Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH BERPIKIR KRITIS

KELOMPOK 3:

1.ZAID HUSAIN.N

2.SOEKOCO JAVA S.P

3.KEVIN FAHMI A

4.ANANDA ANIPRASTAMA.P

5.IBADDILAH MASKATI

XII MIPA 3
SMA N 12 SEMARANG

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan,
pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama
menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal
itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini (Patrick, 2000:1). Definisi
berpikir kritis banyak dikemukakan para ahli.

Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang berpikir kritis
menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau melakukan penilaian
ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan sebagai problem
solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian dari kemampuan
berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000)

Review yang dilakukan dari 56 literatur tentang strategi pengajaran ketrampilan berpikir pada
berbagai bidang studi pada siswa sekolah dasar dan menengah menyimpulkan bahwa beberapa
strategi pengajaran seperti strategi pengajaran kelas dengan diskusi yang menggunakan
pendekatan pengulangan, pengayaan terhadap materi, memberikan pertanyaan yang memerlukan
jawaban pada tingkat berpikir yang lebih tinggi, memberikan waktu siswa berpikir sebelum
memberikan jawaban dilaporkan membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir.
Dari sejumlah strategi tersebut, yang paling baik adalah mengkombinasikan berbagai strategi.
Faktor yang menentukan keberhasilan program pengajaran ketrampilan berpikir adalah pelatihan
untuk para pengajar. Pelatihan saja tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan ketrampilan
berpikir jika penerapannya tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan, tidak disertai dukungan
administrasi yang memadai, serta program yang dijalankan tidak sesuai dengan populasi siswa
(Cotton K., 1991).

Strategi pengajaran berpikir kritis pada program sarjana kedokteran yang dilakukan di Melaka
Manipal Medical College India adalah dengan memberikan penilaian menggunakan
pertanyaan yang memerlukan ketrampilan berpikir pada level yang lebih tinggi dan belajar ilmu
dasar menggunakan kasus klinik untuk mata kuliah yang sudah terintegrasi menggunakan blok
yang berbasis pada sistem organ. Setelah kuliah pendahuluan, mahasiswa diberikan kasus klinik
serta sejumlah pertanyaan yang harus dijawab beserta alasan sebagai penugasan. Jawaban
didiskusikan pada pertemuan berikutnya untuk meluruskan a danya kesalahan konsep
dan memperjelas materi yang belum dipahami oleh mahasiswa. Hasilnya
menunjukkan bahwa mahasiswa pada program tersebut menunjukkan prestasi yang lebih baik
dalam mengerjakan soal-soal hapalan maupun soal yang menuntut jawaban
yang memerlukan telaah yang lebih dalam. Mahasiswa juga termotivasi untuk belajar (Abraham
RR., et al., 2004)

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah definisi dari berfikir kritis?


2. Bagaimana komponen, indikator, dan pengukuran dari berfikir kritis?
3. Apa saja model berpikir kritis dalam kerohanian?
4. Bagaimana analisa berpikir kritis?
5. Apa contoh kasus yang menerapkan berpikir kritis?
6. Bagaimana pembahasan mengenai kasus tersebut?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dari berfikir kritis


2. Mengetahui model berpikir kritis dalam kerohanian dan demokrasi
3. Mengetahui analisa berpikir kritis
4. Mengetahui contoh kasus yang menerapkan berpikir kritis

1.4 Manfaat

Dapat mengetahui dan memberikan contoh berpikir kritis dalam bidang kerohanian serta
pendidikan
Bab II

Isi

Konsep Teori 1.5


Berpikir kritis, sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarkan data dan fakta yang
valid (sah) serta argumen yang akurat. Warga negara yang demokrat hendaknya selalu bersikap
kritis, baik terhadap kenyataan empiris (realitas sosial,budaya, dan politik) maupun terhadap
kenyataan supraempiris (agama, mitologi, dan kepercayaan). Sikap kritis juga harus ditujukan
pada diri sendiri. Sikap kritis pada diri sendiri itu tentu disertai sikap kritis terhadap pendapat yang
berbeda. Tentu saja sikap kritis ini harus didukung oleh sikap yang bertanggung jawab terhadap
apa yang dekritisi.

Sikap kritis dalam suasana demokrasi juga perlu didukung dengan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah secara damai. Masalah yang berasal dari perbedaan pendapat dapat
berujung konflik, untuk itu perlu ditekankan penyelesaian masalah dilakukan dengan damai bukan
kekerasan.

Makna demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, kemudian melindungi
semua kepentingan rakyat. Jadi, islam sebenarnya identik dengan demokrasi, tetapi demokrasi
dalam islam memiliki perbedaan-perbedaan dengan demokrasi yang dicetuskan.
1.6 Ayat-ayat Alquran tentang Berpikir Kritis dan Bersikap Demokratis

1. Surah Ali 'Imran Ayat 190-191

Artinya: “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali-
‘Imran: 190-191).

Dalam ayat 190 menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta
keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya siang dan malam
secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita dan
cara berpikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya yang ada
pada dunia flora dan fauna merupakan tanda bukti yang menunjukan keesaan Allah Awt.,
kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaannya.

2. Surah Ali 'Imran Ayat 159

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah swt-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka, sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan ampunan bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, dan apabila kamu telah membulatkan tekad
maka berdakwahlah kepada Allah swt, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: 159).

Surah Ali 'Imran ayat 159 membahas tentang tata cara melakukan musyawarah. Ayat ini
diturunkan sebagai teguran terhadap sikap para sahabat Rasulullah Saw. yang telah menyepakati
keputusan musyawarah dalam menerapkan strategi Perang Uhud, tetapi mereka melanggar
kesepakatan tersebut. Oleh karena sikap melanggar dari keputusan musyawarah dalam Perang
Uhud, kaum muslimin menjadi sulit mengalahkan musuh.

1.7 Contoh Kasus Berpikir Kritis

Sebenarnya kita dapat melakukan banyak hal yang membutuhkan berpikir kritis, seperti
pada saat ujian. Disitu kita diwajibkan berpikir kritis untuk menjawab soal-soal dalam ujian
tersebut. Dalam menjawab soal-soal tersebut kita sudah menunjukkan bagaimana cara kita berpikir
kritis karena untuk menjawab soal-soal tersebut, sebelumnya kita pasti membaca soal tersebut, lalu
kita memahami soal tersebut dan kita berpikir apa jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Dengan cara itu kita sudah belajar bagaimana cara berpikir kritis.

Contoh lainnya adalah pada saat kita bermusyawarah. Dalam bermusyawarah kita juga
melakukan hal-hal yang membutuhkan berpikir kritis. Disitu kita harus berusaha mengeluarkan
ide-ide yang ada di pikiran kita untuk dipertimbangkan oleh seluruh peserta musyawarah. Dalam
mempertimbangkan ide tersebut kita juga melakukan berpikir kritis karena dalam
mempertimbangkan ide tersebut kita pasti mempertimbangkan apakah itu baik untuk dilaksanakan
atau tidak.

Sebenarnya kegiatan berpikir kritis itu banyak dilakukan di sekitar kita. Jadi kita sebagai penerus
bangsa harus bisa berpikir kritis demi kemajuan bangsa Indonesia.

1.8 Berpikir Kritis Menurut Al-Qur’an

Dalam Al-qur’an kita sering membaca atau mendengar kata-kata, afalaa ta’qiluun, afalaa
tatazakkaruun, afalaa tasykuruun, dan sebagainya hingga yang paling tertinggi ialah ulu al-bab.
Semua itu kalau kita artikan ada indikasi atau perintah Allah SWT, supaya kita berpikir. Berpikir
yang tidak hanya satu objek, tapi berbagai objek lainnya.

Bagaimana konsep berpikir secara intelektualitas itu?,

Sengaja saya mengambil tema di atas, karena saya ingin berusaha membangunkan orang-
orang yang sedang tertidur, dan menghidupkan kembali akal yang telah mati. Dalam artian, terjauh
dari apa yang namanya justifikasi dan terbodohi. Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa
dalam firman Allah SWT tercatat kata-kata ulul al-bab. Ulul Albab adalah istilah khusus yang
dipakai al-Qur’an untuk menyebut sekelompok manusia pilihan semacam intelektual. Istilah Ulul
Albab 16 kali disebut dalam al-Qur’an. Namun, sejauh itu al-Qur’an sendiri tidak menjelaskan
secara definitive konsepnya tentang ulul albab. Ia hanya menyebutkan tanda-tandanya saja. Karena
itulah, para mufassir kemudian memberikan pengertian yang berbeda-beda tentang ulul albab.

Imam Nawawi, misalnya, menyebut bahwa ulul albab adalah mereka yang
berpengetahuan suci, tidak hanyut dalam derasnya arus. Dan yang terpenting, mereka mengerti,
menguasai dan mengamalkan ajaran Islam. Sementara itu, Ibn Mundzir menafsirkan bahwa ulul
albab sebagai orang yang bertaqwa kepada Allah, berpengetahuan tinggi dan mampu
menyesuaikan diri di segala lapisan masyarakat, elit ataupun marginal.

1.9 Ciri-Ciri Ulul Albab

Ciri-ciri ulul albab yang disebut dalam al-Qur’an adalah

1. Pertama, bersungguh-sungguh menggali ilmu pengetahuan. Menyelidiki dan mengamati


semua rahasia wahyu (al-Qur’an maupun gejala-gejal alam), menangkap hukum-hukum
yang tersirat di dalamnya, kemudian menerapkannya dalam masyarakat demi kebaikan
bersama.

2. Kedua, selalu berpegang pada kebaikan dan keadilan. Ulul Albab mampu memisahkan
yang baik dari yang jahat, untuk kemudian memilih yang baik. Selalu berpegang dan
mempertahankan kebaikan tersebut walau sendirian dan walau kejahatan didukung banyak
orang. "Tidak sama yang buruk (jahat) dengan baik (benar), meskipun kuantitas yang jahat
mengagumkan dirimu. Bertaqwalah hai ulul albab, agar kamu beruntung" (QS, Al-Maidah,
100)

3. Ketiga, teliti dan kritis dalam menerima informasi, teori, proporsisi ataupun dalil yang
dikemukakan orang lain. Bagai sosok mujtahid, ulul albab tidak mau taqlid pada orang
lain, sehingga ia tidak mau menelan mentah-mentah apa yang diberikan orang lain, atau
gampang mempercayainya sebelum terlebih dahulu mengecek kebenarannya. "Yang
mengikuti perkataan lalu mengikuti yang paling baik dan benar, mereka itulah yang diberi
petunjuk oleh Allah, dan mereka itulah ulul albab" (QS, Az-Zumar, 18).

4. Keempat, sanggup mengambil pelajaran dari sejarah umat terdahulu. Sejarah adalah
penafsiran nyata dari suatu bentuk kehidupan. Dengan memahami sejarah kemudian
membandingkan dengan kejadian masa sekarang, ulul albab akan mampu membuat
prediksi masa depan, sehingga mereka mampu membuat persiapan untuk menyambut
kemungkinan- kemungkinan yang bakal terjadi.

5. Yakni, kelima, rajin bangun malam untuk sujud dan rukuk dihadapan Allah swt. Ulul
Albab senansiasa "membakar" singgasana Allah dengan munajadnya ketika malam telah
sunyi. Menggoncang Arasy-Nya dengan segala rintihan, permohonan ampun, dan
pengaduan segala derita serta kebobrokan moral manusia di muka bumi. Ulul Albab sangat
"dekat" dengan Tuhannya.

6. Keenam, tidak takut kepada siapapun, kecuali Allah semata. Sadar bahwa semua perbuatan
manusia akan dimintai pertanggungan jawab, dengan bekal ilmunya, ulul albab tidak mau
berbuat semena-mena. Tidak mau menjual ilmu demi kepentingan pribadi (menuruti
ambisi politik atau materi). Ilmu pengetahuan dan teknologi ibarat pedang bermata dua. Ia
dapat digunakan untuk tujuan-tujuan baik, tapi bisa juga digunakan dan dimanfaatkan
untuk perbuatan-perbuatan yang tidak benar. Tinggal siapa yang memakainya. Ilmu
pengetahuan sangat berbahaya bila di tangan orang yang tidak bertanggung jawab. Sebab,
ia tidak akan segan-segan menggunakan hasil teknologinya untuk menghancurkan sesama,
hanya demi menuruti ambisi dan nafsu angkara murkanya.

Bab III

Penutup

2.0 Kesimpulan

Setelah di atas menjelaskan tentang konsep ulul al-bab, maka pada dasarnya kita sedang
membicarakan tentang bagaimana konsep berpikir kritis. Bertanya, Tidak taqlid, tidak mudah
terhasut orang dan yang terpenting tidak toh langsung menjustifikasi salah dan benar.

2.7 Saran

Saran dari saya, jadilah orang yang bodoh untuk bertanya, dan janganlah menjadi orang yang
pintar yang membodohi dirinya.

Wallahu a’lam bishawab!!

Anda mungkin juga menyukai