perbuatan hukum mengenai hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah
jabatannya dituntut untuk amanah, jujur, dan mandiri serta tidak berpihak
sebagaimana ternyata dalam Pasal 3 huruf f Kode Etik PPAT. Selain itu dalam
cermat dan penih kesadaran, bertanggung jawab serta tidak berpihak. Penelitian
ini akan membahas tanggungjawab PPAT sebagai pejabat publik yang memiliki
1
Pasal 1 ayat (1) Perpres No. 63 Tahun 2013 tentang Badan Pertanahan Republik Indonesia.
Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor Pertanahan
dibantu oleh PPAT. Tugas dari PPAT adalah membuat akta otentik
membuat akta mengenai hak atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun yang terletak didalamnya. Hal ini berarti daerah kerja PPAT terbatas
a. Jual beli
b. Tukar menukar
c. Hibah
f. Pemberian hak guna bangunan/ hak pakai atas tanah hak milik
tertentu. Akta otentik menurut Pasal 1868 KUHPerdata ialah suatu akta
dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu
barang dan pihak lain untuk membayar harga yang dijanjikan. Akta jual
beli merupakan bukti yang sah secara hukum sebagai bukti seorang telah
membeli tanah dan/atau bangunan dari pihak penjual secara lunas. Asas
jual beli adalah terang, tunai dan riil.2 Terang artinya jual beli dilakukan di
hadapan pejabat yang berwenang dalam hal ini PPAT, tunai artinya
peralihan haknya dilakukan seketika itu juga, pada saat terjadi pembayaran
dari pembeli ke penjual. Wujud konkret dari perbuatan jual beli berupa
atau PPJB. PPJB yang berkaitan dengan proses peralihan hak atas tanah
antara pelaku pembangunan dan setiap orang untuk melakukan jual beli
Rumah atau satuan rumah susun yang dapat dilakukan oleh pelaku
2
Boedi Harsono, Op. Cit., hal 207
PPJB pada dasarnya merupakan kesepakatan antara penjual dengan
pembeli bahwa penjual berjanji akan menjual tanah kepada pembeli dan
seperti tanah masih sebagai jaminan di bank, pajak tertentu yang belum
penyerahan. PPJB bertujuan untuk mengikat calon penjual agar pada saat
begitu pula sebaliknya pada saat yang telah diperjanjikan pembeli akan
menerangkan perjanjian untuk melakukan jual beli namun belum ada hak
peralihan atas tanah yang diperjualbelikan. Hak atas tanah dapat dialihkan
dengan perbuatan jual beli yang dicantumkan dalam Akta Jual Beli yang
dibuat dihadapan pejabat yang berwenang yaitu PPAT. Akta Jual Beli
Dilihat dari definisi jual beli adanya pihak-pihak yang mengikatkan diri
adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih, dimana pihak
yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang
lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut.3 Maka dapat
yang dituangkan dalam Akta Jual Beli oleh PPAT. PPAT hanya berwenang
perbuatan hukum jual beli di daerah kerjanya saja sesuai ketentuan Pasal 3
PP 37/1998.
satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.
dilakukannya itu.4
3
Subekti, Op. Cit, hal. 1
4
Ibid, hal. 17
Dalam penerapannya pada perbuatan jual beli berarti penjual dan pembeli
harus sepakat dan mengikatkan diri perbuatan jual beli tersebut. Sepakat
pihak sepakat untuk melakukan jual beli dan mempunyai pemahaman yang
sama akan perbuatan hukum yang dilakukan tersebut. Jual beli termasuk
Kecakapan dalam perbuatan jual beli berarti seorang penjual harus orang
yang memiliki hak atas tanah tersebut. Hak kepemilikan atas tanah
dicatatkan dalam buku tanah dan dibuktikan dengan sertifikat tanah yang
yang memuat data yuridis dan data fisik suatu obyek pendaftaran yang
sudah ada haknya. Sertifikat adalah surat tanda bukti hak atas tanah, hak
pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak
a. Hak milik
b. Hak guna-usaha
c. Hak guna-bangunan
d. Hak pakai
e. Hak sewa
f. Hak membuka tanah
h. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang
sementara.
Peralihan hak atas tanah melalui jual beli dibuktikan dengan akta yang
undangan yang berlaku. Pembuatan akta tersebut dihadiri oleh para pihak
(dua) orang saksi yang memenuhi syarat untuk bertindak sebagai saksi
Akta PPAT merupakan salah satu sumber data bagi pemeliharaan data
5
Boedi Harsono, Op. Cit., hal. 507
yang dikeluarkannya. Sesuai isi sumpah jabatan PPAT pada Pasal 34
Tanah dapat menjadi salah satu harta dalam perkawinan. Konsep harta
119, dimana pada saat terjadinya perkawinan semua harta milik suami
maupun isteri baik yang sudah ada maupun yang akan ada termasuk dalam
harta benda dibagi menjadi 2 yaitu harta bersama dan harta bawaan. Pada
hak bersama dan harta bawaan merupakan harta yang didapat sebelum
Ketika seorang suami atau isteri meninggal dunia, harta dalam perkawinan
tersebut perlu dibagi menjadi dua karena merupakan hak bersama bila tidak
ada perjanjian kawin sebelumnya. Setengah dari harta bersama itu menjadi
harta warisan yang diwariskan kepada ahli waris sesuai dengan ketentuan
KUHPerdata.
memberi perlindungan hukum kepada ahli waris dan demi ketertiban tata
usaha pendaftaran tanah, agar data yang tersimpan dan disajikan selalu
Akta PPAT terkait pewarisan adalah Akta Pembagian Hak Bersama. Akta
6
Berdasarkan PP no. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU no. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
7
Boedi Harsono, ibid, hal. 519
warisan berupa tanah sebagai turunan dari Akta Keterangan Waris dan
memuat tentang siapa saja ahli waris atas harta warisan sedangkan Akta
Pengaturan mengenai jual beli dan tanah warisan merupakan dua aspek
berbeda sehingga dalam hal perbuatan jual beli tanah warisan harus
hak atas tanah warisan melalui jual beli. Perbuatan jual beli harus dibuat
dengan Akta Jual Beli yang dibuat oleh PPAT sehingga PPAT dalam
membuat Akta Jual Beli terkait tanah warisan selain memperhatikan aspek
waris.
Jual beli merupakan salah satu bentuk perikatan karena perjanjian. Syarat
yang harus dipenuhi dalam jual beli tanah warisan sebagai terapan dari
a. Penjual dan Pembeli sepakat untuk melakukan jual beli tanah waris
b. Penjual merupakan ahli waris yang memiliki hak atas tanah waris
e. Pengalihan hak atas tanah warisan melalui jual beli harus dilakukan
1. Bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab, mandiri, jujur, dan tidak
berpihak
masyarakat
PPAT bertanggungjawab atas akta jual beli yang dibuatnya. Selain itu,
dan pembeli agar memahami hak dan kewajibannya dalam menjual tanah
warisan. Penjual atas tanah tersebut harus merupakan pihak cakap yaitu
ahli waris yang memiliki hak atas tanah tersebut. Tanah warisan yang
hendak dijual harus dengan persetujuan para pihak yang tercantum Akta
Dengan dialihkannya ha katas tanah melalui jual beli, penerima hak milik
milik. Dengan demikian tanah hak milik yang hendak dialihkan harus
Cipta Kerja (UU Cipta Kerja) pada Pasal 147 mengatur mengenai
penerbitan tanda bukti hak atas tanah secara elektronik menjadi dasar
Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah (PP Nomor 18/2021)
Akta Jual Beli merupakan akta yang dibuat oleh PPAT untuk menjamin
didaftarkannya peralihan hak atas tanah. Akta Jual Beli dibuat dengan
Pasal 1320 KUHPerdata sebagai dasar syarat sah perjanjian. Akibat hukum
8
Rafiq Adi Wardana, I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, Op. Cit., hal 5
b. Tidak terpenuhinya syarat sah perjanjian;
beli tanah yang diikat dengan akta jual beli yang dikeluarkan oleh PPAT
perjanjian, yaitu hal tertentu dan sebab yang halal sebagaimana diatur
beli;
9
Ibid, hal. 6
bertanggung jawab langsung terhadap akta yang dibuat. Namun konsep
PPAT karena PPAT mempunyai peran aktif sekaligus pasif dalam setiap
pembuatan akta. Aktif dalam arti PPAT harus melakukan pemeriksaan data
dalam membuat akta dilihat dari persiapan pembuatan akta tersebut sudah
tersebut atau tidak. Jika kelalaian terkait persiapan pembuatan akta maka
liability.
tugas dan jabatannya dalam setiap pembuatan akta. Sanksi bagi PPAT yang
perundang-undangan
perundang-undangan
1. Teguran tertulis
2. Pemberhentian sementara
sebagai berikut:10
a. Akta harus dibuat “oleh” (door) atau “di hadapan” (ten overstaan)
10
Alwesius, “Dasar-Dasar Teknik Pembuatan Akta Notaris”, (Depok: Universitas Indonesia, 2019),
hal. 10-11
b. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang
c. Pejabat umum oleh – atau dihadapan siapa akta itu dibuat, harus
menentukan:11 “suatu akta yang karena tidak berkuasa atau tidak cakapnya
pegawai termaksud di atas atau karena suatu cacat dalam bentuknya, tidak
pihak”
dasar yang kuat untuk pendaftaran pemindahan hak dan pembebanan hak
11
Ibid
undang, meliputi pemenuhan syarat; dilakukan melalui prosedur yang
akta mengenai pemindahan atau pembebanan hak atas tanah, PPAT wajib
asli. Pemeriksaan ini dilakukan untuk setiap pembuatan akta oleh PPAT.
dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli hanya dapat
didaftarkan jika dapat dibuktikan dengan akta yang dibuat PPAT yang
Jual Beli kemudian didaftarkan agar peralihan hak atas tanah dapat terjadi.
surat-surat sebagai tanda bukti kepemilikan hak atas tanah tersebut. Pasal
12
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Harta Kekayaan , Cetakan I, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1994,
hal 55-56.
13
Boedi Harsono, Op. Cit, hal. 506
19 ayat (2) huruf c UUPA menyebutkan bahwa surat-surat tanda bukti hak
Dalam menentukan Akta PPAT sebagai alat bukti yang sempurna harus
berupa:
Mengenai syarat formil mengenai jual beli khususnya hak atas tanah
berhubungan dengan prosedur jual beli hak atas tanah tersebut sah menurut
peraturan terkair perbuatan jual beli hak atas tanah. Pasal 37 ayat (1) PP
No. 24 Tahun 1997 maka saat beralihnya hak atas tanah dari penjual kepada
pembeli ialah ketika dilakukan jual beli oleh dan dihadapan PPAT sehingga
melahirkan Akta Jual Beli sebagai Akta PPAT. Pasal 45 ayat (1) Peraturan
hukum. Oleh karena itu, apabila perbuatan hukum itu batal atau dibatalkan,
akta PPAT yang bersangkutan tidak berfungsi lagi sebagai bukti perbuatan
hukum tersebut.
Akibat hukum dalam hal akta jual beli dibuat melanggar syarat objektif
pada Pasal 1320 KUHPerdata adalah batal demi hukum. Akta yang dibuat
dianggap tidak pernah terjadi dan perbuatan hukum yang dituangkan dalam
akta tersebut tidak mengikat. Sedangkan akibat hukum dalam hal akta jual
beli yang dibuat melanggar syarat subjektif pada Pasal 1320 KUHPerdata
Dalam suatu gugatan yang menyatakan bahwa akta otentik tidak sah,
maka harus dibuktikan keabsahannya baik dari aspek lahiriah, formil dan
tetap sah mengikat bagi para pihak yang berkepentingan atas akta tersebut.
jika akta tersebut dapat dibuktikan di persidangan, maka ada salah satu
menjadi akta yang terdegradasi atau akta dibawah tangan, bahkan menjadi
mengikat dan sempurna, suatu akta yang mengikat berarti hakim terikat
hukum, dimana seharusnya dalam pembuatan akta PPAT dituntut teliti agar
14
Lidya Christina Wardhani, Tanggung Jawab Notaris/PPAT terhadap Akta yan Dibatalkan oleh
Pengadilan, Lex Renaissance No. 1 vol. 2 Januari 2017; (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia)
15
Rafiq Adi Wardana, I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, Op. Cit., hal. 8
cacat hukum mempunyai kekuatan pembuktian yang terdegradasi sehingga
membuat akta sama dengan akta dibawah tangan. Akta di bawah tangan
kebenarannya.
pembuatan akta juga dapat dilihat dari aspek administrasi dan perdata:
biasanya mencakup ganti rugi baik secara materiil dan imateriil. Akta
Jual Beli merupakan salah satu akta yang dapat dibuat PPAT dalam
bahwa Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak satu
sah perjanjian pada Pasal 1320. Maka dari itu PPAT bertanggungjawab
secara hukum dalam aspek perdata karena dasar hukum yang dilakukan
perdata.
2. Tanggung Jawab Administratif
38, Pasal 39 dan Pasal 40 serta ketentuan dan petunjuk yang diberikan
Terhadap Akta Jual Beli Yang Cacat Hukum Akibat Kelalaian PPAT
Dalam analisa kasus peneliti mengambil asumsi berdasarkan nama dari para
dasar atau alasan yang menentukan untuk diambilnya suatu putusan oleh hakim
yang dirumuskan dalam amar putusan. Dalam ratio decidendi dilihat apakah
sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku. Batu uji untuk ratio decidendi
menggunakan teori-teori dan konsep dan kaidah hukum yang belaku, yang
membuat akta otentik berupa Akta Jual Beli. PPAT lalai dalam menerapkan
Bahwa Para Penggugat merupakan ahli waris dan anak dari pernikahan
Alm. Tn. Freddy Susanto Handjajano dengan Alm. Ny. Dewi Susanti
Semarang dengan Luas Tanah 1980 m2 yang terletak di Jalan Sawo Eddie
“Tanah Warisan”).
Bahwa setelah kematian Alm. Ny. Dewi Susanti Setiawan, Alm. Tn.
Nomor 13 pada tanggal 7 Juni 2010 yang dibuat dihadapan Notaris Riefki
Adian yang pada dasarnya menyebutkan bahwa karena kematian Ny. Dewi
Susanti Setiawan maka ahli warisnya adalah Tn. Freddy Susanto dan Para
Penggugat.
Bahwa kedua belah pihak dan ahli waris Alm. Ny. Dewi Susanti Setiawan
yaitu Alm. Tn. Freddy Susanto dan para penggugat telah setuju dan sepakat
untuk membuat Akta Kuasa Nomor 13 tanggal 7 Juni 2010 yang dibuat
Akta Jual Beli Nomor 82/2016 perihal Tanah Warisan, para ahli waris yaitu
Freddy Susanto dan Ny. Dewi Susanti Setiawan tidak pernah diberitahu,
menikah lagi untuk kedua kalinya dengan Ny. Enggawati Sanjoto namun
Perkawinan.
Alm. Freddy Susanto dan Alm. Ny. Dewi Susanti Setiawan tetapi tetap
Beli Nomor 62/2016 perihal jual beli tanah dan bangunan dengan Sertifikat
2016.
kejanggalan dalam transaksi jual beli dimana harga tanah dan bangunan
harga per meter hanya dinilai Rp 923.000,- sedangkan nilai tanah per meter
pemilik bangunan tersebut. Objek Jual Beli sudah dibalik nama oleh Badan
Tergugat I sebagai pembeli dengan itikad baik, hal mana dibuktikan dengan
adanya Akta Jual Beli Nomor 82/2016. Bahwa dalam Akta Jual Beli
sudah sesuai dengan Kartu Keluarga milik Alm. Tn. Freddy Susanto,
tercatat bahwa Ny. Enggawati Sanjoto merupakan isteri yang sah dari Alm.
Hasil Rapat Pleno Tugas Bagi Pengadilan. Bagian Hasil Rapat Kamar
Dalam perjanjian jual beli antara Alm.Tn. Freddy Susanto dengan Tergugat
PPAT Ny. Sri Juni Dharmawati tertanggal 15 Desember 2016 telah juga
pihak Penjual yaitu Alm. Tn. Freddy Susanto sudah meninggal maka dari
sebagai isterinya.
mengetahui adanya jual beli tanah warisan tersebut. Pada sekitar bulan
membeli tanah yang akan dilelang oleh Koperasi Adil Sentosa tersebut.
melunasi hutang Tn. Freddy Susanto dan membeli tanah warisan tersebut
Jual Beli Nomor 82/2016 yang dibuat dihadapan Ny. Sri Juni Dharmawati
- Bahwa benar pada tanggal 15 Desember 2016 Alm. Tn. Freddy Susanto
Semarang dan telah dibalik nama oleh BPN atas nama Tn. Herwanto.
- Bahwa penggugat adalah ahli waris dan anak dari pernikahan Alm. Tn.
1981, sehingga merupakan harta gono gini yang diperoleh dalam masa
pernikahan Alm. Tn. Freddy Susanto dan Alm. Ny. Dewi Susanti
Setiawan.
- Setelah kematian Ny. Dewi Susanti Setiawan, Tn. Freddy Susanto dan
Harta Waris Nomor 14 tanggal 7 Juni 2010, terkait dengan adanya harta
tersebut harus melalui persetujuan dari Alm. Freddy Susanto dan Para
Penggugat.
- Kedua belah pihak dari ahli waris Alm. Ny. Dewi Susanti Setiawan
setuju dan sepakat membuat Akta Kuasa Nomor 13 tanggal 7 Juni 2010,
- menyatakan segala Akta Kuasa Jual dan Akta lainnya terkait jual beli
- menyatakan batal demi hukum Jual Beli bangunan dan tanah dengan
nama Tn. Herwanto untuk dikembalikan atas nama Tn, Freddy Susanto
Jual Beli atas objek sengketa tanpa persetujuan Para ahli waris dari tanah
terkait akta jual beli menyatakan (1) Akta Jual Beli Nomor 82/2016 yang
Kuasa Jual dan Akta lainnya terkait Akta Jual Beli bangunan dan tanah
kepada Para Terbanding/ Para Penggugat, maka dapat diartikan bahwa Para
tidak menyetujui adanya perjanjian jual beli atas objek perkara tentu Para
penjualan tersebut, karena yang tersebut adalah merupakan uang hasil jual
jual beli antara Freddy Susanto dengan Herwanto pada 15 Desember 2016
dan apabila menyatakan bahwa jual beli atas objek perkara adalah tidak sah
tentu sejak awal akan menolak hasil penjualan obyek perkara tersebut serta
agar akta jual beli yang dilakukan oleh Freddy Susanto Handjajano alias
Freddy Susanto dengan Herwanto untuk dibatalkan tanap alasan yang sah
Pengadilan Tinggi Semarang menyatakan sah dan berharga Akta Jual Beli
42/Plamongansari diperoleh Alm. Tn. Freddy Susanto dan Alm. Ny. Dewi
Pasal 119 sehingga seluruh harta yang diperoleh baik sebelum maupun
harta tersebut merupakan hak bersama selama tidak ditentukan lain dalam
perjanjian kawin.
