
Pangsa Pasar/Market Share. 3). Menjaga Kelangsungan Hidup Kegiatan Operasional. 4). Balik Modal/ROI
(Return On Investment). 5). Menjaga Status Quo Pangsa Pasar. 9
Kegiatan kartel di Medan. Penetapan harga dan pembagian wilayah termasuk lingkup pelanggaran UU
No.5/1999. Kegiatan tersebut membawa Asosiasi Aspal Beton Indonesia (AABI) menjadi pihak terlapor dalam
perkara KPPU No. 01/KPPU-L/2007. Setelah dilakukan pemeriksaan pendahuluan, maka akhirnya tindakan
oligopoli, pembagian wilayah, dan penetapan harga dicabut dan dibatalkan oleh AABI. Selanjutnya, setelah
penetapan dari KPPU No. 10/PEN/KPPU-L/2006 tertanggal 27 Maret 2006, maka dilakukan monitoring terhadap
kesepakatan rayonisasi AABI tersebut.10
Pasal 6
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang satu harus
membayar dengan harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh pembeli lain untuk
barang dan atau jasa yang sama.
Pasal 7
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menetapkan harga di bawah harga pasar, yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
usaha tidak sehat.
Pasal 8
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat
persyaratan bahwa penerima barang dan atau jasa tidak akan menjual atau memasok kembali
barang dan atau jasa yang diterimanya, dengan harga yang lebih rendah daripada harga yang
telah diperjanjikan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.

Bagian Ketiga
Pembagian Wilayah

Pasal 9

9 Periksa: http://organisasi.org/user/godam64
10 Periksa: http://www.kppu.go.id/baru/index.php?type=art&aid=369&encodurl=04%2F25%2F08%2C01%3A04%3A11

6
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang bertujuan
untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan atau jasa sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

Bagian Keempat
Pemboikotan

Pasal 10
(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya, yang
dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk
tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.
(2) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya, untuk
menolak menjual setiap barang dan atau jasa dari pelaku usaha lain sehingga perbuatan
tersebut:
a. merugikan atau dapat diduga akan merugikan pelaku usaha lain; atau
b. membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau membeli setiap barang dan atau
jasa dari pasar bersangkutan.

Boikot adalah tindakan untuk tidak menggunakan, membeli, atau berurusan dengan seseorang atau suatu
organisasi sebagai wujud protes atau sebagai suatu bentuk pemaksaan. Kata ini berasal dari serapan bahasa
Inggris boycott yang mulai digunakan sejak "Perang Tanah" di Irlandia pada sekitar 1880 dan berasal dari nama
Charles Boycott, seorang agen lahan (estate agent) untuk tuan tanah Earl Erne.11

Bagian Kelima
Kartel

Pasal 11
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya, yang
bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu

11 Periksa: http://id.wikipedia.org/wiki/Boikot

7
barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.

Kartel adalah kelompok produsen independen yang bertujuan menetapkan harga, untuk membatasi suplai dan
kompetisi. Berdasarkan hukum anti monopoli, kartel dilarang di hampir semua negara. Walaupun demikian,
kartel tetap ada baik dalam lingkup nasional maupun internasional, formal maupun informal. Berdasarkan
definisi ini, satu entitas bisnis tunggal yang memegang monopoli tidak dapat dianggap sebagai suatu kartel,
walaupun dapat dianggap bersalah jika menyalahgunakan monopoli yang dimilikinya. Kartel biasanya timbul

dalam kondisi oligopoli, dimana terdapat sejumlah kecil penjual.12


Dengan adanya kepemilikan saham tidak langsung oleh Temasek pada PT Telkomsel dan PT Indosat Tbk telah
memunculkan dugaan terjadinya praktek kartel dan oligopoli di bidang jasa layanan seluler. Hal ini disebabkan
untuk jasa layanan seluler khususnya di jalur GSM, hanya ada tiga ‗pemain besar‘ yaitu PT Telkomsel, PT
Indosat dan PT Excelcomindo Pratama, Tbk (XL). Ini artinya sekitar 75 market share telekomunikasi Indonesia
di ―kuasai‖ oleh Temasek dan dugaan awal terjadinya praktek Oligopoli kolusif di pasar telekomunikasi
Indonesia.13
Bagian Keenam
Trust

Pasal 12
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk melakukan kerja
sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap
menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing perusahaan atau
perseroan anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas
barang dan atau jasa, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.

Bagian Ketujuh
Oligopsoni

Pasal 13

12 Periksa: http://id.wikipedia.org/wiki/Kartel
13 Periksa: http://staffsite.gunadarma.ac.id/mukhyi/index.php?stateid=download&id=6938∂=files

8
(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan
untuk secara bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat
mengendalikan harga atas barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama menguasai pembelian
atau penerimaan pasokan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila 2 (dua) atau 3
(tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh
lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Pada pertengahan tahun 2005, KPPU menerima laporan dari masyarakat Kalimantan Selatan mengenai
dugaan pelanggaran UU No.5/1999 pada Kegiatan Penambangan Biji Besi di Kabupaten Tanah Laut. Dugaan
pelanggaran dimaksud adalah dugaan pelanggaran Pasal 13 tentang Oligopsoni dan Pasal 18 tentang
Monopsoni, Pasal 19 (a) tentang Penguasaan Pasar dan Pasal 25 (c) tentang Penyalahgunaan Posisi
Dominan yang dilakukan oleh PT. KY dan PD AUMB baik sendiri maupun bersama-sama. Dalam tahap
Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa Pendahuluan menyimpulkan tidak ada indikasi yang cukup untuk
menerapkan dugaan pelanggaran Pasal 13 tentang Oligopsoni: a). Bahwa dugaan Oligopsoni dapat diterapkan
apabila PD AUMB dan PT. KY bersama-sama menguasai pembelian bijih besi dari penambang rakyat.
b). Bahwa dengan dijualnya bijih besi ke selain PT. KY menunjukan bahwa tidak ada indikasi yang cukup untuk
menerapkan pasal tentang dugaan Oligopsoni.14

Bagian Kedelapan
Integrasi Vertikal

Pasal 14
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk
menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan
atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atau
proses lanjutan, baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung, yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat.

14 Periksa: http://www.kppu.go.id/baru/index.php?type=art&aid=373&encodurl=04%2F27%2F08%2C01%3A04%3A34

9
Integrasi Vertikal secara tegas dilarang oleh UU Persaingan Usaha No. 5/1999 yang terturang pada asal 14.
Pasal 14 terkait pula dengan aturan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan pasal 28 ayat (1) dan (2).
Pesan dari pasal-pasal ini, integrasi vertikal dilarang, jika memunculkan praktik monopoli dan menimbulkan
perilaku-perilaku negatif di semua kegiatan yang terintegrasi. Definisi integrasi vertical adalah bila
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam jalur distribusi masih dalam satu kepemilikan atau dibawah satu
kelompok usaha dengan produsennya. Definisi ini lebih relevan daripada definisi lain seperti, peleburan
perusahaan, tingkat ketergantungan atau kontrak yang mengikat (Hart dan Tirole, 1990). Integrasi vertical dari
sisi kepemilikan mengandung fleksibilitas dalam membuat keputusan investasi, arus informasi, kesempatan
kerja, produksi dan distribusi dalam semua tingkatan kegiatan. Alokasi optimum dari sumberdaya yang dimiliki
kemungkinan dapat dicapai. Variabel-variabel yang diidentifikasi mempengaruhi minat melakukan Integrasi
vertical adalah market share, komponen upah per unit produk, komponen biaya mengoperasikan alat-alat modal
per unit produk, sumberdaya manusia berkeahlian khusus di jalur distribusi, kapital fisik khusus, umur
perusahaan produsen, jangkauan pemasaran produk dan jenis barang yang diproduksi yang bersifat barang
yang dicari karekteristiknya.15

Terbukti Melakukan Integrasi Vertikal, Garuda Dihukum Bayar Denda Rp1 Miliar.16

Bagian Kesembilan
Perjanjian Tertutup

Pasal 15
(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat
persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok
atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan
atau pada tempat tertentu.
(2) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang memuat persyaratan
bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa tertentu harus bersedia membeli
barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok.
(3) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potongan harga
tertentu atas barang dan atau jasa, yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang
menerima barang dan atau jasa dari pelaku usaha pemasok:

15 Periksa: http://www.pasekon.ui.ac.id/sem3/pdf/Hamsar%20Lubis.pdf
16 Periksa: www.hukumonline.com/detail.asp?id=8412&cl=Berita

10
a. harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok; atau
b. tidak akan membeli barang dan atau jasa yang sama atau sejenis dari pelaku usaha
lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok.

Putusan No 03/KPPU-L-I/2000 tanggal 4 Juli 2001 tentang Retail PT. Indomarco Prismatama (Indomaret).
Dalam kasus Indomaret, KPPU menganggap telah telah terjadi perjanjian tertutup sebagaimana dilarang Pasal
15 Ayat (1) UU 5/1999 antara PT. Indomarco Adi Prima dengan PT. Goro Batara Sakti yang berisi bahwa
penerima pasokan tidak diperkenankan menjual atau memasok kembali kepada pihak tertentu. Putusan KPPU
untuk kasus Indomaret, diantaranya memerintahkan kepada PT. Indomarco Prismatama menghentikan
ekspansinya di pasar-pasar tradisional yang berhadapan langsung dengan pengecer kecil dalam rangka
mewujudkan keseimbangan persaingan antarpelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha
kecil.17

Bagian Kesepuluh
Perjanjian Dengan Pihak Luar Negeri

Pasal 16
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain di luar negeri yang memuat
ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat.

17 Periksa: http://www.sinarharapan.co.id/berita/0609/14/opi01.html

11
BAB II
KEGIATAN YANG DILARANG

Bagian Pertama
Monopoli

Pasal 17
(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang
dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:
a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau
b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha
barang dan atau jasa yang sama; atau
c. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima
puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Pasar monopoli (dari bahasa Yunani: monos, satu + polein, menjual) adalah suatu bentuk pasar di mana hanya
terdapat satu penjual yang menguasai pasar. Penentu harga pada pasar ini adalah seorang penjual atau sering
disebut sebagai "monopolis". Sebagai penentu harga (price-maker), seorang monopolis dapat menaikan atau
mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang yang akan diproduksi; semakin sedikit barang yang
diproduksi, semakin mahal harga barang tersebut, begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian, penjual juga
memiliki suatu keterbatasan dalam penetapan harga. Apabila penetapan harga terlalu mahal, maka orang akan
menunda pembelian atau berusaha mencari atau membuat barang subtitusi (pengganti) produk tersebut atau —
lebih buruk lagi— mencarinya di pasar gelap (black market). Ciri utama pasar ini adalah adanya seorang penjual
yang menguasai pasar dengan jumlah pembeli yang sangat banyak. Ciri lainnya adalah tidak terdapatnya
barang pengganti yang memiliki persamaan dengan produk monopolis; dan adanya hambatan yang besar untuk
dapat masuk ke dalam pasar. Hambatan itu sendiri, secara langsung maupun tidak langsung, diciptakan oleh
perusahaan yang mempunyai kemampuan untuk memonopoli pasar. Perusahaan monopolis akan berusaha
menyulitkan pendatang baru yang ingin masuk ke pasar tersebut dengan dengan beberapa cara; salah satu di
antaranya adalah dengan cara menetapkan harga serendah mungkin. Dengan menetapkan harga ke tingkat

