Anda di halaman 1dari 17

Makalah Media dan Jaringan Sosial

Mata Kuliah Media Community Development

Kelompok 3

Dosen Pengampu:
Dr. Lilik Hamidah, S.Ag, M.Si

Penulis :

Muhammad Rafli Ilham Ramadhan (B95219114)


Muhammad Reza Fadholi (B95219115)
Nabiilah Dwi Putri Fatmawati (B95219116)
Nafa Rihhadatul Aisy (B95219117)
Nataza Alimatus Sa’diyah (B95219118)
Zico Ahmadullah Tauhid (B95219137)
Widi Hasna Nafalita (B95219133)

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata media berasal dari kata latin medius yang artinya tengah, pengantar, atau perantara. Media
merupakan perantara atau penghubung yang terletak antara dua pihak atau sarana komunikasi seperi
koran, televisi, film, dan radio.

Menurut Arsyad (2004: 4) secara definisi media adalah semua bentuk perantara yang digunakan
oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide,
gagasan, atau pendapat itu dapat dikemukakan kepada penerima yang dituju.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat yang digunakan untuk
menyampaikan informasi kepada seorang penerima dan segala suatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan. Media tidak jauh kaitannya dengan kecanggihan teknologi.

Pada dasarnya, teknologi hadir untuk mempermudah kehidupan manusia. Mempermudah


aktivitas manusia dalam industri media, untuk mendapatkan efisiensi biaya, waktu, dan proses
komunikasi. Sehingga dapat meningkatkan produktivitas ekonomi. Melalui teknologi juga, makin
membuka akses pada berbagai sumber informasi dan pengetahuan untuk meningkatkan komunikasi
dan kemampuan kompetisi perusahaan.

Salah satu syarat agar industri media dapat lebih berkembang adalah beradaptasi dengan
mengganti strategi. Era globalisasi telah merubah cara-cara orang untuk berbisnis menjadi serba
online. Demikian pula dengan surat kabar, media cetak, yang mana apabila ingin berkembang sesuai
tuntutan perkembangan teknologi haruslah mentransformasikan dirinya dari single platform menjadi
konvergensi.

Media-media lama, termasuk cetak sebetulnya diuntungkan dengan kehadiran teknologi digital,
seperti dalam percepatan pengelolaan teks, data dan gambar. Pelaku industri media juga merasakan
manfaat kehadiran internet yang bisa mempercepat pengiriman isi media sekaligus menghadirkan
nuansa baru dalam mengonsumsi media. Era digital memaksa setiap pihak yang terlibat dalam
aktivitas komunikasi media, baik khalayak, pengelola media, maupun para pengiklan mengubah cara
berpikir dan berinteraksi dengan pasar.

Kehadiran teknologi digital dan internet merupakan salah satu determinan yang paling penting
dalam memunculkan perangkat multimedia. Contohnya seperti pada media cetak yang saat ini juga
memiliki versi digital atau online. Hal tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap perubahan
arus informasi dan model komunikasi baik dari segi produksi, konsumsi, maupun distribusinya. Di
mana awalnya identik dengan pola one-way communication, akhirnya terus bertransformasi menjadi
two-way communication—yang mengarah kepada bentuk interaktivitas komunikasi (interactivity
communication).

Kebutuhan terhadap interaktivitas komunikasi inilah yang memungkinkan individu untuk saling
membagi sesuatu tanpa adanya hambatan –yang menjadi titik lemah teknologi dan media
konvensional. Sebaliknya, malah menjadi salah satu dasar berkembangnya tren konvergensi.
Konvergensi media membuat khalayak memiliki lebih banyak media dengan konten yang tentunya
semakin beragam pula (Grant & Wilkinson, 2009).

Definisi jaringan sosial adalah sebuah pola dalam arti hubungan sosial yang dimiliki individu
maupun kelompok yang dimana pola hubungan tersebut memiliki sebuah keteraturan untuk
bagaimana mereka bersikap dalam lingkungan masyarakat.

Menurut Damsar (2002: 157) jaringan sosial merupakan hubungan – hubungan yang tercipta
antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok
lainnya. Hubungan – hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk formal maupun informal. Hubungan
sosial sendiri merupakan gambaran atau cerminan dari kerja sama dan koordinasi antara warga yang
didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal. Hubungan manusia ini juga sangat
dimudahkan dalam proses pembentukannya lewat bantuan teknologi. Dapat dikatakan kemajuan
teknologi dan media membantu proses pembentukan jaringan sosial.

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi mengubah kehidupan manusia semakin


dimudahkan. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi dapat memudahkan manusia untuk
belajar dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja
(Mulyana, 2001: 4). Perkembangan teknologi saat ini menjadi semakin pesat. Kondisi ini turut
merubah perilaku masyarakat, terutama dalam hal kebutuhan akan informasi yang cepat, tepat, dan
akurat. Kebutuhan akan informasi tersebut turut mempengaruhi kebutuhan akan akses internet.

Internet telah menciptakan komunikasi virtual yang lebih ekonomis, efisien dan efektif.
Perkembangan dunia teknologi informasi yang demikian pesatnya telah membawa manfaat luar biasa
bagi kemajuan peradaban umat manusia.Kegiatan komunikasi yang sebelumnya menuntut peralatan
yang begitu rumit, kini relatif sudah digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Sistem kerja
alat teknologi telah mengalihfungsikan tenaga manusia dan menggeser posisi kemampuan otak
manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia.
Menurut survei APJII, pada 2018 terdapat 171,17 juta jiwa di Indonesia yang memakai
internet. Angkanya naik 10,12% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini mencapai 27 juta
pengguna. “Artinya, ada 171,17 juta jiwa pengguna internet dari total 246,16 juta jiwa penduduk
Indonesia, di mana 98% menggunakan media sosial. Sebagian besar adalah generasi muda dan sering
disebut sebagai prosumer, yaitu orang yang memproduksi (producers) dan mengkonsumsi
(consumers) secara berbarengan dalam aktivitas digital (Novianto dan Wulansari, 2017).

Marshall Mc Luhan dalam bukunya yang berjudul Understanding Media memaparkan bahwa
teknologi komunikasi memiliki peran penting dalam tatanan sosial dan budaya baru, dalam
membawa perubahan dari media cetak ke media elektronik. Adapun konsep Global Village (desa
global) yang dijabarkan oleh Mc Luhan, yang menggambarkan bahwasannya teknologi internet dapat
membuat manusia di seluruh dunia menjadi terhubung. Kondisi ini akan membawa perubahan proses
distribusi pesan, bentuk media baru mentransformasi pengalaman individu dan masyarakat tentang
pesan yang diusung oleh media. Selain itu juga menjadi perpanjangan tangan manusia, dengan kata
lain media telah memperpendek pendengaran dan sentuhan melalui ruang dan waktu (Tanumuraka,
2013:71). Media baru merupakan istilah yang dimaksudkan untuk mencakup kemunculan produk
digital, komputer media yang berbasis internet, atau jaringan teknologi informasi dan komunikasi di
akhir abad ke-20. Sebagian besar teknologi yang dijelaskan sebagai “media baru” adalah digital,
seringkali memiliki karakteristik dapat dimanipulasi, bersifat jaringan, padat, interaktif dan tidak
memihak. Beberapa contohnya seperti, internet, website, komputer multimedia, permainan komputer,
CD-ROMS, DVD, dan Smartphone (Hamidati, 2011:20).

Keberadaan media baru tidak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi dan komunikasi
yang begitu pesat. Rogers (dalam Hamidati, dkk., 2011:20) menguraikan tugas ciri utama yang
menandai kehadiran teknologi komunikasi baru, yaitu:

a. Interactivity

Merupakan kemampuan sistem komunikasi baru untuk berbicara balik (talk back) kepada
penggunanya, hampir seperti seorang individu yang berpartisipasi dalam sebuah percakapan.

b. De-massification

Suatu pesan khusus dapat dipertukarkan secara individual di antara para partisipan yang terlibat
dalam jumlah yang besar.

c. Asynchronous
Teknologi komunikasi baru mempunyai kemampuan untuk mengirimkan dan menerima pesan
pada waktu-waktu yang dikehendaki oleh setiap individu.

Berdasarkan data yang diungkap oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), pengguna internet di Indonesia mencapai 71,19
juta orang hingga akhir tahun 2013, dan jumlah tersebut akan terus meningkat pada tahun-tahun
berikutnya. Data tersebut menunjukkan bahwasannya penggunaan internet sebagai media baru telah
dianggap sebagai ‘berhala’ baru di dunia komunikasi. Lebih jauh lagi, internet akan mengambil alih
hampir semua kemampuan yang dimiliki oleh media konvensional, karena internet mampu
memberikan sesuatu yang lebih daripada apa yang bisa diberikan oleh media konvensional kepada
khalayak.

Teknologi komunikasi dan informasi baru (new media) memberikan lebih dari apa yang bisa
diberikan oleh media konvensional. Untuk menyeimbangi kecepatan dan keunggulan dari teknologi
internet dalam menyebarkan informasi dan menggapai khalayak media, maka media-media
konvensional seperti media cetak, televisi dan radio harus memiliki strategi dan taktik yang baik
dalam memanfaatkan perkembangan teknologi dan keberadaan internet tersebut.

Internet dan new media juga mencerahkan dunia komunikasi karena saat ini teks, audio, dan
visual dapat diakses secara bersamaan. Hal inilah yang memberikan dampak signifikan terhadap
perubahan aktivitas di industri media dunia, khususnya industri media di Indonesia. Saat ini dengan
adanya internet sebagai media baru, para pebisnis industri media massa turut memanfaatkan fasilitas
internet sebagai sarana publikasi hasil karya jurnalistiknya. Keberadaan new media pada akhirnya
dimanfaatkan untuk menunjukkan eksistensi dan memperlebar sayap mereka.

BAB II

PEMBAHASAN

a. Media

Media merupakan sarana atau alat yang digunakan dalam proses penyampaian informasi.
Secara etimologi, kata Media berasal dari kata “medium” yang artinya “antara” atau “sedang”
sehingga media dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan)
antara pengirim pesan (source) dan penerima pesan (receiver).1

1
Dian Indriana, Ragam Alat Bantu Pengajaran,cet pertama. (Jogjakarta: DIVA Press, 2011), hal 13
Media termasuk salah satu unsur penting dalam proses komunikasi, karena dengan adanya
media maka suatu berita atau informasi dapat disebarkan dimanapun dan kapanpun tanpa mengenal
batasan tempat dan waktu. Media merupakan salah satu sarana dalam upaya menyampaikan pesan
kepada khalayak luas.

Menurut Syaifudin (2016), media komunikasi merupakan berbagai sarana yang dipergunakan
untuk memproduksi, mereproduksi, mendistribusikan atau menyebarkan serta menyampaikan
informasi. Fungsi dari Media Komunikasi diantaranya:

a. Efektifitas: media komunikasi sebagai sarana untuk mempermudah dalam penyampaian


informasi.
b. Efesiensi: media komunikasi sebagai sarana untuk mempercepat dalam penyampaian
informasi.
c. Konkrit: media komunikasi sebagai sarana untuk membantu mempercepat isi pesan yang
mempunyai sifat abstrak.
d. Motivatif: media komunikasi sebagai sarana agar lebih semangat dalam melakukan
komunikasi.

Proses penyampaian pesan melalui media dapat ditujukan kepada seseorang, sekelompok
kecil orang, maupun kelompok yang terdiri dari banyak orang. Adapun fungsi media komunikasi
yang berteknologi tinggi menurut Burgon & Huffner (2002), yaitu; (1) sebagai efisiensi dalam
menyampaikan informasi; (2) memperkuat eksistensi informasi; (3) mendidik atau
mengarahkan/persuasi; (4) sebagai hiburan (entertaint); (5) sebagai kontrol sosial.2

Berdasarkan penjabaran dari fungsi media diatas, maka media dapat diartikan sebagai suatu
sarana dalam penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan yang bertujuan agar
penyebaran informasi atau pesan dapat lebih efisien. Media dibagi menjadi tiga jenis, diantaranya
ialah:

1) Media visual. Media visual mengandalkan indra penglihatan. Biasanya memanfaatkan alat
proyeksi atau proyektor sebagai perantara. Pesan yang disampaikan dituangkan dalam bentuk
visual. Jenis media visual dibedakan menjadi dua yaitu media visual diam dan media visual
gerak. Keduanya bisa dikombinasikan atau digunakan salah satunya. Selain itu, fungsi media
visual juga berguna untuk menarik perhatian, memperjelas materi yang disajikan,
menggambarkan fakta yang mungkin dapat dengan mudah dicerna dan diingat dalam bentuk
visual.
2
Erwin Sitinjak, “LINE Group Chat sebagai Media Komunikasi”, dalam Jurnal Universitas Sumatera Utara, 2015, hal. 2.
2) Media audio. Media ini dapat digunakan untuk menyalurkan pesan audio dari sumber pesan
ke penerima pesan. Media audio berkaitan erat dengan indra pendengaran. Dilihat dari sifat
pesan yang diterima, media audio dapat menyampaikan pesan verbal (bahasa lisan atau kata-
kata) maupun non verbal (bunyi-bunyian dan vokalisasi). Contoh media audio antara lain
radio, tape recorder, telepon, laboratorium bahasa, dan lain-lain.
3) Media audio visual. Media ini dapat menampilkan suara dan gambar. Jenis media ini lebih
menarik dibanding visual saja atau audio saja. Media audio visual merupakan kombinasi
untuk merangsang indra pendengaran dan penglihatan. Adapun media audio visual dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu media audio visual diam dan gerak. Salah satu contoh dari media
audio visual diam ialah TV diam, buku bersuara, dan halaman bersuara. Sementara untuk
contoh media audio visual gerak ialah film TV, gambar bersuara, dan lain sebagainya.

Media komunikasi diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu media nirmassa, media massa,
dan media now. Media nirmassa ialah media non massa yang digunakan untuk menyampaikan
informasi seperti melalui surat, telepon, telegram, poster, spanduk, papan pengumuman, bulletin,
folder, majalah organisasi, radio amatir, dan lainlain. Media massa ialah berbagai bentuk, alat,
atau sistem yang digunakan dalam konteks komunikasi massa. Media massa menurut para ahli
mencakup surat kabar, majalah, radio, televisi, dan internet (Ambar, 2017). Sedangkan media
now (new media) ialah media yang berbasis pada kemajuan teknologi komunikasi dan informasi
saat ini, seperti website, blog, online social network, online forum, dan lain-lain yang
menggunakan kecanggihan teknologi saat ini.

b. Jaringan Sosial
Selama manusia hidup manusia tidak akan pernah bisa lepas dari proses komunikasi
dan interaksi. Pada saat melakukan sebuah proses komunikasi maka segala sikap tingkah laku
dan semua atribut manusia sangat ditentukan oleh lingkungan dan dengan siapa berinteraksi,
baik disadari maupun tidak pengaruh tersebut. Dengan menjalin komunikasi dan interaksi
sehingga menemukan relasi maka dalam kehidupan manusia itu telah terbentuk sebuah
jaringan sosial. Jaringan sosial (social network) adalah sebuah pola koneksi dalam hubungan
sosial individu, kelompok dan berbagai bentuk kolektif lain. Hubungan ini bisa berupa
hubungan interpersonal atau bisa juga bersifat ekonomi politik, atau hubungan sosial yang
lain.
Teori jaringan memiliki gagasan adanya struktur organisasi yang terdiri dari pola
interaksi antar anggotanya. Van Dijk (2006) mendeskripsikan jaringan sosial sebagai sistem
sosial dengan ikatan konkret dalam hubungan yang abstrak. Artinya, jaringan sosial terdiri
dari pelaku sosial-sebagai nodes (titik sambungan), yang saling berinteraksi dan menjalin
hubungan (link). Menurut Wasserman & Faust (1994) terdapat 7 (tujuh) konsep utama dalam
analisis jaringan sosial, aktor/ aktor, dapat berupa individu, korporasi, atau unit sosial secara
kolektif;

1. Ikatan relasi (relational ties). Aktor-aktor dihubungkan dengan ikatan sosial. Ikatan
merupakan pembentukan suatu hubungan antara sepasang aktor yang diperihatkan dalam
berbagai hal seperti konteks pertemanan, kesukaan, dan lain-lain
2. Dyad, yaitu ikatan antara 2 (dua) aktor atau kelompok yang terdiri dari 2 (dua) orang yang
mana di dalamnya terdapat aktifitas di mana anggotanya dipasangkan dengan satu sama lain
untuk mendiskusikan persoalan-persoalan atau menyelesaikan tugas
3. Triad, merupakan hubungan antara sekumpulan aktor yang lebih besar. Analisis triad
dilakukan untuk meperlihatkan adanya keseimbangan atau transivitas dari suatu hubungan
4. Sub Kelompok (subgroup). Dyad adalah pasangan aktor dan terkait dalam ikatan, triad adalah
tiga aktor yang terkait dalam ikatan. Sehingga subgroup dari aktor adalah setiap sekumpulan
aktor yang memiliki ikatan antara satu sama lain
5. Kelompok (group), adalah kumpulan dari aktor-aktor yang ikatan-ikatanya dapat diukur baik
secara teoritis, empiris maupun konseptual.
6. Relasi (relation) yaitu ikatan dari jenis yang khusus antara anggota suatu kelompok adalah
relasi
7. Jaringan Sosial, terdiri dari seperangkat batasan atau sekumpulan aktor dan relasi, dan relasi-
relasi yang didefinisikan oleh aktor-aktor yang terkait.

Kehadiran relasi informasi merupakan hal yang kritis dan mendefinsikan fitur dari suatu
jaringan sosial (Wasserman & Faust, 1994). Sedangkan menurut Newman (2003) jaringan
sosial adalah seperangkat manusia atau kelompok manusia dengan pola-pola kontak atau
interakasi antara mereka.
Pada teori jaringan banyak di bahas tentang hubungan antara satu aktor (individu atau
kelompok) dengan aktor lainnya. Salah satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan
pemikiran pada tingkat makro, artinya aktor atau pelaku bisa saja individu (Wellman, 1983
dalam Ritzer, 2004), atau mungkin juga kelompok, perusahaan dan masyarakat.
Kaitannya dalam hal ini teori jaringan membahas tentang hubungan yang terjadi pada
tingkat struktur sosial skala luas sampai tingkat yang lebih mikroskopik (ukuran sangat
kecil). Analisis jaringan lebih ingin mempelajari keteraturan individu atau kolektivitas
berperilaku ketimbang keteraturan keyakinan tentang bagaimana mereka seharusnya
berperilaku. Karena itu pakar analisis jaringan mencoba menghindarkan penjelasan normatif
dari perilaku sosial. Mereka menolak penjelasan non struktural yang memperlakukan proses
sosial sama dengan penjumlahan ciri pribadi aktor individual dan norma tatanan. Hubungan
ini berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor (individual atau kelompok) memiliki akses
berbeda terhadap sumber daya yang menilai (kekayaan, kekuasaan, informasi). Akibatnya
adalah bahwa sistem yag berstruktur cenderung terstratifikasi, komponen tertentu tergantung
pada komponen lain.
Teori jaringan juga memiliki beberapa prinsip logis yang merupakan tempat
bersandarnya pemikiran-pemikiran teori jaringan itu sendiri. (Wellman dalam Ritzer, 2004)
yaitu:
1. Ikatan antar aktor biasanya adalah simetris baik dalam kadar maupun intensitasnya
2. Ikatan antara individu yang harus dianalisis dalam konteks struktur jaringan lebih luas
3. Terstrukturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan non acak
4. Adanya kelompok jaringan menyebabkan terciptanya hubungan silang antara kelompok
jaringan maupun antara individu
5. Ada ikatan asimetris antara unsur-unsur di dalam sebuah sistem jaringan dengan akibat
bahwa sumber daya yang terbatas akan terdistribusikan secara tak merata.
6. Distribusi yang berasal dari sumber daya yang terbatas menimbulkan baik itu kerjasama
maupun kompetisi.

Jaringan sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus, di mana “ikatan” yang
menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah hubungan sosial. Berpijak pada
jenis ikatan ini, maka secara langsung atau tidak langsung yang menjadi anggota suatu
jaringan sosial adalah manusia (person). Jaringan sosial tidak hanya beranggotakan pada satu
individu, namun dapat juga berupa sekumpulan orang yang mewakili titik-titik seperti yang
dikemukakan sebelumnya, jika tidak harus satu titik mewakili satu orang, misalnya
organisasi, instansi, pemerintah atau negara.

Sementara, hubungan sosial atau saling keterhubungan merupakan interaksi sosial yang
berkelanjutan (relatif cukup lama atau permanen) yang terakhir di antara mereka terikat satu
sama lain dengan atau oleh seperangkat harapan yang relatif stabil (Zanden dalam
Agusyanto, 2007). Membershop group merupakan suatu kelompok di mana setiap orang
secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut (Soerjono Soekanto, 2010).
Hubungan sosial bisa dipandang sebagai sesuatu yang seolah olah merupakan sebuah
jalur atau saluran yang menghubungkan antara satu orang (titik) dengan orang-orang lain di
mana melalui jalur atau saluran tersebut bisa dialirkan sesuatu, misalnya barang, jasa, dan
informasi. Hubungan sosial antara dua orang mencerminkan adanya pengharapan peran dari
masing-masing lawan interaksinya. Tingkah laku yang diwujudkan dalam suatu interaksi
sosial itu sistematik, meskipun para pelakunya belum tentu menyadarinya. Dari terwujudnya
hubungan sosial yang baik maka akan memudahkan jaringan sosial berkembang.

Jaringan sosial menjadi sangat penting di dalam masyarakat karena di dunia ini bisa
dikatakan bahwa tidak ada manusia yang tidak menjadi bagian dari jaringan-jaringan
hubungan sosial dari manusia lainnya. Walaupun begitu manusia tidak selalu menggunakan
semua hubungan sosial yang dimilikinya dalam mencapai tujuan-tujuannya, tetapi
disesuaikan dengan ruang dan waktu atau konteks sosialnya (Agusyanto, 2007).

Ada 3 (tiga) pembagian tipe keteraturan jaringan sosial menurut Epstein (dalam
Agusyanto, 2007) yaitu:

1. Ketentuan struktural. Di mana perilaku orang-orang teinterpretasikan dalam term


tindakan-tindakan yang sesuai dengan posisi-posisi yang mereka duduki dalam suatu
perangkat tatanan posisi-posisi.
2. Keteraturan katagorikal. Di mana perilaku seseorang di dalam situasi-situasi yang tidak
terstruktur bisa terinterpretasi ke dalam term stereotipe-stereotipe.
3. Keteraturan personal. Dimana perilaku orang-orang baik di dalam situasi yang terstruktur
maupun tidak, bisa diinterpretasikan ke dalam pengertian-pengertian ikatan-ikatan
personal yang dimiliki seseorang individu dengan orang lain.

Barnes membedakan jaringan untuk kepentingan penelitiannya, menurut Barnes (dalam


Agusyanto, 2007) jaringan dibedakan atas, jaringan total digunakan untuk menyebut jaringan
sosial yang kompleks, dan jaringan partial untuk menyebut jaringan yang hanya berisi satu
jenis hubungan sosial. Lain hal lagi bila jaringan sosial ditinjau dari tujuan hubungan social
yang membentuk jaringan-jaringan. Beberapa pakar antropologi maupun sosiologi dari
beberapa literatur mengatakan, dari sisi ini jaringan sosial dapat dibedakan dalam tiga jenis
yaitu:

1. Jaringan interest (kepentingan), terbentuk dari hubungan hubungan sosial yang bermuatan
kepentingan.
2. Jaringan power, hubungan-hubungan sosial yang membentuk jaringan bermuatan power.
Power di sini merupakan suatu kemampuan seseorang atau unit sosial untuk
mempengaruhi perilaku dan pengambil keputusan orang atau unit sosial lainnya melalui
pengendalian (Adams dalam Agusyanto, 2007).
3. Jaringan sentiment (emosi), seperti judulnya jaringan ini terbentuk atas dasar hubungan-
hubungan sosial yang bermuatan emosi. Hubungan sosial itu sendiri sebenarnya menjadi
tujuan tindakan sosial misalnya percintaan, pertemanan atau hubungan kerabat, dan
sejenisnya. Struktur sosial yang terbentuk dari hubungan-hubungan emosi pada umumnya
lebih mantap atau permanen.

Ketiga tipe jaringan sosial ini dalam kehidupan nyata sering kali berpotongan. Pertemuan-
pertemuan tersebut membangkitkan suatu ketegangan bagi pelaku yang bersangkutan karena
logika situasional atau struktur sosial dari masing-masing tipejaringan berbeda atau belum
sesuai satu sama lain. Oleh karena itu, seringkali terlihat kontradiksi antara tindakan-tindakan
dengan sikap yang pelaku wujudkan.

Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu


dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-
hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun bentuk informal. Hubungan
sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan koordinasi antar warga yang
didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal (Damsar, 2002: 157).

Jaringan sosial merupakan hubungan yang tercipta antara banyak dalam suatu kelompok
ataupun antara suatu kelompok dengan kelompok yang lain. Yang menjadi ciri khas dari teori
jaringan adalah adanya pemusatan perhatian pada struktur makro dan mikro, yang artinya
bahwa aktor bukan hanya individu saja namun dapat kelompok, organisasi bahkan ruang
lingkup yang lebih besar sekalipun. Hubungan dapat terjadi dalam struktur sosial yang lebih
luas hingga yang lebih sempit (Ritzer & Douglas, 2010: 383).

Barnes (1969) mengemukakan analisisnya (Agusyanto, 2007) bahwa jaringan dibedakan


atas jaringan total digunakan untuk menyebut jaringan sosial yang kompleks, dan jaringan
partial untuk menyebut jaringan yang hanya berisi satu jenis hubungan sosial. Lain hal lagi
bila jaringan sosial ditinjau dari tujuan hubungan sosial yang membentuk jaringan-jaringan.

Kedhusin (Rudito, Famiola 2008: 147) mengemukakan ada tiga jaringan sosial yaitu:
a) Jaringan individu (egosentris) yaitu jaringan yang berhubungan dengan modal tunggal
atau individu. Sebagai contoh teman baik saya.
b) Jaringan sosial (social-centric) digambarkan dalam model dan batasan analisisnya,
seperti jaringan antara mahasiswa dalam sebuah kelas, jaringan pekerja dan manajemen
dalam sebuah pabrik atau tempat kerja.
c) Jaringan terbuka (open system) yaitu batasan tidak dianggap penting. Contohnya jaringan
politik, jaringan antar perusahaan dan jaringan antara mahasiswa.

Jaringan yang terbangun adalah modal terpenting dalam mempertahankan kelangsungan


usaha.

1. Dampak Negatif Jaringan Sosial

Adapun dampak negatif dari jaringa sosial adalah :

1. Menimbulkan ketergantungan.

2. Dengan fasilitas yang beragam yang disediakan media tersebut, secara tidak langsung
kita di tuntut untuk meluangkan waktu bahkan terkadang secara tidak sadar
menghabiskan banyak waktu dengan menjadikannya prioritas utama.

3. Menciptakan dunia maya yang terkadang lebih mendoninasi daripada dunianyata.

4. Dengan menganggap kebebasan berpendapat dan berekpresi dalam media sosial,


menjadikannya media tersebut seperti privasi padahal apa yang kita informasikan bisa
dilihat oleh orang lain maupun orang yang telah ada dalam daftar pertemanan kita
padahal kita tidak bisa menjamin orang-orang tersebut sebaik yang kita inginkan.

5. Pandangan yang sebelumnya, “memanfaatkan” media tersebut, secara perlahan-lahan


akan berbalik kita yang “dimanfaatkan” oleh media tersebut karena media tersebut
kebanyakan bergerak di dunia iklan.

6. Rawan pencurian data pribadi dengan adanya hacker.

2. Dampak Positif Jaringan Sosial

Adapun juga dampak positif jaringan sosial :

1. Media bersifat gratis.

2. Memudahkan kita membentuk jaringan sosial, mulai dari teman lama, teman saat ini
sampai pada teman baru.
3. Memudahkan untuk berkomunikasi satu teman dengan teman yang lain baik secara
real time ataupun offline.

4. Harus diakui bagi seorang pemula dan remaja media ini sangat membantu dan
mendidik terutama dalam mengenal dan mengawali dunia internet.

5. Bisa dimanfaatkan untuk media promosi/iklan dan pemberitahuan secara up to date.

6. Dan manfaat hiburan lainnya seperti komunitas, kuis, game dan lain sebagainya yang
bisa menambah pengetahuan kita tentang teknologi maupun hal umum.

3. Dampak dari Jaringan Sosial

a) Jaringan egosentrik (atau lokal), dimana seorang individu berada di pusat roda,
dengan pelek yang melukiskan kontak sosialnya dan jari-jari ikatan yang
menghubungkannya, dan

b) Sosiosentris (atau sosiometri, lengkap, atau global) jaringan, dimana semua atau
hampir semua anggota komunitas atau kelompok dan keterkaitannya satu sama lain
terwakili (ini juga kadang-kadang disebut sampel saturasi). Yang kritis Perbedaan
antara keduanya adalah bahwa model egosentris hanya menyertakan hubungan
langsung ke individu fokus (ego) yang membentuk populasi penelitian, sedangkan
jaringan sosiosentris mencakup hubungan langsung dan tidak langsung dan memetakan
seluruh sampel. Akibatnya, sedangkan jaringan egosentrik dapat dipetakan dengan
mengumpulkan informasi tentang kontak sosial dari ego saja, jaringan sosiosentris
mengharuskan kontak (alter) itu sendiri diamati atau ditanyakan; artinya, mereka
membutuhkan kedua aktor itu siapa yang mempengaruhi dan mereka yang terpengaruh
secara langsung diamati. Karena mereka membuat tuntutan data yang lebih besar, studi
jaringan sosiosentris lebih jarang. Meskipun demikian, mereka sering menghasilkan
lebih banyak wawasan baru dan lebih cocok untuk menunjukkan kualitas jaringan yang
muncul.
4. Contoh studi kasus

Efek Dyadic

Bentuk paling sederhana dari suatu jaringan adalah, tentu saja, angka sosial
(misalnya, dua pasangan, dua saudara, dua teman, dua rekan kerja, dua tetangga). Karena
mereka memerlukan set data yang kurang rumit untuk dipelajari daripada melakukan
analisis efek supradyadic, efek dyadic adalah efek jaringan yang paling banyak diteliti
pada kesehatan, dan sejumlah besar dan berbagai studi memberikan bukti keberadaan
mereka. Kita mulai dengan peninjauan temuan-temuan yang menonjol dari literatur ini
sebelum mengalihkan perhatian kita pada penelitian yang lebih mutakhir yang terjadi pada
efek supradyadic. Pasangan suami-istri adalah pasangan yang paling banyak diteliti
sehubungan dengan bagaimana kesehatan anggota pasangan hidup adalah saling terkait.
Bukti cross-sectional yang luas telah menunjukkan bahwa orang yang menikah memiliki
mortalitas yang secara substansial lebih rendah daripada yang tidak menikah (Farr 1858,
Gove 1973, Litwak et al. 1989, Hu & Goldman 1990). Upaya awal untuk membedakan
antara efek perlindungan sejati dari pernikahan dan efek yang disebabkan oleh seleksi atas
dasar kesehatan ke dalam perkawinan terhambat oleh ketidakcukupan data (Goldman
1993, 1994). Namun, karya terbaru menunjukkan bahwa, meskipun seleksi tidak berperan,
hubungan kausal juga berkontribusi terhadap keseluruhan manfaat mortalitas yang
dinikmati oleh pihak yang menikah (Berkman & Breslow 1983, Welin dkk. 1985,
Schoenbach et al.1986, Zick & Smith 1991 , Berkman dkk. 1992)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Media merupakan sarana atau alat yang digunakan dalam proses penyampaian informasi.
Secara etimologi, kata Media berasal dari kata “medium” yang artinya “antara” atau “sedang”
sehingga media dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi
(pesan) antara pengirim pesan (source) dan penerima pesan (receiver). Fungsi dari media
komunikasi diantaranya:
a. Efektifitas: media komunikasi sebagai sarana untuk mempermudah dalam penyampaian
informasi.
b. Efesiensi: media komunikasi sebagai sarana untuk mempercepat dalam penyampaian
informasi.
c. Konkrit: media komunikasi sebagai sarana untuk membantu mempercepat isi pesan yang
mempunyai sifat abstrak.
d. Motivatif: media komunikasi sebagai sarana agar lebih semangat dalam melakukan
komunikasi.
Berdasarkan dari fungsi media diatas, maka media dapat diartikan sebagai suatu sarana dalam
penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan yang bertujuan agar penyebaran
informasi atau pesan dapat lebih efisien. Media dibagi menjadi tiga jenis yaitu: Media visual,
media audio, media audio visual.

Jaringan sosial (social network) adalah sebuah pola koneksi dalam hubungan sosial
individu, kelompok dan berbagai bentuk kolektif lain. Hubungan ini bisa berupa hubungan
interpersonal atau bisa juga bersifat ekonomi politik, atau hubungan sosial yang lain. Menurut
Wasserman & Faust (1994) terdapat tujuh konsep utama dalam analisis jaringan sosial, aktor/
aktor, dapat berupa individu, korporasi, atau unit sosial secara kolektif: (1) Ikatan relasi
(relational ties), (2) dyad yaitu ikatan antara 2 (dua) aktor atau kelompok, (3) triad merupakan
hubungan antara sekumpulan aktor yang lebih besar, (4) sub kelompok (subgroup), (5)
kelompok (group), (6) relasi (relation), (7) jaringan sosial. Jaringan sosial menjadi sangat
penting di dalam masyarakat karena di dunia ini bisa dikatakan bahwa tidak ada manusia
yang tidak menjadi bagian dari jaringan-jaringan hubungan sosial dari manusia lainnya.
Walaupun begitu manusia tidak selalu menggunakan semua hubungan sosial yang
dimilikinya dalam mencapai tujuan-tujuannya, tetapi disesuaikan dengan ruang dan waktu
atau konteks sosialnya (Agusyanto, 2007). Ada 3 (tiga) pembagian tipe keteraturan jaringan
sosial menurut Epstein (dalam Agusyanto, 2007) yaitu:

1. Ketentuan struktural. Di mana perilaku orang-orang teinterpretasikan dalam term


tindakan-tindakan yang sesuai dengan posisi-posisi yang mereka duduki dalam suatu
perangkat tatanan posisi-posisi.
2. Keteraturan katagorikal. Di mana perilaku seseorang di dalam situasi-situasi yang tidak
terstruktur bisa terinterpretasi ke dalam term stereotipe-stereotipe.
3. Keteraturan personal. Dimana perilaku orang-orang baik di dalam situasi yang terstruktur
maupun tidak, bisa diinterpretasikan ke dalam pengertian-pengertian ikatan-ikatan
personal yang dimiliki seseorang individu dengan orang lain.

Media termasuk salah satu unsur penting dalam proses komunikasi, karena dengan
adanya media maka suatu berita atau informasi dapat disebarkan dimanapun dan kapanpun
tanpa mengenal batasan tempat dan waktu. Media merupakan salah satu sarana dalam upaya
menyampaikan pesan kepada khalayak luas. Jaringan sosial menjadi sangat penting di dalam
masyarakat karena di dunia ini bisa dikatakan bahwa tidak ada manusia yang tidak menjadi
bagian dari jaringan-jaringan hubungan sosial dari manusia lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Mohammad Hidayaturrahman. 2020. Teori Sosial Empirik. Malang : PT. Literaindo Berkah
Karya

Indriana, Dian. (2011) Ragam Alat Bantu Pengajaran,cet pertama. Yogjakarta: DIVA Press.
Rahartri. 2019. Media Komunikasi Efektif pada Layanan Jasa Informasi: Studi Kasus di Kawasan
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek). Media Pustakawan, 26 (2).

Sitinjak, Erwin. 2015. LINE Group Chat sebagai Media Komunikasi. Jurnal Universitas Sumatera
Utara, hlm. 2.

Anda mungkin juga menyukai