Disusun Oleh:
Kelompok 6
Ivasilfia Islamiyah
Titi Kusriani L. Akase
Nindya Briliani Silmi
Hasriani
Indriani Nurhidayah
Harryanto
Citra Dwi Septiani Putri
Zalfa Salsa Bila Alamri
Nurfadila
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan yang pesat di bidang teknologi komunikasi, pemahaman
mengenai teknologi komunikasi banyak mendapat sorotan ahli komunikasi, salah satunya
adalah Everett M. Rogers (1986:2) yang melihat bahwa teknologi komunikasi merupakan
perangkat keras dalam struktur organisasi yang mengandung nilainilai sosial, yang
memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses dan melakukan saling tukar
informasi dengan individu lain. Definisi Rogers tersebut menunjukkan bahwa teknologi
komunikasi mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, teknologi komunikasi berkaitan
dengan perangkat keras atau alat. Kedua, teknologi komunikasi muncul dalam suatu struktur
ekonomi, sosial dan politik tertentu. Ketiga, teknologi komunikasi membawa nilai-nilai
tertentu dari struktur di atas. Keempat, teknologi komunikasi berhubungan dengan perangkat
keras di bidang komunikasi. Sebagai sebuah perangkat, lebih lanjut dikatakan oleh Rogers
(1986:4), teknologi komunikasi mengondisikan penggunanya untuk melakukan
demassifikasi dalam mengontrol pesan, menyesuaikan diri dengan standar teknis pemakaian
teknologi komunikasi serta meningkatkan interaksi dengan individu lain tanpa mengenal
hambatan jarak.
Meskipun teknologi komunikasi mendapat pemaknaan yang berbeda dari berbagai ilmuwan,
tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi komunikasi berjalan sangat pesat
dalam kurun satu dasawarsa terakhir ini. Hal ini bisa terjadi karena masyarakat dunia
sekarang sudah memasuki sebuah tahapan ke dalam masyarakat informasi. Dalam
masyarakat informasi, kebutuhan akan informasi menjadi kebutuhan yang sangat mutlak
dimana informasi menjadi komoditas yang bernilai ekonomis dan bermakna strategis.
Dengan pentingnya informasi maka masyarakat tak lagi menilai harga yang harus
dibayarkan untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi komunikasi.
Oleh karena itu, tak heran jika Webster (1995:6- 21) melihat definisi masyarakat informasi
dari beberapa kriteria. Pertama, technological, masyarakat informasi akan bergantung pada
inovasi teknologi yang semakin lama semakin berkembang. Kedua, economic, masyarakat
informasi akan mempunyai industri informasi terbagi dalam lima kategori yaitu pendidikan,
media komunikasi, mesin informasi, pelayanan informasi dan kegiatan informasi lain seperti
penelitian dan kegiatan sosial. Ketiga, occupational, perubahan yang terjadi dalam
masyarakat informasi menyebabkan perubahan yang terjadi dalam ketersediaan dan
kebutuhan tenaga kerja dalam bidang informasi. Keempat, spatial, masyarakat informasi
mempunyai jaringan informasi yang terhubung dengan lokasi dan mempunyai efek pada
perogranisasian waktu dan ruang. Kelima, cultural, masyarakat informasi mengalami
perubahan sirkulasi sosial budaya dalam kehidupan sehari-hari karena informasi yang
tersedia di berbagai saluran (termasuk media) yang ada.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan suatu pokok masalah yang
kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
Sementara itu, McQuail (2000 :127) membuat pengelompokkan media baru menjadi
empat kategori. Pertama, media komunikasi interpersonal yang terdiri dari telpon,
handphone, e-mail. nimbulkan afeksi dan emosional. Lepas dari perbedaan
pengelompokkan media baru yang ada selama ini, arti penting kehadiran media baru
dalam masyarakat sendiri tak perlu diragukan lagi seperti yang ditegaskan oleh Mc Quail
(2002:302) bahwa munculnya media baru yang membawa ke konsep masyarakat
informasi sebagai masyarakat yang ‘dependent upon complex electronic information and
communication networks and which allocate a major portion of their resources to
infornation and communication activities”.
Sedangkan Pavlik (1998:2-4) melihat kehadiran media baru dihubungkan dengan fungsi
teknisnya yang meliputi beberapa hal. Pertama, produksi, merujuk pada pengumpulan
dan pemrosesan informasi yang meliputi komputer, fotografi elektronik, scanners optikal,
remotes yang tak lagi mengumpulkan dan memproses informasi melainkan juga
menyelesaikan masalah secara lebih cepat dan efisien. Kedua, distribusi, merujuk pada
pengiriman atau pemindahan informasi elektronik. Ketiga, display, merujuk beragam
teknologi untuk menampilkan informasi kepada pengguna terakhir, audiens yang menjadi
konsumen informasi. Keempat, storage, merujuk pada media yang menggunakan
penyimpanan informasi dalam format elektronik. Kehadiran media baru dengan segala
bentuk dan fungsinya ini tentu saja tidak begitu saja menggeser media lama atau
tradisional yang ada selama ini seperti terlihat dalam pengelompokkan era perkembangan
teknologi komunikasi yang dilakukan oleh Rogers (1986:2) tampak bahwa keberadaan
media baru tidak begitu saja menggeser keberadaan media tradisional yang sampai
sekarang tetap dibutuhkan masyarakat untuk menjadi sumber informasi sesuai dengan
karakteristiknya masing-masing.
Realita yang terjadi saat ini memperlihatkan perkembangan informasi yang menyebar kian
cepat begitu saja ke ranah publik. Penyebaran informasi yang cepat ini pun terjadi karena
adanya beragam media informasi yang dapat diakses oleh siapapun secara online. Informasi
kesehatan pun bisa diakses dengan mudah, tidak hanya melalui media cetak dan media
elektronik, melainkan juga dalam media baru. Namun, permasalahannya ialah akurasi
kebenaran dari informasi kesehatan tersebut dan fakta yang menunjukkan apakah benar
bahwa masyarakat saat ini dapat dengan mudah menggunakan media informasi kesehatan
tersebut.
Realita tersebut juga ditegaskan oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Mochamad,
Badra, dan Yuli (2012) bahwa dalam era globalisasi, penyebaran informasi dilakukan
dengan cepat dan mudah. Perkembangan teknologi menjadi hal yang melatarbelakangi
kondisi tersebut. Pada zaman dahulu, informasi hanya bisa didapatkan jika kita bertemu
dengan orang yang akan memberikan informasi. Dewasa ini, informasi sangat mudah
didapatkan melalui internet, televisi dan radio. Cepatnya penyebaran informasi menjadi
peluang masyarakat untuk dapat meningkatkan pengetahuan. Namun, tidak hanya peluang,
penyebaran informasi yang cepat juga dapat menjadi tantangan masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang tepat (Mochamad, Badra, & Yuli, 2012).
3.1 Definisi
Penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui tanah dan
disebabkan oleh parasit cacing, dengan dampak mengganggu perkembangan fisik,
kecerdasan, mental, prestasi, dan menurunkan ketahanan tubuh (Soedarto, 2009).
Kecacingan merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit dari kelompok
helminth (cacing), membesar dan hidup dalam usus halus manusia, cacing ini terutama
tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah yang beriklim panas dan lembab
dengan sanitasi yang buruk, terutama pada anak-anak. Cacing-cacing tersebut adalah
cacing gelang, cacing cambuk, cacing tambang dan cacing pita (Rahim Ali, 2006, dalam
www.arali2008.wordpress.com).
Orang yang cacingan adalah apabila di dalam perutnya terdapat cacing.Seseorang
diketahui ada cacing di dalam perutnya apabila keluar cacing dari mulut, hidung, saat
buang air besar, atau bila dalam pemeriksaan terdapat telur cacing, maka orang tersebut
cacingan (Dinkes Provinsi DIY, 2010).
Dan bahaya yang ditimbulkan pada anak yang mengalami cacingan, sebagai
berikut :
1) Kurang gizi (kurus).
2) Kurang darah (anemia).
3) Pertumbuhan terganggu, biasanya lebih pendek.
4) Daya tahan tubuh rendah sehingga sering sakit, lemah dan sering menjadi
letih sehingga menyebabkan malas belajar dan sering absen atau tidak
masuk sekolah dan mengakibatkan nilai pelajaran turun atau rendah.
4. Pemilihan Media Audio-Visual Untuk Mengatasi Masalah Cacingan pada Anak Sekolah
Dasar
Media adalah integrasi dalam sistem penyampaian materi pembelajaran. Efektifitas media
itu sendiri tidak di lihat dari seberapa canggih nya teknologi yang di pakai dan yang di
gunakan, banyak sekali media yang dapat di gunakan dalam penyampaian materi
pembelajaran seperti poster, flipchart, lebar balik, majalah, pamflet bahkan hingga video
game. Media memiliki banyak jenis akan tetapi tidak semua dapat digunakan tergantung
situasi dan sasaran yang akan di beri materi pembelajaran. Oleh karena itu untuk
menghindari kesan yang salah maka terlahirlah media audio visual yang masyarakat sebut
dengan video sebagai media pembelajaran (Aeni & Yuhandini, 2018).
Media audio-visual dapat meningkatkan hasil belajar karena melibatkan imajinasi dan
meningkatkan motivasi belajar. Penggunaan media dalam pembelajaran sangat dianjurkan
untuk mempertinggi kualitas pembelajaran. Media audio-visual mendorong keinginan untuk
mengetahui lebih banyak (Firdaus, Sukarno, & Sary, 2016).
Media audio-visual bukan hanya menghasilkan cara belajar yang efektif dalam waktu yang
lebih singkat, akan tetapi apa yang disampaikan melalui media audiovisual lebih lama dan
lebih baik tinggal dalam tingkat ingatan seseorang. Media audio-visual mempermudah orang
menyampaikan dan menerima pelajaran atau informasi serta dapat menghindarkan salah
pengertian. Perhatian yang semakin meluas dalam penggunaan media audio visual telah
mendorong bagi diadakannya banyak penyelidikan ilmiah mengenai tempat dan nilai media
audio-visual tersebut dalam pendidikan. Penyelidikan itu telah membuktikan bahwa media
audio-visual jelas mempunyai nilai yang berharga dalam bidang pendidikan (Firdaus et al.,
2016).
Media video yang di pergunakan dalam proses penyampaian materi pembelajaran memiliki
banyak sekali manfaat dan keuntungan, diantaranya yaitu video merupakan pengganti
sesuatu objek yang akan di tunjukan untuk menyampaikan pembelajaran tetapi tidak dapat di
lihat langsung, seperti proses pencernaan makanan dan proses pernafasan dengan adanya
media pembelajaran video ini dapat menggambarkan suatu proses secara tepat dan dapat di
lihat secara berulangulang. Video juga dapat mendorong seseorang untuk meningkatkan
motivasi untuk tetap melihatnya (Arsyad, 2014).
Media pembelajaran melalui video interaktif merupakan upaya dan sarana yang bisa
digunakan dalam menampilkan pesan atau informasi kesehatan yang akan di sampaikan
kepada masyarakat di semua kalangan termasuk anak anak yang belum dapat membaca.
Penggunaan media pembelajaran menggunakan video interaktif diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman masyarakat dan ahkirnya masyarakat akan merubah perilaku ke
arah yang positif atau tetap mendukung kesehatan masyarakat itu sendiri (Aeni &
Yuhandini, 2018).
Media pembelajaran dengan video interaktif dapat diperguanakan dalam pemberian edukasi
kesehatan pada pasien dan masyarakat. Media pembelajaran video akan menampilkan
gambar yang berkelanjutan dan suara yang melengkapi. Media video akan memanfaatakan
sistem pendengaran dan pengelihatan seseorang. Pendengaran merupakan salah satu persepsi
saraf yang menerima energi suara melalui ramabatan udara yang ditangkap oleh bagian luar
telinga lalu di teruskan hingga telinga bagian dalam membentuk suatu tekanan atau getaran
yang mengenai membran timpani getaran tersebut akan dikirim saraf menuju otak untuk
diingat di lobus temporal dalam jangka pendek ataupun jangka yang panjang (Irawati, 2012).
Pengelihatan adalah fungsi dari bola mata yang menerima rangsangan berupa cahaya.
Penglihatan di mulai ketika sebuah benda memantulkan rangsangan cahaya kemudian
cahaya tersebut masuk melalui bagian mata kornea, pupil, lensa dan ahkirnya dipusatkan ke
retina (Kemenkes RI, 2014).