12
yang paling rendah, perusahaan monopoli menekan kehadiran perusahaan baru yang memiliki modal kecil.
Perusahaan baru tersebut tidak akan mampu bersaing dengan perusahaan monopolis yang memiliki kekuatan
pasar, image produk, dan harga murah, sehingga lama kelamaan perusahaan tersebut akan mati dengan
sendirinya. Cara lainnya adalah dengan menetapkan hak paten atau hak cipta dan hak eksklusif pada suatu
barang, yang biasanya diperoleh melalui peraturan pemerintah. Tanpa kepemilikan hak paten, perusahaan lain
tidak berhak menciptakan produk sejenis sehingga menjadikan perusahaan monopolis sebagai satu-satunya
produsen di pasar.18
Monopoli yang Tidak Dilarang: 1). Monopoli by Law (Monopoli oleh negara untuk cabang-cabang produksi
penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak). 2). Monopoli by Nature (Monopoli yang lahir dan
tumbuh secara alamiah karena didukung iklim dan lingkungan tertentu). 3). Monopoli by Lisence (Izin
penggunaan hak atas kekayaan intelektual).19
Telkom diduga mempraktikkan monopoli karena memasuki bisnis di luar jasa telepon.20

Bagian Kedua
Monopsoni

Pasal 18
(1) Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas
barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan pasokan atau menjadi
pembeli tunggal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila satu pelaku usaha atau
satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar
satu jenis barang atau jasa tertentu.

Monopsoni, adalah keadaan dimana satu pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli
tunggal atas barang dan/atau jasa dalam suatu pasar komoditas. Kondisi Monopsoni sering terjadi didaerah-
daerah Perkebunan dan industri hewan potong (ayam), sehingga posisi tawar menawar dalam harga bagi
petani adalah nonsen. Perlu diteliti lebih jauh dampak fenomena ini, apakah ada faktor-faktor lain yang
menyebabkan Monopsoni sehingga tingkat kesejahteraan petani berpengaruh. Salah satu contoh monopsoni

18 Periksa: http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_Monopoli
19 Ibid
20 Periksa: www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2004/08/13/brk,20040813-16,id.html

13
juga adalah penjualan perangkat kereta api di Indonesia. Perusahaan Kereta Api di Indonesia hanya ada satu
yakni KAI, oleh karena itu, semua hasil produksi hanya akan dibeli oleh KAI.21

Bagian Ketiga
Penguasaan Pasar

Pasal 19
Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama
pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat berupa:
a. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha
yang sama pada pasar bersangkutan; atau
b. menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan
hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu atau
c. membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar bersangkutan,
atau
d. melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.

Monitoring terhadap pelaku usaha yang juga dilanjutkan menjadi perkara (Perkara No. 13/KPPU-I/2006)
adalah monitoring perilaku anti persaingan yang dilakukan oleh PT (Persero) Pelabuhan Indonesia III Cabang
Tanjung Perak Surabaya (Pelindo III). Hasil monitoring menunjukkan bahwa Pelindo III melakukan penguasaan
pemasaran air bersih yang mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
Penguasaan tersebut berupa kebijakan Pelindo III yang menetapkan persyaratan sangat ketat bagi truk tangki,
sehingga pasokan air bersih hanya dapat dilakukan oleh Pelindo III dan PT. Suraya Megah Cemerlang,
kebijakan tersebut mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Selama
pemeriksaan berlangsung, tim pemeriksa menengarai terdapatnya dugaan pelanggaran terhadap Pasal 17,
Pasal 19 (a),(b),dan (d), Pasal 25 ayat 1 (b) dan (c) serta ayat 2 (a). Hanya saja selanjutnya terdapat perubahan
perilaku sebagai berikut:
a. Pelindo III membatalkan kebijakan tersebut melalui Nota Dinas GM Pelindo tanggal 6 Oktober 2006.
b. Pelindo III mengeluarkan Surat Perihal Partisipasi Supply Air Bersih yang ditujukan kepada Pengurus
Asosiasi Leveransir Air Surabaya tanggal 9 Oktober 2006 yang pada intinya memberikan kesempatan

21 Periksa:http://id.wikipedia.org/wiki/Monopsoni

14
kepada pihak swasta (pengusaha truk tangki air bersih) bekerjasama dengan Pelindo III untuk mengisi air
bersih ke main reservoir milik Pelindo III dengan ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka Komisi menilai tidak perlu dilakukan Pemeriksaan Lanjutan melalui
Penetapan Nomor: 33/PEN/KPPU/XII/2006 tertanggal 20 Oktober 2006. 22

Pasal 20
Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang dan atau jasa dengan cara melakukan
jual rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untuk menyingkirkan
atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat satu atau beberapa
kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
Pasal 21
Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan biaya
lainnya yang menjadi bagian dari komponen harga barang dan atau jasa yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.

Bagian Keempat
Persekongkolan

Pasal 22
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan
pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Pasal 23
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mendapatkan informasi
kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Pasal 24
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha pesaingnya dengan maksud agar barang dan
atau jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari
jumlah, kualitas, maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan.

22 Periksa:ihttp://www.kppu.go.id/baru/index.php?type=art&aid=373&encodurl=04%2F27%2F08%2C01%3A04%3A34

15
Pengadaan alat komunikasi di Badan SAR Nasional menjadi sorotan KPPU setelah ditengarai terdapat indikasi
pelanggaraan pasal 22 UU No.5/1999 dalam pelaksanaan tendernya. Pemicunya adalah fakta bahwa sebagian
besar dokumen penawaran PT. Afdema Nusantara dan PT. Natela Tektron Usatama dibuat oleh supplier yang
sama (prinsipalnya sama), sehingga kemungkinan besar keduanya telah mengetahui penawaran masing-
masing atau telah diatur supplier. Panitia tender pun ternyata tidak konsisten dengan kriteria evaluasi yang
dibuatnya selain juga pada akhirnya ternyata keputusan Panitia tender tersebut dipengaruhi oleh pelaku usaha
lain, yaitu PT. REDECON. Akibat indikasi terdapatnya perilaku anti persaingan tersebut (Perkara No.11/KPPU-
I/2006) maka Kepala Badan SAR Nasional berkeinginan untuk membatalkan kontrak dengan PT. Afdema
Nusantara dengan alasan: 23
a. PT. Afdema Nusantara sebagai pemenang tender dinilai tidak serius terbukti dari jaminan pelaksanaan
yang diserahkan ternyata tidak tercatat pada Bank penerbit.
b. Selain itu, juga waktu pelaksanaan tidak mencukupi karena harus selesai pada Desember 2006.
Untuk tindak lanjutnya, Kepala Badan SAR Nasional akhirnya membatalkan kontrak dengan PT. Afdema
Nusantara. Berpegang pada fakta tersebut, maka Komisi menilai tidak perlu dilakukan Pemeriksaan
Lanjutan melalui Penetapan No:30/PEN/KPPU/X/2006 tertanggal 12 Oktober 2006.
Dari uraian di atas terdapat substansi penting yang merupakan dukungan positif bagi KPPU. Dalam konteks
perubahan perilaku dan kepatuhan hukum maka kearifan pelaku usaha untuk berubah patut dipuji. Kesadaran
untuk tidak melakukan segala bentuk praktik usaha yang dapat merusak iklim persaingan usaha yang sehat di
Indonesia tentu tidak mudah diwujudkan. Apalagi selama ini sudah menjadi rahasia umum bahwa perilaku anti
persaingan cenderung terjadi dengan argumen strategi bisnis dari pelaku usaha tersebut.
Jika ditilik lebih jauh lagi maka perilaku anti persaingan tentu akan bertolak belakang dengan prinsip-prinsip
good corporate governance. Sebut saja misalnya persekongkolan untuk menentukan pemenang dalam sebuah
tender yang merupakan satu dari sekian banyak perilaku tidak sehat yang seringkali ditemui di dalam kegiatan
bisnis di Indonesia. Jadi, jika pelaku usaha mampu menerapkan prinsip good corporate governance di dalam
perusahaannya secara benar maka secara khusus perilaku tersebut adalah landasan bagi pelaku usaha untuk
turut menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat dan kondusif.

23 Ibid

16
BAB III
POSISI DOMINAN

Bagian Pertama
Umum

Pasal 25
(1) Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk:
a. menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan atau
menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing, baik dari
segi harga maupun kualitas; atau
b. membatasi pasar dan pengembangan teknologi; atau
c. menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk memasuki
pasar bersangkutan.
(2) Pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana dimaksud ayat (1) apabila:
a. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai 50% (lima puluh
persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu; atau
b. dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai 75% (tujuh puluh
lima persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Penggabungan perusahaan apapun bentuknya, dengan apapun tujuannya seperti efisiensi, kompetisi, dan
penguasaan teknologi, tetap harus menjadi perhatian KPPU, terutama dengan memperhatikan dua hal.
Pertama, apakah penggabungan tersebut akan menempatkan perusahaan pada posisi dominan. Kedua, apakah
penggabungan tersebut telah mempertimbangkan kepentingan masyarakat (had the public in mind). Posisi
dominan ini harus dilihat bukan hanya dalam batas-batas nasional, melainkan juga dalam batas daerah. Satu
perusahaan bisa saja tidak mempunyai posisi dominan di seluruh Indonesia, tetapi untuk daerah tertentu bisa
mempunyai posisi monopoli. 24

Bagian Kedua
Jabatan Rangkap

24 Rahardi Ramelan, Dalam : www.leapidea.com/presentation?id=39

17
Pasal 26
Seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau komisaris dari suatu perusahaan,
pada waktu yang bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau komisaris pada
perusahaan lain, apabila perusahaan–perusahaan tersebut:
a. berada dalam pasar bersangkutan yang sama; atau
b. memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang dan atau jenis usaha; atau
c. secara bersama dapat menguasai pangsa pasar barang dan atau jasa tertentu, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

Bagian Ketiga
Pemilikan Saham

Pasal 27
Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang
melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan yang sama, atau
mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar
bersangkutan yang sama, apabila kepemilikan tersebut mengakibatkan:
a. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima
puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu;
b. dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh
puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Pada tahun 2007, sebagian besar perkara yang ditangani KPPU adalah mengenai tender. Namun, pada 2007,
ada satu perkara yang banyak menarik perhatian publik, yaitu perkara pelanggaran Temasek terhadap Pasal 27
UU No. 5/1999 mengenai cross-ownership. Alhasil, walau jumlah perkara mengenai persekongkolan tender
lebih banyak dilaporkan dan ditangani KPPU, tetapi bagi publik, perkara Temasek mungkin lebih menarik
perhatian.25
Temasek Holding (Pte) Ltd atau biasa disebut Temasek memiliki empat puluh satu persen saham di PT
Indosat Tbk dan tiga puluh lima persen di PT Telkomsel. Berdasarkan data kepemilikan aham ini, maka
tidak salah jika masyarakat berasumsi bahwa ada konflik kepentingan dalam penanganan operasional
manajemen di kedua perusahaan telekomunikasi tersebut, yang cukup besar market share-nya di Indonesia.

25 PUTS pada 2008 Akan Makin Banyak, Dalam : http://durian19-arts.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=132

18
Ketika sebuah perusahaan didirikan dan selanjutnya menjalankan kegiatannya, yang menjadi tujuan utama dari
perusahaan tersebut adalah mencari keuntungan setinggi-tingginya dengan prinsip pengeluaran biaya yang
seminimum mungkin. Begitu juga, dengan prinsip pemilikan saham. Pemilikan saham sama artinya dengan
pemilikan perusahaan. Kepemilikan perusahaan oleh seseorang atau badan atau lembaga korporasi tentunya
bertujuan bagaimana caranya kepemilikan tersebut dapat menghasilkan keuntungan terhadap diri si pemiliki
saham tersebut. Bicara keuntungan tentunya kita tidak hanya bicara tentang keuntungan financial, tetapi juga
tentang keuntungan non financial, seperti memiliki informasi penting, penguasaan efektif, pengatur kebijakan,
dan lain-lainnya.26

Bagian Keempat
Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan

Pasal 28
(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau peleburan badan usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha dilarang melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain apabila
tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggabungan atau peleburan badan usaha yang
dilarang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dan ketentuan mengenai pengambilalihan
saham perusahaan sebagaimana dimaksud ayat dalam (2) pasal ini, diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

Pasal 29
(1) Penggabungan atau peleburan badan usaha, atau pengambilalihan saham sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 yang berakibat nilai aset dan atau nilai penjualannya melebihi
jumlah tertentu, wajib diberitahukan kepada Komisi, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari sejak tanggal penggabungan, peleburan atau pengambilalihan tersebut.
(2) Ketentuan tentang penetapan nilai aset dan atau nilai penjualan serta tata cara
pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

26 Periksa: http://staffsite.gunadarma.ac.id/mukhyi/index.php?stateid=download&id=6938∂=files

19
PENUTUP

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga independen di


Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat Undang-Undang No. 5 tahun 1999 tentang
larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. UU No. 5 tahun 1999 pada
intinya melarang hal-hal:

Perjanjian yang dilarang Kegiatan yang dilarang Posisi Dominan


1. Oligopoli 1. Monopoli 1. Umum
2. Penetapan Harga 2. Monopsoni 2. Jabatan Rangkap
3. Pembagian Wilayah 3. Penguasaan Pasar 3. Pemilikan Saham
4. Pemboikotan 4. Persekongkolan 4. Penggabungan,
5. Kartel Peleburan, dan
6. Trust Pengambilalihan
7. Oligopsoni
8. Integrasi Vertikal
9. Perjanjian Tertutup
10. Perjanjian Dengan
Pihak Luar Negeri

20
DAFTAR PUSTAKA

Al - Qur'an dan Terjemahnya, CV. Asy Syifa', Semarang, 2001, Halaman 1239

http://id.wikipedia.org/wiki/Boikot

http://id.wikipedia.org/wiki/Kartel

http://id.wikipedia.org/wiki/Monopsoni

http://id.wikipedia.org/wiki/01igopoli

http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_Monopoli

http://organisasi.org/user/godam64

http://staffsite.gunadarma.ac. id/mukhyi/index.php?stateid=download&id=69383=files

http://www.hukumpedia.com/index. php?title=Komisi_Pengawas_Persaingan_Usaha

http://www.kppu.go.id/baru/index.php?type=art&aid=373&encodurl=04%2F27%2F08%2C0

1%3A04%3A34

http://www.pasekon.ui.ac.id/sem3/pdf/Hamsar%20Lubis.pdf

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0609/14/opi01.html

Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, MSc. Dalam : http://www.sebi. ac.id/index2.php?Option=

com content&do_pdf=l&id=281.

PUTS pada 2008 Akan Makin Banyak, Dalam : http://durianl9-arts.com/index2.php7option

=com_content&do_pdf= 1 &id= 1 3 2 .

Rahardi Ramelan, dalam: www.leapidea.com/presentation?id=39

www.hukumonline.com/detail.asp?id=8412&cl=Berita

www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2004/08/13/brk,20040813-16,id.html
EEBBOOOOKK HHUUKKUUMM AANNTTII MMOONNOOPPOOLLII DDAANN PPUUTTSS

Ebook ini pada intinya memberikan contoh sederhana pada setiap pasal tentang
hal-hal yang dilarang dalam Undang-Undang No 5 Tahun 1999 tentang Anti
Monopoli yang secara garis besar mengelompokkan larangan atas:

PERJANJIAN YANG DILARANG

KEGIATAN YANG DILARANG

POSISI DOMINAN

Kritik ataupun saran silahkan kunjungi blog kami


http://penelitian-hukum.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai