Anda di halaman 1dari 27

Konstruk Metodologi Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah (Syamsul Hidayat)

KONSTRUK METODOLOGI PEMIKIRAN ISLAM


DALAM MUHAMMADIYAH
Syamsul Hidayat
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102
Telp. (0271) 71741, 719483 (Hunting) Faks, (0271) 715448

Abstract

This study focus on methodology thinking of Islamic Muhammadiyah since the


beginning up to Muhammadiyah was developed to be a big organization. This study
used history approach to observe the development of Islamic thinking methodology
in Muhammadiyah. Also, it used critical approach to analyze material and content
that covered by that Islamic thinking methodology seen from Islamic thinking
resources, Al-Qur’an, Sunnah, Salaf and khalaf thinking area.
The study result showed that the main resource of Islamic teaching in
Muhammadiyah view are Al-Qur’an and Al-Sunnah, while the other resources such as
Ijma, qiyas, and ijtihad result ulemas as the means that needed in translating Al-Qur’an
and Al-Sunnah. This understanding is in line with salafus shalih manhaj in taking law
establishing.
In addition, Muhammadiyah thinking methodology, that stressed commitment
to Al-Qur’an and Al-Sunnah by understanding salafus shalih, showed the seriousness
of Muhammadiyah for establishing Islamic values in every sector of living. It means
that Muhammadiyah will not trapped in absorbing thinking without action, finally
created the liberal thinking that cross over with Islam itself.

Key words: ijtihad, Islamic thinking, tajdid, al-masail al-khams.

99
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 99-125

Pendahuluan berbagai perkembangan kehidupan


dengan senantiasa merujuk pada
Metodologi Pemikiran Islam ajaran Islam (al-rujË’ ila al-Qur’Én wa
dalam Muhammadiyah disebut al-sunnah al-maqbËÉlah). Di satu sisi
Pokok-pokok Manhaj Majelis Tarjih, sejarah selalu melahirkan berbagai
yang secara bahasa bermakna meto- persoalan dan pada sisi yang lain
dologi bertarjih, yakni meneliti, meng- Islam menyediakan referensi nor-
kaji dan mengambil istinbat atas matif atas berbagai persoalan terse-
suatu masalah berdasarkan dalil-dalil but. Orientasi pada dimensi ilahiah
syar’i (al-QurÉn dan al-Sunnah al- inilah yang membedakan Muham-
MaqbËÉlah), yang ditopang dengan madiyah dari gerakan sosio kultural
kajian ilmu pengetahuan dan tekno- lainnya, baik dalam merumuskan
logi yang terkait.1 masalah, menjelaskannya maupun
Muhammadiyah, sebagai gera- dalam menyusun kerangka opera-
kan keagamaan yang berwatak sosio- sional penyelesaiannya. Orientasi
kultural, dalam dinamika keseja- inilah yang mengharuskan Muham-
rahannya selalu berusaha merespon madiyah memproduksi pemikiran,

1
Fathurrahman Djamil. Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah. (Jakarta: Logos
Publishing House, 1995), hlm. 70

100
Konstruk Metodologi Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah (Syamsul Hidayat)

meninjau ulang dan merekonstruksi Islam sebagai kerangka metodologis


manhaj-nya. 2 memang telah lama dirasakan, bah-
Pemikiran keislaman meliputi kan semenjak organisasi ini didirikan.
segala sesuatu yang berkaitan dengan Tanpa kerangka metodologis yang
tuntunan kehidupan keagamaan jelas gerakan dakwah Muhammadi-
secara praktis, wacana moralitas pu- yah tidak mungkin dapat berjalan
blik dan discorse keislaman dalam secara optimal, karena akan terjadi
merespon dan mengantisipasi per- perbedaan-perbedaan yang tajam
kembangan kehidupan manusia. satu sama lain dalam tubuh persya-
Masalah yang selalu hadir dari kan- rikatan, sehingga akan menghambat
dungan sejarah tersebut mengharus- perkembangan persyarikatan. Dalam
kan adanya penyelesaian. Muham- sejarah perkembangnnya, Muham-
madiyah berusaha menyelesaikannya madiyah telah beberapa kali men-
melalui proses triadik/hermeneutis coba merumuskan kerangka metodo-
(hubungan kritis/komunikatif dialo- logi pemikiran keagamannya. Bah-
gis) antara normativitas al-din (al- kan mencoba merumuskan Risalah
ruj’u ila al-Qur’an wa sl-sunnah al- Islamiyah, konsep Masyarakat Islam,
maqbulah), historisitas berbagai konsep Dakwah Islam dan seba-
penafsiran atas al-din, realitas keki- gainya.
nian dan prediksi masa depan. Me-
ngingat proses hermeneutis ini sangat Prinsip-prinsip Pemahaman
dipengaruhi oleh asumsi (pandangan Agama
dasar) tentang agama dan kehi-
dupan, di samping pendekatan dan a. Dasar Agama Islam
teknis pemahaman terhadap ketiga Dalam naskah (matan) Keyaki-
aspek tersebut, maka Muhammadi- nan dan Cita-cita Hidup Muham-
yah perlu merumuskannya secara madiyah, ditegaskan bahwa dasar
spesifik. Dengan demikian diharap- agama Islam ialah Al-Qur´Én, yakni
kan ruhul ijtihad dan tajdid terus kitab Allah yang diwahyukan kepada
tumbuh dan berkembang.3 Nabi Muhammad Saw., dan As
Urgensi dan kebutuhan terha- Sunnah, yakni penjelasan dan pelak-
dap manhaj tarjih dan pemikiran sanaan ajaran Al Quran yang

2
Syamsul Hidayat dan Zakiyuddin Baidhawy. “Membangun Citra Baru Pemikiran
Islam Muhammadiyah”, Jurnal Akademika, No. 02 Tahun XVIII, 2000, hlm. 68
3
Ibid.

101
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 99-125

diberikan oleh Nabi Muhammad Saw. Qur-an dan Sunnah Rasul dalam
dengan menggunakan akal pikiran mengatur dunia dan memakmur-
sesuai dengan jiwa ajaran Islam.4 kannya akal pikiran yang dinamis -
Al Qur-an dan As Sunnah — progressif, murni dan jernih, mem-
sebagai penjela-sannya, adalah punyai peranan penting dan lapa-
pokok dasar ajaran Islam yang me- ngan yang luas. Akal pikiran dapat
ngandung ajaran yang benar dengan melihat raang dan waktu bagi pene-
kebenaran yang mutlak dan univer- rapan ketentuan ajaran Islam dalam
sal. Tidak akan berubah-ubah sepan- batas maksud-maksud pokok ajaran
jang masa. Sedangkan ajaran Islam agama. 6
yang di rumuskan oleh manusia Dengan demikian, Muham-
(ulama) sebagai hasil pemikirannya madiyah berpendirian bahwa pintu
dalam memahami Al Quran dan ijtihad senantiasa terbuka. Bahkan
Sunnah bukanlah ajaran Islam yang beragama Islam, menurut pendirian
sebenarnya secara hakiki, sehingga Muhammadiyah, harus berdasarkan
tidak memiliki kebenaran yang pengertian yang benar, dengan
mutlak dan universal, melainkan menggunakan ijtihad atau setidak-
nisbi.5 tidaknya ittiba.7
Sementara itu, akal pikiran/ Dalam menetapkan ketentuan
ra’yu adalah alat untuk : yang berkenaan dengan agama
1). Mengungkapkan dan mengetahui sebagai tuntunan, baik bagi per-
kebenaran yang terkandung dalam orangan maupun kehidupan persya-
Al Qur-an dan Sunnah Rasul. rikatan, dilakukan dengan ijtihÉd
2). Mengetahui maksud-maksud jamÉ’iy, bukan ijtihÉd fardy, yaitu
yang tercakup dalam pengertian musyawarah yang dilakukan oleh
Al Qur-an dan Sunnah Rasul. ahlinya (ulama) dengan menggu-
nakan metode “tarjih”, yaitu mem-
Sedangkan untuk mencari cara bandingkan pendapat-pendapat dari
dan jalan melaksanakan ajaran Al hasil ijtihad yang berbeda-beda dilihat

"Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah” Pedoman


4

Bermuhammadiyah, (Yogyakarta: PPM BPK, 1990) hlm.14


5
M. Djindar Tamimy, Kemuhammadiyahan. hlm. 9
6
ibid; lihat juga A. Azhar Basyir., Pokok-pokok Manhaj Tarjih yang telah dilakukan
dalam Menetapkan Keputusan, Makalah Seminar Nasional Hukum Islam dan Perubahan
Sosial, Semarang 1997
7
Ibid.

102
Konstruk Metodologi Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah (Syamsul Hidayat)

dari dalil dan alasannya yang dinilai yang dituntunkan oleh Rasulullah
paling rajih (kuat).8 tanpa tambahan dan perubahan
dari manusia.
b. Aspek-aspek Ajaran Islam 4). Aspek Mu’amalah Dunyawiyah
Muhammadiyah berpendirian (Ibadah am): ajaran yang berhu-
bahwa ajaran Islam merupakan “ke- bungan dengan pengolahan dunia
satuan ajaran” yang utuh, tidak da- dan pembinaan masyarakat.
pat dipisah-pisahkan, dan meliputi: Muhammadiyah berupaya untuk
terlaksananya muamalah dunia-
1). Aspek Aqidah : ajaran yang ber- wiyah dengan berdasrkan ajaran
hubungan dengan kepercayaan. agama Islam serta menjadikan
Di bidang ini, Muhammadiyah semua kegiatan dalam bidang ini
berupaya untuk tegaknya aqidah sebagai ibadah kepada Allah Swt.
Islam yang murni, bersih dari dan ihsan kepada sesama.9
gejala-gejala kemusryikan, bid’ah
dan khurafat tanpa mengabaikan c. Fungsi Ulama dalam Pemikiran
prinsip-prinsip toleransi menurut Muhammadiyah
ajaran Islam. Untuk memberikan tuntunan
2). Aspek Akhlak : ajaran yang ber- dalam bidang agama, Muham-
hubungan pembentukan sikap madiyah menugaskan kepada Majelis
mental. Di bidang ini, Muham- Tarjih (yang kini bernama Majelis
madiyah bekerja untuk tegaknya Tarjih dan Tajdid), yaitu sebuah
nilai-nilai akhlak mulia dengan lembaga yang terkumpul di dalam-
berpedoman kepada Al Quran nya para ulama Muhammadiyah,
dan Sunnah Rasul, bukan bersen- untuk selalu memperdalam penye-
dikan kepada nilai-nilai ciptaan lidikan ilmu agama Islam untuk men-
manusia. dapatkan kemurnian dan kebe-
3). Aspek Ibadah (Mahdhah): ajaran narannya.
yang berhubungan dengan pera- Di lingkungan Muhammadiyah,
turan dan tata cara hubungan ulama memperoleh tempat yang
manusia dengan Tuhan. Dibidang terhormat sebagai tempat kemba-
ini, Muhammadiyah berusaha linya umat untuk memperoleh
untuk tegaknya ibadah sesuai bimbingan hidup beragama. Namun

M. Djindar Tamimy, Kemuhammadiyahan. hlm. 10


8

Pedoman Bermuhammadiyah, hlm. 15


9

103
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 99-125

demikian, ulama tidak merupakan Berdasarkan ayat di atas, KH.


kelompok elite dan otoriter. Ulama Ahmad Azhar Basyir raÍimahullÉh
adalah bagian dari dan menjadi satu taÑÉlÉ raÍmatan wasiÑah, menegaskan
dengan umat. Ulama tidak hanya bahwa konsep ulama dalam Muham-
menanti kedatangan umat, tetapi madiyah adalah orang yang ber-
juga mendatangi umat.10 tafaqquh fi al-din, mampu menggali
Keberadaan ulama yang terjun ajaran Islam dari sumbernya Al-
dan menyatu dengan umat, dalam Quran dan Sunnah Rasul, menga-
pandangan Muhammadiyah adalah malkan ilmunya, sehingga berke-
memenuhi perintah al-Quran surat sanggupan untuk berperan sebagai
al-Taubah: 122: pembimbing umat untuk menjalani
kehidupan sepanjang kemauan
Zπ©ù!$Ÿ2 (#ρãÏΨuŠÏ9 tβθãΖΒÏ ÷σßϑø9$# šχ%x. $tΒuρ * ajaran Islam.12
Sejalan dengan pandangan KH.
×πxÍ←!$sÛ öΝåκ÷]ÏiΒ 7πs%öÏù Èe≅ä. ⎯ÏΒ txtΡ Ÿωöθn=sù Ahmad Azhar Basyir di atas, KH.
Sjahlan Rosjidi rahimahullah ta’ala,
#sŒÎ) óΟßγtΒöθs% (#ρâ‘É‹ΨãŠÏ9uρ Ç⎯ƒÏe$!$# ’Îû (#θßγ¤)xtGuŠÏj9 menyatakan bahwa konsep Ulama
dalam Muhammadiyah adalah seba-
∩⊇⊄⊄∪ šχρâ‘x‹øts† óΟßγ¯=yès9 öΝÍκös9Î) (#þθãèy_u‘ gaimana penuturan KH. Ahmad
Dahlan, “Dadiyo Kyai sing Kema-
Tidak sepatutnya bagi mukminin juan”, sehingga dapat dipahami
itu pergi semuanya (ke medan perang). bahwa Ulama dalam Muham-
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap madiyah adalah:
golongan di antara mereka beberapa 1). Tidak merupakan hirarki kasta
orang untuk memperdalam pengetahuan rahbaniyah
mereka tentang agama dan untuk 2). Ulama tidak hanya berorientasi
memberi peringatan kepada kaumnya kepada fiqhiyah semata-mata
apabila mereka Telah kembali kepada- 3). Konsepsinya ialah ulama yang
nya, supaya mereka itu dapat menjaga bersikap dinamis, senantiasa
dirinya. 11 mampu memanifestasikan risalah

10
KH. Ahmad Azhar Basyir. Konsep Ulama Muhammadiyah, Keberadaan Majelis
Tarjih dan Kaderisasi Ulama. Makalah Seminar Nasional Muhammadiyah di
Penghujung Abad 20, Surakarta 6-8 Nopember 1985.
11
QS. Al-Taubah: 122, Al-Qur´Én wa Tarjamatu MaÑÉnÊhi ila al-Lughah al-
IndËnÊsiyah, hlm. 301-302
12
Ibid.

104
Konstruk Metodologi Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah (Syamsul Hidayat)

Islami pada zaman yang penuh keluarga Muhammadiyah, kegiatan


kemajuan. 13 riset terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang
Ringkasnya, ulama adalah berkembang secara pesat, terutama
merupakan “Rijaluddin”, yaitu yang berkaitan dengan masalah-
bukan sekedar ulama yang mengu- maslah keagamaan untuk mendapat-
asai kitab kuning saja, tetapi mampu kan jawaban yang tepat.14
menggali dan menjabarkan “Risalah
Islamiyah” dalam menghadapi dan Perkembangan Pemikiran Islam
menjawab tantangan jaman. Muhammadiyah
Kedudukan ulama dalam Mu-
hammadiyah, melalui Majelis Tarjih Dalam perjalanan sejarahnya,
dan Tajdid, adalah memiliki kedudu- terdapat dinamika dan perkem-
kan yang penting sebagai pem-bimbing bangan pemikiran dan pemahaman
dan pemersatu umat dalam memaha- keislaman Muhammadiyah. Dari
mi, menghayati dan mengamalkan aga- waktu ke waktu secara berkesinam-
ma Islam. Hal ini disebabkan oleh kesa- bungan antar generasinya, Muham-
daran bahwa masalah khilafiyah (per- madiyah selalu melakukan penyem-
bedaan pemahaman dan pengamalan purnaan metodologi pemahaman
agama) telah menimbulkan perselisi- dan pemikiran keislamannya. Dina-
han dan pertikaian yang melelahkan. mika dan perkembangan tersebut
Dalam Qaidah Tarjih Muham- dapat dilihat sebagai berikut
madiyah, disebutkan bahwa la-
pangan dan tugas Tarjih pada hake- 1. Kitab Al-Masail al-Khams
katnya luas sekali, meliputi merumus- Kerangka metodologis pemi-
kan tuntunan yang diperlukan oleh kiran Islam dicoba oleh tokoh pendiri

13
Sjahlan Rosjidi. “Ulama Tarjih, Pendidikan Ulama dan Pendidikan Al-Islam”.,
Tim UMS., Muhammadiyah di Penghujung Abad 20, (Solo: Muhammadiyah University
Press, 19890, hlm. 148
14
Ibid., hlm. 153
15
Mas Mansur adalah Ketua PP Muhammadiyah periode 1937-1942, periode yang
merupakan periode pencerahan, karena gebrakannya untuk mendisiplinkan sistem
organisasi Muhammadiyah, dengan rapat tepat waktu, memilah kepentingan pribadi-
keluarga dengan kepentingan organisasi dan pembaharuan pemikiran Islam, terutama
dengan konsep gerakan yang disebut dengan Langkah Dua Belas Muhammadiyah. Lihat
Syaifullah. KH. Mas Mansur Sapukawat Jawa Timur. (Surabaya: Hikmah Press, 2005) hlm.
44-45

105
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 99-125

Majelis Tarjih, yaitu KH. Mas Man-


sur, 15 dengan menyampaikan lima
masalah penting dalam pemahaman
agama Islam, yaitu: (1) apakah
agama itu, (2) apakah dunia itu (3)
apakah ibadah itu,, (4) apakah
sabilillah, dan (5) apakah qiyas itu.16
Pidato Mas Mansur, tahun 1942,
masa-masa akhir kepemimpinannya “Agama, yakni agama Islam
di PP Muhammadiyah, tentang lima yang dibawa oleh Nabi Muhammad
masalah tersebut kemudian dirumus- ialah apa-apa yang diturunkan Allah
kan sebagai Putusan Majelis Tarjih di dalam Al-Qur-an dan yang ter-
yang kemudian dikenal dengan sebut dalam sunnah ÎaÍiÍah,18 berupa
sebutan Kitab Masalah Lima (Al-Masail perintah-perintah, larangan-lara-
al-Khams). Lima masalah ini disem- ngan dan petunjuk-petunjuk bagi
purnakan dan diputuskan pada kebahagiaan hidup manusia di dunia
Sidang Khususi Tarjih, pada tanggal dan akherat.”
29 Desember 1954 sampai dengan 3 “Agama ialah apa yang disya-
Januari 1955 di Madrasah Mu’alli- riatkan Allah dalam perantaraan
maat Muhammadiyah, 17 dengan nabi-nabiNya, berupa perintah-
rumusan sebagai berikut: perintah dan larangan-larangan serta
petunjuk-petunjuk untuk keba-
a. Konsep “al-din” ( hagiaan manusia di dunia dan
akherat.”
)

16
Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, hlm. 276-278.
17
Ibid. hlm. 373
18
Istilah al-Sunnah al-Sahihah, sempat menimbulkan kontroversi, karena dengan
istilah itu mengakibatkan sebagian ulama Majelis Tarjih tidak mau menggunakan hadis
yang tidak sahih. Sehingga dalam Munas Tarjih XXIV di Malang, awal tahun 2000,
dipopulerkan dan disepakati istilah tersebut diganti dengan al-Sunnah al-Maqbulah,
yang bermakna hadis-hadis maqbul (dapat diterima sebagai hujjah, baik sahih, hasan
maupun dhaif).

106
Konstruk Metodologi Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah (Syamsul Hidayat)

b. Konsep Urusan Dunia ( yang didzinkan Allah, dan ibadah


) khusus ialah apa yang telah dite-
tapkan Allah akan rincian-rincian-
nya, tingkah dan cara-caranya
tertentu.

d. Konsep Sabililah ( )

Yang di maksud “urusan dunia”


dalam sabda Rasulullah SAW: “Ka-
mu lebih mengerti urusan duniamu”
ialah segala perkara yang tidak
menjadi tugas diutusnya para Nabi
Sabilillah ialah jalan yang
(yaitu perkara-perkara/pekerjaan-
menyampaikan kepada keridhaan
pekerjaan/urusan-urusan yang
Allah, berupa segala amalan yang
diserahkan sepenuhnya kepada
diidzinkan Allah untuk memuliakan
kebijaksanaan manusia).
kalimat-(agama)-Nya dan melaksa-
nakan hukum-hukumnya.
c. Konsep Ibadah ( )
e. Konsep Qiyas ( )

‘Ibadah ialah bertaqarrub (men-


dekatkan diri) kepada Allah, dengan
jalan mentaati segala perintah-
perintahNya, menjauhi larangan-
laranganNya dan mengamalkan
segala yang didzinkan Allah. Ibadah
ada yang umum dan yang khusus.
Ibadah umum adalah segala amal

107
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 99-125

(1) Bahwa dasar mutlaq untuk hana, dan terasa tidak lengkap. Na-
berhukum dalam agama Islam adalah mun, nyatanya rumusan-rumusan
Al-Quran dan Al-Hadis. semacam itu begitu sangat berguna
(2) Bahwa di mana perlu dalam bagi perjalanan Muhammadiyah.
menghadapi soal-soal yang telah Katakanlah, dalam konteks pemiki-
terjadi dan sangat dihajatkan untuk ran keislaman, di samping “Masalah
diamalkannya, mengenai hal-hal Lima”, terdapat rumusan penting
yang tidak bersangkutan dengan lainnya, seperti Muqaddimah Ang-
‘ibadah madlah, padahal untuk alasan garan Dasar Muhammadiyah, Kepri-
atasnya tiada terdapat dalam Al- badian, dan Matan Keyakinan dan
Quran atau Sunnah sahihah, maka Cita-cita Hidup (MKCH), yang se-
dipergunakanlah alasan dengan muanya disusun dalam bentuk yang
jalan ijtihad dan istinbat dari pada singkat dan sederhana, tetapi sangat
nas-nas yang ada melalui persamaan padat ini, sehingga dalam perjalanan
‘illat, sebagaimana telah dilakukan Muhammadiyah sangatlah berman-
oleh ulama-ulama salaf dan khalaf.19 faat. 20
Kitab “Masalah Lima” di atas Azhar Basyir, mantan Ketua
cukup lama menjadi pijakan Muham- Majelis Tarjih PP Muhammadiyah
madiyah dalam merumuskan pan- tahun 1985-1990, dan Ketua PP
dangan keagamaannya, meskipun Muhammadiyah tahun 1990-1994
dalam perkembangannya kekayaan memandang rumusan “Masalah
pemikiran para tokoh Muhammadi- Lima” sebagai rumusan yang strate-
yah telah melengkapi kerangka meto- gis pada zamannya, sehingga boleh
dologi pemikiran Islam dalam Mu- dikatakan sebagai cerminan alam
hammadiyah. Yusron Asrofi, seorang pikir Muhammadiyah tentang Islam
aktivis dan pimpinan Muhammadi- yang mencakup lima persoalan
yah mengatakan bahwa rumusan fundamental.21
resmi tentang hakekat Muhammadi- Masalah cukup urgen dalam al-
yah dan paham keagamaannya me- Masail al-Khams itu adalah konsep al-
mang selalu disusun secara seder- dÊn, dan konsep al-dunya. Konsep al-

Himpunan Putusan Tarjih., hlm. 276-278


19

Yusron Asrofi, “Memahami Rumusan Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah”,


20

Haedar Nashir (ed.). Dialog Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah., (Yogyakarta: Badan
Pendidikan Kader PP Muhammadiyah, 1992), hlm. 109
21
Azhar Basyir. “Memahami Masalah Lima dan Matan Keyakinan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah” Haedar Nashir (ed.) Dialog Pemikiran Islam, hlm. 95-99

108
Konstruk Metodologi Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah (Syamsul Hidayat)

din, menunjukkan bahwa dalam mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya


pandangan Muhammadiyah, Islam (Muhammad SAW) dan mengenal
adalah agama Allah yang dibawa agama-Nya beserta dalil-dalilnya. Di
oleh para Nabi dan Rasul ‘alaihim al- dalam ilmu ini terdapat persoalan
shalatu wa al-salam, yang disempur- iman dan aqidah sahihah. (2) al-‘amal,
nakan oleh kerasulan Nabi Muham- yakni upaya sadar dan sikap komit-
mad ‘alaihim al-shalatu wa al-salam, men untuk mengamalkan pengeta-
dengan kesempurnaan wahyu Al- huannya tentang Allah, pengeta-
Quran dan penjelasan-penjelasannya huan tentang Nabi-Nya dan penge-
dalam sunnah-sunnahnya, baik qawli- tahuannya tentang din al-Islam. (3) al-
yyah, fi’liyyah, maupun taqririyyah, da’wah, yakni komitmen untuk
berisi perintah, larangan dan menyampaikan kebenaran Islam,
petunjuk-bimbingan untuk kesejah- dan mengajak umat manusia untuk
teraan hamba-Nya dunia dan akhi- menegakkan Syari’ah Islam. (4) al-
rat. Penegasan di atas didasarkan shabru, yakni senantiasa tabah, teguh
pada firman Allah yang berbunyi: pendirian dan tekun dalam menda-
“Hari ini telah Kusempurna agama- lami ilmu Islam, mengamalkannya
mu, dan aku genapkan nikmat-Ku dan mendakwahkannya. Sabar dapat
atas mu dan Aku ridha Islam sebagai berupa sabar dalam menerima dan
agamamu”. (Al-Maidah: 3) menjalankan perintah Allah, sabar
Islam, juga merupakan satu- dalam meninggalkan larangannya,
satunya dinullah yang diridhai-Nya, dan sabar terhadap ketetapan atau
juga satu-satunya petunjuk hidup ketentuan Allah, baik yang menye-
yang akan membawa manusia kepa- nangkan maupun menyedihkan.22
da keselamatan dan kebahagiaan Al-Islam, sebagaimana nama-
dunia dan akhirat. (lihat Muqaddimah nya memiliki makna penyerahan total
Anggaran Dasar Muhammadiyah). hanya kepada Allah, dengan cara
Dengan pengertian tersebut mentauhidkannyannya, tunduk dan
meniscayakan bahwa sebagai mus- taat kepada-Nya, membersihkan diri
lim, baik secara individu maupun dari syirk. Inilah apa yang disebut
jamaah harus melakukan empat hal sebagai Islam Ideal. Islam yang
terhadap Islam: (1) al-‘ilmu, yakni menjadi tujuan setiap muslim untuk

KRH. Hadjid. Pelajaran KHA Dahlan: 7 Falsafah Ajaran, hlm. 80; lihat juga Muhammad
22

bin Shalih al-Uthaimin, Syarh Thalathatul Usul li Syaikhil Islam Muhammad ibn Abd al-
Wahhab, (tk: tp, 1999), hlm. 17-25,

109
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 99-125

memahami, mengamalkan dan Basyir dan Abdul Munir Mulkhan.


mendakwahkannya. Baik Azhar maupun Mulkhan sepa-
Dengan Islam ideal inilah Mu- kat bahwa yang dimaksud dengan al-
hammadiyah berdiri, sebagai bentuk dunya atau al-umûr al-dunyawiyyah
kritik sosio-kultural umat Islam yang tidak sama dengan konsep “al-hayat
sudah terlalu jauh menyimpang dari al-dunya”. Karena itu pemahaman-
Islam ideal tersebut. Muhammadiyah nya harus dikembalikan kepada
berdiri membawa idealisme untuk hadis Nabi yang menjadi rujukan
mewujudkan masyarakat Islam yang konsep tersebut. Al- umûr al-dunya-
sebenar-benarnya, yaitu Islam murni wiyyah adalah soal-soal teknis dan
yang bersumber dari Al-Quran dan teknologis kehidupan dunia, bukan
al-Sunnah, bersih dari segala hal nilai-nilai kehidupan dunia.25 Bahkan
yang mengotorinya, takhayyul, Munir Mulkhan menolak pandangan
bid’ah dan c(k)hurafat (TBC).23 Syafii Maarif yang menyatakan bah-
Pada konsep al-dunya, ada ke- wa rumusan Masalah Lima disusun
khawatiran akan terjadi pemisahan sebagai gagasan besar yang kering
secara diametral antara urusan al-din nuansa, karena rumusan itu disusun
dan urusan dunia, sehingga akan berdasarkan konteks jaman, sehingga
melahirkan paham sekularisme. pemahaman masa kini harus melihat
Kekhawatiran ini juga melanda seba- konteks disusunnya, namun isinya
gian pemimpin dan pemikir Muham- memiliki pokok-pokok pikiran yang
madiyah. Syafii Maarif, pernah bersifat fundamental, padat dan
mengungkapkan kekhawatiran ter- universal. Meski demikian, Munir
sebut. Menurutnya definisi tersebut Mulkhan memandang perlu untuk
bertentangan dengan Al-Quran surat penyempurnaan redaksional.26
Al-An’am: 162. 24 Namun kekha- Azhar Basyir menyimpulkan
watiran itu dijawab oleh Azhar dengan adanya konsep din, ibadah

23
Djindar Tamimy, “Kajian Ulang terhadap Masalah Lima” Haedar Nashir, Dialog
Pemikiran Islam, hlm.. 45-47
24
Syafii Maarif. “Gagasan Besar dalam Kemiskinan Nuansa: Masalah Lima dan
Matan Keyakinan Cita-cita Hidup Muhammadiyah dalam Sorotan”, Haedar Nashir, Dialog
Pemikiran Islam, hlm. 57. Dalam ayat tersebut dinyatakan: (Þõáú Åöäøó ÕóáóÇÊöí
æóäõÓõßöí æóãóÍúíóÇíó æóãóãóÇÊöí áöáøóåö ÑóÈøö ÇáúÚóÇáóãöíäó)
25
ööAzhar Basyir. “Memahami Masalah Lima dan Matan Keyakinan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah” Haedar Nashir (ed.) Dialog Pemikiran Islam, hlm.. 95-99; baca juga catatan
dialog Munir Mulkhan, dalam buku yang sama, hlm.. 52-53
26
Ibid,

110
Konstruk Metodologi Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah (Syamsul Hidayat)

mana bagian-bagian hidup ini yang untuk membekali warga Muham-


kita hanya sam’an wa ta’atan kepada madiyah secara ideologis, khususnya
Al-Quran dan Sunnah, sebagai suatu dalam menghadapi lalu lintas alam
yang baku (al-thawabit) dan disepa- pikiran yang makin terbuka saat itu.
kati banyak pihak (mujma’ alaih), dan Karena sifat sebuah matan, maka ia
mana pula yang menjadi wewenang hanya memuat rumusan-rumusan
akal pikiran manusia secara bebas singkat, tetapi mencerminkan pendi-
merumuskannya (al-mutaghayyirÉt) rian dalam menjalani hidup dan
dan memungkinkan kita untuk ba- menunjuk kepada harapan yang ingin
nyak berbeda (mukhtalaf ‘alaih) meski- dicapai dalam melaksanakan pega-
pun tetap memperhatikan rambu- ngan hidup.29
rambu akhlak Islam.27 Sebagai orang yang mengikuti
proses dan dinamika perumusan ma-
2. Matan Keyakinan Cita-cita tan tersebut, Azhar Basyir, mengemu-
Hidup Muhammadiyah kakan, setelah kelahiran Orde Baru,
Rumusan yang dipandang me- Pimpinan Pusat Muhammadiyah
ngandung kerangka metodologi mulai membahas permasalahan men-
pemikiran keislaman Muhammadi- dasar yang memang terkait dengan
yah adalah apa disebut Matan Keya- perkembangan jaman yang diwarnai
kinan dan Cita-cita Hidup (MKCH) oleh lalulintas dan pluralitas alam
Muhammadiyah yang awalnya pikiran terutama pemikiran keaga-
dirumuskan pada Muktamar ke-37 maan, yang semakin bebas dan ter-
tahun 1968 di Yogyakarta, dan dite- buka. Dengan mata keyakinan ini,
tapkan dalam sidang Tanwir tahun Pimpinan dan warga Muhammadi-
1969 di Ponorogo.28 Rumusan in lahir yah diharapkan tetap memiliki pija-

27
Ahmad Azhar Basyir. Refleksi atas Persoalan Keislaman. (Bandung: Mizan, 1993),
hlm. 278-279.
28
Dalam wawancara penulis dengan A. Munir Mulkhan pada akhir tahun 1989 di
rumahnya untuk keperluan penelitian skripsi penulis dengan judul “Ahlussunnah wal
Jamaah dalam Pandangan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama”, 1990. Ia katakan bahwa
Muqaddimah, MKCH, Masalah Lima dan beberapa rumusan lain sejenis adalah
merupakan rumusan yang mengungkapkan “paham agama” dalam Muhammadiyah.
Istilah “paham agama” untuk menyebut pemikiran keagamaan (keislaman) juga sering
dikemukakan oleh Djindar Tamimy, Djazman Al-Kindi, A. Rosyad Sholeh dan Haedar
Nashir.
29
Ahmad Azhar Basyir. “Memahami Masalah Lima dan Matan Keyakinan Cita-cita
Hidup Muhammadiyah” Haedar Nashir (ed.) Dialog Pemikiran Islam, hlm.. 102-103

111
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 99-125

kan yang jelas, sehingga tidak terjadi untuk melakukan tajdid di bidang
perpecahan dan polarisasi, baik pada ideologi tidak menggunakan kata
tataran pemikiran maupun dan “ideologi”.30
apalagi pada strategi gerakan dak- Muatan MKCH mengandung
wah Muhammadiyah. Yang mena- lima pokok pikiran tentang masalah-
rik, dalam konsep atau rumusan masalah fundamental dalam Mu-
tersebut adalah istilah Keyakinan dan hammadiyah,31 yaitu:
Cita-cita Hidup, sebagai istilah yang Pokok pikiran pertama, mengan-
digunakan oleh Muhammadiyah, dung pokok-pokok persoalan sub-
pada hal isi dari matan tersebut stansial, esensial dan ideologis ten-
adalah materi ideologis (worldview) tang penegasan hakekat Muham-
dalam gerakan Muhammadiyah. madiyah dan hakekat Islam menurut
Dijelaskannya, bahwa kebijakan pandangan Muhammadiyah. Pene-
pemerintah Orde Baru, yang ingin gasan ini merujuk pada Muqaddi-
melakukan penataan kehidupan mah Anggaran Dasar Muhammadi-
sosial politik negeri ini adalah dengan yah yang telah dirumuskan terda-
pemantapan ideologi Pancasila. Im- hulu, namun dalam MKCH ini lebih
plikasinya penggunaan kata ideologi dimantapkan, bahwa Muhammadi-
itu sendiri hanya boleh digunakan yah adalah gerakan Islam yang me-
untuk ideologi Pancasila. Dengan laksanakan kewajiban agama dengan
demikian, apabila Muhammadiyah membentuk wadah organisasi, di
menggunakan kata “ideologi” dalam mana organisasi termasuk kategori
rumusan ideologi gerakannya, dikha- urusan dunia yang diperlukan ada-
watirkan akan terjadi bias pengertian nya untuk melaksanakan kewajiban
yang seolah-olah Muhammadiyah agama. Oleh sebab itu pembentukan
memiliki ideologi sendiri selain Pan- organisasi sering dikategorikan ter-
casila. Ini tidak bisa diterima oleh masuk dalam qaidah: “ma la yatimmu
Pemerintah. Oleh sebab itu dalam al-wajib illa bihi fa huwa wajib.” 32
penyusunan MKCH Muhammadiyah Dengan demikian, wujud organisasi
sebagai usaha yang bersifat internal Muhammadiyah dapat dijadikan

Ibid. Tokoh lain yang sering mengemukakan tidak dipakainya istilah “ideologi”
30

adalah M. Djindar Tamimy, dikatakannya bahwa Muhammadiyah ingin selalu bermitra


dengan semua elemen bangsa, termasuk dan terutama pemerintah, sehingga perlu
menghindari kemungkinan-kemungkinan yang akan mengganggu kemitraan tersebut.
31
A. Munir Mulkhan, Pemikiran KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Perspektif
Perubahan Sosial. (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hlm. 52-53
32
Al-Ómidi. Al-IÍkÉm fi UÎËl al-AÍkÉm. (Beirut: Al-Maktab al-Islamy, t.th,) Juz III, hlm. 171

112
Konstruk Metodologi Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah (Syamsul Hidayat)

sebagai wadah jihad “fi sabilillah”, ‘alaihi wa sallam sebagai hidayah dan
yang bernilai ibadah, yaitu berjuang rahmat Allah kepada umat manusia
untuk tegaknya Kalimah Allah yang sepanjang masa dan menjamin
ditempuh melalui berbagai macam kesejahteraan hidup materiil-spirituil,
usaha Muhammadiyah.33 duniawi dan ukhrawi.34 Untuk me-
Pokok pikiran kedua, mengan- negaskan batasan agama Islam ini
dung penegasan tentang hakekat Azhar Basyir menegaskan: “Kita tidak
agama Islam dan keyakinan Muham- menyebut Yahudi sebagai nama agama
madiyah atas agama Islam itu. Ru- wahyu resmi dan Kristen sebagai nama
musan ini berkaitan dengan kitab agama wahyu resmi. Agama wahyu
Masalah Lima pada rumusan “ma hanyalah Islam, Inna al-dina ‘indallahi
huwa al-dÊn?”. Namun di sini dite- al-Islam.”.35
kankan bahwa Islam adalah agama Lebih jauh, Djindar Tamimy,
yang dibutuhkan manusia sepanjang menegaskan bahwa Muhamadiyah
masa untuk pemenuhan tercapainya berkeyakinan, Dinul Islam adalah
dambaan hidup sejahtera di dunia risalah (pesan-pengarahan) Allah
dan bahagia di akherat. Ungkapan yang mengandung satu kesatuan
tersebut sejalan dengan pernyataan ajaran yang utuh dan terpadu, penuh
bahwa agama Islam itu bagi kehi- keseimbangan dan keserasian. Risa-
dupan manusia adalah sebagai rah- lah itu mengandung: (a) petunjuk
matan lil ‘alamin. Dijelaskan pula mengenai pola hidup dan kehidupan
bahwa Muhammadiyah berkeya- yang benar yang diridhai Allah
kinan bahwa agama Islam adalah SubÍÉnahu wa Ta‘Éla. (b) petunjuk
agama Allah yang diwahyukan kepa- Allah mengenai pedoman pokok
da para Rasul-Nya sejak Nabi Adam, pelaksanaan untuk terwujudnya pola
Nuh, Ibrahim ‘alaihimus salÉm dan hidup dan kehidupan yang dimak-
seterusnya sampai kepada Rasul sud., (c) petunjuk Allah mengenai
terakhir Nabi Muhammad ÎallallÉhu sistem kepemimpinan dalam pelaksa-

33
Ibid. penjelasan yang sama juga didapat dari tokoh lain, seperti Ahmad Azhar
Basyir. “Memahami Masalah Lima dan Matan Keyakinan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah” Haedar Nashir (ed.) Dialog Pemikiran Islam, hlm.. 102-103
34
M. Djindar Tamimy. Pokok-pokok Pengertian tentang Agama Islam. Bahan untuk
Pengajian Pimpinan dan Aktivis Muhammadiyah dalam rangka pemantapan Ber-
Muhammadiyah. (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 1981), hlm.. 5-8
35
Ahmad Azhar Basyir. “Memahami Masalah Lima dan Matan Keyakinan Cita-cita
Hidup Muhammadiyah” Haedar Nashir (ed.) Dialog Pemikiran Islam, hlm. 104

113
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 99-125

naan pedoman pokok dalam rangka menunjukkan bahwa Muhammadi-


mewujudkan pola hidup dan kehi- yah tidak selalu dan tidak harus
dupan yang dimaksud.36 mengikuti secara penuh pendirian
Pokok pikiran ketiga, membahas Ahmad Dahlan selaku pendirinya,
masalah sumber ajasan Islam. Dalam yang masih mengikuti umumnya
matan itu disebutkan bahwa Muham- pendapat umat Islam, bahwa sumber
madiyah dalam mengamalkan Islam ajaran Islam adalah Al-Quran,
berdaarkan kepada Al-Quran dan Sunnah Rasul, ijma dan qiyas.38
Sunnah Rasul dengan menggunakan Ijma dan qiyas dalam pan-
akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran dangan Muhammadiyah setelah
Islam. Dengan pandangan tersebut, dirumuskannya Masalah Lima dan
Muhammadiyah menunjukkan ko- MKCH termasuk dalam cakupan
mitmen kuat kepada Al-Quran dan perangkat ijtihad, bukan sumber
Sunnah Rasul, tetapi sekaligus ajaran Islam, karena pemikiran Islam
bersifat kritis dan selektif, bahwa harus terus berkembang sesuai de-
selain Al-Quran dan Sunnah Rasul ngan perkembangan kemampuan
bukanlah sumber. Menggunakan akal akal pikiran dan perkembangan kehi-
fikiran memang merupakan keha- dupan masyarakat.39 Dengan demi-
rusan sesuai garis ijtihad yang tidak kian, bagi Muhammadiyah, ijtihad
boleh pernah diitutup. Penggunnaan mutlak diperlukan bagi umat Islam
akal fikiran adalah untuk mengem- seluruhnya. Pintu ijtihad, bagi Mu-
bangkan pemahaman dan penga- hammadiyah, tetap terbuka, tidak
malan ajaran Al-Quran dan al- pernah dan tidak boleh ditutup oleh
Sunnah.37 Pendirian ini sesuai dengan siapa pun, hanya saja diperlukan pe-
putusan Majelis Tarjih sebagaimana rangkat ilmu dan metodologis sesuai
tertuang dalam Masalah Lima. dengan jiwa ajaran Islam.40
Rumusan MKCH ini juga sekaligus Pokok pikiran keempat, mem-

M. Djindar Tamimy. Pokok-pokok Pengertian tentang Agama Islam hlm.. 8-9


36

Ibid., hlm.. 8-10; terdapat pula dalam Djindar Tamimy, Pengantar Kuliah
37

Kemuhammadiyahan,
38
Yusron Asrofi, Kyai Haji Ahmad Dahlan Pemikiran & Kepemimpinannya. (Yogyakarta:
MPKSDI PP Muhammadiyah, 2005, hlm. 50, yang merujuk pada Verslag Tahoen ke IX
(1921), hlm. 16
39
Abdul Munir Mulkhan. Keyakinan Hidup Islami: Pandangan Hidup Persyarikatan
Muhammadiyah. Makalah disampaikan pada Sidang Tanwir Muhammadiyah, 29-31
Desember 1994 di Surakarta, hlm. 8.

114
Konstruk Metodologi Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah (Syamsul Hidayat)

bahas bidang ajaran Islam. Muham- tentang aqidah, agaknya merujuk


madiyah bekerja untuk terlaksa- kepada pandangan ulama salaf,
nanya ajaran-ajaran Islam yang meli- sebagaimana dikemukakan oleh
puti bidang-bidang aqidah, akhlak, Imam Malik, ketika ditanya tentang
ibadah dan muamalah dunyawiyah. ayat ( ), bagai-
Aqidah Islam, menurut Muham- mana istiwa’nya Allah. Imam Malik
madiyah bersumber kepada Al- menjawab:
Quran dan Sunnah Rasul. Akal diper-
lukan untuk mengukuhkan kebe-
naran nas (Al-Quran dan Sunnah),
bukan untuk mentakwil ajaran aqi-
dah yang memang di luar jangkauan 42

akal, seperti apakah surga itu kekal Ini dapat dilihat dalam teks yang
atau tidak, itu bukan wewenang akal, tertuang dalam Himpunan Putusan
maka jangan dibicarakan. Dalam Tarjih Muhammadiyah yang ber-
mengimplementasikan aqidah, harus bunyi:
senantiasa merujuk kepada ajaran
Islam, sehingga tegaklah aqidah
Islam yang murni, bersih dari gejala
kemusyrikan, takhayul, bid’ah dan
khurafat (TBC), namun tetap me-
numbuhkan sikap tasamuh terhadap
penganut paham lain dan agama lain,
serta tidak memaksakan ajaran Islam
kepada orang lain, dengan tetap
memberikan gambaran bahwa Aga-
ma yang menjamin kesejahteraan
hidup yang hakiki di dunia dan akhi- Allah tidak membebani kita
rat hanyalah Islam, bahwa “inna al- membicarakan hal-hal yang tidak
dÊna ‘indallÉhi al-IslÉm”, harus tercapai akan dalam hal aqidah
dimaknai “agama wahyu yang benar (kepercayaan. Sebab akal manusia
dan diridhai Alah hanyalah Islam”.41 tidak mungkin mencapai pengertian
Pandangan Muhammadiyah tentang Dzat Allah dan hubu-

Ibid., hlm. 9
40

Ahmad Azhar Basyir. “Memahami Masalah Lima dan Matan Keyakinan Cita-cita
41

Hidup Muhammadiyah” Haedar Nashir (ed.) Dialog Pemikiran Islam, hlm. 104

115
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 99-125

ngannya dengan sifat-sifat yang ada sosial, tetapi masalah akhlak kurang
pada-Nya. Maka janganlah membi- mendapat perhatian yang memadai.
carakan hal itu. Tak ada kesangsian Sehingga konsep-konsep akhlak
tentang wujud Allah. “Adakah orang Islam dalam produk-produk putusan
yang ragu tentang Allah, Yang Maha tarjih sangat langka.45
Menciptakan langit dan bumi?” (QS. Bidang ajaran Islam berikutnya
Ibrahim [14]: 10).43 yang dibahas adalah bidang ibadah,
Bidang akhlak, Muhammadiyah dan yang dimaksud dengan istilah
memandang bahwa sumber akhlak ibadah ini adalah ‘ibÉdah maÍÌah.
Islam hanyalah Al-Quran dan Sunnah, Disebutkan bahwa Muhammadiyah
bersendi kepada nilai-nilai ciptaan bekerja untuk tegaknya ibadah yang
manusia. Meskipun al-Quran dan dituntunkan Rasulullah SAW tanpa
Sunnah mengakui adanya sumber tambahan, pengurangan dan peru-
“qalb”, atau “basirah”, yakni hati nu- bahan dari manusia. Sehingga dalam
rani, namun tolok ukurnya tetap Al- Muhammadiyah selalu diadakan
Quran dan al-Sunnah.44 penelitian terhadap dalil-dalil yang
Ahmad Azhar Basyir, yang berkaitan dengan ibadah, konsek-
cukup lama berkecimpung dalam wensinya apabila ditemukan dalil
Majelis Tarjih, hingga memimpinnya yang lebih kuat (rÉjiÍ), maka Mu-
(periode 1985-1990), mengakui hammadiyah akan memperbaiki
bahwa pada aspek akhlak ini di Mu- pendapat lamanya. Seperti Majelis
hammadiyah dirasa kurang pedo- Tarjih dalam muktamarnya di Wira-
man. Para ulama begitu semangat desa memutuskan bahwa berdasar
membahas masalah-masalah hukum, hadith-hadith saÍÊÍ, shalat malam
baik ubudiyah maupun masalah atau tarawih adalah sebelas rekaat.

42
Abu Usman Ismail al-Shabuni, AqÊdatu al-Salaf wa AÎÍÉbu al-HadÊth. (Madinah:
Maktabah al-Ghuraba al-Athariyyah, t.th) hlm. 38
43
Himpunan Putusan Tarjih., hlm. 12
44
Hamdan Hambali. Ideologi dan Strategi Muhammadiyah. (Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2006), hlm. 47
45
Ungkapan ini pernah disampaikan Azhar Basyir di depan Pengajian Ramadhan
PP Muhammadiyah tahun 1412/1992 yang diselenggarakan oleh BPK PP
Muhammadiyah. Pandangan tersebut diperkuat oleh KH. Amir Ma’sum ulama Tarjih
asal Klaten, yang juga pernah menjadi Wakil Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah
jaman periode Azhar Basyir (1985-1990), seperti tertuang dalam Amir Ma’sum. “Akhlak
Kepemimpinan dalam Kehidupan Bermuhammadiyah” Haedar Nashir (ed) Akhlak
Pemimpin Muhammadiyah. (Yogyakarta: PP Muhamadiyah BPK, 1990), hlm. 14

116
Konstruk Metodologi Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah (Syamsul Hidayat)

Keputusan itu merevisi pandangan madiyah mengajak kepada segenap


KH. Ahmad Dahlan yang merupakan elemen umat Islam dan bangsa
pendiri Muhammadiyah, yang ber- Indonesia untuk mensyukuri anuge-
pendapat dan mengamalkan bahwa rah Allah berupa tanah air yang
tarawih itu 23 rekaat. Oleh karena itu memiliki sumber-sumber kekayaan
jangan digugat-gugat, bahwa Tarjih dan kemerdekaan bangsa dan negara
bertentangan dan tidak menghargai Republik Indonesia yang berfilsafat
pendirinya. Ini jelas tidak propor- Pancasila, dengan terus berusaha
sional.46 menjadikan negara yang adil mak-
Aspek yang berkaitan dengan mur dan diridhai Allah subhanahu
ibadah, dalam makna ibadah ‘Ammah, wa ta’ala, “Baldatun Tayyibatun wa
adalah aspek mu‘amalah dunya- Rabbun Ghafur”. Pernyataan ini me-
wiyyah, yang titik beratnya pada pe- nunjukkan kesadaran dan tanggung-
ngelolaan dunia dan pembinaan jawab kebangsaan Muhammadiyah
masyarakat, dan termasuk di dalam- menuju kehidupan berbangsa dan
nya adalah pemanfaat ilmu penge- bernegara yang tertib, disiplin, ber-
tahuan dan teknologi serta pengem- akhlak dan bermartabat, serta yang
bangan keahlian. Muhammadiyah diridhai Allah. Sehingga setiap ada
dalam wilayah ini Islam memberikan ketimpangan yang terjadi di dalam
wewenang kepada akal seluas- penyelenggaraan negara dan kehi-
luasnya, sehingga warga Muham- dupan bangsa ini, Muhammadiyah
madiyah harus menguasai ilmu selalu prihatin dan ikut andil dalam
pengetahuan dan berbagai profesi mencari penyelesaian.
dalam kehidupan yang dinamis ini, Dalam memahami lima pokok
di samping tetap menguasai ilmu- pikiran tersebut Pimpinan Pusat
ilmu agama, sehingga dapat mem- Muhammadiyah atas kuasa Tanwir
bimbing akal dan hati nurani dalam tahun 1970 mengelompokkannya
berkarya dan menjalani profesi.47 menjadi 3 kelompok fundamental,
Pokok pikiran kelima, berkaitan yaitu:
dengan fungsi dan missi kemasya- a. Kelompok pertama: mengandung
rakatan dan kebangsaan Muham- pokok-pokok persoalan ideologis,
madiyah. Disebutkan, Muham- mencakup pokok pikiran pertama

46
Ahmad Azhar Basyir. “Memahami Masalah Lima dan Matan Keyakinan Cita-cita
Hidup Muhammadiyah” Haedar Nashir (ed.) Dialog Pemikiran Islam, hlm. 105
47
Ibid. hlm. 106

117
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 99-125

dan kedua, tahun 1964. Disusul pembahasan


b. Kelompok kedua: mengandung tentang ushul fiqh yang pem-
karakteristik faham agama (meto- bahasannya dilakukan dalam bebe-
dologi pemikiran keislaman) me- rapa Muktamar.49
nurut Muhammadiyah, men- Pada tahun 1986, pasca Mukta-
cakup pokok pikiran ketiga dan mar Muhammadiyah ke 41 di
keempat. Surakarta, dipandang penting untuk
c. Kelompok ketiga: mengandung visi segera dirumuskan manhaj tarjih
dan misi kemasyarakatan dan yang lebih komprehensif, mengingat
kebangsaan Muhammadiyah.48 semakin terbuka percaturan dan
lalulintas alam pemikiran Islam.
3. Pokok-pokok Manhaj Majelis Majelis Tarjih hasil Muktamar ke-41,
Tarjih Desember 1985, akhirnya melakukan
Asymuni Abdurrahman, se- rekonstruksi pemikiran tentang man-
orang ulama Tarjih Muhammadiyah, haj tersebut, yang hasilnya dikirim ke
yang memimpin Majelis ini periode seluruh wilayah Muhammadiyah.50
1990-1995, mengemukakan bahwa Agaknya, hasil rekonstruksi Manhaj
usaha perumusan, metodologi pemi- yang dilakukan oleh Majelis Tarjih PP
kiran Islam yang kemudian dikenal Muhammadiyah dapat diterima oleh
dengan istilah Manhaj Tarjih, melalui Majelis Tarjih wilayah-wilayah di-
proses yang sangat panjang dimulai seluruh Indonesia, dan dijadikan
dengan pembahasan Masalah Lima panduan melaksanakan istinbat
(sebagaimana telah dijelaskan ter- hukum.
dahulu), yang awal pemikirannya Pokok-pokok manhaj Majelis
dimulai 1935 melalui surat edara PB Tarjih terdapat 18 (delapan belas)
(sekarang PP) Muhammadiyah. Hasil point, yang secara ringkas dapat
pengumpulan pendapat dari edaran dijelaskan sebagai berikut:
tersebut dijadikan bahan Muktamar 1. Dalam beristidlal, dasar utamanya
Khususi Majelis Tarjih pada tanggal adalah Al-Quran dan al-Sunnah
29 Desember 1954 sampai dengan 3 al-ØaÍÊÍah (al-MaqbËlah). Ijtihad
Januari 1955 dan baru ditanfidzkan dan istinbat atas dasar ‘illah ter-

Hamdan Hambali. Ideologi dan Strategi Muhammadiyah. (Yogyakarta: Suara


48

Muhammadiyah, 2006), hlm.. 48-9


49
Asymuni Abdurrahman. Manhaj Tarjih Muhammadiyah Metodologi dan Aplikasi.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 11
50
Asymuni Abdurrahman. Manhaj Tarjih Muhammadiyah., hlm. 12

118
Konstruk Metodologi Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah (Syamsul Hidayat)

hadap hal-hal yang tidai terdapat mengandung ta’arudl, digunakan


di dalam nas, dapat dilakukan, cara: al-jam’u wa al-tawfiq, dan
sepanjang tidak menyangkut kalau tidak dapat dilakukan
bidang taÑabbudî, dan memang tarjih.
hal yang dihajatkan dalam 8. Menggunakan asas jamâÑî, untuk
memenuhi kebutuhan manusia. menghindari terjadinya fitnah
Ijtihad, termasuk qiyas dapat dan mafsadah.
digunakan sebagai cara menetap- 9. Menta’lil dapat dilakukan untuk
kan hukum sesuatu yang tidak memahami kandungan dalil-dalil
ada nasnya secara langsung. Al-Quran dan al-Sunnah, sepan-
2. Ijtihad dilaksanakan secara jamâÑî, jang sesuai dengan tujuan sya-
dengan jalan musyawarah untuk ri’ah. Adapun qaidah “al-Íukmu
mendapatkan kesepakatan di atas yadËru maÑa al-‘illati wujËdan wa
kebenaran. Pendapat pribadi tidak ‘adaman” dalam hal tertentu
dipandang kuat. dapat berlaku.
3. Tidak terikat dan mengikat diri 10. Penggunaan dalil-dalil untuk me-
kepada suatu madzhab, tetapi netapkan sesuatu hukum dila-
aqwal al-madzahib dapat menjadi kukan dengan cara komprehensif,
pertimbangan dalam penetapan utuh dan bulat, tidak terpisah.
hukum, sepanjang sesuai dengan 11. Dalil-dalil umum Al-Quran dapat
jiwa ajaran Al-Quran dan al- ditakhsis dengan Hadith Ahad,
Sunnah atau dasar-dasar lain kecuali dalam bidang ‘Aqidah.
yang kuat. 12. Dalam mengamalkan agama
4. Berprinsip terbuka, toleran dan Islam menggunakan prinsip “al-
tidak memandang pendapat taysir”.
Majelis Tajih yang paling benar. 13. Dalam bidang ibadah yang diper-
Menerima koreksi dari siapa pun, oleh ketentuan-ketentuannya dari
selama diberikan dalil-dalil yang Al-Quran dan Al-Sunnah, pema-
kuat. Majelis dimungkinkan untuk hamannya dapat menggunakan
mengubah pendapat yang pernah akal sepanjang diketahui latar
diputuskan. belakang dan tujuannya, namun
5. Dalam masalah aqidah, hanya tetap diakui akal bersifat nisbi,
menggunakan dalil-dalil yang sehingga prinsip mendahulukan
mutawatir. nas dari pada akal memiliki
6. Tidak menolak ijma’ sahabat kelenturan dalam menghadapi
sebagai dasar sesuatu keputusan. perubahan situasi dan kondisi.
7. Tentang dalil-dalil yang nampak 14. Dalam hal-hal yang termasuk al-

119
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 99-125

umËr al-dunyawiyyah yang tidak ra khusus, maupun tidak


termasuk tugas para Nabi, peng- adanya nas mengenai masalah
gunaan akal sangat demi terca- yang ada kesamaannya. Da-
painya kemaslahatan umat. lam masalah yang demikian
15. Untuk memahami nas musytarak, penetapan hukumnya dilaku-
faham sahabat dapat diterima. kan berdasarkan ‘illah untuk
16. Dalam memahami nas, maka Ðahir kemaslahatan.
didahulukan dari ta’wil dalam 18. Dalam menggunakan hadith,
bidang aqidah. Dan ta’wil sahabat terdapat beberapa kaidah yang
dalam hal ini tidak harus diterima. telah menjadi keputusan Majelis
17. Jalan ijtihad yang telah ditempuh Tarjih sebagai berikut:
meliputi: a. Hadis mauquf tidak dapat
a. IjtihÉd bayÉnÊ, yaitu ijtihad dijadikan hujjah. Yang dimak-
terhadap nas yang mujmal, sud hadis mauquf adalah apa
baik karena belum jelas makna yang telah disandarkan kepa-
lafaz yang dimaksud, maupun da sahabat, baik ucapan atau-
karena lafadz itu mengandung pun perbuatan dan semacam-
makna ganda, mengandung nya baik bersambung atau
arti musytarak ataupun kare- tidak.
na pengertian lafaz dalam b. Hadis mauquf yang dihukum
ungkapan yang konteksnya marfu dapat menjadi hujjah.
mempunyai arti jumbuh Hadis mauquf dihukum mar-
(mutasyÉbih) ataupun adanya fu’ apabila ada qarinah yang
beberapa dalil yang [tampak] dapat dipahami daripadanya
bertentangan (ta‘ÉruÌ). Dalam bahwa hadis itu marfu’.
hal yang terakhir digunakan c. Hadis mursal saÍabÊ dapat
jalan ijtihad dengan jalan tar- dijadikan hujjah apabila ada
jih. qarinah yang menunjukkan
b. IjtihÉd QiyÉsÊ, yaitu menye- persambungan sanad.
berangkan hukum yang telah d. Hadis mursal tÉbi’i semata,
ada naÎnya kepada masalah tidak dapat dijadikan hujjah,
baru yang belum ada hukum- kecuali jika ada qarinah yang
nya berdasarkan nas, karena menunjukkan persambungan
adanya kesamaan ‘illah. sanadnya kepada Nabi.
c. IjtihÉd iÎtiÎlÉÍÊ, yaitu ijtihad e. Hadis-hadis ÌaÑÊf yang kuat
terhadap masalah yang tidak menguatkan, tidak dapat
ditunjuki nas sama sekali seca- dijadikan hujjah, kecuali jika

120
Konstruk Metodologi Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah (Syamsul Hidayat)

banyak jalan periwayatannya, sumber yang digunakan oleh mereka,


ada qarinah yang dapat yaitu al-Quran dan al-Hadith.
dijadikan hujjah dan tidak Pandangan Muhammadiyah ini
bertentangan dengan Al- sejalan dengan penegasan Rasulullah
Quran dan Hadis Sahih. ÎallallÉhu Ñalayhi wa sallam dalam
f. Dalam menilai perawi hadis, muqadimah khutbahnya seperti diri-
jarÍ didahulukan daripada wayatkan oleh Nasa´i sebagai berikut:
ta‘dÊl setelah adanya kete-
rangan yang mu’tabar ber-
dasarkan alasan-alasan syar’i.
g. Periwayatan orang yang di-
kenal melakukan tadlis dapat
diterima riwayatnya, apabila
ada petunjuk bahwa hadis itu
muttasil, sedangkan tadlis
tidak mengurangi keadilan.51

Dengan kaidah-kaidah sebagai-


mana disebutkan, apa yang dilaku-
kan oleh Muhammadiyah, yakni
melaksanakan agama bersumber
kepada al-Quran dan al-Hadits, 52
menurut Asymuni Abdurrahman,
sejalan dengan anjuran para imam Dalam memandang konsep
mazahib. Jadi, yang dilakukan oleh bidÑah dan tahdith di atas, seba-
Muhammadiyah tidak mengikat diri gaimana dijelaskan oleh Djarnawi
kepada mazhab tertentu, tetapi Hadikusuma, Muhammadiyah sa-
terikat atau mengikat diri kepada ngat teliti dalam memilahkan antara

51
Fathurrahan Djamil. Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah, (Jakarta: Logos
Plubishing House, 1995, hlm. 161-164; Mustafa Kamal Pasha etall., Muhammadiyah
sebagai Gerakan Islam. (Yogyakarta: LPPI UMY, 2000, hlm.. 247-249 dengan penyesuaian
transliterasi.
52
Imam al-Nasai. Sunan al-Nasai, Kitab Salat al-Idayn, Bab Kayf al-Khutbah. Hadith
no.1560 dari CD Rom program Mawsuah al-Hadith al-Syarif al-Isdar 2, Global Islami
Software Company, 2000.

121
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 99-125

urusan ibadah (ÑibÉdah khÉÎ), ter-masuk rangkat yang diperlukan dalam


didalamnya masalah aqidah dan menjabarkan al-Quran dan al-Sun-
urusan muamalah (ÑibÉdah ÑÉm), se- nah. Pemahaman ini sejalan dengan
hingga tidak semua yang tidak terapat manhaj salafus shalih dalam meng-
contoh dari Nabi SAW dipandang ambil ketetapan hukum.
bid’ah. Dalam bukunya, Ahlussunnah Ketiga, tajdid dan pembaharuan
wal Jamaah, Bidah, Khurafat, Djar- dilakukan oleh Muhammadiyah
nawi mengemukakan perlunya pemi- dalam masalah-masalah ijtihadiyah
lahan masalah bid’iyyah dan masalah dan diluar masalah ta’abbudi. Ini
maslahah mursalah.53 merupakan penegasan Muhammadi-
yah untuk senantiasa menjaga
Penutup kemurnian ajaran Islam, tetapi juga
sekaligus menjaga aktualitas penga-
Dari paparan di atas, dapat malan Islam. Dalam makna lain,
diambil beberapa kesimpulan ten- Muhammadiyah, sebagaimana pe-
tang metodologi pemikiran Islam tunjuk Quran dan Sunnah membe-
dalam Muhammadiyah sebagai beri- rikan keluasan kepada akal pikiran,
kut : tetapi tidak merupakan kebebasan
Pertama, Muhammadiyah me- yang absolut.
mandang al-Islam adalah nama Keempat, manhaj atau metode
agama yang diberikan Allah kepada pemikiran Islam dalam Muhammadi-
satu-satunya agama yang diridhai- yah, yang menekankan komitmen
Nya, dan disampaikan melalui para kepada al-Quran dan al-Sunnah de-
Nabi dan Rasul-Nya. Dengan pene- ngan pemahaman salafus salih, telah
gasan ini Muhammadiyah menolak menunjukkan kesungguhan Muham-
paham pluralisme dan relativisme madiyah untuk menegakkan nilai-nilai
agama. Islam dalam seluruh lini kehidupan.
Kedua, sumber utama ajaran Artinya Muhammadiyah tidak akan
Islam dalam pandangan Muham- terjebak pada “asyik masuk” pada
madiyah adalah Al-Quran dan al- pemikiran tanpa aksi, yang akhirnya
Sunnah, sedangkan sumber-sumber melahirkan pemikiran liberal yang
lain seperti ijma, qiyas dan hasil bertentangan dengan Islam itu sendiri.
ijtihad para ulama merupakan pe-

Daftar Pustaka
53
H. Djarnawi Hadikusuma. Ahlussunnah wal Jamaah BidÑah dan Khurafat, hlm. 36-38

122
Konstruk Metodologi Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah (Syamsul Hidayat)

Al-Qur´Én wa Tarjamatu MaÑÉnÊhi ila al-Lughah al-IndËnÊsiyah,

Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam


Perspektif Perubahan Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 1990

_________. Keyakinan Hidup Islami: Pandangan Hidup Persyarikatan


Muhammadiyah. Makalah disampaikan pada Sidang Tanwir
Muhammadiyah, 29-31 Desember 1994 di Surakarta.

Al-Ómidi. Al-IÍkÉm fi UÎËl al-AÍkÉm. (Beirut: Al-Maktab al-Islamy, t.th

Abu Usman Ismail al-Shabuni, AqÊdatu al-Salaf wa AÎÍÉbu al-HadÊth. Madinah:


Maktabah al-Ghuraba al-Athariyyah, t.th

Azhar Basyir., Pokok-pokok Manhaj Tarjih yang telah dilakukan dalam Menetapkan
Keputusan, Makalah Seminar Nasional Hukum Islam dan Perubahan
Sosial, Semarang 1997

________. Konsep Ulama Muhammadiyah, Keberadaan Majelis Tarjih dan


Kaderisasi Ulama. Makalah Seminar Nasional Muhammadiyah di
Penghujung Abad 20, Surakarta 6-8 Nopember 1985.

__________. Refleksi atas Persoalan Keislaman. Bandung: Mizan, 1993

Asymuni Abdurrahman. Manhaj Tarjih Muhammadiyah Metodologi dan Aplikasi.


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 11

Fathurrahman Djamil. Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah. Jakarta:


Logos Publishing House, 1995

Haedar Nashir (ed.). Dialog Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah., Yogyakarta:


Badan Pendidikan Kader PP Muhammadiyah, 1992

_________ (ed) Akhlak Pemimpin Muhammadiyah. Yogyakarta: PP

123
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 99-125

Muhamadiyah BPK, 1990

Hamdan Hambali. Ideologi dan Strategi Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara


Muhammadiyah, 2006

Imam al-Nasai. Sunan al-Nasai, Kitab Salat al-Idayn, Bab Kayf al-Khutbah. Hadith
no.1560 dari CD Rom program Mawsuah al-Hadith al-Syarif al-Isdar
2, Global Islami Software Company, 2000.

KRH. Hadjid. Pelajaran KHA Dahlan: 7 Falsafah Ajaran,

Mustafa Kamal Pasha etall., Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam.


Yogyakarta: LPPI UMY, 2000.

M. Djindar Tamimy. Pokok-pokok Pengertian tentang Agama Islam. Bahan untuk


Pengajian Pimpinan dan Aktivis Muhammadiyah dalam rangka
pemantapan Ber-Muhammadiyah. (Yogyakarta: Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, 1981

Muhammad bin Shalih al-Uthaimin, Syarh Thalathatul Usul li Syaikhil Islam


Muhammad ibn Abd al-Wahhab, tk: tp, 1999

“Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah” Pedoman


Bermuhammadiyah, Yogyakarta: PPM BPK, 1990

Sjahlan Rosjidi. “Ulama Tarjih, Pendidikan Ulama dan Pendidikan Al-Islam”.,


Tim UMS., Muhammadiyah di Penghujung Abad 20, Solo: Muhammadi-
yah University Press, 1989

Syaifullah. KH. Mas Mansur Sapukawat Jawa Timur. Surabaya: Hikmah Press,
2005

Syamsul Hidayat dan Zakiyuddin Baidhawy. “Membangun Citra Baru


Pemikiran Islam Muhammadiyah”, Jurnal Akademika, No. 02 Tahun
XVIII, 2000

124
Konstruk Metodologi Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah (Syamsul Hidayat)

Yusron Asrofi, Kyai Haji Ahmad Dahlan Pemikiran & Kepemimpinannya.


Yogyakarta: MPKSDI PP Muhammadiyah, 2005.

125

Anda mungkin juga menyukai