Hak atas tanah dimaksud merupakan hak milik, dimana berdasarkan Pasal
20 UUPA hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang
dapat dipunyai orang atas tanah, hak milik dapat beralih dan dialihkan
kepada pihak lain. Sifat-sifat daripada hak milik yang membedakan dengan
hak-hak lainnya. Hak milik adalah hak “terkuat dan terpenuh” yang dapat
dimiliki orang atas tanah. Kata-kata “kuat dan terpenuh” itu bermaksud
untuk membedakannya dengan hak guna usaha, hak guna bangunan, hak
nenek moyang turun kepada cucu; berpindah-pindah dari orang tua kepada
dengan Akta Perkawinan Tn. Freddy Susanto dan Ny. Enggawati. Dalam
persiapan pembuatan akta seharusnya terlihat waktu perolehan tanah
warisan termasuk dalam harta bawaan dimana hak atas tanah tersebut
No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan (UUHT), pada Pasal 1 terakit
definisi hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas
pada keditor tertentu dan kreditor lainnya. Bila dikaitkan dengan kasus
yang telah diuraikan, jaminan pada Koperasi Adil Sentosa seharusnya
tanah hak tanggungan dan mencatatnya dalam buku tanah hak atas tanah
yang menjadi objek hak tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada
Hal ini berarti seharusnya pada saat persiapan akta, PPAT yang
2 yang berbunyi: “Pihak Pertama menjamin, bahwa objek jual beli tersebut
di atas tidak tersangkut dalam suatu sengketa, bebas dari sitaan, tidak
terikat sebagai jaminan untuk sesuatu utang yang tidak tercatat dalam
klausul tidak dapat terpenuhi karena objek jual beli masih dibebankan hak
tanggungan sehingga perbuatan jual beli tidak dapat diikat dengan Akta
Jual Beli tidak dapat dijadikan sumber data untuk Kantor Pertanahan
mendaftarkan peralihan hak atas tanah tersebut. Namun dalam hal hak
aspek formil dan materil dari perbuatan jual beli tersebut. Aspek formil
yang termuat dalam Akta Jual Beli No. 82/2016 sudah terpenuhi dimana
memperhatikan sisi materiil dari perbuatan jual beli yang dilakukan Tn.
Freddy Susanto dan Tn. Herwanto. Secara materiil Akta Jual Beli No.
memenuhi syarat materiil karena tidak ditanda-tangani oleh para ahli waris.
perbuatan jual beli yang dilaksanakan Tn. Freddy Susanto sebagai penjual
dengan Tn. Herwanto sebagai pembeli. Sepanjang tidak ada penolakan ahli
tercantum dalam Pasal 847 KUHPerdata bahwa tak seorang pun boleh
menggantikan orang yang masih hidup. Berdasarkan hal tersebut maka hak
mewaris ahli waris tidak dapat digantikan, hak atas tanah warisan menjadi
harta bersama para ahli waris sehingga hak tersebut melekat dan tidak
boleh digantikan. Perbuatan menjual tanah warisan secara sepihak oleh Tn.
Pasal 1320 KUHPerdata artinya dalam suatu perjanjian yang mengikat para
pihak haruslah pihak yang memiliki hak atas objek perjanjian tersebut.
dari semua ahli waris, maka perbuatan hukum jual beli ini tidak cakap dan
bahwa pihak Pejabat Pembuat Akta Tanah tidak ada keharusan atau
depan Notaris atau Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam hal ini penjual dan
Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga sudah memenuhi syarat secara formil
tentu harus mensyahkan adanya jual beli atas tanah dimaksud”, peneliti
dalam persiapan pembuatan akta sudah diatur sedemikian rupa agar akta
hukum
Susanti Setiawan.
Harta waris Pasal 852a Harta waris merupakan harta Penerapan hukum sudah
berdasarkan pewarisan
Nomor 42/Plamongansari.
PPAT PP Nomor 37 Notaris-PPAT Sri Juni Notaris-PPAT tepat
ATR/BPN
atas tanah.
setifikat asli.
Akta Jual Pasal 1320 Perbuatan jual beli oleh Tn. Hakim Pengadilan
dibatalkan. terdegradasi.
Enggawati.