DISUSUN OLEH :
KENDARI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Teknologi internet kini memengaruhi analisis data di sejumlah data dapat mengekstraksi
elemen-elemen tertentu dari kumpulan data yang dikumpulkan dari beberapa sumber untuk
membuat satu informasi penting. Akibatnya, beberapa media sosial saat ini menggunakan
analisis data statistik untuk meningkatkan fitur platform mereka.
Masyarakat umum akan merasa lebih mudah untuk terhubung setelah acara untuk terlibat
dalam percakapan. Mereka terlibat dalam komunikasi, pengambilan risiko, pekerjaan, dan
interaksi sosial sebagai anggota populasi pribumi digital .
akses informasi yang mudah, media sosial tidak diragukan lagi merupakan jalan baru
bagi pemilik bisnis untuk memasarkan produk mereka. Ini kemungkinan menciptakan peluang
untuk menggunakan media sosial sebagai landasan peluncuran untuk memasarkan produk atau
layanan dan memperkenalkan elemen-elemen baru.
Lebih banyak informasi dibagikan, yang berarti lebih banyak data disebarkan ke media
sosial. Untuk membantu pengumpulan data yang tidak terstruktur, alat analitik yang
berkonsentrasi pada analisis media sosial, juga dikenal sebagai SMA, dikembangkan.
BAB II
PEMBAHASAN
Tata krama dalam komunikasi juga akan fokus pada pembelajaran berbicara .
Simbol,bahasa, atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu atau lebih
kata. Bahasa juga dapat digunakan sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2008),
sedangkan komunikasi nonverbal melibatkan penggunaan isyarat nonverbal. Bahasa nonverbal
biasanya digunakan untuk menangkap setiap contoh komunikasi yang jelas dan ringkas. Menurut
teori, komunikasi verbal dan nonverbal dapat digabungkan. Namun kenyataannya, kedua jenis
komunikasi ini semakin berkembang dan semakin komprehensif dalam komunikasi sehari-hari
yang kita lakukan.
Teknologi sudah menghentikan pergeseran. Akibat keadaan saat ini, penduduk Indonesia
tidak lagi menganggap etika sama pentingnya dengan dulu. Mampu mengakses dan
menggunakan media sosial tanpa batasan telah menempatkan kita di tengah krisis etika.
Istilah etika terkait dengan moralitas individu dalam kehidupan sosial sehari-hari di
kalangan masyarakat umum. Orang tanpa akhlak yang baik terkadang dikatakan kurang akhlak
karena kurangnya tindakan dan peristiwa yang diprediksi karena nada yang tepat dan tidak
menyenangkan. Karena itu, akan ada langkah-langkah yang perlu diambil untuk menyelesaikan
tugas yang ada. Tidak ada filter untuk konten media sosial yang otentik dan andal, yang
merupakan awal dari revolusi media .
Komunikasi sekarang menjadi faktor penting dalam menetapkan aspirasi. Salah satu
aturan untuk komunikasi yang efektif di media sosial adalah menghindari penggunaan bahasa
yang menyinggung, provokasi, pornografi, atau SARA; untuk menghindari berbagi artikel atau
pembaruan status yang menyinggung; untuk menghindari menyalin dan menempelkan artikel
atau gambar yang memiliki watermark; dan hanya meninggalkan komentar yang relevan.
Apa yang tersedia di media baru dibandingkan dengan media lama adalah kapasitas untuk
memproses informasi dalam jumlah besar yang memungkinkan individu melakukannya melalui
kontrol yang lebih luas, serta beberapa kapasitas untuk memilih informasi yang mereka harapkan
akan akurat. Menurut Ward (1995: 279), alasan mengapa media baru berhasil tanpa
menggunakan media tradisional atau media lama adalah karena media tersebut digunakan
dengan lebih santai dan tanpa gangguan.
Menurut Mc Quail (2000: 119), sebagian besar media baru sekarang memungkinkan dua
bentuk komunikasi interaktif yang memungkinkan berbagi informasi serta pertukaran informasi,
menghasilkan interpretasi pesan . Dalam suatu prosedur, bias memiliki ruang yang lebih terbuka
untuk komunikasi dan publikasi sehingga memungkinkan untuk dilakukan penyuntingan atau
pemeriksaan validitas terkait dengan publikasi tersebut. Dalam hal faktor produksi dan distribusi,
waktu dan tempat tidak begitu penting karena dapat memberikan informasi dalam jumlah yang
sangat besar ke lokasi mana pun selama periode waktu yang sama.Pada penerima informasi,
dapat terjadi berbagai perubahan karena kebebasan dan kesamaan dalam hubungan antar
pengirim dan penerima informasi sehingga penerima informasi dituntut untuk membuat berbagai
pilihan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang harus diintergrasikan agar mampu
melakukan komunikasi.
