(NDP)
Sindikasi
Disusun oleh :
ii
PENDAHULUAN
Tiada untaian kata yang patut hamba ucapkan selain puji syukur hamba
kepada Allah SWT, Tuhan yang telah menciptakan keseimbangan di dunia ini dengan
dialektika, sehingga dengan rahmatNya manusia dapat berperan serta dalam proses
sosial yang sedang berlangsung. Sholoawat serta salam semoga tetap terlimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad yang merurapakan sang Revolusioner besar
yang mambalikkan piramida struktur sosial, serta mengentaskan kaum marginal dari
struktur social yang menindasnya.
Dasar organisasi merupakan sumber motivasi, pembenaran dan ukuran
bagi gerak organisasi. Karena kualitas inilah HMI selain sebagai organisasi
kemahasiswaan yang memperhatikan “sdudents need dan students interest “juga
sebagai organisasi perjuangan yang mengemban suatu “mission sacree”secara
ringkas.
Bahwa tugas suci HMI ialah berusaha menciptakan masyarakat yang adil dan
sejahtera. Sebab islam yang menjadi dasar perjuanganya memuat ajaran pokok bahwa
“sesungguhnya Allah memerintahkan akan keadilan dan ihsan ( usaha perbaikan
masyarakat ).
Dasar perjuangan yang senantiasa memberikan nyawa pergerakan HMI biasa
disebut dengan NDP ( Nilai-nilai Dasar Perjuangan ). NDP merupakan perumusan
tentang ajaran-ajaran pokok agama islam yaitu nilai dasarnya, sebagaimana tercantum
dalam al-quran dan as-sunnah. Kepada setiap anggota HMI, terutama para aktivis
diharapkan membaca NDP. Pemahaman terhadap nilai tersebut diharapkan dapat
menafasi perjuangan di masa dewasa ini dan seterusnya.
Sistematika dalam penerjemahan dan pemahaman NDP ini kepada selain
tergantung dari faktor tingkat penegetahuan para peserta training juga tergantung
pada metode pendekatan yang dipilih oleh penerjemah sendiri. Oleh karena itu
diminta kekreatifan penerjemah atau instruktur latihan untuk membuat sistematika
sesuai keperluan.
1
Materi : NDP ( Nilai-nilai Dasar Perjuangan )
2
Metode penyampaian :
Adapun metode yang digunakan dalam proses penyampaian materi NDP (
Nilai Dasar Perjuangan ) adalah dengan cara Pemaparan materi,diskusi dan debat.
Diskusi dan debat berbentuk melingkar yang dimana para peserta saling
mengeluarkan pendapat tanpa ada moderator.
Evaluasi :
1. Metode kuantitaf ( angka/obyektif ).
Adapun sistem penilaian kuantitatif adalah dengan adanya sebuah penugasan
materi. Misalnya membuat ringkasan dari materi yang sudah ada ataupun
mengerjakan soal terkait tentang materi. Selain itu ada juga penilaian yan bersifat
afektif, kognitif dan psikomotorik.
2. Metode kulitatif ( huruf/subyektif ).
Adapun metode yang diberikan bersifat koisioner.
3
PEMBAHASAN
1. Pengertian NDP
1.1 Landasan dan Kerangka Berfikir
Dalam benak manusia terdapat gagasan baik yang bersifat tunggal maupun
majemuk. Bentuk pengetahuan ini disebut dengan konsepsi, tetapi konsepsi manusia
tersebut merupakan gagasan sederhana yang didalam belum ada penilaian dan
gagasan tersebut bias saja benar dan juga bisa saja salah. Maka dari itu manusia tidak
boleh merasa puas tetapi harus melangkah untuk mendapatkan pengetahuan yang
bersifat yakin artinya harus melakukan suatu proses penilaian terhadap gagasan agar
dapat diyakini
Dalam kancah perdebatan ketika para pemikir mencoba menjawab hal pokok
ini terbentuklah tiga aliran. Yang pertama adalah aliran metafisika islam dengan
doktrin akliahnya. Metafisika islam menjadikan prima prinsipia dan kausalitas serta
metode deduktifnya sebagai kerangka berfikir. Yang kedua adalah empirisme
dengan doktrin emperikalnya. Adapun pengalaman atau eksperimen dijadikan sebagai
kerangka berfikirnya yang dalam hal ini bersifat induktif. Aliran ini menolak
kerangka berfikir yang dipakai oleh kedua aliran lainya. yang ketiga adalah
skriptualisme dengan doktrin tekstualnya. Dalam arti teks-teks kitab suci sebagai
landasan dalam penilaian segala sesuatu serta tekstual dalam kerangka berfikirnya.1
Aliran inipun menolak pendapat aliran lain yang dipandang kurang benar
berbeda dengan metafisika islam yang mencoba mengkoparasikan. Yang dimana
tidak menolak sumbangsih dari ilmu yang bersifat tekstual dan pengalaman indrawi
atau eksperimen. Bagi metafisika islam eksperimen atu pengalaman indrawi untuk
mengetahui aspek sekunder sari alam materi. Sedangkan teks kitab suci untuk
1
Alqur’an dan tejemahan, Departemen Agama
4
5
mengetahi hal yang bersifat sekunder dari keadaan metafisika dan teologi.
Karena kedua dasar tersebut merupakan premis-premis minor dari sistematika
deduktif.
Pada akhirnya tidak dapat diingkari bahwa metafisika islam adalah satu-
satunya landasan kerangka berfikir. Tanpa adanya pengetahuan dasar tersrbut
mustahil adanya konsep kebenaran apapun. Artinya jika pengertian dasar tersebut
bukan merupakan watak dan hukum realitas yang mengatur segala sesuatu termasuk
pikiran maka bangunan pengetahuan manusia baik dibidang ilmiah maupun teologis
menjadi runtuh dan tak bermakna.
Keinginan untuk merefleksikan rasa terima kasih dan beribadah kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa pasti membimbing kepada kebenaran. Tuhan membimbing manusia
pasti mengutus rasulnya yang dimana sebagai cerminan tuhan didunia (manifestasi).
Bukti kebenaran rasul untuk manusia ditunjukkan oleh kejadian luar biasa maupun
bukti rasional yang mustahil dilakukan tanpa dipelajari. 2
Keyakinan dan kepatuhan kepada rasul melahirkan sikap percaya terhadap
apapun yang dikatakan dan diperintahkanya. Konsekuensi lanjut setelah manusia
melakukan pencarian Tuhan dan rasulnya adalah cenderung fitrah dan kesadaran
rasionalnya untuk meraih kebahagiaan dan melahirkan konsep tentang keberadaan
hari kiamat yang merupakan refleksi perbuatan berlandaskan iman, ilmu dan amal.
Dengan demikian akhirat adalah kondisi obyektif dan relasi manusia terhadap tuhan
dan alam.
2
Alqur’an dan tejemahan, Departemen Agama
3
Alqur’an dan tejemahan, Departemen Agama
7
akan akibat perbuatanya. Dengan cara ini manusia menyadari bahwa perbuatanya
mempunyai awal dan akhir. Sebagai mana manusia itu sendiri.
Tetapi hendaknya manusia tidak berfikir bahwa kehidupan akan berakhir
didunia, sebab segala itu ada dan tetap ada pertanggung-jawaban pada hari akhir
nanti. Kebahagiaan manusia itu tergantung pada kepercayaan adanya hari tersebut,
karena pada hari itu manusia akan diganjar sesuai perbuatan-perbuatanya. Itulah
sebabnya menurut agama islam percaya pada hari akhirat dipandang sebagai tuntutan
yang hakiki bagi kebahagiaan manusia.
4
Buku pedoman pengkaderan, HMI
9
dari pada kemanusiaan, tidak selalu menusia kapan dan dimana saja selalu merdeka.
Adanya batas kemerdekaan adalah suatu kenyataandan batas tersebut dikarenakan
adanya hukum yang pasti dan tetap menguasai alam, benda maupun masyarakat
manusia sendiri dan yang tidak tunduk pada kemauan manusia. Hukum itu
mengakibatkan adanya ”keharusan universal” atau kepastian umum atau takdir.5
Jadi kalau kemerdekaan pribadi diwujudkan dalam konteks hidup ditengah
alam dan masyarakat dimana terdapat keharusan universal yang tidak tertakhlukkan,
maka apakah bentuk hubungan yang dijumpai yang tentu bukan hukum penyerahan,
sebab penyerahan berarti penindasan terhadap kemerdekaan. Pengakuan akan adanya
kepastian umum atau takdir hanyalah pengakuan akan adanya batas kemerdekaan.
Sebaliknya, suatu prasyarat yang positif daripada kemerdekaan adalah pengetahuaan
tentang adanya kemungkinan kekreatifan manusia, yaitu tempat bagi adanya usaha
yang bebas dan bbertangggung jawab.
Yang disintesiskan di sini adalah jiwa, pikiran, cita-cita, serta hasrat yang
bersifat kebudayaan.
Jadi individu dan masyarakat memiliki eksistensi masing-masing dan
memiliki kemampuan mempengaruh yang lain. Walaupun begitu eksistensi individu
dalam kaitannya dengan masyarakat mendahului eksistensi masyarakat. Memandang
bahwa eksistensi masyarakat mendahului individu berarti kebebasan dan
kemanusiaanya telah dcabut dari manusia itu sendiri.
Walaupun masnusia memiliki kualitas kesucian, potensi tersebut dapat saja
tidak teraktualisasi secara sempurna dikarenakan adanya kekuatan lain dalam diri
manusia berupa hawa nafsu yang dapat saja merugikan orang lain dan dirinya sendiri,
sebab hawa nafsu ini mulai teraktual manakala interaksi antara individu dengan
individu lain dalam kairtanya dengan bumi ( sumber harta benda). Bahkan
keserakahan ini dapat berkembang dalam berbentuk yang besar sebagaimana sebuah
bangsa menjajah bangsa lain. Fernomena ini dapat mengancam kehidupan manusia
dan kelestarian alam, dengan demikian pertanggugjawaban ini bagi setiap individi,
selain bersifat individual juga bersifat kolektif. Ini karena, pertanggung jawaban
individual terjadi ketika sebuah perbuatan memiliki dua dimensi yaitu : si pelaku
(sebab aktif) dan sasaran yang disiapkan oleh pelaku (sebab akhir).
Apabila dalam perbuatan tersebut ada dimensi ketiga, yaitu sarana atau
peluang yang diberikan untuk terjadinya perbuatan tersebut dan lingkup pengaruhnya
(sebab material), maka tindakan tersebut menjadi tindakan kolektif. Jadi masyarakat
adalah pihak yasng memberikan landasan bagi tindakan kolektif dan membentuk
sebab material. Ini berarti, individu memiliki andil besar dalam merubah wajah bumi
atau mengalahkan sebuah masyaraat kearah yang sempurna atau kehancuran.
ketidakadilan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini menuntut secara tegas perlu
dilakukan redefinisi terhadap apa yang dimaksud dengan keadilan.
Bila keadilan diartikan tercipta suatu keseimbangan dan persamaan
proporsional maka pemecahan permasalahan keadilan sosial dan ekonomi hanya
dapat diatasi dengan menemukan jawaban terhadap sebab-sebab terjadinya
ketidakadilan sosial dan ekonomi serta bagaimana agar dalam distribusi kekayaan
dapat terbagi secara adil sehingga terhindar dari terjadinya diskriminasi dan
pengutuban , atau kelas dalam masyarakat.
Jelas terlihat dari problem yang dihadapi bahwa kasus keadilan sosial dan
ekonomi bukanlah merupakan wilayah garapan ilmi ilmiah (positif). Karena masalah
keadilan bukanlah fenomena empiris yang dapat diukur secara kuantitatif. Namun ia
merupakan konsep abstrak yang berkenaan dengan aspek kebijakan-kebijakan
praksis, karena itu ia merupakan garapan filosofis dan bersifat ideologis. Itulah
sebabnya mengapa dalam menjawab masalah diatas setiap orang atau kelompok
memiliki jawaban dan konsep berbeda sesuai denagan ideologi, kandungan batinnya
serta kapasitas pengetahuannya.
Bagi Islam satu satunya jalan yang dapat mengatsasi masalah ketidakadilan
adalah dengan memberikan jaminan pendapatan tetap,dengan kemungkinan
mendapatkan lebih banyak serta mengubah konsepsi manusia tentang manusia dan
pandangan hidupnya dari semata-mata bersifat materialistik kesadaran teologis dan
eskatologis, tanpa memasung atau mematikan naluri alamiahnya. 6
Adalah suatu kemustahilan disatu sisi ketika kesadaran teologis dan
eskatologis telah dimusnahkan dari pandangan dunia seseorang dan disisi lain dengan
menghilangkan kepemilikan serta merta ia berubah dari individualis menjadi seorang
pribadi yang sosialis.
6
Konstitusi, HMI
12
7
Konstitusi, HMI
13
14
OLEH:
MUHAMMAD ALHUDA PANJAITAN
Pengertian
Sejarah berasal dari kata sajaratun (B.Arab) yang artinya pohon. Pohon yang
dimaksud disini adalah bahwa pohon terdiri dari akar, batang, dan buah. Bicara
sejarah pasti tidak terlepas dari masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan
datang. Akar dari pohon diibaratkan sebagai masa lalu, batang diibaratkan sebagai
masa sekarang, dan buah diibaratkan sebagai masa yang akan datang.
Sejarah adalah suatu kebetulan terjadi di masa yang telah lalu dan benar-
benar terjadi, dan kebetulan pula dicatat, biasanya kebenaran sejarah didukung
bukti bukti yang membenarkan peristiwa itu benar-benar terjadi.
Manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari kejadian yang telah lampau
adalah pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu, dan
dengan mempelajari maka dapat diambil hikmah/pelajaran dari peristiwa tersebut.
Pada peristiwa yang terjadi dapat dianalisis kelebihan dan kekurangan yang ada dari
peristiwa itu, dan pengetahuan tersebut dapat meningkatkan kehati-hatian dalam
mengambil keputusan pada masa saat ini dengan mempertimbangkan prinsip nilai
yang terjadi di masa lalu, karena pada dasarnya peristiwa masa lalu linear dengan
masa saat ini dan yang akan datang.
Dari awal terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan kebangsaan
yang bersatu secara integral sebagai dasar perjuangan HMI yang dirumuskan dalam
tujuan HMI yaitu :
a) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat
Indonesia yang didalamnya terkandung wawasan atau pemikiran kebangsaan atau
ke-Indonesiaan
b) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam yang didalamnya terkandung
pemikiran ke-Islaman
Komitmen tersebut menjadi dasar perjuangan HMI didalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sebagai organisasi kader, wujud nyata perjuangan HMI
dalam komitmen keumatan dan kebangsaan adalah melakukan proses perkaderan
yang ingin menciptakan kader berkualitas insan cita yang mampu menjadi pemimpin
yang amanah untuk membawa bangsa Indonesia mencapai asanya. Komitmen
keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan masih melekat dalam
gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara jelas tersurat dalam rumusan tujuan HMI
(hasil Kongres IX HMI di Malang tahun 1969) sampai sekarang,
“Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
SWT”.
Namun kedua komitmen itu tidak dilakukan secara institusional, melainkan dampak
dari proses pembentukan kader yang dilakukan oleh HMI.
5. HMI Dalam Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru dan
Angkatan 66 (1966-1968)
Upaya PKI untuk merebut kekeuasaan dengan Gerakan 30 September
pada tahun 1965 merupakan ancaman besar bagi bangsa Indonesia. Maka dari HMI
berusaha mengambil peran dengan mendatangi markas Kodam V Jaya dan
menyampaikan 4 butir sikap politik PB HMI, yaitu pertama, arsitek dan dalang
gerakan 30 september adlah PKI. Kedua, gerakan 30 september adalah persoalan
politik,. Ketiga, HMI meminta supaya pmerintah segera membubarkan PKI.
Keempat, HMI akan memberikan bantuannya untuk membantu pemerintah dan
ABRI menumpas Gerakan 30 September dan antek-anteknya.
HMI memprakarsai berdirinya Kesatuan aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI).
Massa aksi KAMI yang pertama berupa rapat umum yang dilaksanakan tanggal 3
November 1965 di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakart, dimana
barisan HMI menunjukkan superioritasnya dengan massa yang terbesar. Pada
tanggal 10 Januari 1966, KAMI mengumandangkan suara hati nurani rakyat dalam
bentuk Tri Tunmtutan Rakyat (Tritura), yaitu bubarkan PKI, Retooling kabinet, dan
turunkan harga. Tritura mendapat tantangan dari presiden Soekarno. Kemarahan
rakyat memuncak karena setelah 5 bulan tidak ada tindakan penumpasan terhadap
PKI. Demonstrasi-demonstrasi rakyat dalam bentuk Kesatuan Aksi sejak 11 Maret
1966 sudah 111 hari non stop dan mencapai puncaknya pada tanggal 11 Maret
1966 yang pada saat itu sedang berlangsung Sidang Paripurna Kabinet. Pada saat
itu lahirlah Surat Perintah 11 Maret (Supersemar). Dengan menggunakan
Supersemar, besoknya tanggal 12 Maret 1966, PKI dibubarkan dan dinyatakan
dilarang di seluruh Indonesia.
Dengan demikian ini merupakan akhir dari Orde Lama dan awal dari Orde
Baru. Setelah memakan proses yang lama, terciptalah situasi dan kondisi untuk
memulai pembangunan disegala bidang yang selama Orde Lama pembangunan
terbengkalai.