Anda di halaman 1dari 16

Analisis Implementasi Pendidikan Islam Wasathiyah dalam

Mengembangkan Pemikiran Holistik Mahasiswa


Analysis of Implementation of Wasathiyah Islamic Education in
Developing of Students' Holistic Thinking
U. Kusoy Anwarudin
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syamsul ‘Ulum Gunungpuyuh
Sukabumi, Jawa Barat
uk.anwarudin@gmail.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami implementasi pendidikan Islam
wasathiyah dalam mengembangkan pemikiran holistik mahasiswa Metode
yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Penelitian dilaksanakan di STAI
Syamsul Ulum Sukabumi selama dua bulan. Data diperoleh dari hasil indept
interview dengan key informant ketua umum yayasan, para ketua bidang, para
ketua jurusan, dosen dan mahasiswa. Kemudian data dianalisis dengan
menggunakan langkah-langkah; data reduction, data display, dan conclution/
verification di dukung studi teoritis. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil
sebagai berikut: (1) Pengelolaan pendidikan Islam wasathiyah telah menjadi
kebijakan yayasan dan efektif membangun pemikiran mahasiswa yang
maderasi, menghargai pendapat orang lain, berkeadilan, toleran, rasional dan
berakhlak mulia; (2) Strategi pendidikan dibagi dua yaitu internal dan eksternal
kampus; (3) peran kiayi dan dosen belum optimal dalam pemanfaatan
teknologi informasi sesuai kebutuhan; (4) untuk meningkatkan proses dan
output pendidikan diperlukan peningkatan fasilitas, dan komitmen para kiayi
dan dosen untuk meningkatkan kemampuhan pemanfaatan teknologi informasi
sesuai dengan kebutuhan daya saing pendidikan dan tantangan era globalisasi
saat ini.
Kata Kunci : Mahasiswa, Pendidikan Islam Wasathiyah & Pemikiran Holistik

Abstract
The purpose of this study is to understand the implementation of Islamic
education wasathiyah in developing students' holistic thinking The method
used is qualitative research. The study was conducted at STAI Syamsul Ulum
Sukabumi for two months. Data obtained from the results of In dept interview
with key informant chairman of the foundation, heads of fields, the heads of
departments, lecturers and students. Data were analyzed using the steps; data
reduction, display data, and conclution / verification are supported by
theoretical studies. Based on the research results can be concluded; (1) the
management of Islamic education wasathiyah has become the foundation's
policy and effectively build the thinking of students who maderasi, respect the
opinions of others, fair, tolerant, rational and noble morals; (2) education

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 30 Nomor 2 Tahun 2020 113
Analisis Implementasi Pendidikan Islam Wasathiyah P-ISSN: 1858-2125
dalam Mengembangkan Pemikiran Holistik Mahasiswa E-ISSN: 2715-3649
(U. Kusoy Anwarudin)

strategy divided in two namely internal and external campus; (3) the role of
kiayi and lecturers has not been optimal in the utilization of information
technology as needed; (4) to improve educational processes and outputs
required improvements in facilities, and the commitment of kiayi and lecturers
to improve the effectiveness of the use of information technology in accordance
with the educational competitiveness and challenges of the current era of
globalization.
Keywords: Students, Wasathiyah Islamic Education & Holistic Thought

I. PENDAHULUAN agama Islam dapat terjaga. Di sisi


Agama Islam merupakan lain, banyak pula kalangan yang
agama yang sempurna, yang telah mencoba menggugat teks-teks
diimplementasikan secara utuh dan keagamaan ini. Pihak yang terakhir
menyeluruh (kaffah) oleh ini menegaskan bahwa teks
Rasulullah SAW. Salah satu dari tidaklah lahir dari ruang yang
kesempurnaan ajaran Islam adalah kosong, ia muncul dari sebuah
mampu membentuk manusia yang konteks sosial budaya maupun
berakhlak mulia (akhlakul politik yang melengkapinya.
karimah). Membangun akhlak Dari dua kutub besar diatas,
mulia pada diri manusia kita pun mengenal istilah naql dan
dibutuhkan proses pembiasaan aql, ahlu ar-ra’yi dan ahlu al-
sejak dini dan melalui proses hadits, juga pemikiran liberal dan
pendidikan secara bertahap dan pemikiran literal, yang masing-
berjenjang yang polanya bersumber masing memiliki kesetiaan
dari al-Qur’an dan as-sunnah yang tersendiri terhadap teks maupun
dilaksanakan secara dinamis dan konteks. Meski masing-masing
komprehenship termasuk dalam memiliki keunggulan yang harus
menghadapi era globalisasi saat ini. diinsyafi adalah bahwa pemikiran
Dalam sejarah peradaban yang terlalu tekstual maupun
Islam selalu diwarnai perhelatan pemikiran yang sangat berlebihan
pengaruh antara teks dengan dengan konteks memiliki titik
konteks. Sebagian kalangan lemah yang cukup rawan.
berpendapat bahwa teks-teks Penerapan teks dengan apa adanya
keagamaan hendaknya tanpa konteks dapat dikatakan
diaplikasikan dengan konsisten merupakan pemerkosaan terhadap
sedemikian hingga kemurnian teks itu sendiri.

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 30 Nomor 2 Tahun 2020 114
Analisis Implementasi Pendidikan Islam Wasathiyah P-ISSN: 1858-2125
dalam Mengembangkan Pemikiran Holistik Mahasiswa E-ISSN: 2715-3649
(U. Kusoy Anwarudin)

Demikian pula, terlalu setia tidak menghendaki terjadinya


kepada konteks bisa terjadi adalah konflik. Selain itu, model tersebut
“akal-akalan”, dimana teks diakali juga tidak memaksakan diri dan
agar sesuai dengan nafsu seseorang menghargai perbedaan.
atau kelompok. Dalam kondisi Tiga Ormas Islam terbesar di
seperti ini, pola pemikiran dengan Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama,
memediasi teks yang amat otoritatif Muhammadiyah, dan Majelis
dengan konteks yang terus Ulama Indonesia (MUI) pada
bergerak dinamis perlu terus Musyawarah Nasional (Munas),
ditumbuh kembangkan sepanjang tidak hanya menyusun
sejarah keagamaan. Dengan kepengurusan baru, namun
demikian, diharapkan akan muncul merumuskan konsep Islam yang
para pemikir dan ahli-ahli yang dinilai mampu menjawab
moderat, yang tidak terlalu problematika di Indonesia. Konsep
“saklek”, namun tidak terlalu tersebut, yakni Islam berkemajuan
“Liar” (Yasid, 2010) (Muhammadiyah), Islam nusantara
Islam wasathiyah sebagai (Nahdlatul Ulama), dan Islam
tema Musyawarah Nasional ke-9 wasathiyah (Majelis Ulama
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Indonesia).
adalah upaya menunjukan wajah Dalam pandangan MUI,
Islam Indonesia yang layak Islam wasathiyah melihat ajaran
menjadi contoh bagi dunia. Majelis Islam sebagai rahmatan lil alamin,
Ulama Indonesia (MUI) telah rahmat bagi segenap alam semesta.
menggelar Musyawarah Nasional Islam wasathiyah adalah “Islam
(Munas) ke-9 pada tanggal 24 Tengah” untuk terwujudnya umat
hingga 27 Agustus di Surabaya terbaik (khairu ummah). Allah
Jawa Timur dengan mengusung SWT menjadikan umat Islam
tema “Islam wasathiyah untuk pertengahan (wasath) dalam segala
Indonesia dan Dunia yang urusan agama, seperti hal kenabian,
Berkeadilan dan Berkemajuan”. syari’at dan lainnya.
KH Ma’ruf Amin, Ketua Umum Munas ke-9 MUI meyakini
MUI menjelaskan Islam bahwa Islam wasathiyah wajib
wasathiyah adalah Islam moderat, diamalkan secara istiqomah oleh
yang toleran, damai, dan santun. Ia seluruh umat Islam Indonesia dan
mengatakan, Islam wasathiyah dunia sehingga menjadi Syuhada’

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 30 Nomor 2 Tahun 2020 115
Analisis Implementasi Pendidikan Islam Wasathiyah P-ISSN: 1858-2125
dalam Mengembangkan Pemikiran Holistik Mahasiswa E-ISSN: 2715-3649
(U. Kusoy Anwarudin)

ala al-nas (saksi kebenaran Islam) II. METODE PENELITIAN


untuk mewujudkan kehidupan Metode yang digunakan yaitu
keagamaan yang berkemajuan dan penelitian kualitatif. Penelitian
toleran, membentuk kehidupan dilaksanakan di STAI Syamsul
kemasyarakatan yang damai dan Ulum Sukabumi selama dua bulan.
saling menghargai, merealisasikan Data yang diperoleh dari hasil
kehidupan kebangsaan yang wawancara mendalam (indept
inklusif, bersatu dan berkeadaban interview) dengan key informant
dan menciptakan kehidupan ketua umum yayasan, para ketua
kenegaraan yang berkeadilan dan bidang, para ketua jurusan, dosen
demokratis. dan mahasiswa.
Secara historis Islam Data yang sudah terkumpul
wasathiyah telah menjadi rujukan diolah dan dianalisis dengan
ulama-ulama Indonesia sejak langkah-langkah: Reduksi data
dahulu, baik dalam pendidikan, (data reduction), penyajian data
maupun dalam pembinaan umat, (data display) dan penarikan
hanya konteks sosial-politik yang kesimpulan (conclution/
berbeda yakni berupaya verification) di dukung studi
memperjuangkan keadilan melalui teoritis.
kemerdekaan dari cengkraman III. HASIL DAN PEMBAHASAN
kolonialisme, sehingga para ulama A. Pengertian Pendidikan Islam
dalam pendidikan dan Wasathiyah
pembinaannya lebih berkonsentrasi Ibunu Faris menjelaskan
pada pendekatan menumbuhkan dalam kitab “Maqayisul-Lughoh”
penguatan aqidah, ibadah, bahwa rangkaian huruf (‫)و س ط‬
persatuan, patriotisme dan menunjukan makna adil dan
nasionalisme. pertengahan. "‫ اعدل الشيئ‬perkara yang
Mengingat begitu paling adil) adalah “‫( ”اوسطه‬yang
esensialnya isu tersebut, maka paling tengah. Allah Swt.
dalam kajian ini peneliti Berfirman “….sebagai umat yang
menganggkat topik tentang pertengahan” (Al-Baqarah [2]:
“Analisis Implementasi Pendidikan 143). “‫ ”وسط القوم‬adalah kaum yang
Islam wasathiyah dalam paling mulia dan paling
Mengembangkan Pemikiran bermartabat (Al-Hasyr [59]: 06).
Holistik Mahasiswa”.

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 30 Nomor 2 Tahun 2020 116
Analisis Implementasi Pendidikan Islam Wasathiyah P-ISSN: 1858-2125
dalam Mengembangkan Pemikiran Holistik Mahasiswa E-ISSN: 2715-3649
(U. Kusoy Anwarudin)

Sebelum memahami makna setia, dapat dipercaya, jujur,


pendidikan Islam wasathiyah, bertanggungjawab, i’tikad baik,
terlebih dahulu kita mengetahui setia, adil, damai, sabar,
makna parsial dari pendidikan memaafkan, menolong, toleransi
Islam dan wasathiyah itu sendiri. dan harmonis; (3) Nilai Estetik;
Ahmad Tafsir (1991) menyatakan terwujud antara lain, dalam bagus,
bahwa pendidikan Islam adalah bersih, indah, cantik, manis,
bimbingan terhadap seseorang agar menarik, serasi, romantik, dan cinta
berkembang secara maksimal kasih; (4) Nilai Logis-rasional;
sesuai dengan ajaran Islam. yang terwujud antara lain, dalam
Sedangkan pendidikan Islam logika/ cocok antara fakta &
menurut Muhyidin & Sutrisno kesimpulan, tepat, sesuai, jelas,
(2012) yaitu proses penyiapan nyata, identik/ ciri, proses,
generasi muda untuk mengisi keadaan/ kesimpulan cocok; (5)
peranan memindahkan Nilai fisik-fisiologis; yang terwujud
pengetahuan dan nilai-nilai Islam jelas unsur-unsurnya, fungsinya,
yang diselaraskan dengan fungsi ukuran-ukurannya, kekuatannya,
manusia untuk beramal di dunia perubahannya, lokasinya, asal
dan memetik hasilnya di akhirat. usulnya, sebab akibatnya; (6) Nilai
Sanusi (2017) menyatakan teleologik; yang terwujud dalam
terdapat seperangkat nilai-nilai berguna, bermanfaat, sesuai
yang harus terwujud dalam fungsinya, berkembang/ maju,
kehidupan manusia yang harus teratur/ disiplin, inegratif,
ditanamkan dalam proses produktif, efektif, efisien,
pendidikan sehingga manusia akuntabel, inovatif. Dari uraian
dalam hidupnya bernilai. Nilai- tersebut, artinya bahwa pendidikan
nilai tersebut dirumuskan dalam Islam tidak bisa dimaknai sebatas
enam kategori “sistem nilai”, yaitu tranfer of knowledge saja, akan
; (1) Nilai Teologis; yang tercermin tetapi juga transfer of value serta
antara lain dalam rukun iman, berorientasi dunia akhirat.
rukun islam, tauhid, ibadah, ikhsan, Selain itu menurut Arifin
istigfar, ikhlas, tobat, ijtihad, khusu (2003) pendidikan Islam adalah
dan istiqomah; (2) Nilai Etis- suatu sistem kependidikan yang
Hukum; yang tercermin antara lain mencakup seluruh aspek kehidupan
dalam hormat, baik, rendah hati, yang dibutuhkan oleh hamba Allah,

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 30 Nomor 2 Tahun 2020 117
Analisis Implementasi Pendidikan Islam Wasathiyah P-ISSN: 1858-2125
dalam Mengembangkan Pemikiran Holistik Mahasiswa E-ISSN: 2715-3649
(U. Kusoy Anwarudin)

sebagaimana Islam telah menjadi pertengahan, lebih baik dan lebih


pedoman bagi seluruh aspek sempurna.
kehidupan manusia, baik duniawi Makna dari wasathiyah itu
maupun ukhrowi. Dan menurut sendiri adalah secara bahasa
Daradjat (2005) secara umum dapat berasal dari kata wasath yang
dikatakan bahwa pendidikan Islam berarti sesuatu yang ada di tengah.
itu adalah “pembentukan Dalam mufrodat Alfazh al-Qu’an
kepribadian muslim”. disebutkan secara bahasa bahwa
Berdasarkan berbagai kata wasath ini berarti, ” Sesuatu
pengertian diatas, dapat yang memiliki dua belah ujung
disimpulkan bahwa pendidikan yang ukurannya sebanding”. Istilah
agama Islam adalah pendidikan wasathiyah ini bersumber dari dalil
yang dilaksanakan berdasarkan berikut:
ajaran Islam sebagai pandangan ‫ك َج عَ لْ نَ اكُ ْم أُمَّ ةً َو َس طًا لِتَ ُك ونُوا‬ ِ
َ ‫َو َك ََٰذ ل‬
hidupnya untuk kebahagiaan di
kehidupan ini dan kehidupan ‫الر ُس و ُل‬
َّ ‫َّاس َويَ ُك و َن‬ ِ ‫ُش َه َد اءَ عَ لَ ى ال ن‬
mendatang. ‫يد ا ۗ َو مَ ا َج عَ لْ نَ ا ا لْ قِ بْ لَ ةَ ا لَّ ِِت‬
ً ‫عَ لَ يْ ُك ْم َش ِه‬
Adapun makna al-
ِ ِ
wasathiyah secara istilah, adalah ُ‫ت عَ لَيْ َه ا إ ََّّل ل نَ عْ لَ مَ مَ ْن يَ تَّبِ ع‬ َ ْ‫كُ ن‬
‫ب عَ لَ َٰى عَ قِ بَ يْ هِ ۚ َو إِ ْن‬ ِ ِ
ُ ‫َّن يَ نْ قَ ل‬
ْ ‫الر ُس و َل ِم‬
sebuah kondisi terpuji yang
َّ
menjaga seseorang dari
ِ ِ ِ ْ َ‫َك ان‬
kecendrungan menuju dua sisi ۗ ُ‫اَّلل‬
َّ ‫ين َه َد ى‬ َ ‫ت لَ َك ب ريَةً إ ََّّل عَ لَ ى ا لَّذ‬
َّ ‫ض يعَ إِميَا نَكُ ْم ۚ إِ َّن‬ِ ‫اَّلل لِي‬
َ‫اَّلل‬ ُ ُ َّ ‫َو مَ ا َك ا َن‬
/sikap yang ekstrim, sikap berlebih-
lebihan dan melalaikan. al-
ِ ٌ ‫َّاس لَرء و‬ ِ
wasathiyah juga bisa diartikan ٌ‫ف َرح يم‬ ُ َ ِ ‫ِب ل ن‬
dengan kondisi seimbang dan “Dan demikian (pula) kami telah
setara antara dua sisi; dimana satu menjadikan kamu (Umat Islam),
sisi/ aspek tidak melampaui aspek umat yang adil dan pilihan agar
yang lain, sehingga tidak ada yang kamu menjadi saksi atas
berlebihan dan tidak pula (perbuatan) kamu dan kami tidak
melalaikan, tidak melampaui batas menetapkan kiblat yang menjadi
dan mengurangi. Artinya makna al- kiblatmu (sekarang) melainkan
wasathiyah adalah sikap mengikuti agar kami mengetahui (supaya
yang lebih utama, lebih nyata) siapa yang mengikuti Rosul
dan siapa yang membelot, dan

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 30 Nomor 2 Tahun 2020 118
Analisis Implementasi Pendidikan Islam Wasathiyah P-ISSN: 1858-2125
dalam Mengembangkan Pemikiran Holistik Mahasiswa E-ISSN: 2715-3649
(U. Kusoy Anwarudin)

sungguh (pemindahan kiblat) itu :‫ أ َۡخَََبََن ُُمَ َّم ُد ۡب ُن َج ۡع َف ٍر‬:‫يد ۡب ُن أَِِب َم ۡرََي‬ ُ ِ‫َحدَّثَنَا َسع‬
terasa amat berat, kecuali bagi
ِ ِ َّ ٍ ۡ ۡ ۡ ۡ
orang-orang yang telah diberi ‫س‬ َ َ‫ أَنَّهُ ََس َع أَن‬:‫يل‬ ُ ‫أَخَََبََن ُُحَي ُد ب ُن أَِِب ُُحَيد الطو‬
ۡ
petunjuk oleh Allah, dan Allah ‫ َجاءَ ثَالَثَةُ َر ۡه ٍط‬:‫ول‬ ُ ‫ك َر ِض َي هللاُ َعنهُ يَ ُق‬ ٍ ِ‫ۡبن مال‬
َ َ
tidak akan menyia-nyiakan
ِ ِ ِ ۡ ۡ ِ ۡ ِ ِ
imanmu. Sesungguhnya Allah ‫ يَسأَلُو َن َعن عبَ َادة الن ِي‬،‫َّب ﷺ‬
‫َّب‬ ‫إ ََل بُيُوت أَزَو ِاج الن ِي‬
Maha Pengasih lagi Maha ‫ َوأ َۡي َن َ َۡن ُن‬:‫ فَ َقالُوا‬،‫وها‬ ۡ ۡ
َ ُّ‫ فَلَ َّما أُخِ َُبوا َكأ َََّّنُم تَ َقال‬،‫ﷺ‬
Penyayang kepada manusia”. (Q.S ۡ ِ ‫َّب ﷺ؟ قَ ۡد ُغ‬
al-Baqarah [2]:143) ‫َّم ِم ۡن َذنبِِه َوَما‬ َ ‫د‬ ‫ق‬ َ ‫ت‬
َ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬
ُ
َ َ ‫ل‬
َ ‫ر‬ ‫ف‬ ِ ِ
‫م َن الن ِي‬
Wasath dalam agama adalah ،‫ُصلِيي اللَّ ۡي َل أَبَ ًدا‬ ۡ ‫ال أ‬
َ ‫ أ ََّما أ َََن فَِإِيّن أ‬:‫َح ُد ُهم‬ َ َ َ‫ ق‬،‫َخَر‬ َّ ‫ََت‬
berpegang teguh dengan sirah ۡ ۡ
Nabi. Ghuluw dalam agama adalah :‫آخُر‬ َ ‫ال‬ َ َ‫ َوق‬،‫وم الدَّهَر َوََّل أُف ِطُر‬ ُ ‫َص‬ ُ ‫ أ َََن أ‬:‫آخُر‬َ ‫ال‬ َ َ‫َوق‬
ِ‫ول هللا‬ ۡ
kelewat batas (berlebihan) dan ُ ‫ فَ َجاءَ َر ُس‬،‫أ َََن أَعتَ ِزُل النِي َساءَ فََال أَتََزَّو ُج أَبَ ًدا‬
ِ ‫ (أ َۡن تم الَّ ِذين قُ ۡلت ۡم َك َذا وَك َذا؟ أَما و‬:‫ال‬
taqshir (kurang) adalah tidak
sampai kepadanya. Contohnya ‫هللا‬ َ َ َ ُ َ ُ ُ َ ‫ﷺ فَ َق‬
ۡ ِ ‫ َٰل‬،‫َّلل وأ َۡت َقا ُك ۡم لَه‬ ِِ ۡ ۡ
seseorang berkata “saya bangun ،‫وم َوأُف ِطُر‬ ‫َص‬
ُُ ‫ُ ي‬ ‫أ‬ ِ
‫ّن‬ ‫ك‬ َ ‫إِيّن ََلَخ َشا ُكم‬
ِ
sepanjang malam (beribadah) dan
tidak tidur sepanjang tahun, karena ‫ب َع ۡن‬ ِ ۡ ِ
َ ‫ فَ َمن َرغ‬،َ‫ َوأَتََزَّو ُج الني َساء‬،‫ُصليي َوأَرقُ ُد‬
ۡ ِ ‫وأ‬
َ َ
sholat adalah ibadah yang paling
.)‫س ِم ِيّن‬ ۡ ِ
utama, maka saya ingin َ ‫ُسنَِّت فَلَي‬
menghidupkan semuanya dengan “Ada tiga orang mendatangi
shalat”. Kami katakan ini ghuluw rumah istri-istri Nabi SAW dan
dalam agama Allah SWT dan tidak bertanya tentang ibadah Nabi SAW
berada di atas kebenaran. Kasus dan setelah diberitakan kepada
seperti ini pernah terjadi di zaman mereka, sepertinya mereka merasa
Rasulullah SAW, berkumpul hal itu masih sedikit bagi mereka.
beberapa orang, salah seorang dari Mereka berkata,”Ibadah kita tak
mereka berkata “saya selalu ada apa-apanya di banding
bangun dan tidak tidur”, yang lain Rasulullah SAW, bukankah beliau
berkata “saya selalu puasa dan sudah diampuni dosa-dosanya
tidak berbuka disiang hari”, yang yang telah dan juga yang akan
ketiga berkata “saya tidak menikahi datang?, Salah seorang dari
wanita”. Maka hal itu sampai mereka berkata, “Sungguh, aku
kepada Nabi SAW, Lalu beliau akan shalat malam selama-
bersabda : lamanya. Kemudian yang lain

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 30 Nomor 2 Tahun 2020 119
Analisis Implementasi Pendidikan Islam Wasathiyah P-ISSN: 1858-2125
dalam Mengembangkan Pemikiran Holistik Mahasiswa E-ISSN: 2715-3649
(U. Kusoy Anwarudin)

berkata, “Kalau aku, maka dimana salah satu aspek tidak


sungguh, aku akan berpuasa Dahr mendominasi seluruh pengaruh dan
(setahun penuh) dan aku tidak akan menghilangkan pengaruh aspek
berbuka. Dan yang lain lagi yang lain atau dimana salah satu
berkata, “Aku akan menjauhi aspek tidak mengambil hak yang
wanita dan tidak akan menikah berlebihan sehingga mempersempit
selama-lamanya. ”Kemudian hak aspek yang lain.
datanglah Rasulullah SAW kepada Contoh aspek-aspek yang
mereka seraya bertanya; “kalian saling bersebrangan adalah aspek
berkata begini dan begitu. Ada pun ruhiyah (spiritual) dan madiyah
aku, demi Allah, adalah orang yang (material); aspek individual dan
paling takut kepada Allah di antara aspek kepentingan kolektif; aspek
kalian, dan juga paling bertaqwa. realitas dan idealitas; aspek yang
Aku berpuasa dan juga berbuka, sikap konstan (dogmatik) dan
aku shalat dan juga tidur serta aspek yang mungkin berubah-
menikahi wanita. Barang siapa rubah. Adapun makna seimbang
yang benci sunnahku, maka diantara kedua aspek yang
bukanlah dari golonganku (Al- berlawanan, adalah membuka
Bukhori 5063 dan Muslim 1401) ruang masing-masing aspek secara
Mereka telah bertindak luas; memberikan hak masing-
ghuluw dalam agama dan masing secara adil dan seimbang,
Rasulullah SAW berlepas diri dari tanpa penyimpangan, berlebih-
mereka, karena mereka membenci lebihan, pengurangan, tindakan
sunnahnya, yaitu puasa dan melampaui batas atau merugikan
berbuka, bangun dan tidur, serta (Al-Qordowi;17).
menikahi wanita, dan ibadah Kata al-wasathiyah tidak
seperti itu bertentangan dengan familier dalam kitab-kitab fiqih dan
Islam wasathiyah. buku sastra lama; namun,
Yusuf al-Qaradawi maknanya terdapat didalamnya,
mengatakan bahwa kata digantikan dengan istilah al-adlu
wasathiyah juga diungkapkan (sikap adil), al-I’tidal (seimbang),
dengan istilah tawazun (seimbang) al-qoshdu (Efisien dan tepat
maksudnya adalah bersikap tengah- sasaran) dan lain sebagainya.
tengah dan seimbang antara dua Ar-Razi (1993) menyebutkan
aspek yang saling bersebrangan, ada beberapa makna yang satu

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 30 Nomor 2 Tahun 2020 120
Analisis Implementasi Pendidikan Islam Wasathiyah P-ISSN: 1858-2125
dalam Mengembangkan Pemikiran Holistik Mahasiswa E-ISSN: 2715-3649
(U. Kusoy Anwarudin)

sama lain saling berdekatan dan mereka ada yang beriman, dan
saling melengkapi. kenyakan mereka adalah orang-
Pertama; wasath berarti adil, orang yang fasik”. (QS.Ali Imran
makna ini didasarkan pada ayat- [3]: 110)
ayat yang semakna, hadits nabi, dan Ketiga; wasath berarti yang
beberapa penjelasan dari sya’ir paling baik.
Arab mengenai makna ini. Keempat; wasath berarti
Berdasarkan riwayat al-Qaffal dari orang-orang yang dalam beragama
al-Tsauri dari Abu Sa’id al-Khudry berada di tengah-tengah antara
dari Nabi SAW, bahwa ummatan ifrath (berlebih-lebihan hingga
wasathan adalah umat yang adil. mengada-adakan yang baru dalam
Kedua; wasath berarti agama) dan tafrith (mengurang-
pilihan, al-Razi memilih makna ini ngurangi ajaran agama) (Tafsir Al-
dibandingkan dengan makna- Razi, Jilid II, hal 389-390).
makna lainnya, karena beberapa Setelah memperhatikan
alasan, antara lain; kata ini secara makna “ummah al-wasath” yang
bahasa paling dekat dengan makna berarti umat yang secara konsisten
wasath dan paling sesuai dengan berpegang pada petunjuk Allah
ayat yang semakna dengannya SWT, dapat kita fahami bahwa
yaitu: makna dari wasath ini sifatnya
‫َّاس ََتْمُ ُرو َن‬ ِ ‫ت لِل ن‬ ْ ‫أُخ رِ َج‬
ٍ
ْ ‫كُ نْ تُ ْم َخ ْريَ أُمَّ ة‬ sesuatu yang sudah dipatenkan
dalam al-Qur’an sendiri, buka
ِ‫وف َوتَ نْ َه ْو َن عَ نِ ا لْ ُم نْ َك ر‬ ِ ‫ِِب لْ م ع ر‬
ُْ َ makna yang diberi sifat baru.
‫اب‬ِ َ‫أَه ل ا لْ كِ ت‬ ِ ِ ِ
ُ ْ ‫َوتُ ْؤ م نُ و َن ِب ََّّلل ۗ َو لَ ْو آمَ َن‬
Dalam hal ini, al-Qur’an
telah menetapkan bahwa ajaran
‫لَ َك ا َن َخ ْريًا ََلُ ْم ۚ ِم نْ ُه مُ ا لْ ُم ْؤ ِم نُو َن‬ Islam yang bersumber dari al-
ِ َ‫وأَ ْك ثَ ره م ا لْ ف‬
‫اس قُ و َن‬ Qur’an dan al-Sunnah adalah
ُ ُُ َ ajaran yang adil, terbaik, terpilih,
“Kamu adalah umat yang terbaik
dan moderat sehingga umat yang
yang dilahirkan untuk manusia,
secara konsisten melaksanakannya,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
maka secara otomatis dia akan
mencegah dari yang munkar, dan
menjadi umat yang sifatnya sama
beriman kepada Allah. Sekiranya
dengan ajaran yang
ahli Kitab beriman, tentulah itu
dilaksanakannya.
lebih baik bagi mereka, diantara

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 30 Nomor 2 Tahun 2020 121
Analisis Implementasi Pendidikan Islam Wasathiyah P-ISSN: 1858-2125
dalam Mengembangkan Pemikiran Holistik Mahasiswa E-ISSN: 2715-3649
(U. Kusoy Anwarudin)

Jadi, “Pendidikan Islam Sabilillah dan Hisbullah melawan


Wasathiyah” dapat diartikan tentara Belanda, termasuk
sebagai pendidikan yang memimpin pertempuran melawan
memadukan antara teks al-Qur’an tentara NICA yang terkenal dengan
dan konteks atau realita yang ada monumen Bojong Kokosan-
seiring dengan perkembangan Sukabumi. Pada tahun 1918 beliau
zaman. mendirikan Organisasi
B. Pendidikan Islam Wasathiyah kemasyarakatan bernama Al-
STAI-STISIP Syamsul ‘Ulum Ittihadiyatul Islamiyah (AII),
Sukabumi organisasi ini kemudian dibubarkan
1. Latar Belakang oleh Jepang kemudian berganti
Gagasan pendidikan Islam nama menjadi Persatuan Umat
wasathiyah merupakan konsep Islam Indonesia (PUII), dan untuk
(Alm) KH Ahmad Sanusi. Dalam melebarkan sayap persatuan umat,
konteks yang berbeda beliau maka organisasi ini di adakan Fusi
merupakan pendiri Pondok (dilebur dan disatukan) dengan
Pesantren Syamsul Ulum organisasi POI yang didirikan oleh
Gunungpuyuh Sukabumi, beliau KH.Abdul Halim (Majalengka),
salah seorang ulama besar dan dan berubah bernama Persatuan
produktif di Jawa Barat, dan Umat Islam (PUI) yang eksis
termasuk anggota BPUPKI. hingga saat ini.
Sebagai ulama produktif disamping 2. Pedoman Pendidikan Islam
beliau merupakan pendidik dan Wasathiyah
pembimbing para santri dan Salah satu khazanah
masyarakat, semasa hidupnya keilmuan yang merupakan konsep
beliau telah banyak menulis dasar karya KH.Ahmad Sanusi
berbagai kitab yang bermanfaat adalah: (1) INTISAB merupakan
digunakan oleh para kiayi, santri konsep landasan perpikir dan
dan kelompok akademisi saat ini. berprilaku bagi setiap muslim
Diantara karyanya yang kahususnya pada jamaah PUI; (2)
monumental adalah Tafsir Itslahus-Samaniyah, merupakan
Raudhotul Irfan, Tamsiatul konsep delapan arah perbaikan
Muslimin, Lu’luun-Nadid dsb. dalam kehidupan muslim agar tetap
Sebagai pejuang beliau merupakan lurus dan konsisten dalam ajaran
pemimpin gerakan lasykar Islam faham akhlusunnah Wal-

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 30 Nomor 2 Tahun 2020 122
Analisis Implementasi Pendidikan Islam Wasathiyah P-ISSN: 1858-2125
dalam Mengembangkan Pemikiran Holistik Mahasiswa E-ISSN: 2715-3649
(U. Kusoy Anwarudin)

Jamaah kahususnya untuk jamaah melalui lima pilar strategi


PUI, konsep tersebut menjadi pembinaan : (1) Pilar kajian kitab-
pedoman yang semuanya kitab kuning; (2) Pilar
bersumber dari Al-Qur’an, As- Kepemimpinan; (3) Pilar IPTEK;
Sunnah,yang dipandu oleh Ijma (4) Pilar kebangsaan dan Sosial
ulama serta kontekstual (Lubis, Budaya, dan (5) Pilar Hukum
2007) ketata Negaraan.
Kedua konsep dasar tersebut Arah pembinaan masing-
bertujuan untuk membimbing umat masing pilar telah dirumuskan
agar memiliki pribadi dan keluarga; dalam buku panduan masing-
Beriman dan bertaqwa, toleran, masing serta ditunjuk dua-tiga
santun, adil, seimbang, menghargai orang pembimbing (kiayi, dosen)
pendapat orang lain, tidak ekstrim, yang memiliki kemampuhan sesuai
kekeluargaan, menjaga persatuan, dengan lima pilar tersebut.
manjaga syi’ar Islam, uraian Pendidikan dan pembinaan
tersebut sejalan dengan konsep tersebut dilakukan dua kali dalam
pendidikan Islam wasathiyah seminggu, masing-masing tiga jam
3. Tujuan Pendidikan Islam (180 menit) yang dilaksanakan
Wasathiyah setelah selesai shalat Isya
Tujuan utama pembinaan ini bertempat di ruang kelas, pada
sebagai berikut: Membentuk setiap bulan dilakukan evaluasi
karakter yang berkualitas iman dan terhadap materi yang telah
taqwa (spiritual,) intelektual, disampaikan.
emosional dan sosial serta berjiwa 4. Strategi Pendidikan Islam
nasionalis. Wasathiyah Mahasiswa.
Outcome dari pembinaan ini STAI-STISIP Syamsul Ulum
menjadikan alumni yang tangguh/ Sukabumi berada dalam kompleks
stabil, berperilaku jujur (amanah), Pesantren Syamsul Ulum
moderat, bersikap adil, santun Gunungpuyuh Sukabumi, sebagian
(etis), toleran, tidak ekstrim, dan besar mahasiswa merupakan santri
mampu menjaga & memperkuat yang bermukim di pesantren yang
persatuan, serta bangga sebagai berasal dari berbagai daerah dan
bangsa Indonesia. latar belakang yang bervariasi
Polarisasi pendidikan Islam berjumlah 1246 orang mahasiswa
wasathiyah prinsipnya dibangun yang terdiri dari lima program

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 30 Nomor 2 Tahun 2020 123
Analisis Implementasi Pendidikan Islam Wasathiyah P-ISSN: 1858-2125
dalam Mengembangkan Pemikiran Holistik Mahasiswa E-ISSN: 2715-3649
(U. Kusoy Anwarudin)

studi, yakni; Pendidikan Agama kemudian dibentuk menjadi


Islam (Tarbiyah), Hukum Islam beberapa kelompok studi.
(Syariah), Manajemen Pendidikan 5. Metode Pendidikan Islam
Islam (MPI), Ilmu Administrasi Wasathiyah
Negara (IAN), dan Ilmu Metode yang digunakan
Pemerintahan (IP). dalam pembinaan tersebut, secara
Seluruh mahasiswa umum; Metode ceramah, tanya
diwajibkan mengikuti dan jawab, diskusi kelompok, problem
terintegrasi dengan sistem solving, khalaqoh, penugasan,
pesantren agar mahasiswa memiliki eksplorasi, dan praktek
tambahasan ilmu pengetahuan dan kepemimpinan praktis. Program
wawasan agama secara mendalam pembinaan ini dilakukan sejak
dan komprehenship meskipun pola mahasiswa berada pada semester
dan sistem pembinaannya berbeda empat hingga semester delapan (4
dengan pola kajian, dialogis, semester/2 tahun).
dinamis, kontekstual, dan varian. 6. Menanamkan Materi
Hasil analisa menunjukan, Pendidikan Islam Wasathiyah
bahwa Pendidikan Islam Terdapat beberapa prinsip
wasathiyah yang diadopsi dari mendasar materi-materi yang
konsep dan gagasan KH.Amhad ditanamkan kepada mahasiswa
Sanusi telah bergulir selama ini pada pendidikan Islam wasathiyah
yang secara teknis telah dilakukan yaitu sebagai berikut :
penyesuaian dengan tantangan • Sebagai mahasiswa muslim
zaman, khususnya dilengkapi yang baik keyakinan akan
dengan pemanfaatan teknologi keselamatan dan kebahagiaan yang
infomasi menjadi sangat efektif hakiki baik di dunia dan akhirat
yang secara umum berhasil dengan hanya akan deperoleh oleh
baik semua kegiatan pendidikan konsistensi Iman dan Taqwa. Dan
Islam wasathiyah dipastikan akan senantiasa
bertanggungjawab kepada ketua III berhadapan dengan tantangan baik
bidang Kemahasiswaan masing- bersifat internal maupun eksternal.
masing, secara teknis Kekuatan Iman dan taqwa dalam
dikoordinasikan oleh pengurus segala aspek kehidupan akan
BEM masing masing prodi, mencerminkan kejujuran, keadilan

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 30 Nomor 2 Tahun 2020 124
Analisis Implementasi Pendidikan Islam Wasathiyah P-ISSN: 1858-2125
dalam Mengembangkan Pemikiran Holistik Mahasiswa E-ISSN: 2715-3649
(U. Kusoy Anwarudin)

dan amanah dan kondisi yang karena perbedaan keyakinan dan


stabil. agama merupakan sesuatu yang
• Sebagai generasi muda qodrati dari Allah SWT.
yang beriman wajib meyakin Karenanya, tidaklah mungkin bagi
bahwa setiap manusia dari sudut seorang muslim memaksanak atau
pandang penciptaannya (ontologis) intimidasi, apalagi bersifat radikal
memiliki kemuliaan, apapun ras, dan teror terhadap orang lain untuk
warna, kulit, suku bangsa bahkan masuk ke dalam Islam. Jiwa
termasuk agamanya. Maka hak pemimpin harus akomodatif dan
kemuliaan sebagai manusia siptaan proporsional serta teguh memegang
Allah wajb untuk dihormati dan prinsip. Jiwa persatuan dan
dilindungi dan dipelihara. Kecuali nasionalisme harus mampu jadi
dengan pelanggaran yang telah perekat dalam kepemimpinan
ditentukan dalam syariat Islam dan (pemerintahan, pendidikan,
perundang-undangan yang berlaku. pengadilan, atau kepemimpinan
• Sebagai seorang generasi sosial lainnya), sebab hanya oleh
muda muslim yang ditakdirkan generasi muslim yang mayoritas ini
Allah menjadi warga negara nasib negara-bangsa Indonesia
Indonessia perlu disyukuri, karera akan memperoleh kemajuan dan
telah dianugrahi wilayah yang luas, kejayaan.
subur, dan mayoritas muslim, • Memahami bahwa perintah
sebagai generasi muda harus dakwah dalam Islam bertujuan
memiliki kesiapan, kemampuhan terwujudnya transformasi dan
(skill) untuk senantiasa perubahan kepada kebaikan dan
memberikan yang terbaik dan kebenaran, baik pada level pribadi,
bermanfaat, menjaga keluarga maupun masyarakat,
keanekaragaman, bersaing dan dilakukan dengan cara persuasif
bersanding secara sehat dan dan educatif serta komunikatif dan
demokratis, bekerja dengan penuh elegan, bukan indoktrinasi, ektrim
rasa tanggungjawab untuk menjagi dan memfitnah. Disertai sebuah
bangsa yang maju dan bermartabat. pemahaman bahwa, Allah tidak
• Bersikap apresiatif terhadap membebani kita untuk
fakta keragaman dan berlapang bertanggungjawab atas kekufuran
dada terutama kelak menjadi orang-orang kafir. Jadilah sosok
pemimpin dalam level apapun, mubaligh yang disegani oleh semua

