Anda di halaman 1dari 1

1.

Berdasarkan contoh yang diberikan, menurut kami ada empat standar dari berpikir kritis yang tidak
terpenuhi.

Yang pertama adalah standar kedalaman (Depth). Alasannya adalah karena si pembicara tidak pernah
memikirkan secara matang kompleksitas dari persoalan yang dihadapinya. Ia hanya mengikuti saja
secara gamblang, pendapat yang telah diformulasikan oleh media massa untuk kepentingannya sendiri.
Tanpa pernah berusaha untuk mengidentifikasi sebuah jawaban dari persoalannya, seperti misalnya
bertanya tentang apa yang menjadi tujuan dibalik pernyataan media massa tersebut , maka
sesungguhnya si pembicara telah gagal untuk memenuhi standar kedalaman dalam berpikir kritis.

Yang kedua adalah standar keluasan (Breadth). Di sini, terlihat jelas bahwa si pembicara tidak pernah
berpikir secara luas, yang terlihat dari statement “Saya terus membaca dan mendengar bahwa pemberi
suara berada dalam situasi yang buruk”. Hal ini menunjukkan, bahwa si pembicara hanya
mempertimbangkan sudut pandang dari satu sisi saja yaitu dari media massa pilihannya, tanpa
membandingkannya dengan pendapat orang lain yang memiliki sudut pandang dan perspektif yang
berbeda dengan dirinya. Cara berpikir seperti ini merupakan sebuah cara berpikir yang sempit
(myopical), yang disebabkan oleh arogansi intelektual yang dimilikinya, yang muncul dari kecenderungan
yang dimilikinya terhadap paham – paham konsevatif.

Yang ketiga adalah standar logika (Logic). Ketika si pembicara mengatakan bahwa situasi sudah menjadi
sangat buruk dan ia merasa seperti di neraka, pernyataan ini menunjukkan bahwa ia tidak memiliki
sebuah dasar pemikiran kuat yang bisa digunakannya sebagai bahan pembanding terhadap keyakinan
yang akan dianutnya. Salah satu penyebab dari ketiadaan standar berpikir kritis ini adalah akibat dari
kurangnya memiliki pemahaman yang luas tentang berbagai macam topik permasalahan.

Yang terakhir adalah standar kewajaran (fairness). Akibat dari cara berpikir yang sempit (myopical) dan
ketidakadaan dasar pemikiran yang bisa dijadikan sebagai pembanding, maka si pembicara tidak dapat
membangun sebuah argumen yang wajar untuk mendukung pernyataanya bahwa ia sedang berada di
dalam situasi yang buruk dan merasa seperti di neraka. Hal yang dipercayainya, hanya wajar di dalam
mata dan pikirannya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai