Anda di halaman 1dari 5

1.

Menurut definisi dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), hukum merupakan
sekumpulan peraturan atau adat resmi yang ditetapkan oleh penguasa dan pemerintah yang
sifatnya mengikat. Sedangkan, menurut pendapat Leon Duguit ahli pakar hukum asal Prancis
hukum adalah sekumpulan aturan yang mengatur tentang tingkah laku masyarakat yang
dimana pelaksanaanya harus dipatuhi sebagai bentuk penghargaan dan perlindungan terhadap
jaminan kepentingan bersama. Aristoteles, seorang filsuf Yunani yang terkenal
mendefinisikan hukum sebagai sekumpulan peraturan yang bersifat mengikat dan wajib
ditaati oleh semua orang, baik oleh golongan rakyat biasa maupun para pejabat negara. Dari
semua paparan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi hukum adalah
sekumpulan peraturan atau kaidah yang bersifat mengikat dan memaksa yang pelaksanaanya
wajib ditaati oleh semua orang tanpa memandang bulu, agar dapat tercipta suasana ketertiban
dan keadilan dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sebuah peraturan
dapat dikatakan sebagai hukum resmi apabila memilki ciri – ciri seperti berikut, yaitu
memuat peraturan yang mengatur tingkah laku masyarakat dalam lingkungan pergaulan
masyarakat dan negara, dibuat oleh badan resmi atau pihak yang berwenang, bersifat
mengikat dan memaksa, dan adanya sanksi yang tegas. Hukum bertujuan untuk melindungi
manusia dari ancaman yang membahayakan dirinya, menciptakan ketertiban dan ketentraman
dalam lingkungan interaksi antar manusia, dan memberikan keadilan yang merata bagi semua
orang. Berdasarkan jenisnya, hukum dapat dibagi kedalam berbagai kategori yang berbeda –
beda, antara lain :
1. Berdasarkan bentuknya
Hukum dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
- Hukum tertulis
Hukum yang ditulis dan tercantum dalam peraturan perundang – undangan, contohnya KUHP
pidana dan KUHP perdata.
- Hukum tidak tertulis
Hukum yang tidak tercantum dalam peraturan perundang – undangan dan berasal dari
kebiasaan masyarakat setempat, contohnya hukum adat kebiasaan suatu daerah.
2. Berdasarkan sumbernya
Hukum dapat dibagi menjadi 5 jenis, yaitu
- Hukum Undang – Undang
Hukum yang termuat dalam peraturan perundang – undangan.
- Hukum Adat
Hukum yang termuat dalam peraturan adat suatu daerah setempat.
- Hukum Traktat
Hukum yang terbentuk karena ada perjanjian antar negara – negara yang terlibat dalam
perjanjian.
- Hukum Yurisprudensi
Hukum yang berasal dari keputusan hakim.
- Hukum Doktrin
Hukum yang berasal dari pendapat beberapa ahli pakar hukum yang terkenal.
3. Berdasarkan waktunya
1. Ius Constitutum (Hukum Positif)
Hukum yang berlaku pada waktu sekarang.
2. Ius Constituendum (Hukum Negatif)
Hukum yang berlaku di masa yang akan datang.
4. Berdasarkan sifatnya
1. Hukum Memaksa
Hukum yang sifatnya memaksa secara mutlak dalam keadaan apapun.
2. Hukum Mengatur
Hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak – pihak yang bersangkutan sudah
membuat/memiliki peraturannya sendiri.
5. Berdasarkan tempat berlakunya
`1. Hukum Nasional
Hukum yang hanya berlaku di dalam suatu negara tertentu.
2. Hukum Internasional
Hukum yang mengatur hubungan antara berbagai negara di seluruh dunia.
3. Hukum Asing
Hukum yang berlaku di negara asing.

2. Dalam era globalisasi saat ini, banyak lahir hal baru yang berdampak terhadap lalu lintas
perekonomian dunia. Untuk mengatasi pertumbuhan dan perkembangan perekonomian yang
semakin pesat, lahirlah hukum perekonomian. Peran hukum tidak hanya terbatas pada
mengatur berjalannya kegiatan perekonomian dengan baik, tetapi hukum juga memastikan
agar tidak ada hak – hak dan kepentingan masyarakat yang dilanggar. Adanya penegakkan
hukum perekonomian memastikan terwujudnya perekonomian yang adil, persaingan yang
sehat, dan pemerataan pembangunan di segala bidang. Lahirnya hukum perekonomian
dilandaskan oleh prinsip – prinsip kebebasan (free trade), non-diskriminasi (equality), dan
timbal balik (reciprocity). Prinsip free trade meliputi adanya perjanjian bilateral antar negara
yang memungkinkan kegiatan ekspor dan impor bisa berjalan dengan baik. Prinsip Equality
menegaskan kembali sifat dasar dari hukum yaitu semua orang harus mendapatkan perlakuan
yang adil dan sama di depan hukum tanpa membeda – bedakan status latar belakang dan
kedudukannya. Prinsip reciprocity artinya adalah adanya hubungan timbal balik yang saling
menguntungkan antar pihak yang mengadakan hubungan perjanjian. Jadi, dalam lalu lintas
perekonomian, hukum berkedudukan sebagai alat untuk mengatur dan membatasi segala
kegiatan yang berhubungan dengan aspek perekonomian suatu negara, sehingga dapat
tercapai pelaksanaan pembangunan ekonomi yang maksimal tanpa mengabaikan hak dan
kepentingan masyarakat luas.

3. Hukum bisnis adalah seperangkat hukum yang mengatur tentang tata cara suatu kegiatan
perdagangan industri ataupun keuangan yang berhubungan dengan pertukaran barang dan
jasa, kegiatan produksi, maupun kegiatan menempatkan uang yang dilakukan oleh para
entrepreneur dengan usaha dan motif tertentu dimana sudah mempertimbangkan terlebih
dahulu segala resiko yang mungkin timbul atau terjadi. Adapun tujuannya dibuat hukum
bisnis adalah untuk mengatur dan melindungi bisnis dari berbagai macam resiko yang
mungkin terjadi di kemudian hari. Namun. kenyataannya keberadaan hukum ini belum
sepenuhnya sesuai dengan fungsi dan tujuannya dikarenakan ketiadaan atau kurang
maksimalnya penegakan hukum yang dapat berimplikasi terhadap kredibilitas para
pembentuk aturan, para pelaksanan aturan, dan masyarakat yang terkena aturan itu sendiri,
sehingga semua elemen akan terkena dampaknya.
Masalah pokok penegakan hukum terletak pada faktor – faktor yang mempengaruhinya.
Faktor - faktor tersebut adalah :
1. Faktor aturan hukum
Yang bermasalah adalah Undang – Undang atau peraturan tertulis yang dibuat oleh
pemerintah yang disebabkan oleh tidak diikutinya asas – asas berlakunya Undang – Undang,
belum ada peraturan pelaksanaan yang sangat dibutuhkan untuk menerapkan Undang –
Undang, dan ketidakjelasan arti kata - kata dalam Undang – Undang yang berakibat dalam
keambiguan dalam penafsiran dan penerapannya, sehingga akhirnya menimbulkan konflik.
Contoh kasusnya adalah salah satu kewajiban perusahaan melakukan CSR (Corporate Social
Responsibility) yang diatur dalam Pasal 74 ayat (3) dalam UU no 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (UU PT yang mengatur bahwa “Ketentuan lebih lanjut mengenai
tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah “. Namun, hingga
sekarang ini Peraturan Pemerintah tersebut belum juga dibuat atau dikeluarkan oleh
Pemerintah. Akibat tiadanya peraturan Pemerintah akan berdampak pada tidak dapat
dilaksanakannya CSR. Hal ini juga berarti bahwa tidak ada kewajiban bagi perusahaan untuk
melakukannya CSR, karena memang tidak tahu bagaimana CSR seharusnya dilaksanakan.

2. Faktor penegak hukum


Yang dimaksud dengan penegak hukum adalah pihak – pihak yang langsung maupun tidak
langsung terlibat dalam kegiatan penegakkan hukum, mulai dari polisi, jaksa, hakim, KPK,
penasehat hukum, hingga petugas – petugas sipil masyarakat. Meskipun setiap profesi
penegak hukum memiliki wewenang atau kekuasaan masing – masing, namun kenyataanya
penegakkan hukum tidak berjalan dengan semestinya. Adapun penyebabnya adalah
rendahnya kualitas penegak hukum, rendahnya komitmen mereka terhadap penegakkan
hukum, tidak adanya mekanisme penegakkan hukum yang terintegrasi, dan kuatnya pengaruh
dari intervensi politik dan kekuasaan terutama ke badan kepolisian, kejaksaan, dan
kehakiman.

3. Faktor sarana dan fasilitas


Adapun faktor ini mencakup tenaga manusia yang berpendidikan tinggi dan terampil,
organisasi yang baik, peralatan yang cukup memadai , keuangan yang baik, dll. Proses
menjadi penegak hukum sebenernya sudah berjalan dengan baik, tetapi kenyataanya dalam
proses tersebut seringkali terlibat kegiatan suap-menyuap untuk menjadi penegak hukum
sehingga kualitasnya tidak sesuai dengan harapan atau kriteria yang sudah ditentukan.
Oleh karena itu, sistem hukum bisnis di Indonesia harus bisa dibenahi.

4. Maraknya perkembangan fenomena mahalnya minyak goreng di masyarakat disebabkan


oleh adanya kelangkaan minyak goreng yang beredar di lingkungan masyarakat. Karena
adanya kegagalan dari kinerja kementerian Pedagangan untuk mengatasi kelangkaan minyak
goreng tersebut, akhirnya Presiden Jokowi melalui pidatonya memutuskan untuk
menghentikan secara sementara ekspor minyak goreng ke luar negeri. Menurut saya,
kebijakan yang dikeluarkan oleh Pak Jokowi lebih memiliki dampak negatif yang lebih besar
terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan ketimbang dampak positifinya. Dari
segi pendapatan devisa, menurut pendapat ekonom Indonesia bisa berpotensi untuk
kehilangan senilai 3 miliar US Dollar. Selain itu penghentian ekspor minyak goreng yang
dilakukan secara total tanpa memperhatikan jumlah yang sebenarnya dibutuhkan oleh
masyarakatnakan menyebabkan banyaknya surplus persediaan minyak goreng di Indonesia
yang tidak terpakai dan akhirnya menjadi produk yang rusak. Dari segi hubungan dengan
negara lain, misalnya adanya kebijakan pembatasan ekspor minyak goreng membuat banyak
pelaku importir minyak goreng dari negara yang sudah melakukan hubungan kerja sama
dengan pihak eksportir Indonesia menjadi dirugikan. Hal ini secara tidak langsung tentu akan
akan berdampak pada munculnya kemarahan dari negara yang melakukan hubungan kerja
sama perekonomian dengan Indonesia, karena adanya gangguan dalam pasokan sumber
kebutuhan hidup dan bahan baku produksi yang diperlukan yang bisa memunculkan
terjadinya trade war (perang dagang) diantara negara – negara yang berseteru. Dari sudut
pandang para pelaku eksportir di Indonesia, mereka dirugikan dengan berkurangnya sumber
pendapatan akibat adanya pemberhentian sementara jumlah minyak goreng yang boleh
mereka ekspor keluar negeri. Bagi mereka yang sebelumnya sudah membuat perjanjian
kerjasama dengan para pelaku importir dari luar negeri mungkin masih diuntungkan dengan
adanya klausul force majeure (mitigasi kontrak) dimana terjadi kebebasan pemabayaran ganti
rugi oleh pihak penjual kepada pihak pembeli apabila terjadi kejadian yang berada di luar
kuasa pihak penjual (extraordinary event). Namun, bagi para pelaku eksportir yang sudah
terlanjur mempunyai kontrak dengan pembeli usai kebijakan tersebut dikeluarkan, maka Ia
akan terpaksa untuk membayar biaya penalit dan sanksi yang dikenakan oleh pembeli. Satu –
satunya cara yang mungkin bisa dipakai untuk menggugat efek dari kebijakan pemerintah ini
adalah dengan mengajukan class action (gugatan massa) melalui pengadilan negeri atas dasar
dirugikan dengan adanya kebijakan pemerintah yang membuat mereka harus membayar biaya
penalti kepada pihak importir. Lalu jika dilihat dari sudut pandang para petani kelapa sawit,
adanya kebijakan pembatasan minyak goreng ini akan semakin merugikan kondisi
perekonomian mereka karena dengan melimpahnya jumlah pasokan minyak goreng yang
beredar, maka harga jual minyak goreng termasuk produk – produk turunanya akan
mengalami lonjakan penurunan yang pesat. Tidak hanya golongan petani kelapa sawit kecil,
namun perusahan besar yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit pun akan
mengalami penurunan omset penjualan akibat adanya larangan ekspor CPO (Crude Palm Oil)
tersebut, sehingga mereka pun terpaksa untuk menjual produknya dengan harga yang lebih
rendah. Penurunan tingkat pendapatan ini akan secara tidak langsung berdampak pada
menurunnya kas perusahaan untuk membayar biaya operasional perusahaan, termasuk buruh
pabrik yang bekerja didalamnya. Hal inilah yang bisa digunakan sebagai alasan bagi
perusahaan untuk mengurangi jaminan pemenuhan hak buruh, terutama aspek – aspek yang
berkaitan dengan upah, hari kerja, dan perlindungan kesehatan buruh. Satu – satunya pihak
yang mungkin diuntungkan dari adanya larangan kebijakan adalah masyarakat akibat
rendahnya harga minyak goreng di pasaran. Walaupun dalam realitanya, seperti yang kita
lihat dalam berita kemaren tetap saja pasokan minyak goreng langka di masyarakat karena
adanya pihak dari dalam Kementerian Perdagangan yang melakukan korupsi terhadap
pemberian izin ekspor minyak goreng kepada perusahaan – perusahaan yang memproduksi
kelapa sawit dan produk turunannya.

Anda mungkin juga menyukai