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 30 Nomor 2 Tahun 2020 125
Analisis Implementasi Pendidikan Islam Wasathiyah P-ISSN: 1858-2125
dalam Mengembangkan Pemikiran Holistik Mahasiswa E-ISSN: 2715-3649
(U. Kusoy Anwarudin)

kalangan dengan sumber yang legislatif terutama yang menjadi


tekstual dan kontekstual secara kiayi, Mubaligh, dan aktifitas sosial
dinamis. lainnya patut menjadi kebangaan
• Allah SWT telah bersama. (Hasil wawancara dengan
mewajibkan kita untuk menuntut para kepala dinas, OPD dan
Ilmu, Sebagai generasi muda kementrian Agama kota dan
muslim hendaknya tidak merasa kabupaten Sukabumi (Maret 2018)
puas dengan ilmu yang telah Pendidikan Islam wasathiyah
diperoleh, kembangkan, dan adalah pendidikan Islam yang
manfaatkan serta terus lakukan bersifat moderat, dalam hal ini
pendalaman dan kajian terhadap merefleksi pendidikan di STAI-
berbagai referensi yang pasti akan STISIP Syamsul Ulum Sukabumi
bermanfaat. yang terpadu dengan
IV. KESIMPULAN mengkombinasikan kurikulum
Gagasan dan proses pesantrenya yang menerapkan
pendidikan dan pembinaan Islam pendidikan Islam moderat yang
wasathiyah STAI-STISP Syamsul disesuaikan dengan kebutuhan dan
Ulum yang dikemas dengan misi tantangan masyarakat pada saat ini.
dan program pesantren Syamsul Sebagaimana diketahui
Ulum PUI yang intinya diadopsi bahwa seluruh permasalahan-
dari substansi Intisab dan Itslahuts- permasalahan yang muncul saat ini
Sanamiyah yang merupakan karya tidak bisa serta merta dikembalikan
KH Ahmad Sanusi telah efektif dan pada teks namun perlu dikaji secara
mencapai output yang diharapkan, kontekstual. Pendidikan Islam
meskipun masih perlu ada Wasatiyah ini muncul diharapkan
peningkatan dan perbaikan. Hal ini dapat mengembalikan kewibawaan
terbukti pada sebagian besar telah Islam di mata dunia. Islam
berhasil menunjukan alumi yang merupakan agama yang rahmatan
berfungsi dan memiliki peran aktif, lil-‘alamin, yang berarti membawa
religius daan memiliki keunggulan rahmat bagi seluruh alam.
dan kapasitas tersendiri dalam Pendidikan Islam perlu adanya
melaksanakan tugas dan penyesuaian dengan lajunya zaman
kewajibannya yang bekerja yang semakin kompleks dan
dibergai institusi pendidikan, modern.
pemerintah, pengadilan agama,

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 30 Nomor 2 Tahun 2020 126
Analisis Implementasi Pendidikan Islam Wasathiyah P-ISSN: 1858-2125
dalam Mengembangkan Pemikiran Holistik Mahasiswa E-ISSN: 2715-3649
(U. Kusoy Anwarudin)

Islam sebagai agama berferan kontekstual, sehingga pesan-pesan


sebagai pandangan hidup, Ia materi ajaran Islam dapat diterima
mempengaruhi pikiran, perasaan, secara sejuk oleh segala lapisan
sikap dan perilaku seseorang, masyarakat.
keluarga dan masyarakat serta Pendidikan Islam, khususnya
lingkungannnya. Oleh sebab itu di Indonesia sudah seharusnya
setiap peran mubalig (da’i) yang mengacu pada konsep wasathiyah
santun, toleran dan arif dalam (moderat). Hal ini untuk
setiap melakukan transformasi mengantisipasi adanya kekacauan
ajaran Islam, dituntut bukan hanya dan radikalisme yang semakin
mentrasformasi ilmu semata, mengwatirkan. Artinya perlu
namun dibutuhkan transformasi adanya perubahan dalam
nilai (sistem nilai) secara utuh dan kurikulum pendidikan, yaitu
mendalam melalui kajian dibarengi dengan mengkombinasikan
dengan metode yang tepat sasaran, kurikulum pesantren dan
serta tetap bersumber secara kurikulum pendidikan yang sesuai
tekstual (al-Qur’an dan as-Sunnah), dengan kebutuhan dan tantangan
serta dikombinasikan dengan nilai- zaman.
nilai dan perkembangan secara

DAFTAR PUSTAKA

Ar-Razi, A. A. M. F. (1993). Tafsir Fakhrurrazi al-Musytahar bi at-Tafsir al-


Kabir wa Mafatih al-Ghaib. Vol 1: Beirut: Dar al-Fikr.

Arifin, H.M. (2003). Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara.

Daradjat, Z. (2005). Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah. Jakarta:


Ruhama.

Maunah, B. (2009). Landasan Pendidikan, Yogyakarta: Teras.

Muhyidin, & Sutrisno. (2012). Pendidikan Islam Berbasis Problem Sosial,


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 30 Nomor 2 Tahun 2020 127
Analisis Implementasi Pendidikan Islam Wasathiyah P-ISSN: 1858-2125
dalam Mengembangkan Pemikiran Holistik Mahasiswa E-ISSN: 2715-3649
(U. Kusoy Anwarudin)

Lubis, N. H. (2011). Sejarah Perkembangan Islam di Jawa Barat, Yayasan


Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat dan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat.

Ramayulis. (2012). Sejarah Pendidikan Islam, Napak Tilas Perubahan


Konsep, Filsafat dan Metodologi Pendidikan Islam dari Era Nabi SAW
sampai Ulama Nusantara, Jakarta: Kalam Mulia

Sanusi, A. (2017). Sistem Nilai, Alternatif Wajah-Wajah Pendidikan,


Bandung; Nuansa.

Tafsir, (A). (1991). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Yasid, A. (2010). Membangun Islam Tengah, Refleksi Dua Dekade Ma’had


Aly Situbondo, Yogyakarta.

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 30 Nomor 2 Tahun 2020 128

Anda mungkin juga menyukai