PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tanah mempunyai peranan yang penting karena tanah merupakan
sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan. Hal ini memberikan
pengertian bahwa tanah merupakan tanggung jawab nasional untuk
mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat sebagaimana dalam
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan : Bumi air
dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Tanah juga merupakan kebutuhan pokok bagi keberadaan seluruh
makhluk hidup beserta benda-benda lainnya dipermukaan bumi ini.
Semakin meningkatnya kebutuhan terhadap tanah, maka perolehan tanah
melalui jual beli banyak dilakukan oleh masyarakat. Jual beli Tanah yang
sudah bersertifikat maupun yang belum bersertifikat harus melalui
pendaftaran pada kantor pertanahan.
Hal ini diatur didalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) yaitu
sebutan lain ndari Undang-undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria.Salah satu tujuan Undang-Undang Pokok
Agraria (UUPA) adalah untuk memberikan kepastian hukum berkenaan
dengan hak-hak atas tanah yang dipegang oleh masyarakat. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pemerintah menyelenggarakan pendaftaran tanah, dan
secara tegas diatur dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA yang menyatakan bahwa:
Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran
tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan
yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Kebijakan, mekanisme dan prosedur permohonan pendaftaran tanah
masih menunjukkan adanya gejala ketidakpastian, karena tata caranya
dirasakan panjang dan berbelit-belit, serta membutuhkan waktu yang lama,
maupun biaya yang cukup tinggi. Meningkatnya kesadaran hukum
masyarakat yang disertai dengan semakin tingginya nilai ekonomi tanah,
menjadikan masyarakat semakin menyadari pentingnya status hak tanah,
sehingga perlu dilakukannya pendaftaran tanah untuk pertama kali.
Mengingat keterbatasannya aparat Kantor Pertanahan pada saat ini,
menuntut adanya tata kerja yang baik dalam hal pengumpulan data,
penelitian, pengolahan data maupun dalam penyajian informasi status hak
atas tanah.
tanah.Sebagai alat bukti yang kuat, sertifikat mempunyai arti sangat penting
bagi perlindungan kepastian hukum pemegang hak atas tanah.
Dalam melakukan suatu perbuatan hukum peralihan hak jual beli
atas tanah, maka harus disertai dengan bukti otentik seperti Pernyataan
Perjanjian Jual Beli (PPJB) dan Akta Jual Beli (AJB) yang dapat diperoleh
dari pejabat yang berwenang. Dengan cara tersebut maka akan terjadi
hubungan kausal antara peralihan hak dengan suatu kesepakatan, sebab
dalam penyerahan suatu benda akan dianggap sah apabila perjanjian telah
dianggap sah.1
Suatu benda dapat menjadi hak milik bagi seseorang atau pihak lain
dengan bukti kepemilikan yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Hak kebendaan memiliki ciri-ciri yaitu
hak yang mengikuti bendanya dan hak sepenuhnya untuk memindahkan,
seperti dalam hal pemilik ingin menjual bendanya.2
Hak-hak kebendaan yang dapat melekat pda benda tak bergerak
seperti tanah antara lain berupa Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna
Usaha, Hak Pakai, Hak Tanggungan, dll. Sebagai konsekuensi pengakuan
negara terhadap hak atas tahan yang dimiliki oleh orang atau badan hukum,
maka negara berkewajiaban memberikan jaminan kepastian hukum terhadap
hak atas tanah tersebut, sehingga seriap orang atau badan hukum yang
memiliki hak tersebut dapat mempertahankan haknya. Untuk memberi
kepastian dan jaminan kepastian hukum maka pemerintah mengadakan
1
2
telah memenuhi syarat tunai dan menujukkan bahwa secara nyata dan riil
perbuatan hukum jual beli yang bersangkutan telah dilaksanakan.
Suatu permohonan pemindahan hak hanya dapat dilakukan oleh
pihak yang namanya tercantum sebagai pemegang hak dalam buku tanah,
atau oleh pihak lain yang merupakan penerima hak berdasarkan akta PPAT.
Sedangkan apabila para pihak tidak dapat mengajukan sendiri permohonan
tersebut, maka dapat dikuasakan kepada orang lain dengan menyertai surat
kuasa yang diketahui oleh pihak pemberi kuasa.
Dalam waktu 7(tujuh) hari kerja sejak tanggal ditandatanganinya
akta oleh PPAT sebagai seorang pejabat pelaksana pendaftaran tanah, maka
wajib menyampaikan akta yang dibuatnya disertai dokumen-dokumen lain
yang diperlukan di Kantor Pertanahan untuk dapat segera dilaksanakan
proses pendaftaran peralihannya. 5 Akan tetapi Kepala Kantor Pertanahan
juga dapat menolak suatu permohonan pemindahan hak apabila sertifikat
atau surat keterangan tentang keadaan hak atas tanah tersebut tidak sesuai
dengan daftar-daftar yang ada pada Kantor Pertanahan., dokumen yang
diperlukan tidak lengkap, tanah yang bersangkutan merupakan obyek
sengketa, perbuatan hukum yang dibuktikan dengan akta PPAT batal atau
dibatalkan oleh Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
Sahat AMT Sinaga, Jual Beli Tanah Dan Pencatatan Peralihan Hak, (Bandung :
Pustaka Sutra, 2007), hal 31
VERSTEK
STUDI
KASUS
PUTUSAN
NOMOR
88/PDT.G/2013/PN.DPK
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi identifikasi
masalahnya adalah :
1. Apakah proses pelaksanaan balik nama sertifikat hak atas tanah?
2. Apakah proses beracara dipengadilan sehingga dijatuhkan putusan
C.
verstek?
Rumusan Masalah
8
10
15
10
11
hanya dapat dinyatakan jikalau tergugat tidak hadir pada hari sidang
pertama.11
Tanah menurut Achmad Rubaie, mempunyai fungsi ganda sebagai
pengikat kesatuan sosial dan benda ekonomi sebagaimana berikut :
Tanah adalah aset Bangsa Indonesia yang merupakan modal dasar
pembangunan menuju masyarakat adil dan makmur. Oleh sebab itu
pemanfaatannya haruslah didasarkan pada prinsip-prinsip yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat Indonesia. Dalam hal ini harus dihindari
adanya upaya menjadikan tanah sebagai barang dgangan, objek spekulasi
dalam hal lain yang bertentangan dengan prinsip-prinsip yang terkandung
dalam pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Indonesia Tahun
1945.12
Proses peralihan hak atas tanah dapat dikatakan sah dan sesuai
dengan hukum yang berlaku apabila sesuai dengan PP No. 24 Tanhun 1997
tentang Pendaftaran Tanah yaitu bahwa dalam melakukan hak peralihan
tanah harus dibuktikan dengan akta PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah). 13
Menurut AP. Parlindungan, pendaftaran tanah berasal dari kata
Cadasteratau dalam bahasa Belanda merupakan suatau istilah teknis untuk
suatu record (rekaman) yang menerapkan mengenai luas, nilai dan
kepemilikan terhadap suatu bidang tanah.14
Menurut pasal 1 Peraturan Pemerintan Nomor 24 Tahun 1997
disebutkan bahwa :
Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan, dan teratur meliputi
11
12
Wantjik
Saleh
dalam
bukunya
Hak Atas
Tanah
menyebutkan sertifikat adalah salinan buku tanah dan surat ukur, yang
setelah dijilid menjadi satu bersama-sama dengan satu kertas sampul yang
bentuknya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.18
Menurut Boedi Harsono dalam bukunya Hukum Agraria Indonesia
Sertifikat Hak Atas Tanah terdiri atas salinan buku tanah dan surat ukur
yang dijilid menjadi satu dalam sampul dokumen.19
15
13
beberapa
penjelasan
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
pendaftaran peralihan hak atas tanah yang sah dan sesuai dengan hukum
adalah dengan dilakukan didepan pejabat yang berwenang dalam hal ini
adalah PPAT. Apabila hanya dilakukan antara perseorangan saja maka
dianggap tidak mempunyai keudukan hukum yang sah, dan hal ini akan
sangat merugikan dan dapat menjadi sengketa dikemudian hari.
F.
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah seperangkat langkah-langkah teknis dalam
melakukan kegiatan ilmiah dalam bidang tertentu untuk mendapatkan fakta
atau prinsip baru dalam kajian ilmu dan teknologi yang dilakukan secara
metodologis, sistematis dan konsisten. Diantara aspek metode penelitian
yang terpenting adalah metode pengumpulan data, sebab datamerupakan
informasi yang relevan dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam
melakukan penelitian. Jenis data dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu data
primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu dari
literatur-literatur yang penulis miliki ataupun dari studi dokumen lainnya.
Selain itu dibantu dengan data primer yang diperoleh langsung dari
20
14
15
ini. Dalam penulisan karya tulis ini dilakukan pendekatan secara kualitatif
yang merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif,
yaitu apa yang dinyatakan secara tertulis ataupun lisan dan prilaku nyata.
Sehingga, dengan melakukan metode kualitatif, penulis diharapkan dalam
melakukan penelitian bertujuan untuk mengerti dan memahami gejala yang
ditelitinya.
G.
Sistematika Penulisan
Dalam menganalisa permasalahan diuraikan dalam beberapa bab
yang merupakan isi pokok skripsi ini dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bagian ini memuat mengenai latar belakang masalah,
indentifiksi masalah, perumusan masalah,tujuan dan manfaat
penelitian, kerangka teori, metodologi serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERALIHAN HAK ATAS
TANAH
Dalam BAB ini membahas tentang tinjauan umum dari peralihan
hak, bentuk dan cara pengalihan hak atas tanah, mekanisme
pengalihan hak atas tanah, penguasaan fisik dari tanah, akibat
16
VERSTEK
(STUDI
KASUS:
PUTUSAN
NOMOR:
88/PDT.G/2013/ PN.DPK)
Dalam BAB ini membahas tentang tinjauan yuridis pada Peralihan
Atas Sertifikat Tanah dan Bangunan Untuk Balik Nama Diputus
Secara
Verstek
pada
Putusan
Perkara
Perdata
Nomor:
17
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERALIHAN HAK ATAS TANAH
A.
adalah
18
hukum yang mengakibatkan dialihkannya hak atas tanah dapat berupa: jual
beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan, pembagian hak
bersama, pemberian Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas tanahanah
Hak Milik, pemberian Hak Tanggungan, pemberian kuasa pembebanan Hak
Tanggungan.
Pengertian Hak Atas Tanah adalah hak-hak atas tanah yang terdapat
dalam Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 pada pasal 16.
Hak yang dimaksud adalah Hak Milik, Ahk Guna Bangunan, Hak Guna
Usaha, Hak Pakai, Hak Sewa, Hak Membuka Tanah, Hak Memungut Hasil
Hutan, Hak-Hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas,
yang akan ditetapkan dalam Undang-Undang serta hak-hak yang sifatnya
sementara sebagaimana yang disebut dalam pasal 53 Undang-Undang
Pokok Agraria.
Peralihan hak atas tanah adalah beralihnya atau berpindahnya
kepemilikan suatu bidang dari satu pihak ke pihak lain. Sedangkan hak atas
tanah yang dimaksud dalam penulisan Skripsi ini adalah Hak Milik.
A.P Parlindungan menyebutkan bahwa: hak milik yang dimaksud
sesuai dengan Pasal 20 UUPA (Undang-Undnag Pokok Agraria) yaitu; Hak
milik adalah hak turun temurun , terkuat dan terpenuh yang dapat dipumyai
orang atas tanah , dengan mengingat ketentuan dalam pasal 6.21
Ketentuan dalam pasal 6 UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria)
Nomor 5 Tahun 1960, yang dimaksud adalah bahwa semua hak atas tanah
mempunyai fungsi sosial termasuk hak milik. Fungsi sosial dari hak atas
tanah yang dimaksud berarti bahwa hak atas tanah apapun yang ada pada
seseorang,
21
tidaklah
dapat
dibenarkan,
19
bahwa
tanahnya
itu
akan
dipergunakan (tidak
dipergunakan) semata-mata
untuk kepentingan
22
Hak Gadai
Hak Usaha Bagi Hasil
Hak Menumpang
Hak Menyewa Tanah Pertanian. 23
22
23
23
20 ayat
menyebutkan bahwa hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak
24
lain. Dengan kata lain, sifat milik pribadi ini walau dibatasi oleh ketentuan
pasal 6 Undang-Undang Pokok Agraria dapat dioperkan hanya dengan
orang lain dengan hak yang sama.
Umpamanya jika menjual, menghibah, tukar menukar, mewariskan,
ataupun memperoleh hak karena perkawinan/persatuan harta benda, maka
hak atas tanah yang semula hak milik tetap akan menjadi hak milik. Hak
milik adalah : Hak turun temurun, artinya hak itu dapat diwariskan
berturut-turut tanpa perlu diturunkan derajatmya ataupun hak itu menjadi
tiada atau memohon haknya kembali ketika terjadi pemindahan tangan. 24
Menurut sistem hukum perdata, suatu pemindahan atau pengalihan
hak terdiri atas dua bagian, yaitu :
1.
2.
hak atas suatu benda dapat dilakukan secara nyata, artinya benda yang
diperoleh tersebut langsung dapat dilihat dan berada ditangan yang
bersangkutan, tetapi ada pula pengalihan hak itu dilakukan secara simbolis
24
25
25
atau tidak secara langsung, hanya melalui bentuk surat atau sertifikat, hal ini
terjadi pada benda-benda yang tidak bergerak.
Orang asing dan badan hukum pada dasarnya tidak dapat menjadi
subjek hak milik. Oleh karena itu, peralihan hak milik kepada orang asing
dan adab hukum adalah batal karena hukum dan tanahnya jatuh kepada
negara.
Adapun dasar hukum tentang peralihan hak atas tanah yaitu,
1. Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok
Agraria, yang terdapat pada pasal :
a. Pasal 19 ayat (1), (2), (3) dan (4)
Ayat (1)
Yang berbunyi Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah
diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia
menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Ayat (2)
Yang berbunyi Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi :
1). Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah
2). Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut
26
3). Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat
Ayat (3)
Yang berbunyi Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat
keadaan negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas sosial-ekonomi
serta kemungkinan penyelenggaranya, menurut pertimbangan Menteri
Agraria
Ayat (4)
Yang berbunyi Dalam peraturan pemerintah diatur biaya-biaya yang
bersangkutan dengan pendaftaran termasuk dalam ayat (1) diatas,
dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu disebabkan dari
pembayaran biaya-biaya tersebut
b. Pasal 20 ayat (1) dan (2)
Ayat (1)
Yang berbunyi Hak milik adalah turun temurun, terkuat dan terpenuh
yang dapat dipunyai atas orang tanah dengan mengingat ketentuan
dalam Pasal 6 (semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial)
Ayat (2)
27
Yang berbunyi Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak
lain
Pasal 26 ayat (1)
Yang berbunyi Jual-beli, penukaran, penghibahan, pemberian
denganwasiat, pemberian menurut adat dan peraturan-peraturan lain
yang dimaksudkan untuk memindahkan hak milik serta pengawasannya
diatur dengan peraturan pemerintah
2. KUHPer (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) yang terdapat pada buku ke
III bab kelima tentang jual beli, pada pasal:
Pasal 1457
Yang berbunyi jual beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak
yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan,
dengan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.
Pasal 1458
Yang berbunyi Jual beli itu dianggap telah terjadi antara kedua belah
pihak, seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang
kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum
diserahkan, maupun harganya belum dibayar
Pasal 1459
28
Yang berbunyi Hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah
kepada si pembeli, selama penyerahannya belum dilakukan menurut
Pasal 612, 613 dan 616.
B.
menurut
adat
dan
perbuatan-perbuatan
lain
yang
29
ayat (2), adalah batal karena hukum dan tanahnya jatuh kepada negara,
dengan ketentuan, bahwa hak-hak pihak lain yang membebaninya tetap
berlangsung serta semua pembayaran yang telah diterima oleh pemilik
tidak dapat dituntut kembali.27
Beralihnya suatu hak dapat terjadi bukan karena suatu perbuatan
hukum melainkan sebagai suatu peristiwa hukum atau akibat hukum.
Pengertian daripada beralihnya hak milik tersebut berarti dengan
meninggalnya pemilik, maka hak milik itu dapat beralih kepada ahli waris.
Meninggalnya seseorang tersebut merupakan suatu peristiwa hukum,
bahkan merupakan sesuatu hal yang berada diluar kuasa manusia. Jadi tidak
ada unsur kesengajaan didalamnya.
Berbeda dengan dialihkannya suatu hak, maka dengan dialihkannya
suatu hak menunjukkan adanya suatu perbuatan hukum, yang sengaja
dilakukan oleh satu pihak dengan maksud untuk memindahkan haknya
kepada pihak lain, khususnya melaui jual beli.
Pada dasarnya setiap perjanjian yang bermaksud memindahkan hak
atas tanah dari hak atas tanah dari satu subjek hukum kepada subjek hukum
yang lain, misal jual beli, tukar menukar, wasait, hibah harus dibuktikan
dengan suatu akta yang dibuat oleh dan dihadapan PPAT (Pejabat Pembuat
Akta Tanah) setempat, selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah.
27
Ibid, hal. 65
30
Setelah tanah yang menjadi hak milik itu bersertifikat, barulah dapat
dilakukan proses jual beli menurut UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria).
Proses jual beli ini dilakukan dengan 2 tahapan utama yaitu perjanjian
antara calon penjual dan pembeli yang diakhiri denagn adanya kata sepakat
dan mufakat dalam menentukan segala sesuatunya, tentang tanah dan
harganya. Kemudian calon pembeli dan calon penjual menghadap Peraturan
Pemerintah selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah setempat untuk melakukan
peralihan hak atas tanah tersebut.
Untuk tanah yang sudah bersertifikat, dalam pembuatan akta jual
beli dihadiri oleh 2 (dua) orang saksi, tidak harus kepala desa dan anggota
Pemerintahan Desa, orang lain juga bisa menjadi saksi. Tetapi biasanya
saksi ini diambil dari pegawai kantor PPAT (Pejabat Pembuat Tanah)
tersebut.
Demikian juga bagi pemegang hak atas tanah, bila akan mengadakan
peralihan hak atas tanah, yang tujuannya untuk memindahkan hak dari satu
pihak ke pihak lain, harus dibuktikan dengan satu akta yang dibuat oleh dan
dihadapan PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) yang ditunjuk oleh Menteri
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961
Pasal 19, yang mengatur peralihan hak atas tanah, yang menyebutkan :
Setiap perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah,
memberikan suatu hak baru atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjam
31
uang dengan hak atas tanah sebagai tanggungan, harus dibuktikan dengan
suatu akta yng dibuat oleh dan dihadapan Pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri Agraria (selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut juga
sebgai Pejabat).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun1998 dengan pasal 1
ayat (1), memberi batasan pengertian PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah)
adalah sebagai berikut :
Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT adalah pejabat
umum yang berwenang untuk membuat data-data otentik mengenai
perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas
satuan rumah susun.
Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun !997 Pasal 19 ayat (1), menyatakan bahwa:
Sebelum melaksanankan pembuatan akta mengenai pemindahan atau
pembebanan hak atas tanah atau hak milima atas satuan rumah susun, PPAT
(Pejabat Pembuat Akta Tanah) wajib terlebih dahulu melakukan
pemeriksaan pada Kantor Pertanahan mengenai kesesuaian sertifikat hak
atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang bersangkutan
dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan setempat dengan
memperlihatkan sertifikat asli.
Dengan demikian sebelum PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah)
melakukan peralihan hak atas tanah khususnya hak milik melalui jual beli
32
yang dibuktikan dengan pembuatan akta dalam hal ini akta jual beli maka
PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) yang bersangkutan wajib melakukan
pemeriksaan atau pengecekan sertifikat pada Kantor Pertanahan setempat
untuk mencocokan sertifikat asli dengan daftar-daftar yang ada di Kantor
Pertanahan setempat, dengan memperlihatkan sertifikat asli. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 pasal 1 ayat (20), sertifikat
yang dimaksud disini adalah surat tanda bukti hak. Sertifrikat tanah
merupakan tanda hak bukti yang kuat bukan sebagai tanda bukti dasar yang
terkuat yang mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Sebagai tanda bukti
yang kuat maksudnya adalah selama tidak dapat dibuktikan kepemilikannya
oleh orang lain, baik data fisik maupun data yuridis, maka harus diterima
sebagai data yang benar. Sudah tentu data fisik maupun data yuridis yang
tercantum dalam sertifikat tersebut harus sesuai dengan data yang tercantum
dalam buku tanah dan surat ukur yang bersangkutan. Daftar-daftar yang
dimaksud disini adalah surat ukur dan buku tanah.
Berdasarka Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yang
dimaksud dengan buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang
memuat tentang data yuridis fisik objek pendaftaran tanah yang sudah ada.
Sedangkan pengertian surat ukur adalah dokumen yang memuat data fisik
suatu bidang tanah dalam bentuk peta dan uraian.
Data yuridis yang dimaksud disini adalah keterangan mengenai
status hukum sebidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar,
pemegang haknya, dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang
33
28
34
c.
Salah satu atau para pihak yang akan melakukan perbuatan hukum
yang bersangkutan atau salah satu saksi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 38 tidak berhak atau tidak memenuhi syarat untuk
d.
e.
yang
pada
hakikatnya
berisikan
perbuatan
hukum
35
f.
g.
dalam
peraturan
Perundang-Undangan
yang
bersangkutan.
2. Penolakan untuk membuat akta tersebut diberitahukan secara tertulis
kepada pihak-pihak yang bersangkutan disertai alasannya. Jadi dalam
hal ini Pejabat Pembuat Akta Tanah bukan saja wajib membuat akta,
tetapi juga berhak menolak membuat akta jika tidak memenuhi syarat
yang telah ditentukan.
Akta otentik tersebut mempunyai kekuatan pembuktian yang mutlak.
Apabila timbul sengketa diantara pihak yang melakukan perjanjian tesebut,
maka apa yang termuat dalam akta otentik tersebut merupakan bukti yang
sempurna, sehingga tidak perlu lagi dibuktikan dengan alat-alat pembuktian
lain. Berbeda dengan akta dibawah tangan yang masih bisa disangkal dan
baru mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna apabila diakui oleh
kedua belah pihak, yang hanya bermodalkan kepercayaan tanpa dibarengi
dengan surat perjanjian hitam diatas putih dengan menghadap dihadapan
Pejabat Pembuat Akta Tanah setempat.
Akta ini juga berfungsi sebagai sumber keterangan dalam melakukan
pendaftaran peralihan hak atas tanah khususnya hak milik karena jual beli
tersebut.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 pasal 2,
menyebutkan bahwa:
Tugas pokok Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah melaksanakan
sebagian kegiatan Pendaftaran Tanah dengan membuat akta sebagai bukti
36
telah dilakukan perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak
milik satuan rumah susun.
Akta jual beli tanah tersebut dibuat dalam bentuk asli dalam 2
lembar, yaitu 1 lembar sebanyak 1 rangkap disimpan oleh Pejabat Pembuat
Akta Tanah ynag bersangkutan dan 1 lembar lagi sebanyak 1 rangkap atau
lebih dikirim kepada Kantor Pertanahan bersama dengan berkas lain untuk
keperluan pendaftaran peralihan hak atas tanah tersebut karena jual beli.
Sedangkan kepasa penjual dan pembeli diberikan salinan aktanya.
Dengan selesainya pembuatan akta jual beli tanah khususnya untuk
tanah milik yang sudah bersertifikat, berarti selesainya pul peralihan hak
milik atas tanah yang diperjualbelikan. Sehingga secara resmi pihak pembeli
pada saat itu menjadi pemegang yang sah atas tanah yang dialihka tersebut.
Pengalihan hak atas tanah, dan khususnya pengalihan hak milik atas
tanah tersebut dapat terselenggara secara benar, maka seorang PPAT yang
akan membuat pengalihan hak atas tanah harus memastikan kebenaran
mengenai hak atas tanah (hak milik) tersebut, dan mengenai kecakapan dan
kewenangan bertindak dari mereka yang akan, mengalihkan dan menerima
pengalihan hak atas tanah tersebut. Sehubungan dengan obyek hak atas
tanah yang dipindahkan PPAT harus memeriksa kebenaran dari dokumendokumen:
a. Mengenai bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar atau hak milk atas
satua rumah susun, sertifikat ahli hak yang bersangkutan. Dalam hal ini
sertifikat tidakdiserahkan atau sertifikat yang diserahkan tidak sesuai
dengan daftar-daftar yang ada di kantor Pertanahan; atau
37
Muhammad Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah,
(Bandung: Mandar Maju, 2010) hal. 144
38
Dengan pengakuan
Yakni benda yang tidak ada pemiliknya,kemudian didapatkan dan
diakui oleh orang yang mendapatkannya itu sebagai miliknya. Orang
39
yang mengakui ini mempunyai hak milik atas benda tersebut. Misalnya
menangkap ikan di laut, berburu rusa di hutan dan sebagainya.
2. Dengan penemuan
Benda milik orang lain yang lepas dari penguasanya. Misalnya karena
jatuh dijalan, atau karena hilang akibat banjir, kemudian ditemukan oleh
seseorang, sedangkan ia tidak mengetahui siapa pemiliknya.
3. Dengan penyerahan
Yakni hak kebendaan diperoleh dengan cara penyerahan berdasarkan
alas hak, misal jual beli, sewa menyewa, hibah, warisan. Dengan adanya
penyerahan itu, maka hak kebendaan atas benda berpindah kepada yang
memperoleh hak.
4. Dengan cara daluwarsa
Hak kebendaan diperoleh dengan cara daluwarsa (lampau waktu).
Daluwarsa benda bergerak dan benda tidak bergerak tidak sama. Bagi
siapa yang menguasai benda bergerak misalnya dengan cara menemukan
dijalan, hak milik diperoleh setelah lampau waktu 3 (tiga) tahun sejak ia
menguasai benada bergerak itu. Sedangkan untuk benda tidak bergerak,
daluwarsanya adalah dalam hal adanya alas hak selama 20 (dua puluh)
tahun, dan dalam hal tidak adanya alas hak selama 30 (tiga puluh) tahun.
Setelah lampau waktu 20 tahun dan 30 tahun itu, orang yang menguasai
benda tidak bergerak tersebut memperoleh hak milik.
5. Dengan pewarisan
Hak kebendaan diperoleh berdasarkan pewarisan menurut hukum waris
yang berlaku. Ada 3 macam hukum waris yang berlaku, yaitu hukum
waris adat, hukum waris Islam, dan hukum waris KUHPerdata.
6. Dengan cara penciptaan
Yaitu penciptaan barang baru yang tadinya belum ada. Misalnya hak
cipta atas suatu lukisan, lagu, buku dan sebagainya.
7. Dengan cara ikutan/turunan
40
2.
41
memindahkan hak atas tanah kepada pihak lain melalui jual beli, hibah,
tukar menukar, dan hibah wasiat. Jadi, meskipun dalam pasal hanya
disebutkan dialihkan, termasuk salah satunya adalah perbuatan hukum
3.
4.
atas tanah. Pengalihan hak milik atas tanah tersebut tergantung bentuknya
dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Oleh karena itu
pengalihan hak milik atas tanah secara hukum harus diikuti dengan alas hak
yang jelas dan sesuai dengan undang-undang.
Pengalihan hak atas tanah itu sendiri dapat terjadi dikarenakan:
1. Pewarisan tanpa wasiat
31
42
Menurut hukum perdata, jika pemegang suatu hak atas tanah meninggal
dunia, hak tersebut karena hukum beralih kepada ahli warisnya.
Pengalihan tersebut kepada ahli waris, yaitu siapa-siapa yang termasuk
ahli waris, berapa bagian masing-masing dan bagaimana cara
pembagiannya, diataur oleh hukum waris almarhum pemegang hak yang
bersangkutan, bukan oleh Hukum Tanah.
Hukum tanah memberikan ketentuan mengenai penguasaa tanah
yang berasal dari warisan dan hal-hal mengenai surat tanda bukti
pemiliknya Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, untuk
mendaftarkan pengalihan hak karena pewarisan yang diajukan dalam waktu
enam bulan sejak tanggal meninggalnya pewaris, tidak dipungut biaya.
2. Pemindahan hak
Berbeda dengan beralihnya hak atas tanah karena pewarisan tanpa
wasiat yang terjadi karena hukum dengan meninggalnya pemegang hak,
dalam perbuatan hukum pemindahan hak, hak atas tanah yang
bersangkutan sengaja dialihkan kepada pihak lain. Bentuk pemindahan
haknyan bisa dikarenakan :
a.
b.
c.
d.
Jual-beli
Hibah
Pemasukan dalam perusahaan atau inbreng dan
Hibah-wasiat atau legaat
Perbutan-perbuatan tersebut, dilakukan pada waktu pemegang
haknya masih hidup dan merupakan perbuatan hukum pemindahan hak yang
43
bersifat tunai atau langsung, kecuali hibah wasiat. Artinya, bahwa dengan
dilakukannya perbuatan hukum tersebut, hak atas tanah yang bersangkutan
berpindah kepada pihak lain. Dalam hibah wasiat, haka atas tanah yang
bersangkutan beralih kepada penerima wasiat pada saat pemegang haknya
meninggal dunia.
Jual-beli, tukar menukar, hibah, pemberian menurut adat dan
pemasukan dalam perusahaan,demikian juga pelaksanaan hibah-wasiat,
dilakukan oleh para pihak dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
yang bertugas membuat aktanya. Dengan dilakukannya perbuatan hukum
yang bersangkutan dihadapan PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah), telah
dipenuhi syarat terang (bukan perbuatan hukum yang dilakukan secara
sembunyi-sembunyi).
Akta yang ditandatangani para pihak menunjukkan secara nyata atau
riil perbuatan jual beli yang dilakukan. Dengan demikian sifat jual-beli,
yaitu tunai, terang dan riil, dipenuhi. Akta tersebut membuktikan, bahwa
benar telah dilakukan perbuatan hukum yang bersangkutan. Karena
perbuatan
hukum
yang
dilakuykan
merupakan
perbuatan
hukum
44
Untuk memperoleh surat bukti yang lebih kuat dan luas daya
pembuktian pemindahan haknya didaftarkan pada Kantor Pertanahan
Kota/Kotamadya, untuk dicatat pada buku tanah dan sertifikat yang
bersangkutan. Dengan dicatatnya pemindahan hak tersebut pada sertifikat
haknya, diperoleh surat tanda bukti yang kuat. Karena administrasi
pengalihan hak atas tanah yang ada di Kantor Pertanahan Kota/Kotamadya
mempunyai sifat terbuka bagi umum, maka dengan dicatatnya pemindahan
hak tersebut pada buku tanah haknya, bukan hanya yang memindahkan hak
dan ahliwarisnya, tetapi pihak ketiga pun dianggap mengetahui, bahwa
penerima hak adalah pemegang haknya yang baru. 32
1. Jual beli
Pengertian jual beli tanah adalah suatu perjanjian dalam mana
pihak yang mempunyai tanah yang disebut penjual, berjanji dan
mengikatkan diri untuk menyerahkan haknya atas tanah yang bersangkutan
kepada pihak lain, yang disebut pembeli. Sedangkan pihak pembeli
berjanji dan mengikatkan diri untuk membayar harga yang telah disetujui.
Yang diperjualbelikan menurut ketentuan Hukum Barat, ini adalah yang
disebut
Erfpacht, opstal.
Perkataan jual beli terdiri dari dua suku kata, yaitu: jual dan beli.
Kata jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual, sedangkan
kata beli adalah adanya perbuatan membeli. Maka dalam hal ini,
32
45
33
Gunawan Widjaja dan Kartini Widjaja, Jual Beli, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada 2003) hal. 128.
34
Ibid, hal. 27
35
Adrian Sutedi , opcit, Hal. 34.
46
60
37
47
48
mengenai
P4T
(Penguasaan
Pemilik
Penggunaan
dan
49
51
Pendaftaran peralihan hak atas tanah karena jual beli ini merupakan
pendaftaran peralihan hak atas tanah, dimana pendaftaran peralihan hak atas
tanah ini dilakukan oleh Kantor Pertanahan setempat. Pendaftaran ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu asas pendaftaran yaitu asas
mutakhir/pemeliharaan data pendaftaran dalam buku tanah, yakni mengenai
kejadian hukum yang pernah terjadi pada tanah tersebut.
Tujuan pendaftaran perlalihan hak milik atas tanah karena jual beli
ini untuk memberikan jaminan hukum hak atas tanah dan kepastian hukum
hak atas tanah dan memperoleh surat bukti yang lebih kuat dan lebih luas
dengan pembuktiannya melalui peralihan haknya karena jual beli sehingga
akan mendapatkan sertifikat atas namanya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa administrasi pendaftaran
peralihan hak atas tanah yang ada di Kantor Pertanahan mempunyai sifat
terbuka bagi umum, maka dengan dicatatnya peralihan hak tersebut pada
buku tanah haknya, bukan berarti hanya memindahkan hak yaitu dalam hal
ini penjual dan pembeli saja, akan tetapi pihak ketigapun dianggap
mengetahui bahwa pembeli tersebut adalah pemegang hak yang baru atas
tanah tersebut. Ketika suatu sertifikat dikonsepkan sebagai suatu alat bukti
hak kepemilikan atas tanah maka sertifikat bukan merupakan alat bukti satusatunya adanya keberadaan hak kepemilikan atas tanah.
Seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Pokok Agraria
Nomor 5 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria pasal 23 ayat (1) dan
(2), yang menyatakan bahwa :
52
1. Hak
milik
demikian
pula
setiap
peralihan,
hapusnya
dan
53
54
khususnya hak milik yakni padanpasal 40 ayat (1) dan (2), yang menyatakan
bahwa:
1. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal ditandatanganinya
akta
yang
bersangkutan,
Pejabat
Pembuat Akta
Tanah
wajib
memberitahukan
secara
tertulis
mengenai
telah
disampaikannya akta jual beli tanah tersebut pada para pihak yang
bersangkutan.
Untuk dapat memberikan jaminan kepastian hukum, dalam
pendaftaran peralihan haknatas tanah dengan status hak milik karena jual
beli, diterbitkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku masa
pembangunan jangka panjang. Adapun dasar hukum di Indonesia yang
mengatur tentang pendaftaran peralihan hak atas tanah dengan status milik
karena jual beli, adalah:
1. Undang-Undang dasra 1945 pasal 33 ayat 3, menyebutkan bahwa:
Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oelh negara yang dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
2. Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tentang PokokPokok Agraria pasal 19 (1), pasal 23 ayat (1) dan (2).
56
peradilan
ini
merupakan
sarana
untuk
mengakhiri
atau
dimuka
sidang
dengan
tujuan
untuk
mengakhiri
atau
terjadi bahwa seluruh gugatan ditolak. Tidak benar apabila gugatan ditolak
untuk sebahagian dan selebihnya dikabulkan.
Selain yang diucapkan oleh hakim, termasuk juga pernyataan yang
dituangkan dalam bentuk tertulis dan kemudian diucapkan atau dibacakan
oleh hakim dipersidangan dianggap juga sebagai putusan hakim. Sebaliknya
konsep tertulis atau draft putusan yang belum dibacakan hakim
dipersidangan tidak memiliki kekuatan sebagai sebuah putusan hakim.
Putusan yang diucapkan hakim dipersidangan (uitspraak) tidak boleh
berbeda dengan konsep konsep putusan yang tertulis (vonnis). Mahkamah
Agung dalam Surat Edarannya Nomor.5/1959 Tanggal 20 April 1959 dan
Nomor.1/1962 Tanggal 7 Maret 1962 menginstruksikan bahwa pada waktu
diucapkan, konsep putusannya harus sudah selesai dibuat.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya perbedaan putusan
antara yang diucapkan hakim dengan putusan yang tertulis, maka yang sah
adalah putusan yang diucapkan oleh hakim dipersidangan. Hal ini bahwa
lahirnya suatu putusan adalah setelah diucapkan oleh hakim. Dengan
demikian, berita acara sidang harus sudah selesai disiapkan sehari sebelum
sidang berikutnya atau paling lama 1 (satu) minggu sesudah sidang dan
setiap putusan yang akan dijatuhkan sudah harus ada konsepnya.
Dalam praktek Hukum Acara Perdata didepan pengadilan akan
didapati adanya dua macam golongan putusan, yakni putusan akhir dan
bukan putusan akhir yang disebut juga putusan sela. Salah satu putusan sela
yang dikenal dalam H.I.R ialah putusan provisionil.
Putusan akhir adalah putusan yang dijatuhkan oleh hakim berkaitan
dengan pokok perkara dengan tujuan untuk mengakhiri proses pemeriksaan
58
b.
59
dianggap
sita
conservatoir
atau
melaksanakan
putusan
tindakan pendahuluan untuk kefaedahan salah satu pihak atau kedua belah
pihak.
Putusan semacam itu banyak dipergunakan dalam acara singkat dan
dijatuhkan oleh karena segera harus diambil tindakan. Misal dalam perkara
perceraian dimana sang istri memohon agar diperkenankan untuk
meninggalkan tempat tinggal bersama selama proses berlangsung karena
sifatnya yang harus dilaksanakan segera, putusan provosionil selalu dapat
dilaksanakan terlebih dahulu.
Putusan
akhir
merupaka
putusan
yang
mempunyai
fungsi
62
63
64
panggilan
sidang,
hakim
65
tidak
dibenarkan
melakukan
BAB III
PUTUSAN VERSTEK
A.
66
Verstek
adalah
putusan
yang
dijatuhka
karena
44
381
67
harus datang. Verstek hanya dapat dinyatakan jikalau tergugat tidak datang
pada hari sidang pertama.45
Pada dasarnya Verstek adalah pernyataan bahwa tergugat tidak hadir
dalam persidangan, meskipun ia menurut hukum harus datang. Namun
mungkin jadi seorang tergugat atau seorang termohon tidak hadir dalam
beberapa persidangan, walaupun telah dipanggil secara patut. Dari ketidak
hadiran salah satu pihak tersebut akan menimbulkan persoalan-persoalan
dalam proses pemeriksaan perkara. Dalam artian apakah perkara itu akan
diputus oleh hakim dalam bentuk gugurnya gugatan atau ditundanya waktu
pemeriksaan atau diputus dengan putusan tanpa hadirnya tergugat atau
termohon yaitu diputus secara Verstek.
Seperti yang ada dalam ketentuan pasal 125 HIR, dijelaskan :
Jika tergugat tidak hadir pada hari perkara akan diperiksa atau tidak pula
menyuruh orang lain untuk mengahadap mewakilinya, meskipun orang itu
dipanggil secara patut, maka gugatan itu dapat diputus dengan tak hadir
(Verstek).
Dari pasal tersebut dapat diperoleh pengertian yang mendasar
tentang Verstek dan juga dapat dipahami tentang hari perkara akan diperiksa
dapat berarti hari sidang pertama, tetapi juga pada hari sidang kedua dan
seterusnya.46
45
33
46
68
Jika hal itu terjadi maka ketika putusan dijatuhkan pada hari sidang
kedua tanpa hadirnya tergugat, maka putusan tersebut merupakan putusan
Verstek. Begitu juga jika hakim tetap menunda untuk sidang yang ketiga
dan memutusnya tanpa hadirnya tergugat maka putusan tersebut tetap
disebut sebagai putusan Verstek47
Adapun dasar hukum dari putusan Verstek yaitu, putusan Verstek
dalam hukum positif diatur dalam pasal 125 jo 129 HIR dan 196 jo 197
H.I.R, pasal 148 jo 153 R.bg, dan 207 jo 208 R.bg, pasal 50 jo 51 UU No:
48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman dan SEMA No.9/1964.
Menurut Sudikno Mertukusumo, bahwa tidak ada keharusan tergugat
untuk datang dipersidangan. H.I.R/R.bg memang tidak mewajibkan tergugat
untuk datang dipersidangan. 48
Maksud utama sistem Verstek dalam hukum acara adalah untuk
mendorong para pihak menaati tata tertib beracara, sehingga proses
pemeriksaan penyelesaian perkara terhindar dari anarki atau kesewenangan.
Sekiranya Undang-Undang menentukan bahwa untuk sahnya proses
pemeriksaan perkara, mesti dihadiri para pihak, ketentuan yang demikian
tentunya dapat dimanfaatkan tergugat dengan itikad buruk untuk
menggagalkan penyelesaian perkara.
B.
Mr. R. Tresna, Komentar HIR ( Jakarta: Pradanya Paramita, 1993) hal: 108-
48
109
69
70
71
tidak
72
74
gugatan
haruslah
bersikap
setepat
mungkindalam
seperti halnya juga diatur dalam pendapat Mahkamah Agung dengan Surat
C.
Terhadap
putusan
verstek
yang
dijatuhkan
dengan
76
77
(partijan)
yang
berkepentingan
79
dapat
diminta
supaya
80
81
82
83
mengajukan
permohonan
banding
sebagai
pengganti
hak
belum
diputus
oleh
Pengadilan
Tinggi.
Kemungkinan
didalam
ketentuan-ketentuan
yang
mengatur
perihal
85
adalah
pejabat
kepaniteraan,
dan
sebagai
pejabat
dalam
86
seorang
panitera
52
87
proses
pemriksaan
89
90
45
91
yang
Ditulis
Tangan
Jurusita
yang
92
dipanggil
merupakan
bukti,
bahwa
panggilan
telah
benar-benar
93
94
56
57
95
BAB IV
Tinjauan Yuridis Peralihan Atas Sertifikat Tanah dan Bangunan Untuk Balik
Nama Diputus Secara Verstek
(Studi Kasus Putusan No: 88/Pdt.G/2013/PN.DPK)
A.
Para
Pihak
Yang
Berperkara
Dalam
Perkara
Perdata
No:
88//Pdt.G/2013/Pn.DPK
Para pihak yang berperkara:
1. Identitas Penggugat
NURKY SIAGIAN, alamat Reni Jaya BlokH 10 No.8 Rukun
Tetangga 007, Rukun Warga 007, Kelurahan Pondok Petir, Kecamatan
Bojongsari-Depok, pekerjaan Ibu rumah tangga, selaku PENGGUGAT.
2. Identitas Tergugat
HARJANTO SANTOSO, alamat Jalan Suteng No.7, Rukun
Tetangga 006 Rukun Warga 003, Jakarta Barat, pekerjaan Karyawan Swasta,
sekarang tidak diketahui lagi keberadaannya baik didalam maupun diluar
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selaku TERGUGAT.
3. Turut Tergugat
96
Sebelah timur
: Jalan Umum
Sebelah selatan
Sebelah barat
: Jalan Umum
97
B.
Duduk Perkara
Berdsarkan gugatan penggugat dengan surat gugatannya tertanggal
17 Mei 2013 dengan Nomor Perkara: 88/Pdt.G/2013/PN.DPK, adalah halhal sebagai berikut:
1. Bahwa pada tanggal 24 Mei 1987 Penggugat mengadakan transaksi jual
beli Tanah berikut Bangunannya milik Tergugat.
2. Bahwa Tanah dan Bangunan yang dijual Tergugat kepada Penggugat
terletak di Perumahan Reni Jaya Blok G 16/9, Rukun Tetangga 005,
Rukun Warga 007, Keluarahan Pondok Petir, Kecamatan Bojongsari,
Kota Depok.
3. Bahwa karena transaksi jual beli antara Penggugat dan Tergugat
pembayarannya secara bertahap.
4. Bahwa ketika Penggugat akan balik nama Sertifikat atas Tanah dan
Bangunan tersebut, ,Penggugat kesulitan untuk menemui pihak Tergugat.
5. Bahwa Penggugat telah berusaha mencari Tergugat maupun keluarganya
dalam upaya ,membantu Balik Nama Sertifikat tersebut, namun usaha
tersebut tidak membuahkan hasil.
98
menjadi
atas
nama
Nyonya
NURKY
99
SANTOSO/
Tergugat
untuk
menjadi
nama
Nyonya
NURKY
101
halaman 11 yang terbit tanggal 05 Juni 2013 dan kepada Tergugat telah di
panggil pada tanggal 28 Mei 2013 dan 24 Juni 2013.
Bahwa oleh karena para Tergugat maupun wakilnya tidak hadir tanpa
alasan yang sah, meskipun telah di panggil secara sah dan patut, makan
perdamaian antara kedua belah pihak tidak dapat di upayakan oleh Majelis
dan Persidangan di lanjutkan dengan membacakan surat gugatan yang isinya
tetap di pertahankan oleh penggugat.
C.
Mengadili
Atas dasar putusan pengadilan, dalam perkara ini ketua Majelis
Hakim mengadili:
1. Menyatakan bahwa Tergugat dan Turut Tergugat, tidak pernah hadir di
persidangan, walaupun telah di panggil secara sah dan patut menurut
hukum.
2. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya dengan Verstek.
3. Menyatakan sah jual beli antara Penggugat dan Tergugat pada tanggal 24
Mei 1987 atas sebidang Tanah dan Bangunan yang terletak di Perumahan
Reni Jaya Blok G16/9, Rukun Tetangga 005, Rukun Warga 007,
Kelurahan Pondok Petir, kecamatan Bojongsari, Kota Depok.
4. Menyatakan Penggugat adalah pemilik sah atas Tanah dan Bangunan
yang terletak di Perumahan Reni Jaya Blok G16/9, Rukun Tetangga 005,
102
Tergugat
untuk
menjadi
nama
Nyonya
NURKY
104
ada Putusan dari Pengadilan Negeri setempat, dalam hal ini Pengadilan
Negeri Kota Depok.
Dengan demikian terjadi kesulitan dari pihak Tergugat untuk
pelaksanaan balik nama sertifikat tanah tersebut karena pemilik awal dari
tanah tersebut sulit untuk ditemui, dan Penggugat tidak lagi mengetahui
keberadaan Tergugat. Padahal penggugat telah berusaha mencari Teregugat
maupun keluarganya dalam upaya membantu pelaksanaan Balik Nama
Sertifikat tersebut, namun usaha tersebut tidak membuahkan hasil.
Kemudian Tergugat mengupayakan untuk melakukan persidanagan agar
mendapat putusan dari Pengadilan untuk di serahkan kepada Badan
Pertanahan Nasional.
Bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan, Penggugat
datang menghadap sendiri, sedangkan Tergugat dan Turut Tergugat tidak
datang menghadap di persidangan ataupun mengirim kuasanya yang sah
untuk itu, walaupun masing-masing telah dipanggil secara sah dan patut dua
kali berturut-turut, Tergugat telah dipanggil melalui relas panggilan sidang
bantuan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat tanggal 23 Mei 2013 dan
selanjutnya dengan panggilan secara umum lewat Kantor Walikota Depok
tertanggal 23 Mei 2013 dan media massa koran Nasional Rakyat Merdeka
hal. 11 yang terbit tanggal 28 Mei 2013 dan 24 Juni 2013.
Oleh karena Para Tergugat maupun wakilnya tidak hadir tanpa
alasan yang sah, meskipun telah dipanggil secara sah dan patut, maka
105
perdamaian antara kedua belah pihak dan tidak memberi jawaban maka
tidak dapat diupayakan oleh Majelis dan Persidangan, dan harus dinyatakan
tidak hadir dan gugatan tersebut diputus secara verstek.
Namun walaupun gugatan dalam perkara aquo diputus tanpa
hadirnya Tergugat dan Turut Tergugat (verstek), tetapi tidak serta merta
gugatanpenggugat
tersebut
dkabulkan
begitu
saja
karena
harus
107
objek sengketa kepada Tergugat dengan over credit, dan membayar kepada
Tergugat sebesar Rp. 5.500.000,- (lima juta lima ratus ribu rupiah) pada
tahun 1987, dan berdasarkan bukti surat setoran angsuran kepada Bank
Tabungan Negara, sebesar Rp. 4.654.080,- (empat juta enam ratus lima
puluh empat delapan puluh rupiah) tertanggal 04 Desember 1990. Bukti
setoran angsuran kepada Bank Tabungan Negara sebesar Rp. 2.000.000,(dua juta rupiah) tertanggal 25 September 1992. Serta tanda bukti setoran
angsuran kepada Bank Tabungan Negara cabang Bogor sebesar Rp. 35.900,(tiga puluh lima ribu sembilan ratus rupiah) tertanggal 25 September 1992
dan perincian pelunasan KPR dipercepat yang dikeluarkan oleh Bank
Tabungan Negara cabang Bogor tertanggal 06 Juni 1994. Selanjutnya
dihubungkan dengan saksi Andi Setiawan, Pongat Simanjuntak, Arsani dan
Rosmiana yang saling bersesuaian terbukti bahwa yang melunasi KPR BTN
adalah Penggugat.
Dengan demikian selanjutnya Majelis Hakim memberi ijin untuk
mengurus balik nama sertifikat ke Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota
Depok, kemudian kepada Badan Pertanahan Nasional Kota Depok untuk
membalik nama dari pemegang hak semula yaitu Tuan Harjanto
Santoso/Tergugat untuk menjadi Nyonya Nurky Siagian/Penggugat atas
sertifikat Hak Milik Nomor: 1091 Kelurahan Pondok Petir, Kecamatan
Sawangan, Kabupaten Bogor Provonsi Jawa Barat dan sekarang Kelurahan
Pondok Petir, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok Provinsi Jawa Barat
seluas 65 m2 (enam puluh lima meter persegi) dan Hak Guna Bangunan
109
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Beberapa perihal yang dapat disimpulkan sebagai ulasan dari pokok
permasalahan, yaitu:
1. Proses pelaksanaan balik nama sertifikat hak atas tanah dapat dilakukan
dengan cara:
a. Jika Anda Menggunakan jasa PPAT ( Pejabat Pembuat Akta Tanah)
Sesudah akta jual beli di buat, PPAT lalu menyerahkan berkas akta
jual-beli tersebut ke Kantor Pertanahan, guna keperluan balik nama
sertifikat. Ini selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja semenjak akta
tersebut ditandatangani. Berkas yang diserahkan tersebut adalah:
1) Akta jual beli PPAT,
110
111
113
114
115