Anda di halaman 1dari 10

UAS Budaya Media Baru: Pengaruh Perkembangan Media Baru terhadap

Pemenuhan Informasi Masyarakat Indonesia

Dosen Pengampu:
Maria Febiana Christianti, S.Sos, M.Si

Disusun oleh :
Adella Melinda
1810411122

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI


FAKUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2021
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Setiap hari kita sebagai manusia dan makhluk sosial pasti selalu memberikan waktu
luang untuk menerima dan mencari informasi terbaru. Banyak orang yang menyetir mobil
sambil mendengarkan radio untuk mendapatkan informasi terbaru atau bahkan ibu rumah
tangga yang memasak sambil menyalakan TV untuk mendapat informasi baru setiap
harinya. Tanpa kita sadari, setiap hari kita membutuhkan informasi untuk memenuhi
kebutuhan hidup kita.
Di era globalisasi saat ini, informasi berkembang dan menyebar sangat cepat. Jika
kita tidak mengikuti perkembangan informasi tersebut, pasti akan sangat berpengaruh
terhadap kehidupan sosial, pekerjaan maupun studi kita. Perkembangan informasi saat ini
tumbuh dengan sangat pesat, mulai dari informasi politik, ekonomi, sosial, maupun budaya,
dan bahkan sampai informasi seputar update kehidupan artis terkini. Setiap orang
memanfaatkan berbagai media dan berbagai cara untuk mendapatkan informasi tersebut.
Ternyata, hal ini beriringan dengan berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang begitu pesat, salah satunya adalah dengan kehadiran internet. Pertumbuhan
internet di dunia sangat cepat, termasuk di Indonesia sendiri, dimana saat ini bisa dikatakan
internet telah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat Indonesia. Keberadaan internet ini
resmi diakui pemerintah sejak bangsa Indonesia resmi bergabung dengan WSIS bentuk
UNESCO. Dengan begitu, Indonesia nampka mengejar ketertinggalannya dengan
negara-negara yang lebih maju dalam bidang internet seperti Eropa dan Amerika dimana
bisa diliat dari perkembangan internet yang terjadi di Indonesia. Perkembangan internet ini
membuat berbagai keterbatasan yang perlu dialami manusia dalam berhubungan satu sama
lain seperti faktor waktu, jarak, jumlah, kecepatan, kapasitas maupun faktor lainnya dapat
teratasi. Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, jumlah pengguna
internet di Indonesia mencapai 19,6 juta jiwa, dimana pengguna paling banyak berasal dari
provisi Jawa Barat.
Dengan adanya kecepatan pertumbuhan internet, muncul pulalah istilah new media
atau media baru. Media baru merupakan hasil dari pergantian media dari jaman dahulu.
Menurut Flew (2005) media baru merujuk pada interaksi isi media yang digital, bentuk
media yang konvergen, dan jaringan komunikasi global. Media baru adalah jenis media
yang menggunakkan teknologi digital seperti media sosial dan penggunaan internet. Media
baru ini telah membawa individu untuk memasuki ruang yang dapat digunakan untuk saling
berbagi informasi, tentunya dengan berbagai platform media yang tersedia sebagai
instagram, twitter, blog, facebook, bahkan tiktok dan lainnya. Dengan demikian, setiap
orang dapat menggunakkan media untuk bertukar informasi, mencari informasi.
Dengan kemudahan dalam menyebarkan informasi pula, tanpa sadar, seorang
pengguna media baru bukan hanya sekedar mendapat informasi tapi juga memungkinkan
sang pengguna untuk membagikan informasi yang bukan hanya menyebarkan gaya hidup
sehari-hari, namun membagikan informasi kepada orang lain bahkan untuk hal seperti
destinasi bepergian. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui sejauh
mana perkembangan media baru tersebut berpengaruh dalam pemenuhan informasi dan
bagaimana media baru dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat Indonesia. Metode
penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi literatur.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti merumuskan masalah
yang akan diteliti yaitu Bagaimana pengaruh perkembangan media baru terhadap pemenuhan
informasi masyarakat Indonesia?
Bab II
Pembahasan/Isi
2.1 Perkembangan Media Baru

Perkembangan media baru di masyarakat memang terjadi dengan cepat, terutama dalam
penggunaan teknologi internet. Seperti yang sudah disampaikan pada latar belakang, pada
media baru khalayak tidak hanya sekedar ditempatkan menjadi objek yang menerima pesan,
akan tetapi peran khayalak mulai bergeser menjadi lebih aktif terhadap sebuah pesan. Media
baru juga memberi kemungkinan yang lebih besar kepada para penggunanya untuk
mengakses berbagai jenis konten media kapan saja dan dimana saja tanpa terbatas ruang dan
waktu. Media baru memiliki sifat yang lebih interaktif dan bebas. Denis McQuail
mendefinisikan new media atau media baru sebagai perangkat teknologi elektronik yang
berbeda dengan penggunaan yang berbeda pula.Media baru (new media) merupakan media
yang terbentuk dari interaksi antara manusia dengan komputer dan internet.Media baru
digunakan untuk menjelaskan kemunculan media yang bersifat digital, terkomputerisasi,
dan berjaringan sebagai efek dari semakin berkembangnya teknologi informasi dan
komunikasi (Arshano, 2014). Munculnya media baru memiliki peranan yang besar dalam
perubahan pola komunikasi masyarakat.

Ciri utama yang membedakan media baru dengan media lama adalah adanya
desentralisasi (pengadaan dan pemilihan berita tidak lagi sepenuhnya berada di tangan
komunikator), kemampuan tinggi (pengantaran melalui kabel atau satelit mengatasi
hambatan komunikasi yang disebabkan oleh pemancar siaran lainnya), komunikasi timbal
balik, dan fleksibilitas). Tidak dapat dipungkiri, hadirnya media baru memudahkan manusia
dalam melakukan komunikasi. Media baru menjadi ruang bagi interaksi yang baru bagi
manusia untuk berbagi informasi secara cepat, menyalurkan ide, dan lainnya. Sehingga
media baru termasuk hal yang cepat diterima dalam kehidupan masyarakat. Rossler
(McQuail 2011:148) mengatakan secara umum, media baru telah disambut (termasuk oleh
media lama) dengan ketertarikan yang kuat, positif, dan bahkan pengharapan serta perkiraan
yang bersifat eforia, serta perkiraan yang berlebihan mengenai signifikan mereka. Hal ini
tentu disesuaikan dengan kebutuhan manusia dan tujuan perkembangan teknologi pada
awalnya yaitu dapat menjalin komunikasi tanpa terbatas ruang dan waktu dan mengakses
informasi scara meluas.

Baik media lama maupun media baru memiliki manfaat pada masanya. Menurut Poster
(McQuail, 2011: 151) hal yang membedakan media lama dengan media baru adalah, media
baru mengabaikan batasan percetakan dan model penyiaran, sehingga memungkinkan
terjadinya percakapan antar banyak pihak, penerimaan secara simultan, perubahan dan
penyebaran kembali objek-objek budaya, mengganggu tindakan komunikasi dari posisi
pentingnya hubungan kewilayahan dan modernitas, menyediakan kontak global secara
instan, dan memasukkan subjek modern kedalam mesin aparat yang berjaringan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat bahwa media baru memiliki fungsi yang luas.
Seperti yang dikatakan oleh Herliani (2015) fungsi budaya media baru dibagi kedalam lima
poin penting yang pada dasarnya dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupannya, yaitu :

1. Berfungsi menyajikan arus informasi yang dapat dengan mudah dan cepat diakses
kapan saja dan dimana saja. Sehingga memudahkan seseorang memperoleh sesuatau
yang dicari atau dibutuhkan yang biasanya harus mencari langsung dari tempat sumber
informasinya.
2. Sebagai media transaksi jual beli. Kemudahan memesan produk melalui fasilitas
internet ataupun menghubungi customer service.
3. Sebagai media hiburan. Contohnya, game-online, jejaring sosial,streamingvideo.
4. Sebagai media komunukasi yang efisien. Penggunanya dapat berkomunikasi dengan
siapapun tanpa terkendala jarak dan waktu, termasuk melakukan video conference.
5. Sebagai sarana pendidikan dengan adanya e-book yang mudah dan praktis.

Media baru memiliki kecepatan dalam melakukan interaksi, lebih mudah, lebih cepat,
lebih efisien untuk mengakses informasi terbaru atau berita ter- update. Menurut Nicolas
gane dan David Beer dalam Nasrullah (2014: 75) media baru sebagai media yang paling
banyak diminati saat ini memiliki tiga karakteristik yaitu, network dimana media baru
memungkinkan jaringan yang menghubungkan tidak hanya antar komputer namun juga
jaringan. Kedua adalah interactivity, dimana media baru membangun struktur dari perangkat
keras dan perangkat lunak sehingga pengguna dapat berkomunikasi secara interpersonal
dengan cara yang baru, dan yang ketiga interface dimana media baru menghubungkan
sesama pengguna, jaringan informasi, serta beragam data internet. Media baru sebagai
media yang cepat dan murah juga memiliki kelemahan, yaitu pada jaringan koneksi internet.
Jika jaringan internet lancar maka informasi yang akan disampaikan kepada pembaca atau
khalayak akan lebih cepat begitu juga sebaliknya dan ketika ingin mengakses apapun
menggunakan media baru maka pengguna harus terhubung dengan koneksi internet. Hal ini
dikarenakan pesan yang disampaikan kepada khalayak luas melalui media online.
Perkembangan teknologi yang sebelumnya adalah media konvensional telah dilengkapi
dengan teknologi digital sehingga menjadi media baru. Hal inilah yang memunculkan media
sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, Tiktok, dan lainnya.

2.2 Teori Uses and Gratifications


Teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalh Teori Uses and Gratification. Teori
Uses and Gratification (Kebutuhan dan Kepuasan) pada awalnya muncul karena adanya
kritikan terhadap teori Bullet yang dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun
1930-an. Teori ini menyatakan khalayak media dipandang sebagai khalayak aktif dimana
mereka menggunakkan media dikarenakan kebutuhan informasi, pendidikan dan hiburan.
Teori ini menjadikan komunikan sebagai fokus utamanya bukan komunikator (media). Teori
Kebutuhan dan kepuasan ini meliat khalayak sebagai individu yang aktif dan memiliki
tujuan, mereka bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan
untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Uses and Gratification menunjukan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah
bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak melainkan bagaimana media
memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial. Teori ini meyakini bahwa individu sadar akan
kebutuhan mereka dan bagaimana untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Media hanya
menjadi salah satu cara pemenuhan kebutuhan dan individu bisa jadi menggunakkan media
untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau tidak menggunakkan media dan memilih cara lain.
Dalam perkembangannya, terdapat beberapa asumsi yang mendasari teori uses and
gratifications. Salah satu asumsi dasar datang dari tokoh yang mempelopori munculnya
teori uses and gratifications yaitu Elihu Katz, Jay G. Blumber dan Michael Gurevitch dalam
Baran dan Davis (2009) yaitu:
1. Khalayak memiliki peran aktif
Khalayak bukanlah penerima (audiens) yang pasif atas apapun yang media siarkan.
Khalayak memiliki peran dalam memilih dan menentukan isi program media. Perilaku
komunikasi khalayak mengacu kepada target dan tujuan yang ingin dicapai serta
berdasarkan kepada motivasi, khalayak melakukan pilihan terhadap media berdasarkan
motivasi, tujuan dan kebutuhan personal lainnya.
2. Khalayak bebas memilih media
Pada prinsipnya, khalayak secara bebas menyeleksi media dan program-programnya yang
terbaik agar bisa mereka gunakan untuk memuaskan kebutuhannya. Produser media
mungkin tak menyadari penggunaan oleh khalayak yang menjadi sasaran program, dan
anggota khalayak yang berbeda mungkin memanfaatkan program yang sama untuk
memuaskan kebutuhan yang berbeda. Khalayak mengambil inisiatif dalam penggunaan
media. Kita memilih untuk menonton acara berita yang ada di stelievisi jika sedang
membutuhkan informasi begitu juga sebaliknya, kita akan memilih tayangan komedi apabila
membutuhkan hiburan.
3. Media bukan satu-satunya sumber pemuas
Media bukanlah satu-satunya sarana yang dapat memuaskan kebutuhan khalayak. Media
bersaing dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya dalam hal pilihan, kegunaan dan
perhatian untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Khalayak dapat memuaskan
kebutuhannya tanpa media semisal pergi berlibur, olahraga, menari, memancing dan
sebagainya. Contohnya seseorang yang menyukai hubungan akrab lebih suka untuk
berbincang langsung secara interpersonal dengan teman ataupun keluarga dari pada
mengkonsumsi media. Khalayak yang tidak memiliki inisiatif akan lebih mudah dipengaruhi
oleh media.
4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak
atau audiens.
Individu dianggap cukup paham untuk melaporkan kepentingan dan motif pada
situasi-situasi tertentu. Audiensi melakukan pilihan secara sadar mengenai penggunaan
media yang digunakannya. Riset awal terhadap teori uses and gratificationsadalah dengan
mewawancarai responden untuk menanyakan mengapa ia mengonsumsi media tertentu dan
secara langsung melakukan observasi terhadap reaksi responden selama wawancara
berlangsung. Namun dengan seiring berkembangnya teori ini, pendekatan kualitatif tersebut
ditinggalkan dan beralih menggunakan pendekatan kuantitatif.
5. Pencegahan Signifikansi nilai Kultural
Pertimbangan nilai tentang signifikansi kultural dari media massa harus dicegah. Program
atau muatan media harus bersifat global karena akan ditangkap oleh khalayak yang beragam
dari kultur yang beragam pula.

2.3 Perkembangan Media Baru terhadap Pemenuhan Informasi Masyarakat Indonesia


Setelah melihat teori dan konsep yang telah dijabarkan diatas, pengaruh
perkembangan media ternyata sangat berpengaruh terhadap pemenuhan informasi
masyarakat dimana media tersebut menjadi sarana tempat manusia dapat mengakses
informasi. Seperti data yang dilansir oleh We Are Social, Hootsuite, pada tahuun 2020,
rata-rata waaktu yang dihabiskan masyarakat Indonesia untuk mengakses sosial media
adalah 3 jam 26 menit. Bahkan dilihat dari data survei dari kompas.com, aplikasi media
sosial yang terpopuler di Indonesia kerap berubah dari tahun ketahun. Data menarik lainnya
adalah rata-rata orang Indonesia ternyata memiliki 10 akun media sosial per orang. Selain
itu, 60% diantaranya memakai media sosial untuk bekerja seperti menjalin relasi dan
menjalankan bisnis. Hasil data tersebut sesuai dengan teori uses and gratification dimana
khalayak aktif memilih media yang memenuhi kebutuhannya dan tidak dapat dipungkiri
bahwa informasi terkini menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Kippax dan Murray (1977), penelitian ini
bertujuan untuk mencari asumsi pendekatan penggunaan dan kepuasan apakah khalayak itu
berorientasi pada informasi dalam pemilihan dan penggunaan media. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh media dapat dikelompokkan dalam
empat kategori; identitas diri dan konteks sosial, kepuasan sendiri, kebutuhan yang
berkaitan dengan informasi, dan kebutuhan hiburan dan pelepasan. Dari survey tersebut juga
terlihat bahwa kebutuhan akan informasi tersebut menjadi salah satu faktor mengapa
manusia terus mengikuti perkembangan media yang ada dan selalu menyesuaikan media
tersebut akan kebutuhan dirinya masing-masing.
Bab III
Penutup
Perkembangan internet membawa banyak perubahan terhadap aspek kehidupan manusia,
salah satunya dengan munculnya media baru seperti media sosial dan lainnya.
Perkembangan media baru tentunya memiliki pengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan
masyarakat dalam menerima sebuah informasi. Manusia sebagai makhluk sosial setiap
harinya memerlukan informasi untuk menunjang wawasannya terhadap update yang terjadi
dalam kehidupan. Data penggunaan new media di Indonesia pun sesuai dengan teori uses
and gratifications dimana khalayak aktif memilih media yang memenuhi kebutuhannya dan
tidak dapat dipungkiri bahwa informasi terkini menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat.
Selain itu, asumsi uses and gratifications mengenai media tersebut sudah bukan tentang
komunikan lagi, dimana semua orang bisa menjadi komunikator serta komunikan secara
bersamaan, juga sesuai dimana saat ini seitap orang juga bisa membagikan informasi hanya
dengan menceritakan kehidupan pribadinya pada media sosial entah disengaj maupun tidak.
Sayangnya, dengan perkembangan media baru ini juga yang membuat tidak ada penyaringan
dalam informasi yang kita bagikan maupun kita serap. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh
yang diberikan oleh perkembangan tersebut bisa saja merupakan pengaruh positif maupun
pengaruh negatif. Oleh sebab itu, segala pihak dan seluruh lapisan masyarakat harus
memiliki literasi media yang baik untuk mencegah dampak negatif dan memaksimalkan
dampak positif dengan adanya perkembangan ini. Tak lupa, perkembangan new media tidak
hanya berhenti sampai disini, perkembangan tersebut terus terjadi secara berkelanjutan
dengan kita sadar maupun tidak kita saadari. Dengan itu, kita juga harus terus dan akan
selalu mengkaji perkembangan tersebut untuk memanfaatkan kemajuan ini dengan baik.
Daftar Referensi
Anis Hamidati. 2011. Komunikasi 2.0 Teoritisasi dan Implikasi. Yogyakarta: Mata Padi
Pressindo.
Baran, S.J. dan Davis, D.K. 2009. Mass Communication Theory Foundation, Ferment, and
Future (5th eds). Boston: Wadsworth
Denis McQuail. 1987. Teori Komunikasi Massa suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Effendy, Onong Uchjana. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Humaizi. 2018. Uses and Gratifications Theory. Medan: USU Press.
Lull, James. 1998. Media Komunikasi Kebudayaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Rahma Sugihartati. 2014. Perkembangan Masyarakat Informasi dan Teori Sosial Kontemporer.
Jakarta: Kencana.
Richard West, dan Lynn H. Turner. 2010. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi,
diterjemahkan oleh Maria Natalia dkk. Jakarta: Salemba Humanika.
Tim Pusat Humas Kementrian Perdagangan RI. 2014. Panduan Optimalisasi Media Sosial untuk
Kementrian Perdagangan RI. Jakarta: Pusat Hubungan Masyarakat.
Tubbs, Stewart L, dan Sylvia Moss. 2000. Human Communications: Prinsip-prinsip Dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/11/11/jumlah-pengguna-internet-di-indonesia-ca
pai-1967-juta diakses pada 2 Juli 2021 pukul 10.00

Anda mungkin juga menyukai