Anda di halaman 1dari 28

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA

PENANGANAN PERMASALAHAN
PERTANAHAN

Oleh
Kintot Eko Baskoro
Kepala Sub Direktorat Penetapan Hak Tanah Pada
Direktorat Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah
Badan Pertanahan Nasional RI

Disampaikan pada Kegiatan Pelatihan Penyidik Tindak Pindana


Pertanahan pada Bareskrim Polri, Tanggal 27 Agustus 2013,
di Jakarta
 Dasar :
1. Perpres No. 10 tahun 2006 ttg BPN RI
 Ps 1 : BPN : lembaga pemerintah non kementerian yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden
 Ps 2 : BPN mempunyai tugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional,
regional dan sektoral
2.Perpres. No. 85 tahun 2012 ttg Perubahan atas
Perpres No. 10 tahun 2006
 Ps 51 : Kepala BPN RI setingkat Menteri
Visi, Misi dan Tujuan Pengelolaan Pertanahan

Visi
Sesuai Renstra BPN-RI 2010-2014, visi BPN-RI adalah: “Menjadi
lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan
sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik
Indonesia”
Misi
Misi pembangunan pertanahan yang akan dicapai mengacu pada 4
(empat) prinsip, yaitu Pengelolaan Pertanahan berkontribusi pada
terwujudnya: Prosperity, Equity, Social Welfare dan Sustainability bagi
Rakyat.
 Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru
kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan,
serta pemantapan ketahanan pangan.
 Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan
bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan
dan pemanfaatan tanah (P4T).
 Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi
berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan
penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak
melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudian hari.
 Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia
dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan datang
terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat
DASAR HUKUM PERTANAHAN :

Pasal 33 ayat 3 UUD 45 “Bumi dan air dan Kekayaan alam


yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA)
Pasal 2 :
 Ayat 1 :
Bumi, air, ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh
Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.

 Ayat 2 :
Hak menguasai dari Negara tersebut ayat (1) memberi
wewenang untuk :
Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum
antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;

Menentukan dan mengatur hubungan-


hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan
hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
Pasal 4 :
 Ayat (1) :
Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang
dimaksud dalamPasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas
permukaan bumi yang disebut tanah yang dapat diberikan kepada
dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan
orang-orang lain serta badan-badan hukum.

Pasal 6 :
Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial
Pasal 16
 Hak Milik (HM)
ayat 1 :  Hak Guna Usaha (HGU)
 Hak Guna Bangunan
(HGB)
 Hak Pakai (HP)
HAK PENGELOLAAN
DASAR ADALAH
 UU No. 16 Tahun 1985
yang telah diperbaharui  Hak menguasai dari
dengan UU No. 20 Negara yang
tahun 2011 tentang kewenangan
Rumah Susun pelaksanaannya
 UU No. 2/2012 tentang sebagian dilimpahkan
PTBPUKU kepada pemegangnya.
 PP No. 40 Tahun 1996
tentang HGB , Hak
Milik, dan Hak Pakai.
Subyek Hak :
 Hak Milik.
• WNI;
• Badan-badan hukum yang ditetapkan oleh Pemerintah
sesuai dengan ketentuan perundangan yaitu:
 Bank Pemerintah;
 Badan keagamaan dan badan sosial yang ditunjuk
oleh Pemerintah .

 Hak Guna Usaha/Hak Guna Bangunan


• WNI;
• Badan Hukum yang didirikan menurut Hukum Indonesia
dan berkedudukan di Indonesia.

10
 Hak Pakai :
 WNI
 Orang asing yang berkedudukan di Indonesia
 Instansi Pemerintah
 Badan hukum yang didirikan menurut hukum
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
 Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di
Indonesia

11
 Hak Pengelolaan
 Instansi Pemerintah termasuk Pemerintah
Daerah
 BUMN/BUMD
 PT. Persero
 Badan Otorita
 Badan-badan hukum pemerintah lainnya yang
ditunjuk Pemerintah

12
 Permohonan hak atas tanah, memuat :
• identitas pemohon al. KTP/SIM untuk perorangan, akta
pendirian dan pengesahanya untuk badan hukum;
• letak, luas dan status tanahnya;
• jenis hak yang dimohon;
• dasar perolehan tanahnya;
• serta rencana penggunaan atas tanah.

 Pengukuran (dilaksanakan setelah Pemohon membayar


biaya pengukuran sesuai dengan PP.13 Tahun 2010).

13
 Penelitian data yuridis dan data fisik atas
tanah/Pemeriksaan Tanah sesuai Keputusan
Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 7
Tahun 2007 :
• Panitia “A” untuk HM, HGB, HP dan HPL.
• Panitia “B” untuk HGU
• Tim peneliti untuk HP Instansi Pemerintah/
Pemda.
• Tim konstatering untuk Perpanjangan Hak,
Pembaharuan Hak (HGB dan HP berjangka
waktu) . 14
 Tugas Panitia A :
• Mengadakan pemeriksaan permohonan HM, HGB, HP dan
pengakuan hak;
• Mengadakan penelitian status tanah, riwayat tanah dan
hubungan hukum tanah yang dimohon dengan pemohon
serta kepentingan lainnya.
• Mengadakan peninjauan fisik;
• Meneliti kesesuaian penggunaan tanah dengan RTRW;
• Membuat Berita Acara Penelitian Lapang;
• Melakukan sidang berdasarkan data fisik dan yuridis hasil
pemeriksaan lapang dan data pendukung lainnya;
• Memberikan pendapat dan pertimbangan yang dituangkan
dalam Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah A
• Pemeriksaan Tanah A dilaksanakan setelah Pemohon
membayar biaya Pemeriksaan Tanah sesuai dengan PP.13
Tahun 2010.

15
 Tugas Panitia B :

• Mengadakan pemeriksaan permohonan pemberian, perpanjangan dan


pembaharuan HGU;
• Mengadakan penelitian status tanah, riwayat tanah dan hubungan hukum
tanah yang dimohon dengan pemohon serta kepentingan lainnya.
• Mengadakan peninjauan fisik;
• Menentukan kesesuaian penggunaan tanah dengan rencana pembangunan
daerah;
• Membuat Berita Acara Penelitian Lapang;
• Melakukan sidang berdasarkan data fisik dan yuridis hasil pemeriksaan
lapang dan data pendukung lainnya;
• Memberikan pendapat dan pertimbangan yang dituangkan dalam Risalah
Panitia Pemeriksaan Tanah B
• Pemeriksaan Tanah B dilaksanakan setelah Pemohon membayar biaya
Pemeriksaan Tanah sesuai dengan PP.13 Tahun 2010.

16
 Petugas Konstatasi :

• Mengadakan pemeriksaan permohonan hak yang berasal


dari tanah yang sudah terdaftar, perpanjangan dan
pembaharuan;
• Mengadakan peninjauan fisik;
• Menentukan kesesuaian penggunaan tanah dengan rencana
pembangunan daerah;
• Memberikan pendapat dan pertimbangan yang dituangkan
dalam Risalah Pemeriksaan Tanah (Konstatering Rapport)
• Pemeriksaan Konstatasi dilaksanakan setelah
Pemohon membayar biaya Konstatasi sesuai dengan
PP.13 Tahun 2010.

17
Kewajiban Pemohon antara lain:

 Memasang patok tanda batas tanahnya


 Semula membayar Uang Pemasukan sesuai PP
46/2002,ttg. Tarif atas jenis penerimaan Negara bukan
Pajak yang berlaku pada BPN, namun telah dihapus sesuai
PP No. 13 Tahun 2010, ttg. Hal yang sama.
 Membayar Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) sesuai UU No 21/1997 ttg. Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan jo. UU No. 20/2000 ttg.
Perubahan atas UU No. 21/1997. Terakhir diatur
berdasarkan UU No. 28/2009 yang dilaksanakan
berdasarkan Perda Kabupaten/Kota.
 Membayar PPH sesuai PP No. 48/1994 jis. No. 29/1996
dan No. 71/2008 ttg Pembayaran Pajak Penghasilan Atas
Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau
Bangunan.
18
 Penerbitan Sertipikat Hak Atas Tanah :

Setelah kewajiban dipenuhi, pemohon mendaftar di


Kantor Pertanahan Kab/Kota sesuai PP No. 24/1997 jo.
Permenag/ KBPN No. 3/1997.
Persyaratan :
 SK Pemberian Hak
 Bukti setoran :
 BPHTB
 biaya pendaftaran tanah

19
a. Memelihara tanah;
b. Menambah kesuburan tanah;
c. Mencegah kerusakan tanah;
d. Menggunakan tanah sesuai dengan isi dari
haknya;
e. Memasang dan memelihara tanda batas tanah.
f. Mengamankan bukti-bukti penguasaan secara
yuridis.
Penguasaan & Pemanfaatan Tanah di Indonesia
Rentsra BPN RI 2010-2014 : Luas
NKRI 840 juta ha = 192 juta ha darat +648 juta ha laut
192 juta ha darat = 65% Hutan +35% Budidaya
Kawasan
Pertambangan
Tanah Masyarakat
Wilayah
Kawasan
Hukum Adat
NKRI
Hutan
(68,31 %) Transmigras
Kawasan Hutan
i

