OLEH :
FARIZ FAIZRAH
(010001900208)
(010001900266)
Ilham nandamas
(010001900267)
JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Hukum diciptakan sebagai kaidah sosial yang hidup di masyarakat dan bertujuan untuk
mengatur serta menjaga ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat. untuk menjaga
ketertiban di dalam kehidupan bermasyarakat, hukum diwajibkan mampu secara seimbang
untuk melindungi kepentingan yang ada di masyarakat. pada dasarnya hukum persaingan
usaha merupakan sengketa perdata, akan tetapi pelanggaran terhadap hukum persaingan
mempunyai unsur-unsur pidana dan administrasi. Hal tersebut dikarenakan pelanggaran
terhadap hukum persaingan memberi dampak kerugian kepada masyarakat dan perekonomian
negara.
Dalam bentuk untuk dapat menciptakan tatanan kehidupan yang tertib dan aman dalam
masyakarat, negara memiliki peran yang sangat penting untuk menetapkan aturan-aturan
sebagai suatu instrumen dalam menciptkan hal tersebut. Hukum juga memiliki peran dalam
pembangunan ekonomi melalui negara, oleh sebab itu hukum digunakan sebagai solusi
menghindari konflik-konflik perebutan di dalam upaya pemenuhan kebutuhan manusia yang
terbatas, sebagai akibat dari adanya permintaan kebutuhan manusia yang tidak ada batasnya
tersebut.
Persaingan usaha yang sehat merupakan sarana menciptakan keadaan yang efisien
dalam sektor ekonomi yang harus terus diupayakan secara sistematis dan terencana, disertai
pula dengan penyusunan aturan kebijakan persaingan usaha mengenai pencegahan dan
penindakan terhadap para pelaku usaha yang melakukan persaingan usaha tidak sehat. Hal
tersebut harus dilakukan secara sistematis dan terencana Sesuai dengan prinsip ekonomi yang
dianut di Indonesia disertai pula dengan penyusunan aturan kebijakan persaingan usaha
mengenai pencegahan dan penindakan terhadap para pelaku usaha yang berupaya melakukan
persaingan usaha tidak sehat.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang merupakan auxiliary state’s organ
yang dibentuk pemerintah haruslah bersifat independen terlepas dari pengaruh dan kekuasaan
pemerintah serta pihak lain dalam mengawasi pelaku usaha dalam hal ini memastikan pelaku
usaha menjalankan kegiatannya dengan tidak melakukan persaingan usaha tidak sehat.Status
KPPU ini telah diatur dalam Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 yang
kemudian diulang pada Pasal 1 ayat (2) Keputusan Presiden nomor 75 tahun 1999. Sesuai
dengan ketentuan pasal 29 undang-undang nomor 5 tahun 1999 juncto Pasal 5 Peraturan
Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010, pemberitahuan penggabungan, peleburan dan
pengambilalihan (Merger, Akuisisi, Konsolodasi) Kepada Komisi wajib dilakukan paling
lama 30 hari kerja sejak tanggal penggabungan, peleburan dan pengambilalihan berlaku
efektif secara yuridis. Dengan demikian diharapkan dapat menjaga para pelaku usaha dari
tindakan penguasaan pasar dengan posisi pelaku usaha sebagai pelaku usaha dominan pada
pasar bersangkutan.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mencoba merumuskan permasalahan sebagai
berikut :
D. Tujuan Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini ada beberapa tujuan yang hendak dicapai oleh penulis, dan
tujuan yang dimaksud antara lain:
1. Untuk mengetahui bentuk pengaturan tentang dugaan keterlambatan pengambilalihan
saham.
2. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa FH Usakti mengenai bentuk pengaturan
tentang dugaan keterlambatan pengambilalihan saham.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk
mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan metode penelitian dan penulisan
karya ilmiah guna melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar sarjana di bidang
ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta. Selain itu, penulis
berharap penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang bentuk
pengaturan tentang dugaan keterlambatan pengambilalihan saham.
2. Secara praktis, penulis berharap penelitian hukum ini dapat memberikan penjelasan
secara jelas kepada mahasiswa maupun masyarakat untuk mengetahui.
a) Bagi pihak pemerintah, mampu memberikan manfaat serta masukan dalam
menilai suatu aturan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada masa
sekarang ini ini agar disesuaikan dengan perkembangan dalam ilmu
persaingan usaha. sehingga apabila penilaian terhadap isi peraturan
perundang-undangan tersebut selanjutnya mampu dijadikan masukan ketika
akan dilakukan revisi peraturan perundang-undangan.
b) Bagi pihak pelaku usaha, sebagai acuan atau pedoman pelaku usaha mikro
maupun makro dalam menjalankan usahanya.
c) Bagi penulis sendiri, dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat memberi
manfaat untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang hukum bisnis dan ilmu
di bidang hukum persaingan usaha.
E. Kerangka Konsepsional
Ketentuan Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 mengenai akusisi
disebut dengan istilah “pengambilalihan” yang meliputi dua macam pengaturan,yakni yang
mengatur secara khusus tentang akuisisi dan yang megatur akuisisi bersama–sama dengan
merger. Pasal–pasal yang mengatur khusus tentang akuisisi adalah Pasal 125 UUPT yang
mana pemberlakukan Pasal tersebut tidak boleh mengurangi ketentuan dalam Pasal 7 UUPT.
Disebutkan bahwa Akuisisi (pengambilalihan) dilakukan dengan cara pengambilalihan saham
yang telah dikeluarkan dan atau dikluarkan oleh Perseroan atau langsung dari pemegang
saham. Pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang perseroangan yang
dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap Perseroan tersebut. Setiap kegiatan
akusisi (pengambilalihan) saham dalam Perseroan Terbatas wajib dinyatakan dengan Akta
Notaris yang menggunakan Bahasa Indonesia.Hal ini tertuang dalam Pasal 128 UUPT.
Tata cara pengambilalihan saham yang dilakukan oleh badan hukum berbentuk
Perseroan Tebatas diatur dalam Pasal 125 ayat (4) UUPT yang menyatakan sebagai berikut :
“Pengambilalihan yang dilakukan oleh badan hukum berbentuk Perseroan, Direksi sebelum
melakukan perbuatan hukum pengambilalihan harus berdasarkan keputusan RUPS yang
memenuhi kuorum kehadiran dan ketntuan tentang persyaratan pengambilalihan keputusan
RUPS.” Dari ketentuan Pasal diatas menyatakan bahwa, jika pihak pengambilalih adalah
bukan orang perseroangan melainkan badan hukum berbentuk Perseroan, maka
pengambilalihan harus didahului dengan persetujuan RUPS dengan ketentuan memenuhi
kuorum.
F. Tinjauan Pustaka
Penulisan tugas ini membahas mengenai Tinjauan Yuridis Persaingan Usaha dalam Kasus
Keterlambatan Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT. GLOBAL LOKET SEJAHTERA
Oleh PT. APLIKASI KARYA ANAK BANGSA (Studi Putusan KPPU Nomor: 30/KPPU-
M/2020). Karena itu, diperlukan tinjauan pustaka demi memberikan batasan-batasan untuk
penulis dalam memaparkan variable yang relevan dengan bahasan tugas ini. Adapun tinjauan
pustaka dari tugas ini yaitu sebagai berikut:
1. Hukum Persaingan Usaha Pada konteks ini, secara teoritis hukum persaingan usaha dapat
dipandang dengan dua kata, yakni hukum dan persaingan usaha. Upaya yang dimaksud
tersebut agar dapat terlihat perbedaan antara hukum itu sendiri dengan persaingan usaha,
agar di dalam pembahasannya kemudian dapat dimengerti apa yang dimaksud hukum
persaingan usaha dalam berusaha. Hukum persaingan usaha (Competition Law) adalah
penggambaran dari hukum ekonomi (Economic Law), yang memiliki kateristik tersendiri.
Seperti yang diketahui bahwasanya salah satu kateristik dari pada hukum ekonomi
bersifat fungsional dengan meniadakannya pembedaan antara hukum publik dan hukum
privat yang selama ini dikenal. Tujuan daripada hukum persaingan usaha yaitu untuk
menciptakan efisiensi terhadap ekonomi pasar dengan mencegah monopoli, mengatur
persaingan yang sehat dan bebas, dan memberikan sanksi terhadap pelanggarnya.
2. Dasar Hukum Persaingan Usaha Pada hal pengaturan mengenai persaingan usaha secara
yuridis, maka terdapat beberapa sumber untuk dijadikan pegangan dalam melakukan
persaingan usaha di Indonesia, antara lain: a. Pasal 33 UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, dimana dalam Pasal ini menekankan bahwa dalam menjalankan
perekonomian di Indonesia didasari pada asas kekeluargaan, sehingga secara eksplisit
mengamanatkan agar tidak terjadi adanya tindakan monopoli serta persaingan usaha tidak
sehat yang dapat merugikan masyarakat di Indonesia; b. Undang-Undang Nomor 5 tahun
1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat c. Peraturan
Pemerintah, seperti Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2010 Tentang Penggabungan
atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat
Mengakibatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat; d.
Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (Perkom), seperti Perkom Nomor 4 Tahun
2012 Tentang Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan
atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan Tidak Sehat.
BAB II
METODE PENELITIAN
Kemudian untuk sifat penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu
penelitian deskriptif yang merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, Suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun Suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Kemudian untuk tipe penelitian yang saya
gunakan dalam penelitian ini yaitu gabungan dari penelitian normatif dan empiris. Maka
berdasarkan pokok masalah yang telah tertulis diatas maka tipe penelitian ini yaitu:
1. Dalam pokok masalah 1, saya menggunakan tipe penelitian normatif dikarekanakan saya
melakukan pengumpulan data hukum yang relevan dengan pokok masalah nomor 1 ini juga
berdasarkan perundang-undangan dan hukum lainnya yang relevan dengan pokok masalah
nomor 1
2. Dalam pokok masalah 2, saya menggunakan tipe penelitian normatif karena saya
melakukan pengumpulan data hukum yang mengacu pada putusan KPPU.
3. Dalam pokok masalah 3, saya menggunakan tipe penelitian empiris dikarekan untuk
mendapatkan hasil dari pertanyaan nomor 2 ini harus melakukan penyebaran google form
atau kuesioner yang dimana berguna untuk mendapatkan tanggapan dari Mahasiswa FH
Usakti.
a. Sumber primer :
Sumber data primer adalah data yang diperoleh berdasarkan sumber pertama baik dari
individu maupun perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian
kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti . Dalam penelitian ini pada sumber primer
diperoleh dari hasil pengisian kuesioner yang telah disebarkan kepada Mahasiswa dan
Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Trisakti Angkatan 2019.
b. Sumber sekunder :
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh berdasarkan data yang sudah ada
sebelumnya atau sebagai pendukung dari sumber data primer yang berupa bahan pustaka ,
literatur , jurnal hukum , buku - buku , dsb.
E. Analisis Data
Penulis menggunakan metode analisis secara kualitatif, yaitu data diperoleh disusun
secara sistematis dalam bentuk penjelasan untuk menggambarkan hasil penelitian sehingga
mudah dipahami. Disusun juga dengan cara menganalisa sumber hukum terkait permasalahan
yang diangkat.
BAB III
HASIL PENELITIAN
Peraturan ini dibuat dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 28 Ayat (3)
dan Pasal 29 Ayat (2) UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Peraturan Pemerintah ini akan menjadi dasar bagi
penerapan ketentuan mengenai penggabungan, peleburan, pengambilalihan saham
perusahaan dan penetapan nilai aset atau nilai penjualan serta tata cara
pemberitahuan.
Dari jawaban yang didapat dari pertanyaan kuesioner pertama, mengenai pengetahuan
tentang pengaturan tentang dugaan keterlambatan pengambilalihan saham di Indonesia,
68.2% mengetahui pengaturan tersebut dan 31.8 % tidak mengetahui.
Dari jawaban yang didapat dari pertanyaan kuesioner kedua, mengenai pengaturan dugaan
keterlambatan pengambilalihan saham yang diperoleh dari perkuliahan, 68.2% mengetahui
dari perkuliahan dan 31.8% tidak mengetahuinya dari perkuliahan.
Dari jawaban yang didapat dari pertanyaan kuesioner ketiga, mengenai kesesuaian harapan
terhadap pengaturan dugaan keterlambatan pengambilalihan saham, 63.6% setuju dan 36.4%
tidak setuju.
Dari jawaban yang didapat dari pertanyaan kuesioner keempat, mengenai urgensi
penyempurnaan dugaan keterlambatan pengambilalihan saham, 36.4% setuju pengaturan
tentang KDRT dan 63.6 % tidak setuju.
Dari jawaban yang didapat dari pertanyaan kuesioner kelima, 100% responden setuju bahwa
penting untuk mengetahui peranan pengaturan dugaan keterlambatan pengambilalihan saham.
Kesimpulan Sementara
Bentuk pengaturan tentang dugaan keterlambatan pengambilalihan saham tercantum
dalam Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020, . Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun
2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan
yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dan
Pasal 29 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat. Terjadinya pengambilalihan saham (akuisisi) di dalam Perseroan Terbatas
tidak hanya mangacu pada kepentingan dari pemegang saham mayoritas saja tetapi juga tetap
harus memperhatikan kepentingan dari pemegang saham minoritas.Hal ini juga tercantum di
dalam Undang – Undang tentang Perseroan Terbatas yang telah di jabarkan tentang
bagaimana upaya hukum yang dapat dilakukan pemegang saham minoritas untuk melindungi
hak-hak dan kepentingannya. Sebaiknya para memegang saham jugas aktif memantau
kegiatan perseroan dan ikut memutuskan kebijakan perusahaan agar tercipta keadilan antara
pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas. Mengingat, merger dan
akuisisi dilakukan untuk memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham.
Melakukan merger dan akuisisi mengarah pada posisi dominan dan praktik monopoli.
Oleh karena itu, merger, dan akuisisi memerlukan persetujuan KPPU. Namun,
permintaan persetujuan dilakukan sebelum atau setelah transaksi dijalankan. Pelaporan
akan dilakukan setelah transaksi dilakukan dengan menggunakan standar yang ditetapkan
oleh peraturan Pemerintah berdasarkan UU No. 5/1999.
Selain itu persepsi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Trisaksi terhadap bentuk
pengaturan tentang dugaan keterlambatan pengambilalihan saham sebagian besar
berpendapat bahwa pengaturan tentang dugaan keterlambatan pengambilalihan saham
merupakan hal yang penting untuk melindungi kepentingan perusahaan maupun pemegang
saham sendiri. Maka dari itu, dibutuhkan realiasi baik pihak pemerintah dan pelaku usaha
untuk memetahui hukum yang mengatur batasan-batasan pengambilalihan saham agar tidak
terjadi adanya potensi praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat diantara para
pemegang kepentingan.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Raharjo, Handri. (2013). Hukum Perusahaan Step by Step Prosedur Pendirian Perusahaan. Pustaka
Yustisia.
Lubis, Andi Fahmi et. al., (2009). Hukum Persaingan Usaha Antara Teks & Konteks, Penerbit
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Jakarta.
Stiompul, Asril. (1999). Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Citra Aditya
Bakti.
Usmani, Rachmadi. (2013). Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia. Penerbit Sinar Grafika. Jakarta
Fuady, Munir. (2014). Hukum Tentang Akuisisi. Take Over dan LBO. PT Aditya Citra Bakti.
Fuadi, Munir. (2008).Pengantar Hukum Bisnis. Menata Bisnis Modern di Era Global. PT. Citra
Aditya Bakti.
JURNAL
Anggraini, Anna. (2015), Penerapan Sistem Notifikasi PostMerger Atas Pengambilalihan Saham
Perusahaan BerdasarkanHukum Persaingan Usaha, Jurnal.
Sabirin, Ahmad. (2021). Keterlambatan Pelaporan Pengambilalihan Saham Perusahaan dalam Sistem
Post Merger Notification Menurut Undang-Undang Persaingan Usaha di Indonesia. Jurnal
Persaingan Usaha. Volume 2.
SKRIPSI
Hati, Anisa Pelita. (2020) Tinjauan Yuridis Persaingan Usaha Terkait Keterlambatan
Pemberitahuan Pengambilan Saham PT. Terminal Bangsa Mandiri Oleh PT. FKS Multi
Agro, TBK (Studi Putusan KPPU Nomor 19/KPPU-M/2019). Skipsi Mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.