OLEH :
I PUTU AGUS ADI SAPUTRA 2082411019
PUTU SATRIA SATWIKA ANANTHA 2082411020
A. A. TITAH RATIHTIARI 2082411021
Sudikno Mertokusumo, 1991, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, hal. 33.
2
Shidarta & Abdul Rasyid & Ahmad Sofian, 2018, Aspek Hukum Ekonomi dan Bisnis, Prenada,
Jakarta, hal. 131-132.
sehubungan tidak adanya insolvency test dalam penyelesaian sengketa kepailitan tercermin
dalam prinsip keadilan pemeriksaan perkara dan dalam tahap pengurusan dan pemberesan
harta Debitor pailit oleh Kurator yang dalam hal ini diharapkan Kurator dapat meningkatkan
nilai harta pailit sehingga apabila semua utang Debitor telah dibayarkan lunas dan terdapat
sisa hasil penjualan harta Debitor pailit tersebut dapat dipergunakan Debitor untuk
melanjutkan usahanya.
3. Asas Keadilan
Kata adil atau keadilan merupakan kombinasi dari nilai-nilai moral dan sosial yang
merupakan pengejawantahan dari fairness (kejujuran/keadilan/kewajaran); balance
(keseimbangan); temperance (menahan diri) dan straightforwardness (kejujuran).3 Dalam
kepailitan, asas keadilan mengandung pengertian bahwa ketentuan mengenai kepailitan dapat
memenuhi rasa keadilan bagi para pihak yang berkepentingan. Asas keadilan ini untuk
mencegah terjadinya kesewenang-wenangan pihak penagih yang mengusahakan pembayaran
atas tagihan masing-masing terhadap Debitor, dengan tidak mempedulikan Kreditor lainnya.
Diharapkan dengan penegakan hukum yang bervisi keadilan dalam Hukum Kepailitan
Indonesia, dapat terpenuhi rasa keadilan tidak hanya kepada kreditor dan debitor tetapi juga
pemangku kepentingan, karena tujuan dari Hukum Kepailitan bukan untuk mempailitkan
sebanyak-banyaknya debitor pailit, akan tetapi sebagai jalan terakhir agar debitor pailit tidak
mampu agar tidak terus menerus dikejar-kejar utang seumur hidupnya, dan bagi debitor pailit
tidak mampu dapat diberikan pemulihan nama baik dan pengembalian hak-hak keperdataan,
sehingga debitor tersebut dapat berusaha kembali dan melanjutkan kehidupannya yang juga
akan berdampak bagi kelancaran dunia usaha dan pertumbuhan perekonomian serta
perkembangan pembangunan nasional.
4. Asas Integrasi
Asas integrasi dalam Undang-Undang ini mengandung pengertian bahwa sistem
hukum formil dan hukum materiilnya merupakan satu kesatuan yang utuh dari sistem hukum
perdata dan hukum acara perdata nasional. Sebagai ketentuan sistem hukum formil yang
bersifat lex specialis menyatu dengan sistem hukum perdata materiil dalam UUK
& PKPU.
Agus Santoso, 2012, Hukum, Moral, Dan Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum, Cet. 1, Prenada
Media Group, Jakarta, hal. 94.