Anda di halaman 1dari 3

HUKUM PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

OLEH :
I PUTU AGUS ADI SAPUTRA 2082411019
PUTU SATRIA SATWIKA ANANTHA 2082411020
A. A. TITAH RATIHTIARI 2082411021

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
Pengertian asas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah dasar atau hukum
dasar. Asas adalah prinsip dasar yang menjadi acuan berpikir seseorang dalam mengambil
keputusan-keputusan yang penting dalam hidupnya. Selanjutnya asas hukum adalah pikiran
dasar yang bersifat umumyang menjadi latar belakang konkrit bagi lahirnya sistem hukum
dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif
dengan sifat-sifat umum dalam peraturan yang konkrit. Sudikno Mertokusumo mengatakan
bahwa asas hukum, atau prinsip hukum bukanlah peraturan hukum konkret melainkan
merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya atau merupakan latar belakang dari peraturan
yang konkret yang terdapat dalam atau di belakang setiap sistem hukum yang terjelma dari
peraturan perundangan dan putusan Hakim yang merupakan hukum positif dan dapat
ditemukan dengan mencari sifat-sifat umum dalam peraturan konkret tersebut.1
UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (selanjutnya disebut UUK & PKPU) didasarkan pada beberapa asas. Dalam
Penjelasan Umum UUK & PKPU, asas-asas tersebut antara lain adalah:2
1. Asas Keseimbangan
Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki adanya keselarasan atau
kesesuaian yang mencakup semua aspek. Undang-Undang ini mengatur beberapa ketentuan
yang merupakan perwujudan dari asas keseimbangan, yaitu di satu pihak, terdapat ketentuan
yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh
Debitor yang tidak jujur, di lain pihak, terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya
penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh Kreditor yang tidak beritikad baik.
Akibat dipenuhinya aspek keseimbangan dapat memberikan rasa keadilan dan ketentraman
masyarakat.
2. Asas Kelangsungan Usaha
Dalam Undang-Undang ini, terdapat ketentuan yang memungkinkan perusahaan
Debitor yang prospektif tetap dilangsungkan. Secara nyata kelangsungan usaha berpotensi
memberikan nilai tambah berupa laba yang pada gilirannya didistribusikan untuk membiayai
perusahaan, dibagikan kepada tenaga kerja sebagai upah, sebagai penerimaan negara berupa
pajak maupun membiayai kegiatan yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan.
Asas kelangsungan usaha sebagai perwujudan perlindungan hukum bagi Debitor pailit

Sudikno Mertokusumo, 1991, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, hal. 33.
2
Shidarta & Abdul Rasyid & Ahmad Sofian, 2018, Aspek Hukum Ekonomi dan Bisnis, Prenada,
Jakarta, hal. 131-132.
sehubungan tidak adanya insolvency test dalam penyelesaian sengketa kepailitan tercermin
dalam prinsip keadilan pemeriksaan perkara dan dalam tahap pengurusan dan pemberesan
harta Debitor pailit oleh Kurator yang dalam hal ini diharapkan Kurator dapat meningkatkan
nilai harta pailit sehingga apabila semua utang Debitor telah dibayarkan lunas dan terdapat
sisa hasil penjualan harta Debitor pailit tersebut dapat dipergunakan Debitor untuk
melanjutkan usahanya.
3. Asas Keadilan
Kata adil atau keadilan merupakan kombinasi dari nilai-nilai moral dan sosial yang
merupakan pengejawantahan dari fairness (kejujuran/keadilan/kewajaran); balance
(keseimbangan); temperance (menahan diri) dan straightforwardness (kejujuran).3 Dalam
kepailitan, asas keadilan mengandung pengertian bahwa ketentuan mengenai kepailitan dapat
memenuhi rasa keadilan bagi para pihak yang berkepentingan. Asas keadilan ini untuk
mencegah terjadinya kesewenang-wenangan pihak penagih yang mengusahakan pembayaran
atas tagihan masing-masing terhadap Debitor, dengan tidak mempedulikan Kreditor lainnya.
Diharapkan dengan penegakan hukum yang bervisi keadilan dalam Hukum Kepailitan
Indonesia, dapat terpenuhi rasa keadilan tidak hanya kepada kreditor dan debitor tetapi juga
pemangku kepentingan, karena tujuan dari Hukum Kepailitan bukan untuk mempailitkan
sebanyak-banyaknya debitor pailit, akan tetapi sebagai jalan terakhir agar debitor pailit tidak
mampu agar tidak terus menerus dikejar-kejar utang seumur hidupnya, dan bagi debitor pailit
tidak mampu dapat diberikan pemulihan nama baik dan pengembalian hak-hak keperdataan,
sehingga debitor tersebut dapat berusaha kembali dan melanjutkan kehidupannya yang juga
akan berdampak bagi kelancaran dunia usaha dan pertumbuhan perekonomian serta
perkembangan pembangunan nasional.
4. Asas Integrasi
Asas integrasi dalam Undang-Undang ini mengandung pengertian bahwa sistem
hukum formil dan hukum materiilnya merupakan satu kesatuan yang utuh dari sistem hukum
perdata dan hukum acara perdata nasional. Sebagai ketentuan sistem hukum formil yang
bersifat lex specialis menyatu dengan sistem hukum perdata materiil dalam UUK
& PKPU.

Agus Santoso, 2012, Hukum, Moral, Dan Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum, Cet. 1, Prenada
Media Group, Jakarta, hal. 94.

Anda mungkin juga menyukai