Anda di halaman 1dari 16

PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI STRATEGI

KEHUMASAN DIGITAL DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Dina Mizanie1, Irwansyah2


Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Komunikasi
1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia,


Email : dina.mizanie@live.com
Dosen Pengajar Pascasarjana Manajemen Komunikasi
2

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia,


Email : dr.irwansyah.ma@gmail.com

ABSTRACT

The use of internet and digitalization brought the world towards the fourth industrial revolution or
industry 4.0. The characteristic of industry 4.0 is a combination between internet devices and human
performance or cyber-physical system. Industry 4.0 provided new public relations strategies to
develop. This study aims to discuss more about how the digital public relations in the way to achieve
goals which building the reputation. The strategies described in this study focused on social media
including electronic word-of-mouth (e-WOM), internet buzzer, social media activist and search engine
optimization

.Keywords: Digital public relations, industry 4.0, social media, industrial internet, strategy management

ABSTRAK

Pemanfaatan internet dan digitalisasi membawa masyarakat dunia menuju revolusi industri keempat
atau industri 4.0. Era industri 4.0 memiliki karakteristik kombinasi antara perangkat internet dengan
kinerja manusia atau cyber-physical system ternyata memberikan banyak strategi komunikasi hubungan
masyarakat untuk dikembangkan. Kajian ini bertujuan untuk membahas lebih dalam bagaimana
strategi hubungan masyarakat digital dalam usahanya mencapai tujuannya membangun reputasi.
Strategi yang diuraikan dalam kajian ini berfokus pada media sosial yang berbentuk electronic word-
of-mouth (e-WOM), internet buzzer, aktivis media sosial, dan penggunaan search engine optimization.

Kata Kunci: Hubungan masyarakat digital, industri 4.0, media sosial, industri internet, manajemen
strategi.

PENDAHULUAN pertama atau yang dikenal dengan industri 1.0,


Revolusi industri ramai dibicarakan karakteristiknya adalah tumbuhnya industri
beberapa tahun belakangan ini. Saat ini dunia yang menggunakan alat mekanis yang meng-
dikatakan sedang memasuki era keempat dalam gunakan tenaga air dan uap. Industri 2.0 ditandai
revolusi. Sebelum era keempat atau yang sering dengan produksi massal, perakitan produk
disebut sebagai revolusi industri 4.0, setiap dan munculnya pemanfaatan tenaga listrik.
era dalam revolusi industri memiliki karakte- Selanjutnya industri 3.0 membawa karakteristik
ristiknya masing-masing. Pada era revolusi penggunaan komputer dan mesin-mesin yang

149
150 Komunikasi, Vol. XIII No. 02, September 2019: 149-164

berjalan otomatis. Kemudian industri terus untuk munculnya solusi baru di bidang lain,
berevolusi hingga muncul istilah revolusi salah satunya dalam bidang komunikasi.
industri 4.0 yang ditandai dengan sistem Sama seperti proses industri, komunikasi juga
cyber-physical (Fuchs, 2018), yaitu terjadinya mengalami tahapan dari tradisional, mekanik,
kolaborasi antara kegiatan fisik di dunia nyata komputerisasi hingga pemanfaatan internet.
dengan kegiatan siber di dunia internet. Revolusi industri 4.0 memungkinkan kegiatan
Istilah industri 4.0 ini pertama kali komunikasi yang perlu menyentuh khalayak
dicetuskan oleh pemerintahan Jerman pada yang lebih luas berjalan lebih optimal. Hal
2011 dalam acara Hannover Fair. Mereka ini didukung dengan internet yang memiliki
menyebutkan ini sebagai awal dari revolusi kelebihan untuk menjangkau khalayak yang
industri keempat (Ustundag & Cevikcan, 2018). tidak terbatas pada geografis. Penerapan pada
Perdebatan mengenai industri 4.0 ini cukup ramai bidang komunikasi massa misalnya muncul
di Jerman bahkan mereka telah memunculkan media-media baru yang berbasis internet. Surat
konsep ini hingga di ranah pemerintahan, kabar yang tadinya berbentuk cetak kini dapat
laporan-laporan hingga penelitian (Fuchs, diakses bentuk digitalnya melalui situs resmi
2018). Secara umum, industri 4.0 ini sering kantor beritanya. Bahkan, internet memberikan
dikaitkan dengan kemunculan internet yang peluang untuk mendapatkan laporan berita
memungkinkan alat-alat saling terhubung serta tepat ketika suatu kejadian terjadi. Begitu pula
para pengguna juga dapat saling berinteraksi. dengan radio yang pada era industri sebelumnya
Industri 4.0 juga dikatakan mengoptimalkan mengandalkan sinyal analog, memasuki era
elemen operasionalisasi, komunikasi dan industri 4.0 mulai berkembang menggunakan
teknologi informasi untuk membuat proses radio digital, lebih jauh menggunakan koneksi
otomatisasi dalam manufaktur dapat maksimal internet untuk menghadirkan radio streaming.
(Gilchrist, 2016). Fuchs menjelaskan bahwa hal Sebagai salah satu bidang komunikasi
terekstrim dari industri 4.0 adalah “suatu barang yang memerlukan kemampuan untuk menjang-
sepenuhnya diproduksi, dikirim, digunakan, kau publik yang besar untuk kepentingan
diperbaiki dan didaur ulang secara otomatis membangun reputasi yang baik bagi organi-
tanpa campur tangan manusia, melalui jaringan sasi, bidang hubungan masyarakat cukup
berbagai teknologi melalui internet” (Fuchs, diuntungkan dengan kehadiran industri 4.0
2018). ini. Kehumasan mengalami perkembangan
Industri 4.0 awalnya muncul sebagai seiring dengan berkembangnya teknologi.
kelanjutan dari industri 3.0 yang menggunakan Era digitalisasi juga berperan besar dalam
komputer dan mengandalkan otomatisasi kemajuan industri kehumasan. Pada era industri
oleh mesin. Namun meskipun sebuah fase sebelumnya kegiatan humas masih berkutat pada
kelanjutan, tidak menjadikan konsep ini hanya hal yang bersifat analog. Perangkat penyebaran
dapat diterapkan dalam industri yang bersifat pesan terkait reputasi dan citra organisasi yang
mekanik seperti mesin-mesin pabrik saja. digunakan masih berupa artefak seperti rilis
Penggunaan internet memberikan peluang yang diterbitkan di koran dan sebagainya. Salah
Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Strategi Kehumasan... (Dina Mizanie, Irwansyah) 151

satu kekurangan kegiatan humas analog ini dalam melakukan kegiatan komunikasi kor-
adalah sulit untuk menjangkau khalayak yang porat dan kehumasan. Dengan kata lain,
lebih besar karena sangat terbatas oleh jumlah menggunakan media sosial sebagai suatu
pembaca yang mampu mengakses media-media instrumen dalam menjalankan strategi kehu-
tersebut. Sementara sekarang ini digitalisasi masan memberikan pandangan baru, yaitu
memungkinkan kegiatan kehumasan dijalankan bagaimana agar reputasi itu dibangun dengan
secara digital melalui internet. Perubahan partisipasi khalayak, tidak hanya dari humas
ini membuka kesempatan bagi strategi organisasi atau perusahaan saja. Hal yang sama
baru untuk tumbuh seperti internet buzzer, juga diterapkan dalam tujuan humas lainnya
aktivis media sosial, hingga berkembangnya seperti mengatasi krisis, manajemen citra dan
konsep word-of-mouth di dunia maya. Dari memanipulasi dukungan publik, semua tujuan
beberapa strategi kehumasan yang muncul ini dapat diusahakan dengan adanya partisipasi
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dari khalayak melalui strategi yang akan dibahas.
strategi ini menggunakan media sosial. Selain Berdasarkan uraian di atas, penulis
dikarenakan bentuk situs yang beragam dan berupaya untuk mengkaji lebih dalam mengenai
jumlah penggunanya terus meningkat setiap kegiatan humas digital yang memanfaatkan
tahun, media sosial merupakan media tempat media sosial. Dalam tulisan ini penulis juga
individu berdiskusi mengenai berbagi hal. berusaha membangun konseptual dari berbagai
Proses interaksi yang terjadi di media sosial sumber tentang strategi-strategi yang akan
juga cukup unik yaitu memungkin seseorang dibahas sehingga mendapatkan gambaran yang
untuk terhubung dengan orang lain yang tidak jelas bagaimana setiap strategi bekerja dan agar
dikenalnya, atau bahkan orang tersebut dapat tetap sejalan dengan konsep-konsep kehumasan
menggunakan identitas anonim. Media sosial maupun industri 4.0. Tulisan ini kemudian
juga merupakan media yang memungkinkan dispesifikkan dalam judul “Pemanfaatan Media
penggunanya untuk mengolah kontennya sen- Sosial Sebagai Strategi Humas Digital di Era
diri atau yang lebih dikenal dengan istilah Industri 4.0”.
user-generated content. Media sosial juga
memiliki karakteristik yang disebut sharing,
yaitu kegiatan antar pengguna yang saling METODE PENELITIAN
bertukar, mendistribusikan dan menerima Metode yang digunakan dalam kajian
konten (Kietzmann, Hermkens, McCarthy, & ini adalah metode kajian literatur atau studi
Silvestre, 2011). Dari sharing ini kemudian pustaka. Kajian literatur merupakan metode
memungkinkan suatu konten dapat menjadi mengumpulkan teori dan penelitian yang
viral dan pesan dapat tersebar dengan luas dan berhubungan dengan topik kajian (Ridley,
cepat, tanpa perlu lebih banyak tenaga karena 2012). Pada kajian ini penulis mengumpulkan
penyebarannya dilakukan oleh penggunanya berbagai jenis literatur berupa buku, jurnal,
sendiri. Kemungkinan untuk masifnya suatu dan hasil penelitian terdahulu yang kemudian
pesan ini dapat dipertimbangkan oleh humas disusun sesuai dengan pembahasan. Dengan
152 Komunikasi, Vol. XIII No. 02, September 2019: 149-164

adanya tinjauan yang komprehensif diharapkan mengedepankan kombinasi antara ruang siber
akan memperkaya konseptual mengenai konsep atau internet bersama sejumlah perangkatnya
dan strategi yang akan dibahas. dengan tenaga manusia.
Industri 4.0 sering kali disebut juga
dengan industri internet atau industrial internet.
HASIL DAN PEMBAHASA
Meskipun dicetuskan oleh Jerman, nyatanya
Hubungan Masyarakat dalam Industri 4.0
konsep ini menyebar dengan cepat juga ke
Untuk memahami lebih dalam industri negara-negara sekitar Amerika dan Asia. Di
4.0 penting untuk memulai dari definisi yang Amerika konsep ini menjadi alat kunci untuk
dirumuskan oleh para ahli yang terkait dengan berbagai strategi pembangunan nasional
konsep ini. Beberapa peneliti meyakini bahwa dan menjadi perspektif yang paling banyak
tidak ada definisi yang pasti untuk menjelaskan digunakan terkait dengan perkembangan
apa itu industri 4.0, namun agar memiliki industri teknologi (Popkova, Ragulina,
pemahaman yang sama penulis mencoba & Bogoviz, 2019). Sementara di Jepang,
menyajikan definisi dari beberapa peneliti pembangunan industri 4.0 telah menjadi prioritas
terkait konsep ini. Fuchs mendefinisikan industri dari implementasi rencana saintek negara
4.0 sebagai “sebuah konsep yang menyebarkan tersebut (Popkova et al., 2019). Kepopuleran
kombinasi Internet of Things (IoT), big konsep industri internet ini menurut Gilchrist
data, media sosial, cloud computing, sensor, (2016) didorong oleh kompleksitas sistem
kecerdasan buatan (artificial intelegence), industri pada masa sekarang. Sistem industri
robotics dan penerapan dari kombinasi ini telah melampaui kemampuan manusia untuk
dalam produksi, distribusi dan penggunaan dari mengarahkan solusi yang efisien. Hal ini juga
suatu produk fisik” (Fuchs, 2018). Sementara berimbas kepada semakin tertinggalnya metode
Baldasari dan Roux menjelaskan bahwa inti tradisional karena tidak mampu lagi memberikan
dari industri 4.0 adalah “cyber-physical system” kemajuan atau perkembangan dalam industri.
itu sendiri yaitu dimana terjadi perpaduan Dengan memahami industri internet, manusia
antara perangkat keras, perangkat lunak serta dapat mengimbangi kompleksitas tersebut
manusia untuk melakukan suatu tugas atau dan memanfaatkan internet pada mesin-mesin
pekerjaan (Baldassari & Roux, 2017). Herman operasional untuk mendapatkan solusi serta
et al (Jankowska & Götz, 2017) memberikan inovasi baru.
definisi yang mirip dengan simpulan Fuchs yang
Inti dari industri 4.0 adalah perangkat
mengedepankan teknologinya yaitu industri
internet berjalan selaras dengan pekerjaan
4.0 merupakan kesatuan dari empat konsep
manusia. Sehingga untuk menjalankan industri
utama yaitu CPS, IoT, Internet of service dan
berbasis internet, diperlukan sumber daya
smart Factory. Dari definisi-definisi yang telah
manusia yang memiliki kemampuan dan
disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa
keahlian untuk memahami perangkat internet
industri 4.0 merupakan konsep yang digunakan
itu sendiri. Oleh sebab itu, kemampuan
dalam memahami kondisi industri yang
menjalankan internet sangat penting bagi
Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Strategi Kehumasan... (Dina Mizanie, Irwansyah) 153

seorang pekerja humas, dalam konteks membangun dan memelihara hubungan dengan
kehumasan. Gilchrist bahkan menyarankan publik yang bertujuan untuk merekayasa
organisasi untuk menyiapkan tenaga ahli dukungan publik untuk organisasi atau
analitik data atau teknisi elektro agar dapat perusahaaan.
memaksimalkan sumber-sumber dari industri Fawkes merangkum fungsi humas
4.0 seperti penggunaan big data dan meta yang diuraikan L’Etang (Fawkes, 2012).
data. Membicarakan industri 4.0 juga berarti Ia menyebutkan ada tiga fungsi dari humas
membicarakan inovasi yang dapat dilakukan yaitu representational, dilogic dan advisory.
untuk mengembangkan industri. Dalam Fungsi representational meliputi penggunaan
konteks kehumasan pada khususnya, perlu terus bahasa, seperti kegiatan retorika, orasi dan
beradaptasi dan mengenali strategi-strategi avokasi, dan gambaran yang bertujuan untuk
baru yang sedang tumbuh dan berkembang. merepresentasikan organisasi. Fungsi kedua
Karena umumnya, seperti yang disampaikan adalah dialogic, yaitu fungsi yang meliputi
sebelumnya, strategi berbasis industri internet kegiatan negosiasi dan usaha-usaha untuk
memberikan solusi yang tidak bisa diatasi mencapai kesepahaman. Seorang praktisi
melalui metode tradisional. humas dituntut untuk menjadi jembatan
Sebelum membahas mengenai industri antara publik internal dan publik eksternal
yang tumbuh dalam lingkup kehumasan, organisasi. Oleh sebab itu sangat penting bagi
sebaiknya kita memahami terlebih dahulu seorang humas untuk cermat dalam menyimak
apa yang dimaksud dengan kehumasan. pandangan lain dari khalayaknya. Fungsi ketiga
Botan dan Hazleton (Watson & Noble, 2007) adalah advisory, yaitu fungsi yang meliputi
mendefinisikan kehumasan sebagai proses kegiatan konseling. Peran ini bertanggungjawab
yang mengusahakan adanya kontrol simbolis untuk menjalankan rencana kampanye dari
atas disposisi evaluatif dan perilaku publik organisasi serta bertugas untuk mengatasi dan
atau klien yang relevan. Sementara Bernays memanajemen krisis yang dihadapi. Penting
menjelaskan definisi kehumasan dengan untuk memunculkan fungsi humas dalam
menekankan peran persuasifnya bahwa yang pembahasan mengenai strategi humas dalam
dimaksud dengan kehumasan adalah usaha industri 4.0, karena penggunaan strategi yang
untuk merekayasa dukungan publik (Watson akan dijelaskan nantinya juga sering digunakan
& Noble, 2007). Selain definisi dari para ahli, dalam bidang komunikasi lainnya seperti
Institute of Public Relations di Inggris juga komunikasi pemasaran dan periklanan. Namun
memberikan definisi kehumasan secara praktis. secara umum pembeda antara strategi humas
Menurut institusi ini, kehumasan adalah praktik dengan strategi pemasaran adalah fungsi dan
yang disengaja, direncanakan dan berkelanjutan tujuannya. Sebagai contoh, penggunaan internet
untuk memelihara hubungan suatu organisasi buzzer dalam ranah pemasaran periklanan
dan publiknya (Warnaby & Moss, 1997). Dari adalah menggunakan kelimpahan informasi
beberapa definisi di atas dapat kita simpulkan untuk mencapai tindakan pembelian dari calon
bahwa kehumasan adalah proses usaha untuk konsumen. Sementara dalah ranah humas,
154 Komunikasi, Vol. XIII No. 02, September 2019: 149-164

tujuannya adalah untuk memenuhi fungsi press release kepada khalayak yang lebih besar
humas itu sendiri yaitu membangun reputasi, serta memfokuskan aspek khusus dari institusi
memperbaiki citra, mengatasi krisis organisasi kepada khalayak yang cocok” (Gifford, 2010).
dan lain sebagainya. Humas digital telah berkembang sangat
Keterbukaan akses internet yang pesat hanya dalam beberapa tahun. Banyak
begitu besar dan masifnya penggunaan sosial strategi baru bermunculan untuk membantu
media memungkinkan setiap orang untuk humas digital mencapai tujuannya. Dengan
mengutarakan pendapatnya. Khalayak juga hadirnya internet, humas digital mendapatkan
semakin mudah tersambung dengan berbagai ruang strategis untuk terus menyajikan
organisasi. Kondisi ini dapat dimanfaatkan informasi kepada khalayak, misalnya dengan
praktisi humas untuk mengelola hubungan mengoptimalisasi sistem pencarian online dan
dengan publiknya secara digital. Beberapa beberapa strategi yang akan diuraikan pada
tahun belakangan muncul istilah humas digital, tulisan ini. Praktisi humas digital juga perlu
sekaligus mempertemukan humas dengan aktif dalam jejaring sosial untuk membangun
industri 4.0 yang memanfaatkan ruang internet. hubungan dan mengelola reputasi organisasi
Dalam penelitian terkait humas digital terdapat (Fawkes, 2012).
tiga terminologi yang sering digunakan, yaitu
“website atau humas berbasis web”, “humas
Word-of-Mouth dan Internet Buzzer
online” dan “humas yang menggunakan internet”
(Huang, Wu, & Huang, 2017). Meskipun telah Anderson mendefinisikan word-of-mouth
banyak penelitian tekait dengan terminologi sebagai komunikasi informal antara pihak yang
tersebut, ternyata masih cukup sedikit definisi dekat tentang bagaimana penilaian mereka
kongkrit terkait humas digital. Huang, Wu dan mengenai barang dan jasa tertentu (Ring,
Huang mendefinisikan humas digital sebagai Tkaczynski, & Dolnicar, 2014). Sementara
“manajemen komunikasi antara organisasi dan Bristor menjelaskan bahwa word-of-mouth
publiknya melalui aplikasi internet” (Huang adalah suatu bentuk komunikasi interpersonal
et al., 2017). Sementara Gifford menjelaskan yang melibatkan informasi nonkomersil
bahwa humas digital merupakan serangkaian tentang suatu produk, jasa atau sebuah merk
kegiatan yang meliputi mengeluarkan rilis (Larceneux, 2013). Konsumen yang belum
online untuk memberikan informasi kepada pernah memiliki pengalaman menggunakan
stakeholder tentang layanan mereka. Ia juga suatu barang atau jasa biasanya cenderung
memfokuskan humas digital dalam fungsinya untuk mencari informasi terkait suatu produk
untuk meningkatkan kekuatan jaringan melalui pengalaman pribadi orang lain. Dari
jurnalisme dan menyebarkan informasi melalui penelitian peneliti sebelumnya, Larceneux
internet (Gifford, 2010). Dalam menjalankan menyimpulkan bahwa word-of-mouth telah
tugasnya, menurut Gifford praktisi humas menjadi cara efektif untuk mempengaruhi calon
digital memiliki dua tujuan yaitu “membangun konsumen karena semakin banyak produk atau
pemahaman dan kredibilitas institusi melalui jasa menerima rekomendasi yang baik, semakin
Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Strategi Kehumasan... (Dina Mizanie, Irwansyah) 155

ingin calon konsumen ingin membelinya ini positif maka akan berdampak baik kepada
(Larceneux, 2013). Para peneliti memberikan reputasi perusahaan yang berusaha mereka
pandangan yang lebih luas mengenai efek bangun.
dari word-of-mouth, lebih dari mempengaruhi Ring et al (2014) merangkum beberapa
keputusan membeli. Luarn et al menyimpulkan aktivitas e-WOM yang membuatnya lebih
dari penelitian terdahulu bahwa word-of-mouth menguntungkan dibanding menggunakan
tidak hanya mempengaruhi pilihan konsumen word-of-mouth secara tradisional. Pertama,
dan minat beli, namun juga membentuk sikap arah komunikasi dalam e-WOM tidak lagi
sebelum membeli dan perilaku selanjutnya bersifat one-to-one seperti halnya WOM
terhadap brand yang mereka gunakan (Luarn, tradisional. E-WOM mampu memperluas
Huang, Chiu, & Chen, 2016). arah komunikasinya menjadi one-to-many
Dengan kehadiran internet, proses atau many-to-many. Kedua, karena mampu
word-of-mouth ini merambah melalui sistem mengjangkau arah komunikasi yang luas,
pencarian seperti google dan yahoo. Lewat e-WOM dapat diakses secara global. Ketiga,
situs pencarian ini calon konsumen mencari e-WOM memungkinkan terjadinya proses
berbagai ulasan tentang suatu barang atau jasa pertukaran informasi dengan orang asing yang
yang kemudian mereka temukan dalam bentuk memiliki pengalaman untuk merekomendasikan
blog, berita, forum atau video ulasan. Untuk produk. Hal ini tidak dapat dilakukan WOM
membedakan dengan word-of-mouth yang secara tradisional yang lingkup sempit berupa
dilakukan secara tradisional, proses melalui teman dan keluarga. Keempat, e-WOM
perangkat teknologi ini disebut juga e-WOM memungkinkan pesan untuk dialirkan melalui
atau electronic word-of-mouth. Definisi berbagai macam media. Tidak hanya dalam
electronic word-of-mouth adalah segala pesan bentuk lisan dalam kondisi bertatap muka seperti
dari komunikasi informal yang ditujukan untuk WOM tradisional, e-WOM dapat berbentuk
konsumen melalui teknologi berbasis internet tulisan, gambar, atau video yang bisa diunggah
yang berhubungan dengan karakteristik ke media sosial atau disebarkan melalui mailing
barang, jasa atau penjualnya (Ring et al., list. Kelima, dengan menggunakan media
2014). Perkembangan media sosial banyak online materi e-WOM dapat disimpan dan
membantu tumbuhnya e-WOM sebagai salah digunakan kembali saat dibutuhkan. Namun
satu strategi untuk mempengaruhi opini publik beberapa peneliti masih memperdebatkan
mengenai suatu produk. Banyak perusahaan e-WOM dengan kekurangannya, salah satunya
yang melihat potensi media sosial ini kemudian adalah ketidakakuratan informasi yang
memanfaatkannya untuk mempraktekkan disebarkan secara massif lewat internet. Tham,
e-WOM seperti mengadakan lomba menulis Vroy dan Mair (Ring et al., 2014) berargumen
ulasan, foto atau video pengalaman pengguna bahwa WOM online mungkin akan diragukan
terhadap suatu produk. Dengan usaha ini keakuratan dan tidak dipercaya karena pesannya
rekomendasi mengenai produk mereka akan diolah oleh orang asing atau bahkan anonim
membanjiri media sosial. Apabila rekomendasi yang tidak diketauhi kredibilitasnya.
156 Komunikasi, Vol. XIII No. 02, September 2019: 149-164

Penggunaan e-WOM yang semakin produk yang mendapat banyak publikasi dari
umum kemudian memunculkan berbagai buzzer menjadi produk yang baik, namun juga
konsep yang berhubungan dengan penyebaran juga perlu dilihat apakah rekomendasi yang
pesan melalui internet, salah satunya adalah diberikan positif atau negatif. Secara umum,
internet buzz. Ada artikel ilmiah mendefinisikan dilihat dari kedua dimensi ini kita mengetahui
buzz sebagai sinonim dari word-of-mouth, bahwa buzz memiliki kekuatan yang cukup
namun belakangan berkembang pemahaman besar untuk melakukan persuasi terhadap
bahwa buzz digunakan untuk menunjukkan khalayak, baik secara aktif maupun secara pasif.
volume atau intensitas word-of-mouth terhadap Liang et al melakukan sebuah riset yang
suatu produk dan berfokus pada kiriman online menggambarkan bagaimana praktek buzz
(Houston, Kupfer, Hennig-Thurau, & Spann, mampu membangun reputasi, namun penelitian
2018). Konsep e-WOM ini sering kita temui ini dispesifikkan dalam lingkup artikel ilmiah
juga dalam video review dan unboxing yang yang dipublikasikan di internet. Hasil temuan
ramai di YouTube, atau artikel rekomendasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa
yang ditulis para blogger, baik di blog mereka ilmuwan juga membangun buzz melalui media
sendiri atau dalam sebuah forum. Review dan sosial sama seperti mereka menarik publik
komentar dari para pembuat konten ini tanpa lewat media massa. Hal ini ditujukan selain
sadar membentuk pandangan kita terhadap untuk memperkaya pertukaran informasi antara
suatu produk ilmuwan dan publik, juga untuk melakukan
Seperti yang diungkapkan Houston komunikasi publik agar mereka mendapatkan
et al (2018), membicarakan buzzer berarti lebih banyak perhatian (Corley et al., 2014)
menbicarakan volume, artinya buzz memiliki Buzznet has acquired music-focused blogs
dimensi kuantitatif. Volume diartikan sebagai and brought on Universal Music Group as
jumlah orang yang membicarakan suatu a content partner and equity holder with the
produk. Selain dimensi ini, buzz juga memiliki goal of creating an online music destination to
dimensi kualitatif yaitu valence atau valensi. rival MySpace and Facebook. Buzznet began
Valensi diartikan sebagai lebih menguntungkan as a site for uploading camera-phone pictures,
atau kurang menguntungkan penilaian yang but soon became a very music-focused site
dibuat mengenai suatu produk (Larceneux, and for the last three years has served as the
2013). Artinya pendapat yang dianggap kurang official online community for the Coachella
menguntungkan akan menyebabkan suatu music festival. It has created similar services
produk menjadi dianggap tidak baik, sementara for the Vans Warped tour. The site provides
produk yang mendapatkan ulasan yang individual artist searches and profiles and social
menguntungkan akan menaikkan ekspektasi networking components. It has aggressively
yang baik dari khalayak kepada produk recruited artists and added full-song streaming
tersebut (Larceneux, 2013). Karena dapat and music videos.”,”author”:[{“dropping-pa
dipandang melalui dua dimensi ini, maka dapat rticle”:””,”family”:”Corley”,”given”:”Eliza
disimpulkan bahwa tidak selalu suatu merk atau beth A.”,”non-dropping-particle”:””,”parse-
Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Strategi Kehumasan... (Dina Mizanie, Irwansyah) 157

names”:false,”suffix”:””},{“dropping-pa sosial dapat dikatakan menguntungkan bagi


rticle”:””,”family”:”Yeo”,”given”:”Sara reputasi para ilmuwan.
K.”,”non-dropping-particle”:””,”parse-na Dengan menggunakan buzzer dan
mes”:false,”suffix”:””},{“dropping-part e-WOM, humas tidak hanya dapat membangun
icle”:””,”family”:”Xenos”,”given”:”Mic reputasi, namun juga dapat menutupi krisis
hael”,”non-dropping-particle”:””,”parse- yang sedang dihadapi. Beberapa perusahaan
names”:false,”suffix”:””},{“dropping-particle di Indonesia telah mencoba strategi ini di akun
”:””,”family”:”Su”,”given”:”Leona Yi-Fan”,” media sosial mereka. Misalnya mereka hanya
non-dropping-particle”:””,”parse-names”:fal memberikan reaksi repost atau retweet hanya
se,”suffix”:””},{“dropping-particle”:””,”fami kepada kiriman positif pada waktu akun itu
ly”:”Nealey”,”given”:”Paul”,”non-dropping- tengah diserang komentar negatif.
particle”:””,”parse-names”:false,”suffix”:””},{
Membicarakan buzzer juga akan mem-
“dropping-particle”:””,”family”:”Liang”,”give
bawa kita pada fenomena yang ramai dibicara-
n”:”Xuan”,”non-dropping-particle”:””,”parse-
kan di Indonesia yaitu tentang cyber army atau
names”:false,”suffix”:””},{“dropping-particl
pasukan siber. Di Indonesia, pasukan siber ini
e”:””,”family”:”Scheufele”,”given”:”Dietram
lebih banyak dikenal untuk keperluan politik,
A.”,”non-dropping-particle”:””,”parse-name
namun dengan karakteristik buzzer-nya, juga
s”:false,”suffix”:””},{“dropping-particle”:””,
bisa digunakan sebagai strategi kehumasan. Jika
”family”:”Brossard”,”given”:”Dominique”,”
ingin membentuk pasukan ini untuk menjadi
non-dropping-particle”:””,”parse-names”:fal
buzzer yang bertugas menutupi krisis, humas
se,”suffix”:””}],”container-title”:”Journalism
dapat mengatur strategi tertentu. Tugas yang
& Mass Communication Quarterly”,”id”:”
bisa diinstruksikan seperti menulis tanggapan
ITEM-1”,”issue”:”4”,”issued”:{“date-parts”:
yang positif, melakukan reaksi terhadap kiriman
[[“2014”]]},” page”:”772-791”,” title”:”
atau membantu suatu hashtag yang mendukung
Building Buzz”,”type”:”article-journal”,”volu
organisasi agar menjadi viral.
me”:”91”},”uris”:[“http://www.mendeley.com/
documents/?uuid=3160de3b-2260-4132-8240-
99c61eb2a53e”]}],”mendeley”:{“formattedCi Tumbuhnya Aktivitas Social Media Activist
tation”:”(Corley et al., 2014. Hasil dari usaha Kemampuan media sosial untuk menye-
mereka aktif di media sosial adalah khalayak barkan pesan kepada khalayak yang besar
mereka lebih banyak dan jika ada penelitian juga dimanfaatkan oleh sejumlah aktivis
yang mereka publikasikan melalui media sosial, media sosial, untuk menjalankan perannya
artikel tersebut akan mendapatkan lebih banyak Aktivisme media sosial atau juga yang sering
perhatian dibanding hanya mempublikasikan disebut aktivisme online, didefinisikan sebagai
di jurnal. Dalam dunia akademik, penelitian “penggunaan teknologi jejaring sosial untuk
akan dikatakan penting dan bergengsi apabila mengoranisir dan mengkoordinasi tindakan di
mendapatkan banyak perhatian dan banyak dunia nyata, juga membentuk bagaimana orang
dikutip, sehingga membangun buzz di media tertarik pada protes politik dan bagaimana
158 Komunikasi, Vol. XIII No. 02, September 2019: 149-164

peneliti memahami pergerakan sosial” (Brown, permasalahan, pada situasi seperti ini humas
Ray, Summers, & Fraistat, 2017). Dari definisi dapat melibatkan aktivis media sosial. Terdapat
ini dapat disimpulkan bahwa gerakan aktivis beberapa alasan yang melatarbelakangi, yaitu
media sosial tidak hanya menargetkan massa mengajak aktivis media sosial memungkinkan
yang besar, namun sampai pada tindakan humas untuk menggiring dukungan mengenai
nyata. Bahkan mampu untuk mengarahkan isu yang mereka bawa, kemudian dengan meng-
ketertarikan seseorang kepada isu tertentu gunakan fasilitas internet dan media sosial dapat
melalui situs jejaring sosial. Taylor dan Sen Das mengurangi biaya yang harus dikeluarkan.
menjelaskan tujuan spesifik dari aktivis media Aktivisme memerlukan massa yang
sosial adalah untuk menciptakan jaringan besar dalam melakukan tugasnya. Melalui
advokasi dalam suatu gerakan sosial (Veil, media sosial mereka dapat mengumpulkan
Reno, Freihaut, & Oldham, 2014). para pendukung tersebut dengan lebih besar
Pada awal kemunculannya, aktivisme dibanding mereka harus mengumpulkannya di
media sosial merupakan mekanisme untuk dunia nya. Selain itu, para pendukung ini juga
membuat orang lain merasa terhubung dengan bergabung karena mengikuti suatu gerakan
berbagai masalah sosial yang membuat mereka tidak perlu turun langsung, dapat dilakukan di
berminat. Aktivisme pada media sosial tumbuh rumah, di kantor atau di sekolah selama mereka
dan menjadi populer karena media sosial sangat dapat mengakses media sosial. Semakin besar
erat kaitannya dengan pembangunan identitas dan kaya massa yang berhasil dikumpulkan
kolektif, seperti isu sosial apa yang mereka oleh aktivis media sosial, maka mereka akan
minati dan sebagainya, identitas kolektif inilah menggunakan strategi yang mirip dengan target
yang menjadi tujuan dari aktivis media sosial mereka dan gerakan ini tidak lagi bergantung
(Gerbaudo & Treré, 2015). pada publikasi media (Veil et al., 2014). Masa
yang telah terkumpul dan terorganisir ini akan
Yang mencoba menbagi klasifikasi
diarahkan untuk menyerang legitimasi dan
gerakan aktivis online menjadi empat yaitu
reputasi targetnya. Karena ranahnya adalah
aktivisme yang berfokus pada isu kultural,
media sosial, maka aksi yang dilakukan masih
sosial, politik, dan nasionalitas (Yang, 2009).
pada interaksi yang biasa dilakukan di media
Inti dari kegiatan aktivisme adalah menggugat
massa seperti retweet, menyukai suatu kiriman
legitimasi sehingga orang sadar akan suatu isu.
yang disebarkan oleh suatu gerakan. Aktivitas ini
Para aktivis media sosial ini juga mengajak
kemudian mengarah kepada terminologi yang
orang lain untuk memberikan solusi, baik itu
populer dalam pembahasan aktivisme online
berupa tindakan atau pemikiran.
yaitu “slacktivism” (Veil et al., 2014). Istilah
Aktivis media sosial ini dapat menjadi
ini merupakan kombinasi dari kata “slacker”
salah satu strategi untuk mencapai tujuan humas,
yaitu kendur dan “activism” atau aktivisme
khususnya untuk memenuhi fungsi dialogis.
yang menggambarkan ada keterputusan antara
Ada krisis dimana humas harus melakukan
kesadaran dan aksi ketika seseorang sedang
dialog kepada publiknya mengenai suatu
menggunakan media sosial (Glenn, 2015).
Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Strategi Kehumasan... (Dina Mizanie, Irwansyah) 159

Hal ini mengarah pada perasaan senang sudah sebelum organisasi memberikan reaksi kepada
terlibat dalam suatu aksi aktivisme tapi hanya kritik mereka, bahkan mereka hanya akan
sebatas melihat, menonton, atau menekan terpuaskan apabila suatu organisasi sampai
tombol like di sosial media, tanpa ada keinginan merombak kebijakan yang menurut para aktivis
untuk terlibat secara langsung. ini tidak menguntungkan (Veil et al., 2014).
Melibatkan aktivis media sosial dapat
menjadi sebuah langkah yang baik bagi organi- Penggunaan Search Engine Optimization
sasi untuk mempertahankan reputasinya. Dalam Strategi selanjutnya yang dapat dilakukan
konteks Indonesia, sebagai contoh organisasi humas digital adalah mengoptimalkan search
atau perusahaan yang dalam produksinya engine optimization (SEO). Konsep menge-
menimbulkan isu-isu lingkungan, maka mereka nai SEO juga dimiliki oleh komunikasi
dapat melibatkan aktivis media sosial yang pemasaran dalam tujuan agar calon pembeli
bergerak di bidang lingkungan. Keterlibatan sering menemukan konten suatu produk dan
aktivis ini bisa dalam bentuk kampanye jadi memiliki keinginan untuk membeli produk
di media sosial atau ketika dalam kondisi tersebut. Namun pada pembahasan ini difokus-
berdialog dengan publiknya untuk mendapatkan kan penggunaan SEO dalam konteks hubungan
dukungan yang lebih besar. Ketersediaan media masyarakat. Penggunaan SEO sendiri lebih
sosial yang begitu beragam dapat digunakan kepada internet dalam ranah search engine.
untuk menyebarkan pesan dalam bermacam Namun dalam prakteknya menggunakan media
bentuk. Pesan tidak harus melulu berupa teks sosial juga dapat mengoptimalkan peran dari
namun juga dapat berupa audio visual seperti SEO. Definisi dari SEO adalah sebuah proses
video di YouTube, Facebook atau Instagram, usaha untuk mendapatkan peringkat tertinggi
serta berbentuk foto dan infografis. dalam web page atau domain untuk kata kunci
Pertumbuhan aktivis media sosial ini juga tertentu (Evans, 2007). Semakin tinggi ranking
dapat menjadi masukan bagi organisasi untuk yang didapatkan oleh SEO atau dengan kata
tidak menganggap remeh ancaman dan kritik lain, dalam pencarian internet domain kita
dari aktivis walaupun hanya melalui internet pada urutan teratas, maka domain tersebut
dan media sosial. Karena memiliki kemudahan dapat dikatakan populer. SEO merupakan cara
untuk menghimpun pendukung yang besar, paling efektif untuk mendapatkan perhatian
aktivis media sosial ini dapat menjadi ancaman pengguna yang terkoneksi internet (Yalçin &
bagi reputasi organisasi. Akan sangat ber- Köse, 2010)which index and class other web
bahaya bagi organisasi apabila menyerang sites according to their keywords, explanations
menggunakan alat-alat penyebar pesan milik and contents and make it easier and faster to
mereka seperti hoax atau membajak media reach obtained site-search results, are called
sosial (Veil et al., 2014). Mendiamkan atau as search engines. SEO \”Search Engine
berusaha tidak peduli pada kritik ini juga tidak Optimization\” is the one of the widely used
akan menjadi jalan keluar yang baik. Karena technique that provides web sites fast reachable.
gerakan aktivis semacam ini tidak akan berhenti In this work we explained required information
160 Komunikasi, Vol. XIII No. 02, September 2019: 149-164

to make a web site more indexed by search pemanfaatannya dalam membangun reputasi
engines and considering their keywords organisasi.
make them first listed. © 2010 Published Sebagai awal, organisasi harus memahami
by Elsevier Ltd.”,”author”:[{“dropping-pa apa tujuan sebenarnya mengembangkan SEO
rticle”:””,”family”:”Yalçin”,”given”:”Nurs yaitu menyediakan informasi yang berisi
el”,”non-dropping-particle”:””,”parse-nam materi organisasi atau konten terkait lainnya.
es”:false,”suffix”:””},{“dropping-particle” Seberapa penting untuk mengaplikasikan SEO
:””,”family”:”Köse”,”given”:”Utku”,”non- ini sebenarnya tergantung pada keputusan
dropping-particle”:””,”parse-names”:false organisasi, apabila mereka memiliki konten
,”suffix”:””}],”container-title”:”Procedia - yang sangat bernilai dan orang perlu untuk
Social and Behavioral Sciences”,”id”:”ITEM- mengetahuinya, sebagai contoh kampanye
1”,”issue”:”July 2009”,”issued”:{“date- lingkungan dan sebagainya, maka organisasi
parts”:[[“2010”]]},”page”:”487- memerlukan SEO. Cara kerja SEO adalah
493”,”title”:”What is search engine menggunakan algoritma untuk membuat
optimization: SEO?”,”type”:”article-journal”, domain tertentu berada dalam indeks teratas,
”volume”:”9”},”uris”:[“http://www.mendeley. misalnya pada halaman pertama atau 10 konten
com/documents/?uuid=456b5bad-6759-4e29- pertama. Westfall menjelaskan bahwa algoritma
86c2-7de45df074c2”]}],”mendeley”:{“formatt tidak memiliki kemampuan untuk membaca
edCitation”:”(Yalçin & Köse, 2010. seberapa sering suatu website dikunjungi
Penerapan SEO dalam ranah humas digital atau dilihat oleh pengguna (Evans, 2007).
dapat sangat membantu dalam hal visibilitas Evans juga menjabarkan taktik apa yang harus
website organisasi. Tujuan utama dari SEO dilakukan oleh humas digital untuk melakukan
adalah membuat website atau domain mudah search engine optimization, yaitu membuat
ditemukan, serta selalu muncul pada halaman konten yang berkualitas, memasukkan kata
pertama index berbagai mesin pencarian. Ketika kunci yang relevan, kepemilikan metabahasa
website organisasi selalu pada posisi strategis yang kuat, tautan internal menuju website, serta
seperti ini akan memperbesar peluang bagi tautan eksternal (backlinks) menuju website.
khalayak untuk mengakses website tersebut. Sebagian besar taktik di atas digunakan
Kemudian karena sering dikunjungi dan untuk mengoptimalisasikan mesin pencarian
mencapai popularitas yang dirasa cukup, maka dalam konteks website, namun karena
kegiatan humas digital akan sangat terbantu. pembahasan harus mengerucut pada peran
Konten-konten yang berisi layanan, informasi, media sosialnya, maka yang akan dibahas lebih
laporan, berita rilis terkait organisasi akan jauh hanya tautan eksternal. Tautan eksternal
lebih banyak mendapat perhatian dibandingkan merupakan taktik yang sangat cocok digunakan
membiarkan website tumbuh apa adanya dalam konten organisasi di media sosial.
(Evans, 2007). Karena konteksnya adalah Apabila berhasil memanfaatkan backlinks maka
humas digital, maka SEO pada pembahasan pertumbuhan pengunjung pada website dapat
ini akan lebih banyak berbicara mengenai dioptimalkan, semakin banyak pengunjung
Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Strategi Kehumasan... (Dina Mizanie, Irwansyah) 161

website maka ranking website tersebut di mesin Mengoptimalkan kata kunci tertentu
pencarian juga semakin tinggi. Sumber lainnya untuk menaikkan popularitas website juga
yang juga bisa menjadi pertimbangan untuk dapat dilihat sebagai usaha untuk membangun
memanfaatkan tautan ekstenal ini yaitu berita reputasi. Misalnya humas digital bisa merancang
dan informasi yang benar, melalui blogger, suatu kampanye yang memiliki kata kunci
serta WIFM (What’s in it for me?) atau partner generik. Kekhususan dari nama kampanye
yang menghubungkan diri dengan alasan misalnya, dapat di-boost melalui media sosial
tertentu (Evans, 2007). Untuk mendapatkan dengan tautan ke website. Dengan kemampuan
hasil yang optimal, penerapan tautan eksternal SEO, kampanye tersebut bisa saja menempati
ini bisa dibarengi dengan strategi lainnya index teratas di mesin pencarian. Sehingga
seperti buzzer. Pada beberapa website tertentu lebih banyak pengguna yang mengakses
menerapkan kolom khusus yang berisi konten kampanye dan reputasi yang ingin dibangun
yang disiapkan oleh publik yang kemudian melalui kampanye tersebut dapat tercapai.
membangun traffic dalam website lalu juga
menaikkan rankingnya di mesin pencarian.
KESIMPULAN
Media sosial tidak bisa dipandang
remeh dalam humas digital, khususnya ketika Revolusi industri saat ini telah memasuki
mendiskusikan SEO. Menurut Fishkin, laman era keempat atau industri 4.0. Pada tahapan
resmi organisasi seperti Facebook page dan industri ini internet memiliki peran yang besar
profil Twitter merupakan bagian dari algoritma untuk berkolaborasi dengan kinerja manusia.
Google dan Bing untuk hasil pencarian di mesin Perangkat terhubung dengan mesin dan semua
mereka (Geho & Dangelo, 2012). Strategi yang berjalan serba otomatis, tenaga manusia dan
dapat digunakan oleh humas digital adalah dana operasional dapat ditekan. Namun sebagai
membuat konten yang berkualitas di akun konsekuensinya manusia dituntut untuk terus
media sosial organisasi dengan menambahkan berinovasi untuk memecahkan masalah.
tautan menuju laman website. Cara yang juga Kompleksitas masalah pada industri 4.0 juga
sering ditemukan adalah membuat konten di lebih tinggi sehingga solusi yang bersifat
website dan mengirimkan tautannya di media tradisional tidak lagi mampu mengatasinya.
sosial, sehingga bagi pengguna yang ingin Setiap orang dari berbagai bidang industri harus
membaca kontennya secara lengkap harus mencari solusi baru menggunakan perangkat
menuju tautan tersebut. Memiliki buzzer akan digital yang mampu menjawab problematika
sangat menguntungkan dalam strategi ini karena yang ada.
membantu menyebarkan link dari kiriman yang Kehumasan merupakan rangkaian
dibuat. Selalu menyematkan tautan pada laman kegiatan untuk membangun, mengelola, hingga
profil di media sosial organisasi juga penting, memanipulasi dukungan publik. Memasuki
selain untuk menambah pengunjung website era digitalisasi industri kehumasan mulai
juga memudahkan khalayak untuk mencari berkembang ke ranah digital dan mendapatkan
informasi terkait organisasi. nama baru, humas digital. Kehadiran internet
162 Komunikasi, Vol. XIII No. 02, September 2019: 149-164

mampu memberikan keuntungan bagi humas DAFTAR PUSTAKA


digital untuk menjalankan tugasnya. Humas Baldassari, P., & Roux, J. D. (2017). Industry 4.0 -
digital memanfaatkan internet dengan kemam- Preparing for the future. People & Strategy,
puannya untuk menjangkau khalayak yang 20–23. https://doi.org/10.1097/00006223-
198105000-00004
lebih luas dan besar, sehingga khalayak itu
tidak lagi terbatas pada ruang geografis saja Brown, M., Ray, R., Summers, E., & Fraistat, N.
bahkan terus meluas hingga ranah global. Agar (2017). #SayHerName: a case study of
intersectional social media activism.
mampu memaksimalkan fitur yang dimiliki Ethnic and Racial Studies, 40(11), 1831–
internet, seorang humas digital perlu memiliki 1846. https://doi.org/10.1080/01419870.2
keterampilan dan selalu terbuka terhadap 017.1334934
inovasi yang bermunculan Corley, E. A., Yeo, S. K., Xenos, M., Su,
L. Y.-F., Nealey, P., Liang, X., …
Dalam mempengaruhi dukungan publik
Brossard, D. (2014). Building Buzz.
yang ada di dunia maya dan mempertahankan Journalism & Mass Communication
reputasi organisasi, banyak strategi baru ber- Quarterly, 91(4), 772–791. https://doi.
munculan. Strategi yang ditawarkan meman- org/10.1177/1077699014550092

faatkan internet, khususnya media sosial. Bagi Evans, M. P. (2007). Analysing Google rankings
humas digital, media sosial merupakan pintu through search engine optimization data.
Internet Research, 17(1), 21–37. https://
masuk menuju khalayak yang lebih besar.
doi.org/10.1108/10662240710730470
Lewat media sosial pengguna saling berbagi
informasi dan berkomunikasi, bahkan kepada Fawkes, J. (2012). What is Public Relations. In
A. Theaker (Ed.), The Public Relations
orang yang tidak mereka kenal. Jika mampu Handbook (4th editio, hal. 3–20). London
mendapatkan perhatian di media sosial, maka and New York: Rouledge.
untuk mencapai tujuan humas digital akan
Fuchs, C. (2018). Industry 4.0: The digital German
sangat dimudahkan. Untuk mencapai goal ideology. TripleC, 16(1), 280–289.
tersebut maka ada beberapa strategi yang
Geho, P. R., & Dangelo, J. (2012). The Evolution of
ditawarkan meliputi electronic word-of- Social Media in as A Marketing Tool For
mouth, internet buzzer, aktivis media sosial dan Entrepreneurs. Entrepreneurial Executive,
search engine optimization. Sebagai salah satu 17, 61–68.
kajian komunikasi, humas digital diharapkan Gerbaudo, P., & Treré, E. (2015). In search of
mampu memberikan signifikansi praktis dalam the ‘we’ of social media activism:
penggunaan strategi dan terus bertransformasi introduction to the special issue on social
media and protest identities. Information
menggunakan inovasi baru sehingga semakin Communication and Society, 18(8),
banyak pula masukan untuk keilmuan 865–871. https://doi.org/10.1080/136911
komunikasi 8X.2015.1043319

Gifford, J. (2010). Digital Public Relations:


E-Marketing’s Big Secret. Continuing
Higher Education Review, 74, 62–72.
Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Strategi Kehumasan... (Dina Mizanie, Irwansyah) 163

Gilchrist, A. (2016). INDUSTRY 4.0 THE (2019). Industry 4.0: Industrial Revolution
INDUSTRIAL INTERNET OF THINGS. of the 21st Century. Cham: Springer.
California: Apress.
Ridley, D. (2012). The Literature Review A Step-
Glenn, C. L. (2015). Activism or “Slacktivism?”: by-Step Guide for Students (2nd Edition).
Digital Media and Organizing for Social London: Sage Pub.
Change. Communication Teacher, 29(2),
81–85. https://doi.org/10.1080/17404622 Ring, A., Tkaczynski, A., & Dolnicar, S. (2014).
.2014.1003310 Word-of-Mouth Segments. Journal of
Travel Research, 55(4), 481–492. https://
Houston, M. B., Kupfer, A. K., Hennig-Thurau, doi.org/10.1177/0047287514563165
T., & Spann, M. (2018). Pre-release
consumer buzz. Journal of the Academy Ustundag, A., & Cevikcan, E. (2018). Industry 4.0:
of Marketing Science, 46(2), 338–360. Managing The Digital Transformation.
https://doi.org/10.1007/s11747-017- Cham: Springer.
0572-3
Veil, S. R., Reno, J., Freihaut, R., & Oldham, J.
Huang, Y. H. C., Wu, F., & Huang, Q. (2017). (2014). Online activists vs. Kraft foods:
Does research on digital public relations A case of social media hijacking. Public
indicate a paradigm shift? An analysis and Relations Review, 41(1), 103–108. https://
critique of recent trends. Telematics and doi.org/10.1016/j.pubrev.2014.11.017
Informatics, 34(7), 1364–1376. https://
Warnaby, G., & Moss, D. (1997). The Role of
doi.org/10.1016/j.tele.2016.08.012
Public Relations in Organisations. In P. J.
Jankowska, B., & Götz, M. (2017). Clusters Kitchen (Ed.), Public Relations: Priciples
and Industry 4.0 - do they fit together? and Practice. London: Thomson.
European Planning Studies, 25(9), 1633–
Watson, T., & Noble, P. (2007). Evaluating Public
1653.
Relations A Best Practice Guide to
Kietzmann, J. H., Hermkens, K., McCarthy, I. P., Public Relations Planning, Research
& Silvestre, B. S. (2011). Social media? and Evaluation (2nd editio). London and
Get serious! Understanding the functional Philadelphia: Kogan Page.
building blocks of social media. Business
Yalçin, N., & Köse, U. (2010). What is search
Horizons, 54(3), 241–251. https://doi.
engine optimization: SEO? Procedia -
org/10.1016/j.bushor.2011.01.005
Social and Behavioral Sciences, 9(July
Larceneux, F. (2013). Buzz and Recommendations 2009), 487–493. https://doi.org/10.1016/j.
on the Internet. What Impacts on sbspro.2010.12.185
Box-Office Success? Recherche et
Yang, G. (2009). Online activism. Journal of
Applications en Marketing (English
Democracy, 20(3), 33–36.
Edition), 22(3), 43–62. https://doi.
org/10.1177/205157070702200304

Luarn, P., Huang, P., Chiu, Y. P., & Chen, I. J.


(2016). Motivations to engage in word-
of-mouth behavior on social network
sites. Information Development,
32(4), 1253–1265. https://doi.
org/10.1177/0266666915596804

Popkova, E. G., Ragulina, Y. V., & Bogoviz, A. V.


164 Komunikasi, Vol. XIII No. 02, September 2019: 149-164

Anda mungkin juga menyukai