2. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menentukan cara memperoleh hak atas tanah,
yaitu: a. Status tanah yang tersedia
b. Status subyek atau pihak yang membutuhkan tanah
c. Proyeknya
d. RencanaTata GunaTanahnya (Lokasi)
Status tanah yang tersedia:
1. Tanah Negara, yaitu tanah yang langsung dikuasai oleh Negara
2. Tanah Hak Pengelolaan, yaitu menyediakan tanah (bagian-bagiannya) bagi
keperluan pihak lain
3. Tanah Hak Milik, yaitu tanah yang dapat digunakan sendiri oleh pemiliknya atau
digunakan oleh pihak lain atau dipindahkan haknya kepada pihak lain
4. Tanah hak lainnya, yaitu tanah yang dikuasai perorangan atau badan hukum: HGU,
HBG, Hak Pakai.
Sebelum dilakukan jual-beli, dapat dilakukan perubahan hak, dari Hak Milik menjadi
Hak Guna Bangunan / Hak Pakai atau dari Hak Guna Usaha menjadi Hak Guna
Bangunan atau dari Hak Pakai menjadi Hak Guna Bangunan. (PMNA/KBPN
No.21/1994 jo PMNA/KBPN No.21/1999 jo PP No.40/1996 jo PMNA/KBPN
No.9/1999, PKBPN No.1/2011, PKBPN No.2/2011, PP No.13/2010)
7. Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data
fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku
tanah hak yang bersangkutan. Fungsi utama sertifikat adalah sebagi alat bukti yang
kuat. Hal tersebut disebutkan dalam Pasal 19 UUPA Nomor 5 Tahun 1960
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Dengan demikian siapapun dapat
membuktikan hak atas tanahnya bila telah jelas nama yang tercantum dalam sertifikat
tersebut sebagai pemegang.
8. Pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah kegiatan pendaftaran tanah yang
dilakukan terhadap obyek tanah yang belum didaftar berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah atau Peraturan
Pemerintah ini. Pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran
tanah untuk menyesuaikan data fisik dan yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah,
daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang
terjadi kemudian.
10. Obyek dari jual beli hak atas tanah yang dilakukan secara di bawah tangan secara
normatif akan merugikan bagi pihak pembeli karena pada waktu pembeli untuk
mendaftarkan peralihan haknya (balik nama) dari penjual kepada pembeli kepada
Kantor Pertanahan akan mengalami penolakan oleh Kantor Pertanahan setempat.