Anda di halaman 1dari 5

Nama: Earlysa Lutvi Hannan

NIM: 1900024315

Kelas: H

RINGKASAN

Dari : https://www.youtube.com/watch?v=RNNeMqr4f_A

Pendidikan Muhammadiyah adalah penyiapan lingkungan yang memungkinkan


seseorang tumbuh sebagai manusia yang menyadari kehadiran Allah swt sebagai Robb dan
menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS). Dengan kesadaran spiritual
makrifat (iman/ tauhid) dan pengusaan IPTEKS, seseorang mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya secara mandiri, peduli sesama yang menderita akibat kebodohan dan kemiskinan,
senantiasa menyebarluaskan kemakrufan, mencegah kemungkaran bagi pemuliaan
kemanusiaan dalam kerangka kehidupan bersama yang ramah lingkungan dalam sebuah
bangsa dan tata pergaulan dunia yang adil, beradab dan sejahtera sebagai ibadah kepada
Allah.

Pendidikan Muhammadiyah merupakan pendidikan Islam modern yang


mengintegrasikan agama dengan kehidupan dan antara iman dan kemajuan yang holistik.
Dari rahim pendidikan Muhammadiyah diharapkan lahir generasi muslim terpelajar yang
kuat iman dan kepribadiannya, sekaligus mampu menghadapi dan menjawab tantangan
zaman. Inilah pendidikan Islam yang berkemajuan. IPTEKS adalah hasil pemikiran rasional
secara holistik dan komprehensif atas realitas alam semesta (ayat kauniyah) dan atas wahyu
dan sunnah (ayat qauliyah) yang merupakan satu kesatuan integral melalui kegiatan
penelitian dan pengembangan yang terus menerus diperbarui bagi kemulyaan kemanusiaan
dalam alam kehidupan yang lestari. Penguasaan IPTEKS adalah langkah awal tumbuhnya
kesadaran makrifat (iman/ tauhid), sehingga pemikiran rasional adalah awal dari kesadaran
spiritual makrifat ketuhanan.

Pengabdian ibadah kepada Allah meliputi ibadah yang terangkum dalam rukun Islam,
penelitian dan pengembangan IPTEKS, penataan lingkungan hidup yang lestari berkelanjutan
dalam kehidupan bersama yang beradab, berkeadilan, dan sejahtera, serta pembebasan setiap
orang dari penderitaan akibat kebodohan dan kemiskinan
Ada yang menggambarkan kondisi umat islam kekinian dengan sebuah uangkapan
bahwa pribadi-pribadi muslim saat ini bak buih yang mengambang, tiada jelas arah dan
tujuan, dan cenderung mengikuti arus zaman saat ini. Pribadi-pribadi itu tidak bisa membawa
perbaikan dan perubahan ke hal yang positif buat kehidupan masyarakat saat ini. Jangankan
masyarakat, di antara mereka ada yang tidak membawa kehidupan pribadi mereka menuju
hal-hal yang baik.

Semua aliran dalam pemikiran kalam berpegang kepada wahyu sebagai sumber
pokok. Dalam hal ini, perbedaan yang muncul hanyalah bersifat interpretasi mengenai teks
ayat-ayat Alqur’an maupun Hadis. Perbedaan dalam interpretasi, seperti yang dikatakan itu,
menimbulkan aliran-aliran yang tidak sama.

Islam Transformatif dalam konteks ini adalah komitmen sebagai mahluk zoon
politician terhadap mereka yang tertindas, untuk bersamasama berusaha mengusahakan
pembebasan. Dengan demikian, memfungsikan agama dalam konteks sekarang dan dimasa
yang akan datang, tidak lagi cukup dengan berbicara atau menafsirkan tentang Tuhan seperti
arti “teologi” selama ini “ilmu tentang tuhan”, tetapi tidak kalah penting ikut terlibat
mengubah kondisi material yang telah membawa masyarakat dalam situasi dehumanisasi itu.

Jika teologi betul-betul ingin menjadi ilmu, demikian Nancey Murphy mengutip
Wolfhart Pannenberg, maka ia tidak cukup semata-mata merupakan studi atas kitab suci tapi
harus mencari dan menemukan sejumlah masukan berdasarkan data empiris kontemporer.
Pendapatsenada dikemukakan oleh guru besar Studi Agama dari University of California,
Walter H. Capps, bahwa studi agama masa depan harusmeminjam dan mengadaptasi
sejumlah pemahaman dan penemuan dariberbagai disiplin keilmuan yang lain.

Di bagian awal tulisan ini disampaikan bahwa pola pikir dan logika yang digunakan
dalam ilmu kalam (‘aqidah, doktrin, dogma) adalah pola pikir deduktive, pola pikir yang
sangat tergantung pada sumber utama (yakni Al-Quran dan Al-H}adits). Sejauh yang
diketahui bahwa pola pikir deductive hanyalah salah satu saja daripola pikir yang ada. Masih
ada yang disebut dengan inductive dan abductive.

Mahasiswa UAD baik beragama Islam maupun beragama lain diwajibkan mengambil
mata kuliah AIK sebagai pedoman dasar dan kerangka berpikir dalam menuntut ilmu
pengetahuan lainnya,” ungkap Anhar. Al-Qur’an dan Al-Hadis juga perlu dipelajari untuk
memberikan pemahaman bagi mahasiswa bahwa Al-Qur’an sebagai firman Allah Swt. yang
digunakan sebagai pedoman utama dalam kehidupan umat muslim.
Aqidah Islam penting dipahami mahasiswa karena menjadi inti dari keimanan sebagai
seorang muslim. Mahasiswa akan diberikan pemahaman tentang tauhid secara luas dan
komprehensif. Aqidah Islam juga menjadi pokok ajaran Islam, selain ibadah, akhlak, dan
muamalah. Sementara itu, mata kuliah akhlak diberikan agar mahasiswa mampu memahami
pentingnya akhlak secara vertikal kepada Sang Pencipta, akhlak horizontal kepada sesama
makhluk, dan akhlak secara diagonal dengan alam semesta.

Dasar AIK

1. Al Quran dan Sunnah Rasulullah menjadi landasan berpikir, bersikap, dan berperilaku.

2. Tauhid adalah basis nilai pengembangan institusi Universitas Ahmad Dahlan.

3 Ideology Muhammadiyah merupakan acuan sikap, kebijakan dan perilaku organisasi


Universitas Ahmad Dahlan.

4 Universitas Ahmad Dahlan adalah media dakwah Persyarikatan Muhammadiyah.

5 Universitas Ahmad Dahlan dikelola sesuai dengan Pedoman, Ketentuan dan Kaidah-kaidah
yang ditetapkan oleh PP Muhammadiyah dan Majlis dikti litbang.

6. Universitas Ahmad Dahlan dikelola dengan memperhatikan asas profesionalitas,


mencerahkan dan berkemajuan

Tujuan AIK

1. Sesuai buku Pedoman Akademik Universitas Ahmad Dahlanlukumba , tujuan umum


Standar AIK adalah mewujudkan: (a) terintegrasinya nilai-nilai Islam dalam keunggulan
kompetensi individu dan lembaga, dan (b) mengembangkan kemampuan profesional dalam
merealisasikan ajaran Islam di lingkungan masyarakat yang terus berubah dan berkembang.

2. Sesuai buku pedoman Akademik Universitas Ahmad Dahlanlukumba , tujuan khusus buku
Standar AIK adalah mewujudkan: (a) terciptanya kehidupan Islami di lingkungan kampus,
(b) Menghasilkan kader-kader penerus Persyarikatan Muhammadiyah, (c) Mewujudkan
Universitas Ahmad Dahlanlukumba sebagai contoh bagi amal usaha Muhammadiyah maupun
lembaga lainnya.
3. Memberikan pedoman bagi terlaksananya pendidikan Al-Islam dan kemuhammadiyahan
agar sesuai dengan ketentuan dan kaidah-kaidah yang ditetapkan oleh PP muhammadiyah
dan Majelis Dikti litbang PP Muhammadiyah.

Kurikulum AIK

1. Seluruh materi pembelajaran AIK harus mencerminkan pemahaman Islam sesuai manhaj
Muhammadiyah yang berkemajuan.

2. Seluruh materi pembelajaran AIK harus terkoneksikan dengan berbagai isu keagamaan, isu
nasional dan isu kemanusiaan global.

3 Seluruh materi pembelajaran AIK harus mengarah kepada dukungan pencapaian profil
lulusan setiap Program Studi.

4. Tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran AIK meliputi pengetahuan, nilai-
nilai dan keterampilan tentang Manusia dan Agama, Aqidah, Akhlaq, Ibadah, Muamalah,
Kemuhammadiyahan dan Integrasi Islam dengan Ilmu Pengetahuan.

Pendekatan pembelajaran AIK harus dapat menggembirakan, mencerdaskan dan


mengimankan mahasiswa dengan memperhatikan kecerdasannya. Pendekatan yang bersifat
indoktrinatif dan memandang sesuatu secara hitam putih dianggap tidak relevan lagi. Metode
pembelajaran AIK harus kreatif, inovatif, dan bervariasi sehingga dapat memberi tantangan
dan membangkitkan minat serta kebutuhan mahasiswa terhadap AIK.

Evaluasi pendidikan AIK yang lebih megutamakan hasil belajar aspek kognitif cenderung
menghasilkan mahasiswa yang having religion dan kurang memiliki kemandirian belajar.
Evaluasi yang diutamakan jenis portofolio, yaitu evaluasi yang mencakup proses, hasil dan
umpan balik. Evaluasi proses dan hasil belajar AIK juga melibatkan mahasiswa. Mereka
dapat menilai kesungguhan, keterlibatan, kreatifitas dan pencapaian hasil belajar.

Pendidikan AIK di PTM memiliki posisi strategis, menjadi ruh penggerak, dan misi
utama penyelenggaraan PTM. Pendidikan AIK juga menjadi kekuatan PTM karena dapat
menjadi basis kekuatan spiritual, moral dan intelektual serta daya gerak bagi seluruh civitas
akademika. Keberhasilan pendidikan AIK menjadi salah satu indikator

11 Pedoman Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) ketercapaian misi


penyelenggaraan dan pengelolaan PTM. Peningkatan mutu proses dan hasil (outcome)
pendidikan AIK harus dilaksanakan terus menerus dan tersistem. Pengembangan kurikulum
pendidikan AIK ini dilakukan sesuai amanah keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 46
tentang Program Muhammadiyah 2010-2015 yaitu: “Mengembangkan model-model
pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan di seluruh jenjang pendidikan yang
memberikan pencerahan paham Islam dan komitmen gerakan Muhammadiyah yang
berkemajuan”

Anda mungkin juga menyukai