Non-Kawasan
Hutan

Non- Pemerintah/ Badan Masyarakat


Kawasan BUMN/ BUMD Hukum Masyarakat Tani
Hutan Swasta Non-Tani
(31,69%)

21
Tipologi Permasalahan Pertanahan

1. Pemilikan dan Penguasaan Tanah;


2. Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah ;
3. Batas atau letak bidang tanah;
4. Pengadaan Tanah;
5. Tanah obyek Landreform;
6. Tuntutan Ganti Rugi Tanah Partikelir;
7. Tanah Ulayat;
8. Pelaksanaan Putusan Pengadilan.
Penyebab Timbulnya Permasalahan Pertanahan

 BPN RI hanya berwenang mengelola tanah di wilayah Indonesia yang


tidak termasuk dalam kawasan hutan, karena wilayah kawasan hutan
berada dibawah kewenangan Menteri Kehutanan;
 Diluar kawasan hutan, timbul berbagai konflik pertanahan yang
disebabkan :
1. Perbandingan luas tanah dan pertumbuhan penduduk tidak seimbang;
2. Tanah sudah menjadi komoditi ekonomi;
3. Ketimpangan struktur penguasaan/pemilikan tanah;
4. Tumpang tindih peraturan dan lembaga yang menangani pertanahan;
5. Tidak tertibnya administrasi pengelolaan aset tanah instansi pusat dan
daerah/ BUMN/BUMD.
Pencegahan Permasalahan Pertanahan

Upaya Yang Telah Dilakukan Oleh BPN-RI.


a. Melaksanakan Legalisasi Aset bagi masyarakat ekonomi penguasaan pemilikan
tanah.
 Bidang tanah seluruh Indonesia : 85 juta bidang;
Sudah didaftar/terbit sertipikat : 45.215.139 bidang;
Untuk tahun 2013 dilaksanakan melalui kegiatan :
 Prona : 819.639 bidang;
 UKM : 20.525 bidang;
 Nelayan : 18.000 bidang;
 Pertanian: 24.750 bidang;
 Menpera/MBR : 7.500 bidang;
 Transmigrasi : 15.401 bidang;
 Redistribusi : 175.500 bidang.
Jumlah : 1.081.315 bidang
 Pembatasan luas pemberian hak atas tanah HGU dan HGB skala besar dalam
pembahasan RUU Pertanahan.
b. Tindakan proaktif melalui pelayanan pengaduan;
c. Penyuluhan hukum dan/ atau sosialisasi peraturan
pertanahan;
d. Pembinaan, peningkatan partisipasi dan pemberda-
yaan masyarakat;
e. Sinkronisasi peraturan pertanahan, dari 632 peratur-
an, sebanyak 208 akan dicabut karena sudah tidak berlaku
lagi;
f. Kewajiban membangun kebun plasma paling rendah
seluas 20% dan melaksanakan CSR terhadap setiap
permohonan, perpanjangan, pembaharuan HGU (SE KBPN
RI No. 2/SE/XII/2012 tanggal 27 Desember 2012).
Penanganan Permasalahan Pertanahan
1. Pelayanan Pengaduan, Pengkajian, Penanganan dan Penyelesaian dengan :
 Penerbitan /pembatalan hak atas tanah;
 Mediasi dengan win-win solution;
 Pengadilan Perdata/TUN;
 Koordinasi dengan Menhut, Menkeu, BUMN dan Pemda.
(Per Ka BPN RI No. 3 Tahun 2011);
Penyelesaian Kasus Pertanahan sampai akhir tahun 2012 :
 Jumlah kasus : 7.196 kasus;
 Jumlah diselesaikan : 4.291 kasus (59,63%);
 Sisa : 2.905 kasus
Terhadap sisa kasus sejumlah 2.905 kasus diupayakan ditangani melalui :
 Tim 14 sejumlah 82 kasus yang berpotensi konflik strategis yang diselesaikan secara
simultan pada akhir tahun 2013;
 Penanganan rutin sejumlah 2.823 kasus.
Penanganan kasus tersebut diupayakan melalui mediasi dengan mengedepankan prinsip
win-win solution.
2. Pelimpahan kewenangan penyelesaian konflik kepada Kanwil BPN
provinsi;
3. Pembentukan Tim Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan
Yang Berpotensi Konflik Strategis/Tim 14 (SK Ka BPN RI No.
366/KEP-25.2/IX/2012 tanggal 10 September 2012 jo No. 227/KEP-
25.2/IV/2013 tanggal 4 April 2013);
4. Kerjasama (MoU) dengan instansi lain (Polri, Kemhan, Ombudsman
RI, Pertamina, Pemda, dll);
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai