Anda di halaman 1dari 3

1.

Perubahan hak atas tanah merupakan penetapan Pemerintah mengenai penegasan


bahwa sebidang tanah yang semula dipunyai dengan sesuatu hak atas tanah tertentu,
atas permohonan pemegang haknya menjadi tanah Negara dan sekaligus memberikan
tanah tersebut kepadanya dengan hak atas tanah jenis lainnya, sedangkan
Pembaharuan hak adalah pemberian hak yang sama kepada pemegang hak atas tanah
yang telah dimilikinya dengan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai
sesudahjangka waktu hak tenebut atau perpanjangannya habis.

2. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menentukan cara memperoleh hak atas tanah,
yaitu: a. Status tanah yang tersedia
b. Status subyek atau pihak yang membutuhkan tanah
c. Proyeknya
d. RencanaTata GunaTanahnya (Lokasi)
Status tanah yang tersedia:
1. Tanah Negara, yaitu tanah yang langsung dikuasai oleh Negara
2. Tanah Hak Pengelolaan, yaitu menyediakan tanah (bagian-bagiannya) bagi
keperluan pihak lain
3. Tanah Hak Milik, yaitu tanah yang dapat digunakan sendiri oleh pemiliknya atau
digunakan oleh pihak lain atau dipindahkan haknya kepada pihak lain
4. Tanah hak lainnya, yaitu tanah yang dikuasai perorangan atau badan hukum: HGU,
HBG, Hak Pakai.
Sebelum dilakukan jual-beli, dapat dilakukan perubahan hak, dari Hak Milik menjadi
Hak Guna Bangunan / Hak Pakai atau dari Hak Guna Usaha menjadi Hak Guna
Bangunan atau dari Hak Pakai menjadi Hak Guna Bangunan. (PMNA/KBPN
No.21/1994 jo PMNA/KBPN No.21/1999 jo PP No.40/1996 jo PMNA/KBPN
No.9/1999, PKBPN No.1/2011, PKBPN No.2/2011, PP No.13/2010)

3. Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi


pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak
yang Berhak.
Hal ini harus dilakukan sesuai prosedur UU No 2 Tahun 2012.
4. Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf b sampai dengan huruf r wajib diselenggarakan Pemerintah dan dapat bekerja
sama dengan Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, atau Badan
Usaha Swasta. Dalam hal pembangunan pertahanan dan keamanan nasional
sebagairnana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, pembangunannya diselenggarakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Musyawarah dapat dilakukan dengan diwakilkan dengan keluarga yang bersangkutan,


dengan syarat keluarga yang bersangkutan memiliki sangkutan erat dengan pemilik
utamanya.

6. Menurut pasal 18 Undang-undang Pokok Agraria maka untuk kepentingan umum,


termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-
hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut
cara yang diatur dengan Undang-undang.

7. Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data
fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku
tanah hak yang bersangkutan. Fungsi utama sertifikat adalah sebagi alat bukti yang
kuat. Hal tersebut disebutkan dalam Pasal 19 UUPA Nomor 5 Tahun 1960
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Dengan demikian siapapun dapat
membuktikan hak atas tanahnya bila telah jelas nama yang tercantum dalam sertifikat
tersebut sebagai pemegang.

8. Pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah kegiatan pendaftaran tanah yang
dilakukan terhadap obyek tanah yang belum didaftar berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah atau Peraturan
Pemerintah ini. Pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran
tanah untuk menyesuaikan data fisik dan yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah,
daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang
terjadi kemudian.

9. PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan


membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai
hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar
bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah.

10. Obyek dari jual beli hak atas tanah yang dilakukan secara di bawah tangan secara
normatif akan merugikan bagi pihak pembeli karena pada waktu pembeli untuk
mendaftarkan peralihan haknya (balik nama) dari penjual kepada pembeli kepada
Kantor Pertanahan akan mengalami penolakan oleh Kantor Pertanahan setempat.

Anda mungkin juga menyukai