“GANGGUAN SIRKULASI”
KELOMPOK 1
Dosen Pengampu : Ariani, SKM., M.GZ
Disusun Oleh:
Nur Fadillah P211 21 001
Nayla Sasikirana P211 21 015
Titi Kusriani L. Akase P211 21 019
Siti Hajar P211 21 037
Neescha Diandra Rahmasari P211 21 055
Ni Wayan Vivi Swastini P211 21 073
Sitti Masyitha Hermanto P211 21 089
Ulil Ismi P211 21 107
Sri Wahyuni P211 21 127
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
KELOMPOK 1
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem sirkulasi darah merupakan salah satu sistem yang penting sebagai alat
perfusi jaringan. Gangguan sistem sirkulasi cukup banyak terjadi dalam
masyarakat. Salah satunya adalah Peripheral Arterial Disease (PAD). PAD
merupakan kelainan yang disebabkan oleh gangguan aliran darah akut atau kronis
ke ekstrimitas, biasanya akibat aterosklerosis. Gambaran klinis PAD bervariasi
dan meliputi rentang gejala mulai dari yang tidak bergejala (umumnya pada awal
penyakit) hingga nyeri dan rasa tidak nyaman. Gejala yang paling umum terkait
dengan PAD adalah intermitten claudication pada ekstrimitas bawah. Intermitten
claudication ditandai dengan adanya kelemahan, rasa tidak nyaman, nyeri, kram,
dan rasa ketat atau baal pada ekstrimitas yang terkena (biasanya pada bokong,
paha, atau betis). Gejala- gejala ini biasanya terjadi saat beraktivitas dan reda
setelah beristirahat dalam beberapa menit. Nyeri saat istirahat biasanya terjadi
selanjutnya ketika aliran darah tidak adekuat untuk melakukan perfusi ke
ekstrimitas. Gangguan pada sistem sirkulasi sebaiknya jangan diabaikan karena
keluhan ringan yang timbul kemungkinan akan mengganggu aktivitas sehari-hari,
sedangkan manifestasi klinis yang berat dapat mengganggu kinerja pasien,
mempengaruhi produktivitas, bahkan dapat menyebabkan kematian.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah yaitu Memahami patologi umum dan mekanisme
penyakit:
1.Menjelaskan gangguan sirkulasi
a. Kongesti
b. Edema
c. Pendarahan
d. Trombosis
e. Embolisme
f. Arterioklerosis
g. Iskemia dan infark
2.Menjelaskan gangguan pertumbuhan, proliferasi, dan diferensiasi sel
a. Organ dan jaringan yang lebih kecil dari normal
b. Organ dan jaringan yang lebih besar dari normal
c. Diferensiasi abnormal
d. Neoplasia dan sifat-sifat neoplasma
e. Karsinogenesis
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Macam- macam
gangguan sirkulasi, dan gangguan pertumbuhan, proliferasi dan diferensiasi sel.
BAB II
PEMBAHASAN
Adanya gangguan pada peredaran darah memang sangat mengganggu, hal ini
sering kali menjadikan kondisi tubuh kurang bahkan tidak fit. Akibatnya
kegiatan manusia menjadi terganggu.
2.1.1 Kongesti
Kongesti dan hiperemi mempunyai pengertian yang sama bila dilihat dari
sudut adanya peningkatan volume darah pada jaringan atau bagian tubuh
yang mengalami proses patologik. Hiperemi, atau lebih lengkapnya
hiperemi aktif, timbul jika dilatasi pembuluh arteriol dan arteri
menyebabkan peningkatan aliran daram ke dalam jaringan kapiler dengan
terbukanya kapiler-kapiler yang tidak aktif. Dilatasi pembuluh darah ini
disebabkan oleh lepasan zat-zat vasoaktif. Gerakan otot dan demam yang
menimbulkan panas tubuh yang sangat tinggi dan memerlukan
dilepaskannya suhu tersebut dapat dijumpai pada permukaan kulit. Orang
yang merasa malu, misalnya, mukanya akan tampak kemerahan akibat
adanya proses yang sama. Sedangkan bendungan (kongesti), yang disebut
juga hiperemi pasif akan terjadi apabila aliran cairan tubuh yang melalui
vena mengalami gangguan, misalnya pada sianosis atau peningkatan
hemoglobin darah menaglami deoksigenasi. Dilihat dari waktu
berlangsungnya, hiperemi dibagi menjadi dua, akut dan kronik.
