PENDAHULUAN
pemberian kredit dan lain-lain. Hal tersebut membuat tanah memiliki nilai
pasal (1), hak milik adalah hal turun temurun, terkuat dan terpenuhi, yang
dapat dipunyai orang atas tanah; (2), hak milik dapat beralih dan dialihkan
kepada pihak lain. Hak milik adalah hak yang terkuat dan terpenuhi, di
wewenang kepada yang punya, yang paling luas jika dibandingkan dengan
1
Soedharyo Soimin, 2001, Status Hak dan Pembebasan Tanah, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 1
1
2
hak yang lain. Hak Milik dapat dialihkan kepada pihak lain boleh dengan
diketahui bahwa untuk peralihan hak atas tanah diperlukan suatu akta
otentik yang dibuat oleh seorang pejabat umum yang disebut dengan
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) atau Notaris yang diangkat oleh
adat.
2
Effendi Perangin, 1991, Hukum Agraria di Indonesia Suatu Telaah Dari Sudut Pandang Praktisi
Hukum, Jakarta: CV. Rajawali, hal. 238
3
Budi Sunanda, dkk, 2013, Pembatalan Perjanjian Jual Beli Tanah Meskipun Telah Memiliki
Akta Jual Beli Tanah Dari PPAT Oleh Pengadilan Negeri (Studi Penelitian Putusan di
Pengadilan Negeri Bireuen Nomor: 11 / Pdt.G / 2008 / PN-BIR, tanggal 23 Februari 2009), Jurnal
Ilmu Hukum, Volume 2, No. 1, hal. 107
3
Perbuatan jual beli tanah terjadi dengan dibuatnya suatu akta jual
beli yang dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) atau
Notaris. Namun demikian, akta jual beli tanah tersebut menurut hukum
dalam Pasal 1320 KUH Perdata, maka terhadap akta tersebut dapat terjadi
jenis kebatalan ini terkait dengan akibat yang dapat muncul dari hubungan
mengenai keabsahan dari akta jual beli yang telah dibuat dihadapan
notaris. Adanya jual beli hak atas tanah yang dilakukan dihadapan notaris
oleh pembeli dan penjual yang dari awal memuat adanya itikad buruk atau
itikad tidak jujur akan memuat akta jual beli yang cacat hukum.
fotmil dalam setiap akta peralihan hak atas tanah dan bangunan serta
4
Ali Ahmad Chomsah, 2002, Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan I-Pemberian Hak atas
Tanah Negara dan Seri Hukum Pertanahan II-Sertipikat dan Permasalahannya, Jakarta: Prestasi
Pustaka, hal. 28.
5
Supriadi, 2012, Hukum Agraria, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 64.
4
maka jual beli juga harus dilakukan para pihak di hadapan notaris yang
menerima harus memenuhi syarat subyek dari tanah yang akan dibelinya
Sesuai dengan Pasal 20 ayat (2) UUPA “Hak milik dapat beralih
dan dialihkan kepada pihak lain.” Peralihan hak milik atas tanah dapat
terjadi karena perbuatan hukum dan peristiwa hukum. Peralihan hak milik
atas tanah karena perbuatan hukum dapat terjadi apabila pemegang hak
kepada pihak lain dengan melalui jual beli tanah jika dalam jual beli tanah
tersebut sudah terjadi kesepakatan diantara kedua belah pihak bagi pelaku
penjual dan pembeli, kemudian terjadi peralihan hak milik atas tanah dari
Jual beli tanah dimulai dengan proses negosiasi harga tanah dan
berjanji kepada si orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji
hak atas tanah terikat atau harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam
dengan pengaturan tentang hak atas tanah atau dengan kata lain pihak
yang melakukan perbuatan hukum tertentu tentang hak atas tanah, maka
Sebagai perbuatan hukum, jual beli hak atas tanah harus dilakukan di
hadapan notaris dan diwujudkan dalam Akta Jual Beli (AJB), dalam hal
ini notaris berfungsi membuatkan Akta Jual Beli (AJB). Adanya Akta Jual
Beli dari PPAT atau Notaris sebagai tanda bukti telah dipenuhinya sifat
terang dan nyata (riil) yang merupakan syarat sahnya perbuatan hukum
dari maksud utama para pihak untuk melakukan peralihan hak atas tanah.
Pengikatan jual beli ini memuat janji-janji untuk melakukan jual beli
sering dibuat dalam bentuk akta otentik yang dibuat dihadapan Notaris,
sehingga Akta Pengikatan Jual Beli merupakan akta otentik yang memilki
para pihak yang membuatnya. Karena notaris dalam membuat suatu akta
akan diperjanjikan.
Akta-akta yang dibuat oleh notaris adalah akta yang otentik dimana
kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga
7
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang
tanah mengandung hak dan kewajiban dari para pihak yang membuatnya,
yaitu antara notaris dengan klien sehingga apabila hal-hal yang telah
disepakati dalam akta pengikatan jual beli dilanggar atau tidak dipenuhi
oleh para pihak yang membuatnya maka hal tersebut dapat dikatakan telah
dari syarat formil dan syarat materil tata cara pembuatan akta jual beli,
tidak saja dapat dikenakan sanksi administratif tapi juga tidak menutup
dirugikan.8
7
Harahap M. Yahya, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni, hal. 112.
8
Sjaifurrachman, 2011, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta, Bandung:
Bandar Maju, hal 93.
8
mengingat antara notaris dengan klien atau pihak yang berkaitan dalam
satu kriteria secara alternatif sudah cukup terpenuhi pula syarat untuk
tersebut”.
Oleh karena itu jika salah satu pihak ( Notaris atas Klien ) merasa
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut :
Pembuatan Akta Jual Beli dan Akta Kepemilikan Hak Atas Tanah ?
Dalam Akta Jual Beli dan Akta Kepemilikan Hak Atas Tanah ?
Hukum ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
dalam pembuatan akta jual beli dan akta kepemilikan hak atas
tanah.
dengan klien dalam pembuatan akta jual beli dan akta kepemilikan
hukum.
D. Manfaat Penelitian
dan kepemilikan hak atas tanah dimana akta jual beli dan akta
dalam pembuatannya.
E. Metode Penelitian
usaha mana dilakukan dengan metode ilmiah. Dalam penelitian ini metode
1. Metode Pendekatan
juga terkandung dalam norma hukum yang tidak tertulis yang hidup
klien dalam pembuatan akta jual beli dan kepemilikan hak atas tanah.
pembuatan akta jual beli dan kepemilikan hak atas tanah sehingga
hukum antara notaris dengan klien dalam pembuatan akta jual beli dan
2. Jenis Penelitian
3. Sumber Data
a. Penelitian Kepustakaan
Notaris.
dalam pembuatan akta jual beli dan akta kepemilikan hak atas
tanah.
b. Penelitian Lapangan
1) Lokasi Penelitian
Sukoharjo.
2) Subjek Penelitian
a. Penelitian Kepustakaan
b. Penelitian Lapangan
2. Melakukan Wawancara
dalam pembuatan akta jual beli dan akta kepemilikan hak atas tanah.
ditarik kesimpulan.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat Penelitian
E. Metode Penelitian
F. Sistematika Penulisan
A. Pengertian Notaris
16
B. Pengertian Klien
Tanah
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA