SEBUAH PENGANTAR
Berpikir kritis itu tidak sama dengan hobi berdebat dan mengkritik orang lain. Critical
thinking ini awalnya berangkat dari ranah filsafat namun ia dapat dikembangkan untuk
ranah-ranah ilmu lainnya ataupun dibiasakan untuk kehidupan kita sehari-hari.
Definisi Critical Thinking yang paling mudah dicerna adalah yang saya temukan di satu jurnal
filsafat ini. Anda bisa membacanya jika ingin mempelajarinya lebih dalam.
Critical Thinking (atau Berpikir Kritis) adalah sebuah kemampuan untuk berpikir jernih dan
rasional tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang ingin diyakini sebagai kebenaran.
B : Kenapa?
Dari pertanyaan B tentang mengapa Slamet tidak berangkat ke pesta tadi, A bisa menjawab dengan 3
pernyataan.
Sebelum kita membahas lebih jauh, ketiga pernyataan tadi bisa disebut dengan yang
namanya Argumen. Argumen adalah satu rangkaian pernyataan yang digunakan untuk mendukung
pernyataan selanjutnya (misalnya, kesimpulan).
Nah pertanyaannya, manakah yang termasuk argumen yang baik dari 3 pernyataan tadi?
Sebelum salah kaprah, yang dimaksud dengan argumen baik dan buruk di sini bukanlah soal moral,
etika, agama, atau norma sosial. Namun argumen yang baik adalah argumen yang mendukung
kesimpulan, sedangkan argumen yang buruk adalah argumen yang tidak mendukung kesimpulan,
ataupun pernyataan lanjutan.
Dengan kata lain, argumen yang baik harus memiliki premis yang membuat sebuah kesimpulan
memiliki kemungkinan besar akan jadi kenyataan (fakta), atau benar adanya.
Dari definisi tadi, hanya 1 pernyataan yang bisa dianggap sebagai argumen yang buruk, yaitu
jawaban pertama.
Pasalnya, jawaban pertama tidak menjelaskan alasan kenapa Slamet tidak akan datang ke pesta.
Kecuali, sebelumnya sudah ada tambahan premis atau informasi yang menyatakan bahwa yang
mengadakan pesta tadi adalah si A dan ia yang mengundang semua tamu yang hadir.
Sebaliknya, jawaban nomor 2 dan 3 bisa dianggap sebagai argumen yang baik karena ia bisa
menjelaskan ketidakhadiran Slamet di pesta nanti malam.
Jawaban nomor 2 misalnya, jika memang argumen A tentang si Slamet benar, premis bahwa Slamet
itu pemalu dan tidak suka keramaian, ada kemungkinan bahwa Slamet memang tidak akan datang ke
pesta – karena pesta, biasanya, identik dengan keramaian.
Sedangkan jawaban nomor 3, jika pernyataan A yang mengatakan bahwa Slamet masih berada di
Jerman itu benar, kemungkinan besar, ia tidak memiliki waktu yang cukup untuk terbang dari Jerman
dan menghadiri pesta.
Namun demikian, ada perbedaan besar antara jawaban nomor 2 dan 3. Mari kita bahas keduanya
lebih dalam.
Di jawaban nomor 2, jika premis yang menyatakan bahwa Slamet itu pemalu dan ia tidak suka
keramaian itu benar adanya, kedua premis tersebut tidak menjamin bahwa kesimpulannya pasti
terjadi.
Pasalnya, bisa saja Slamet, meski pemalu, mengatasi rasa malunya dan memutuskan ia akan tetap
datang ke pesta nanti malam. Argumen yang seperti ini dinamakan dengan
argumen Ampliative(ampliatif).
Argumen dengan premis benar yang dapat menjamin kebenaran kesimpulannya dinamakan dengan
argumen Deductive (deduktif).
Saya kira Anda akan setuju dengan saya jika saya mengatakan bahwa argumen deduktif itu lebih baik
ketimbang yang ampliatif. So, kita bisa sama-sama membiasakan diri untuk berpikir dan mencari
argumen yang deduktif sebelum melakukan atau mempercayai sesuatu.
Akhirnya, seperti yang saya tuliskan di judulnya, tulisan ini hanyalah sebuah pengantar sederhana
yang saya harapkan untuk memancing ketertarikan Anda untuk mencari lebih dalam tentang Critical
Thinking. Mungkin lain kali, saya akan bahas Critical Thinking ini lebih jauh.
Yabes Elia
Creative And Critical Thinking
NOVEMBER 28, 2012 / GUIDOCAESAR
1. Angello (1995)
Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi,
yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenai permasalahan dan
pemecahannya, menyimpulkan seran mengevaluasi.
1. Scriven (2001)
Berpikir kritis adalah proses intelektual yang aktif dan penuh dengan
keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis,
membuat sintesis dan mengevaluasi.
Jaman yang sudah maju ini tentunya tidak lepas dari peran-peran pihak yang memiliki
pemikiran-pemikiran kreatif. Dengan berpikir kreatif kita dapat menciptakan peluang
dalam hidup kita, sering kali kita tidak mampu untuk membuat keputusan dalam
bertindak dikarenakan tidak adanya kesempatan padahal kesempatan itu selalu ada di
depan mata kita. Dengan berpikir kreatif maka kita dapat menemukan peluang-
peluang yang ada di setiap kejadian yang kita alami.
Jika membicarakan tentang berpikir kreatif maka kita akan bertanya dari manakah
asal kreatifitas itu ada ? Jawabannya sederhana kreatifitas muncul dari kinerja otak
kanan, dengan kinerja inilah manusia dapat menciptakan sesuatu karena imajinasi dan
daya kreatifitas. Prinsip utama untuk mengembangkan kreatifitas yang kita miliki
adalah dengan memiliki mindset “out of the box” sebuah ungkapan yang mengatakan
bahwa kita harus keluar dari kotak aman kita yaitu pikiran-pikiran yang membelenggu
kita sehingga kita merasa bebas dalam berimajinasi.
Dari pemaparan diatas mengenai berpikir kritis dan kreatif, saya mencoba untuk
menarik benang merah dari keduanya. 2012 tahun yang banyak mengundang tanda
tanya dari berbagai kalangan masyarakat, mulai dari siapa walikota Jakarta
selanjutnya hingga apakah dunia benar-benar akan kiamat ? Dari 2 pertanyaan
tersebut kita mungkin bisa percaya ataupun tidak, sebenarnya yang kita perlukan
disini hanyalah berpikir kritis dan kreatif.
Sebagai contoh pertanyaan kedua mengenai apakah dunia akan kiamat pada tahun
2012 ini ? sebagai pemikir yang kritis dan kreatif kita harus dapat menemukan dasar
sebelum percaya akan statement tersebut, dasar disini adalah bukti-bukti entah itu dari
internet ataupun dari media yang lain yang dapat membuktikan pernyataan tersebut.
langkah berpikir kreatif dalam permasalahan ini adalah saat kita dapat
mengimajinasikan kejadian tersebut apabila memang terjadi dan tindakan apa yang
sekiranya perlu kita ambil serta peluang apa saja yang dapat kita temukan saat
kejadian itu terjadi.
Jaman sekarang tidak hanya berpikir kritis yang kita butuhkan untuk menghadapi
dunia, namun kita juga harus dapat berpikir secara kreatif. Mengapa kita
membutuhkan keduanya ? kita membutuhkan cara berpikir yang kritis agar kita dapat
menjadi pribadi yang tidak menerima sebuah informasi mentah-mentah tapi melihat
dan menimbangkan terlebih dahulu apakan informasi ini benar atau tidak. Namun
perlu disadari bahwa berpikir kritis itu melelahkan karena kita terus menerus bertanya
pada diri kita sendiri dan selalu menimbang sebuah informasi yang kita dapat, oleh
sebab itu kita juga harus dapat berpikir kreatif karena pikiran-pikiran kreatif di
hasilkan oleh otak kanan kita. Sehingga terjadi keseimbangan diantara otak kiri dan
otak kanan kita.
Pada akhirnya berpikir kritis dan kreatif adalah dua hal yang harus kita miliki di masa
sekarang agar kita tidak terjebak akan hal-hal yang tidak benar.
http://etd.unsyiah.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2181