-Kongesti pasif, Penurunan jumlah darah yang mengalir dari daerah yang
disebabkan oleh adanya tekanan pada venula-venula dan vena-vena yang
mengalirkan darah dari jaringan, dan juga kegagalan jantung dalam
memompa darah yang mengakibatkan gangguan aliran vena. Selain
sebab-sebab lokal, kongesti pasif dapat juga disebabkan oleh sebab-sebab
sentral atau sistemik yang dapat mengganggu drainase vena. Kadang-
kadang jantung gagal memompa darah, yang dapat mengakibatkan
gangguan drainase vena. Misalnya, kegagalan jantung kiri mengakibatkan
aliran darah yang kembali ke jantung dari paru akan terganggu. Dalam
keadaan ini darah akan terbendung dalam paru, menimbulkan kongesti
pasif pembuluh darah paru. Kongesti pasif mungkin relatif berlangsung
dalam waktu singkat, dalam hal ini diberi istilah kongesti pasif akut, atau
dapat juga berlangsung lama, keadaan ini diberi nama kongesti pasif
kronik. Jika kongesti pasif terjadi secara singkat maka tidak ada pengaruh
pada jaringan yang terkena, sebaliknya kongesti pasif kronik akan
menyebabkan perubahan-perubahan permanen pada jaringan. Bila
perubahan yang terjadi ini cukup nyata, maka terjadi hipoksia jaringan
yang menyebabkan menciutnya jaringan atau bahkan hilangnya sel-sel
dari jaringan yang terkena tersebut. Pada organ-organ tertentu, hal ini juga
mengakibatkan kenaikan jumlah serabut fibrosa jaringan ikat. Pada
banyak daerah juga terdapat bukti adanya pemecahan sel darah merah
lokal, yang mengakibatkan pengendapan pigmen yang berasal dari
hemoglobin di dalam jaringan.
Pengaruh kongesti pasif kronik khususnya dapat terlihat pada hati dan
paru. Pada paru yang terserang dinding ruang udara cenderung menebal
dan banyak sekali makrofag yang mengandung pigmen hemosiderin,
pigmen ini terbentuk sebagai hasil pemecahan hemoglobin dari sel-sel
darah merah yang lolos dari pembuluh darah yang mengalami kongesti ke
dalam ruang udara. Makrofag yang mengandung hemosiderin itu disebut
sel gagal jantung dan dapat ditemukan dalam sputum penderita gagal
jautng kronik. Pada hati yang terserang, kongesti pasif kronik
mengakibatkan dilatasi yang nyata dari pembuluh darah di sentral tiap
lobulus hati, disertai penyusutan sel-sel hati di daerah ini. Akibat dari
keadaan ini adalah penampilan kasar yang mencolok dari hati yang
ditimbulkan olah hiperemia daerah senrtrolobular diselingi daerah-daerah
perifer tiaqp lobulus yang lebih sedikit terpengaruh. Penampilan secara
makroskopis ini kadang-kadang disebut sebagai ”nutmeg liver” karena
gambaran potongan permukaan hati yang mirip dengan potongan
permukaan buah pala. Akibat lain dari kongesti pasif kronik adalah
dilatasi vena di daerah yang terkena. Akibat teregang secara kronik,
dinding vena yang terkena menjadi agak fibrotik, dan vena-vena itu
cenderung memanjang. Karena terfiksasi pada berbagai tempat sepanjang
perjalanannya, maka vena menjadi berkelok-kelok di antara titik-titik
fiksasi. Vena-vena yang melebar, agak berkelok-kelok, berdinding tebal
itu disebut vena varikosa atau varsises. Varises pada tungkai sering
terlihat, juga sring dijumpai hemoroid yang sebenarnya merupakan
varises pada anus.
2.1.2 Edema
Edema adalah penimbunan cairan secara berlebihan diantara sel-sel tubuh
atau didalam berbagai rongga tubuh. Keadaan ini sering dijumpai pada
praktik klinik sehari-hari yang terjadi akibat ketidak seimbangan faktor-
faktor yang mengontrol perpindahan cairan tubh, antara lain gangguan
hemodinamik sistem kapiler yang menyebabkan retensi natrium dan air,
penyakit ginjal serta berpindahnya air dari intravskular ke interstisium.
Volume cairan intertisial dipertahankan oleh hukum starling. Menurut
hukum starling, kecepatan dan arah perpindahan air dan zat terlarut
termasuk protein antara kapiler dan jaringan sangat dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan hidrostatik dan osmotik masing-masing kompartemen.
Tekanan osmotik adalah tekanan yang dihasilkan molekul protein plasma
yang tidak permeabel melalui membran kapiler. Proses perpindahan ini
melalui proses difusi, ultrafiltrasi dan reabsorpsi. Faktor yang terlibat
adalah perbedaan tekanan tekanan hidrostatik intravaskular dengan
ekstravaskular, perbedaan tekanan osmotik dan permeabilitas kapiler.
Edema terjadi pada kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan hidrostatik
kapiler, peningkatan permeabilitas kapiler atau peningkatan tekanan
osmotik interstisial atau penurunan tekanan osmotik plasma. Ginjal
mempunyai peranan sentral dalam mempertahankan homeostasis cairan
tubuh dengan kontrol volume cairan ekstraselular melalui pengaturan
eksresi natrium dan air. Hormon antidiuretik disekresikan sebagai respon
terhadap perubahan dalam volume darah, tonisitas dan tekanan darah untuk
mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.
b. Dilatasi arteriolar
- Panas
- Disregulasi neurohumonal
3. Obstruksi limpatik
- Inflamasi
- Neoplastic
- Pasca pembedahn
- Pasca radiasi
4. Retensi natrium
- Asupan garam berlebih dengan insupisiensi ginjal
- Peningkatan reabsorsi natrium di tubulus :
o Hipoperfusi ginjal
o Peningkatan sekresi renin-angiotensin-aldosterom
5. Inflamasi
- Inflamasi akut dan kronik
- Angiogenesis
Hal yang penting dilakukan untuk mencegah dan mengatasi edema adalah
melakukan perubahan pola hidup dan pola makan menjadi lebih sehat,
terutama dengan menghindari makanan yang mengandung garam berlebih.
2.1.3 Perdarahan
Perdarahan adalah keluarnya darah dari sistem kardiovaskuler, disertai
penimbunan dalam jaringan atau ruang tubuh atau disertai keluarnya darah
dari tubuh. Penyebab perdarahan yang paling sering dijumpai adalah
hilangnya integritas dinding pembuluh darah yang memungkinkan darah
keluar, dan hal ini sering disebabkan oleh trauma eksternal contohnya
cedara yang disertai memar. Dinding pembuluh bisa pecah akibat penyakit
maupun trauma. Penyebab lainnya adalah adanya gangguan faktor
pembekuan darah.
2.1.4 Trombosis
Trombosis yaitu proses pembentukan bekuan darah (trombus) dan resiko
emboli. Trombosis Vena Dalam (TVD) adalah kondisi dimana terbentuk
bekuan dalam vena sekunder / vena dalam oleh karena inflamasi /trauma
dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian. Trombosis Vena Dalam
(TVD) menyerang pembuluh-pembuluh darah sistem vena dalam.
Serangan awalnya disebut trombosis vena dalam akut. TVD dapat bersifat
parsial atau total.
Patofisiologi
Penyebab utama trombosis vena belum jelas, tetapi ada tiga kelompok
faktor pendukung yang dianggap berperan penting dalam pembentukannya
yang dikenal sebagai TRIAS VIRCHOW yaitu abnormalitas aliran darah,
dinding pembuluh darah dan komponen factor koagulasi.
Stasis vena
Stasis aliran darah vena, terjadi bila aliran darah melambat, seperti pada
gagal jantung atau syok; ketika vena berdilatasi, sebagai akibat terapi obat,
dan bila kontraksi otot skeletal berkurang, seperti pada istirahat lama,
paralisis ekstremitas atau anastesi. Hal-hal tersebut menghilangkan
pengaruh dari pompa vena perifer, meningkatkan stagnasi dan
pengumpulan darah di ekstremitas bawah. TVD pada penderita stroke
terjadi pada tungkai yang mengalami paralisis.
Hiperkoagubilitas
Keseimbangan antara faktor koagulasi alamiah, fibrinolisis serta
inhibitornya berfungsi mempertahankan keseimbangan hemostasis normal.
Hiperkoagulabilitas darah, terjadi paling sering pada pasien dengan
penghentian obat antikoagulan secara mendadak, penggunaan kontrasepsi
oral dan sulih hormon estrogen dan kanker terutama jenis adenokarsinoma
dapat mengaktifkan faktor pembekuan sehingga meningkatkan risiko
TVD.
2.1.5 Embolisme
Emboli adalah penyumbatan pada aliran pembuluh darah yang dapat
berupa gelembung udara atau darah yang menggumpal. Penyumbatan yang
terjadi dapat membatasi bahkan menghentikan aliran darah. Hal ini yang
membuat emboli menjadi kondisi yang membahayakan karena dapat
memicu kematian. Kondisi ini menyebabkan gejala yang berbeda-beda
pada pengidapnya. Gejala akan dialami sesuai dengan tipe dan lokasi
sumbatan pembuluh yang dialami. Biasanya, emboli dapat memengaruhi
beberapa fungsi organ vital, seperti otak, jantung, dan paru-paru. Emboli
yang terjadi pada otak dapat menyebabkan pengidapnya stroke.
Penyumbatan pada area paru menyebabkan emboli paru. Selain gangguan
fungsi, emboli yang terjadi dalam waktu yang cukup lama membuat organ
tersebut mengalami kerusakan secara permanen.
Penyebab Emboli
Berikut ini hal-hal yang menyebabkan seseorang mengidap emboli:
Lemak
Fraktur atau keretakan pada tulang panjang, seperti tulang paha, dapat
menyebabkan lemak dalam tulang dilepaskan ke dalam aliran darah.
Partikel lemak juga dapat muncul setelah seseorang mengalami luka bakar
yang parah atau komplikasi dari operasi tulang.
Penggumpalan Darah
Darah memiliki kandungan pembekuan alami untuk mencegah perdarahan
ketika terjadi luka terbuka. Namun, beberapa gangguan kesehatan, seperti
obesitas, kanker, gangguan jantung, hingga kehamilan dapat menyebabkan
gumpalan pembekuan darah terbentuk meskipun tidak ada luka yang
terbuka. Gumpalan darah yang terbentuk ini dapat mengalir dalam darah
dan menyebabkan penyumbatan di bagian tertentu.
Kolesterol
Timbunan kolesterol bisa menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah.
Udara
Gelembung udara atau gas juga bisa memasuki aliran darah. Kondisi ini
merupakan penyebab kematian utama di antara para penyelam.
Cairan Ketuban
Embolisme yang disebabkan cairan ketuban biasa terjadi pada ibu hamil,
meskipun kondisi ini sangat jarang terjadi. Hal ini disebabkan oleh
masuknya cairan ketuban ke dalam aliran darah ibu ketika menjalani
persalinan. Kondisi ini bisa menyebabkan ibu kesulitan bernapas hingga
penurunan tekanan darah.
Pencegahan Emboli
Emboli bisa dicegah dengan melakukan beberapa hal, seperti:
Mengonsumsi Makanan Sehat. Sebaiknya hindari mengonsumsi makanan
dengan lemak tinggi. Sebagai gantinya coba konsumsi makanan yang
mengandung serat, dan perbanyak buah dan sayur setiap hari.
Batasi Asupan Garam. Cegah emboli dengan membatasi asupan garam
setiap hari. Kamu disarankan untuk mengonsumsi garam tidak lebih dari 6
gram atau satu sendok teh per harinya.
Mengontrol Berat Badan. Obesitas menjadi salah satu faktor pemicu
emboli. Sebaiknya kontrol berat badan dengan pola makan yang sehat dan
tepat.
Olahraga. Dengan rutin berolahraga kamu bisa membuat tubuh tetap sehat.
Bahkan kamu juga menurunkan dan mengontrol berat badan untuk cegah
emboli.
Berhenti Merokok. Jika kamu memiliki kebiasaan merokok, sebaiknya
hentikan kebiasaan ini. Bukan hanya memicu emboli, merokok dapat memicu
penyakit kanker hingga gangguan paru-paru.
2.1.6 Arteriosklerosis
Arteriosklerosis secara harfiah berarti "pengerasan arteri". Ini merupakan
istilah umum yang mencerminkan penebalan dinding dan hilangnya
elastisitas arteri. Terdapat tiga jenis arteriosklerosis yang berbeda, masing-
masing dengan dampak klinis dan patologis yang berbeda, yaitu:
a. Arteriolosklerosis mempengaruhi arteri kecil dan arteriol dan dapat
menyebabkan cedera iskemik di hilir. Terdapat dua varian yaitu
arteriolosklerosis hialin dan hiperplastik.
b. Sklerosis medialis Monckeberg ditandai dengan adanya deposit
kalsifikasi di arteri sedang, biasanya pada orang yang berusia di atas 50
tahun. Lesi ini tidak mengganggu lumen pembuluh dan biasanya tidak
signifikan secara klinis.
Penyebab Iskemia
Penyebab yang sering terjadi disebabkan oleh aterosklerosis, ketika plak
yang sebagian besar mengandung lemak menghambat aliran darah. Begitu
kondisi ini terjadi arteri yang terhambat dapat mengeras dan menyempit
(aterosklerosis).
Kondisi lain yang dapat menimbulkan iskemia adalah bekuan darah yang
terbentuk dari pecahan plak dan berpindah ke pembuluh darah yang lebih
kecil, sehingga dapat menghentikan aliran darah secara tiba-tiba.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kondisi ini, antara
lain: Berolahraga atau melakukan aktivitas latihan fisik secara rutin,
Mengonsumsi makanan kaya serat dan antioksidan, Beristirahat dengan
cukup dan berkualitas dan Berhenti merokok dan mengonsumsi minuman
beralkohol.
Infark adalah kondisi dimana adanya gangguan pasokan oksigen ke suatu
organ seperti jantung, otak atau paru yang mengakibatkan kematian
jaringan pada organ tersebut. Penyebab infark karena penyumbatan aliran
pembuluh darah dan kadang bisa terjadi pada pembuluh balik.
Proliferasi adalah fase sel saat mengalami pengulangan siklus sel tanpa
hambatan. Istilah proliferasi sel secara khusus berlaku untuk peningkatan jumlah
sel, yang diukur sebagai jumlah sel sebagai fungsi waktu.