Menurut Ganley (in Ward, 1995: 284), media baru-baru ini meningkatkan akses ke
negara-negara yang terhubung, memungkinkan mereka menjadi warga negara yang lebih
terinformasi yang dapat berkontribusi pada kemajuan demokrasi. Meski begitu, perlu dicatat
bahwa media baru-baru ini tidak mengakui kemungkinan adanya kesenjangan pemahaman antara
mereka yang memiliki informasi dan mereka yang tidak.
Sebaliknya, konsekuensi penggunaan komputer sebagai bentuk media baru yang paling
penting lebih terfokus pada topik ini. ini berasal dari komentar yang dibuat oleh Furness dalam
Biocca & Levy (1995: 384), yang mengatakan bahwa hubungan antara komputer dan manusia
dipertahankan oleh kemajuan intelektual yang konstan dari kedua institusi besar tersebut.
Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi perbedaan antara dua opsi: membuat komputer lebih
mirip manusia atau membuat manusia lebih mirip komputer.
Kemajuan teknologi komunikasi dalam media baru yang sangat pesat dan menantang kita
untuk melakukan pendefinisian ulang atas teori mengenai media yang saat ini sudah ada.
Menurut Ward (1995: 299), teori-teori yang ada saat ini menganalisis media dalam konteks
perilaku dan dampaknya, namun proses "informatisasi" saat ini belum sepenuhnya dipahami.
Dengan berbagai media baru , ringkasan informasi yang berkisar dari yang sangat massal
hingga yang sangat pribadi dihasilkan yang sangat mirip satu sama lain. Berbeda dengan hal
tersebut, pesatnya pertumbuhan media baru yang dibantu oleh kemajuan teknologi komunikasi
menunjukkan bahwa media tersebut tidak selalu berkualitas tinggi.
Menurut Ward, McQuail (2000: 125), ketidaksepakatan mendasar antara teori media baru
dan teori media (lama) yang telah ada hingga saat ini didasarkan pada tiga hal. Pertama-tama,
kekuasaan dan ketidaksetaraan membuat sangat sulit untuk mengamati media baru karena
hubungannya dengan militerisasi dan penyensoran informasi. Mengenai integrasi dan identitas
sosial, media akhir-akhir ini dipandang sebagai alat untuk menyebabkan disintegrasi kohesi
sosial yang ada di dalam populasi karena cenderung sangat individualistis dan bias mengabaikan
waktu, ruang, dan bahkan kehidupan sehari-hari. Ketiga, social change, media baru diaggap agen
perubahan social sekaligus agen perubahan ekonomi yang terencana dimana tidak adanya kontrol
pesan baik dari pemberi maupun penerima pesan sangat mungkin terjadi.
meskipun informasi hanya sedikit pada model lama, informasi tersebut melimpah pada
model yang lebih baru. Perubahan juga muncul pada isi yang semakin homogen pada model isi
yang lebih lama dan pada saluran yang menjadi jauh lebih beragam di media baru. Berbeda
dengan ini, audiens yang terfragmentasi juga memiliki kualitas yang sangat aktif dan massal bagi
mereka. Hal yang sama berlaku untuk respons atau efek yang ditentukan secara tidak konsisten
sebagai respons atau efek yang sangat bervariasi dan tidak dapat diprediksi.
Kejadian yang dijelaskan di atas belum mengakibatkan pemberitaan media baru-baru ini
terhadap masyarakat yang cukup prihatin dengan informasi yang ada saat ini. Hal ini
dikarenakan perkembangan media dan komunikasi saat ini akan terus berkembang dan pada
akhirnya akan menyusul perkembangan masyarakat saat ini. Oleh karena itu, penelitian tentang
fenomena media baru harus dilakukan secara terus menerus untuk memahami dinamika yang
terjadi dalam hubungan antara media dan masyarakat umum.
2. Strategi dan pengembangan penggunaan new media dalam pemasaran dan branding
Menurut Noprianto (2018), hal ini disebut sebagai " proyek penelitian interdisipliner
baru dengan tujuan mengintegrasikan, memodifikasi, dan menganalisis new media.
Bidang analisis new media berfokus kepada inisiatif bisnis melibatkan pengumpulan
data new media yang baik, analisis data , dan memberikan saran tentang cara terbaik untuk
melaksanakan inisiatif tersebut, seperti mengumpulkan intelijen, membangun wawasan,
membangun akal, mengidentifikasi dan memecahkan masalah pelanggan, dan / atau
mengartikulasikan keluhan untuk melayani tujuan bisnis dengan lebih baik (Hols, 2004).
Saat ini, individu yang bekerja di berbagai industri dapat menggunakan informasi
dari situs jejaring sosial untuk lebih memahami pelanggan mereka. Analisis media sosial apa
pun dapat membantu dalam memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan pengguna dengan
menganalisis data online terstruktur dan tidak terstruktur dari berbagai sumber online.
SMA mencakup berbagai analisis sentimen atau analisis opini yang menggunakan
teknik analisis untuk mengkaji opini orang, serta penilaian barang, jasa, organisasi, orang,
dan hal lainnya.Big Data Analytics (BDA) dan Social Media Analytics (SMA) memiliki
kesamaan tertentu karena keduanya memungkinkan analisis, pengelolaan, visualisasi dari
jenis kumpulan data serupa yang menangkap aktivitas online konsumen. Namun, SMA lebih
dapat diandalkan daripada BDA untuk metode analisis sosial.
b. Efektivitas Pemasaran
Efektivitas pemasaran adalah bisnis yang berfokus pada edukasi, peringatan, dan
komunikasi dengan konsumen tentang barang dan jasa yang dijual. Dengan menggunakan
bahasa alternatifkonsumen dapat mempelajari lebih lanjut tentang siapa yang menciptakan
produk dan apa tujuan bisnis dan pedagang. Dalam kasus seperti itu, ada kebutuhan akan
semacam pemasaran komunikasi yang menghubungkan individu dengan orang lain, tempat,
peristiwa, benda, benda, benda, benda, dan benda lainnya.
Menurut (Kartika sari, 2014), tujuan komunikasi peer-to-peer Hal ini dimaksudkan
untuk meluncurkan bisnis baru di pasar konsumen atau klien. Saat ini, lebih banyak Merek
sedang didistribusikan. perusahaan yang sudah tidak beroperasi dalam hal ini, terutama
mengingat kondisi persaingannya yang semakin kacau.
Peneliti lain telah melihat kategori pengguna media sosial sebagai kontributor aktif
saat memberikan komentar atau sebagai pembaca yang hanya memperhatikan komentar
yang dibuat oleh organisasi lain (Rudyanto, 2018).Menurut (Aziz, Mursityo, & Rachmadi,
2018), menggunakan media sosial sebagai alat pemasaran dapat membantu bisnis
mengurangi biaya pemasaran secara signifikan jika dibandingkan dengan metode yang lebih
konvensional seperti pemasaran ulang atau media elektronik. Selain itu, penggunaan media
sosial dapat secara signifikan meningkatkan peluang kerja baik secara finansial maupun
non-finansial.
Pengukuran masih tergolong jangka pendek dan harus diubah menjadi jangka
panjang dalam jangka waktu yang ditentukan. Banyak yang masih bergantung pada
kemampuan media sosial untuk meningkatkan kesadaran, mempromosikan pengenalan
merek, atau membantu penjualan barang.
Hal ini dapat dilakukan dengan menoptimalkan media sosial, diantaranya: harus ada
dukungan manajemen, kualifikasi media, orientasi pengguna, sumber informasi, dan
aktivitas di media sosial yang harus rutin dilakukan oleh pelaku bisnis serta memperhatikan
strategi-strategi dalam memposting informasi agar mendapatkan respon yang baik dari
pengguna (Noprianto, 2018).
Hal ini dapat dicapai dengan memanfaatkan media sosial sebaik-baiknya, antara lain
sebagai berikut: Harus ada tim manajemen, kualifikasi media, panduan pengguna, sumber
informasi, dan aktivitas media sosial yang harus rutin dilakukan oleh pemilik usaha. agar
mendapat umpan balik positif dari pengguna (Noprianto, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Suryani, I. (2017). Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Media Pemasaran Produk Dan
Potensi Indonesia Dalam Upaya Mendukung Asean Community 2015. (Studi Social Media
Marketing Pada Twitter Kemenparekraf Ri Dan Facebook Disparbud Provinsi Jawa Barat).
Jurnal Komunikasi, 8(2), 123–138.
Noprianto, E. (2018). Pemanfaatan Media Sosial Dan Penerapan Social Media Analytics
(Sma) Untuk Perpustakaan Di Indonesia. Jurnal Pustaka Budaya, 5(2), 1–10.
Holsapple, C., Pakath, R., & Hsiao, S. (2014). Business Social Media Analytics :
Definition , Benefits , and Challenges. Twentieth Americas Conference on Information Systems,
Savannah, (2010), 1–12.
Rudyanto. (2018). Pengaruh pemasaran jejaring media sosial dan keterkaitan konsumen
terhadap niat beli konsumen. Jurnal Manajemen Dan Pemasaran Jasa, 11 (2), 177–200.
Aziz, A., Mursityo, Y. T., & Rachmadi, A. (2018). Analisis Penggunaan Media Sosial
Instagram dan Pengaruhnya Terhadap Business Performance Satisfaction ( Studi Pada Pengusaha
Kuliner Di Kota Malang ). Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer,
2(11), 5708–5717.