AKSES VASKULAR
Oleh :
Elva Rosiana
NIM 1908436646
Pembimbing:
dr. Ramzi Asrial, Sp.B (K) V
PENDAHULUAN
penurunan fungsi ginjal karena adanya kerusakan parenkim ginjal yang bersifat
kronik dan irreversible. Seseorang didiagnosis menderita gagal ginjal kronik jika
terjadi kelainan dan kerusakan pada ginjal selama 3 bulan atau lebih yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal sebesar 78-85% atau laju filtrasi glomerulusnya
(LFG) kurang dari 60 ml/min/1,73 m2. Penurunan LFG akan terus berlanjut
hingga pada akhirnya terjadi disfungsi organ pada saat LFG menurun hingga
kurang dari 15 ml/min/1,73 m2 yang dikenal sebagai End Stage Renal Disease
prevalensi serta tingkat morbiditas dan mortalitas.2 Menurut data World Health
pada 850.000 orang setiap tahunnya.3 Prevalensi gagal ginjal di dunia menurut
ERSD patients pada tahun 2013 sebanyak 2.300.000 orang. Sekitar 78,8% dari
Prevalensi penderita gagal ginjal kronik di Amerika Serikat menurut data dari
peningkatan yakni sebesar 14% pada tahun 2013 dari yang sebelumnya 12,5%.5
di Indonesia pada tahun 2011 tercatat 22.304 dengan 68,8% kasus baru dan pada
tahun 2012 meningkat menjadi 28.782 dengan 68,1% kasus baru.6 Berdasarkan
data Riskesdas tahun 2013, prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan diagnosis
dokter di Indonesia sebesar 0,2% dan penyakit batu ginjal 0,6%. Laporan IRR
gagal ginjal pada pasien yang menjalani hemodialisis adalah hipertensi (37%),
berupa tindakan dialisis atau pencangkokan ginjal sebagai terapi pengganti ginjal.1
Pada pasien gagal ginjal kronik stadium terminal dapat bertahan hidup apabila
Foundation and Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (NKF KDOQI) telah
mengeluarkan pendoman tentang penyakit ginjal kronis, salah satu pedoman yang
mengenai akses vaskular untuk hemodialisis pada penderita gagal ginjal kronik.
Rumusan Masalah
untuk hemodialisis.
1.2 Tujuan Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
darah yang terdiri dari epitel skuamosa sederhana yang disebut endotelium yang
terletak di atas membran basal dan lapisan tipis jaringan ikat. Endotelium
merangsang pelebaran atau penyempitan kapal dan biasanya menolak sel darah
dan trombosit sehingga mengalir bebas tanpa menempel pada dinding pembuluh
darah. Ketika endotelium rusak, trombosit membentuk gumpalan darah dan ketika
2. Tunika media
Tunika media merupakan lapisan tengah, biasanya paling tebal yang terdiri
dari otot polos, kolagen, dan dalam beberapa kasus, jaringan elastis. Jumlah otot
polos dan jaringan elastik bervariasi antara pebuluh darah yang satu dengan yang
lain. Tunika media memperkuat pembuluh dan mencegah tekanan darah pecah,
3. Tunika externa
Tunika externa merupakan lapisan terluar. Ini terdiri dari jaringan ikat longgar
yang sering menyatu dengan pembuluh darah, saraf, atau organ lain sekitarnya.
Terdapat tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteri, kapiler, dan vena membentuk
sistem tertutup berbentuk tabung yang membawa darah dari jantung ke sel-sel
tubuh dan kembali ke jantung. Berikut penjelasan mengenai arteri, vena dan
kapiler.
1. Arteri
Arteri membawa darah dari jantung. Arteri bercabang berulang kali menjadi
lebih kecil dan arteri yang paling kecil akhirnya membentuk arteri mikroskopis
berkurang. Dinding arteriol terkecil hanya terdiri dari endotelium dan beberapa
serat otot polos yang mengelilinginya. Arteri, terutama arteriol, memainkan peran
2. Kapiler
Arteriol terhubung dengan kapiler, pembuluh darah paling banyak dan paling
kecil. Diameter sebuah kapiler sangat kecil sehingga eritrosit harus melewatinya
dalam file tunggal. Dinding kapiler hanya terdiri dari endotelium, yang
Distribusi kapiler dalam jaringan tubuh bervariasi dengan aktivitas metabolik dari
setiap jaringan. Kapiler terutama melimpah di jaringan aktif, seperti jaringan otot
dan saraf, di mana hampir setiap sel dekat dengan kapiler. Kapiler kurang
melimpah di jaringan ikat, dan mereka tidak hadir di beberapa jaringan, seperti
Aliran darah dalam kapiler dikendalikan oleh otot sfingter prekapiler yang
berupa serat otot polos yang melingkari dasar kapiler di persimpangan arteri-
kapiler untuk menyediakan oksigen dan nutrisi untuk sel-sel jaringan. Ketika
beberapa jaringan kapiler diisi dengan darah, yang lain tidak. Jaringan kapiler
menerima darah sesuai dengan kebutuhan sel-sel yang mereka layani. Sebagai
contoh, selama latihan fisik darah dialihkan dari jaringan kapiler dalam saluran
pencernaan untuk mengisi jaringan kapiler di otot rangka. Pola distribusi darah
3. Vena
Beberapa kapiler bergabung membentuk venula. Venula terkecil hanya terdiri dari
endotelium dan jaringan ikat, tetapi venula yang lebih besar juga mengandung
jaringan otot polos. Venula bersatu untuk membentuk pembuluh darah kecil. Vena
jantung. Vena yang lebih besar, terutama di kaki dan tangan, mengandung katup
yang mencegah aliran balik darah dan membantu kembalinya darah ke jantung.
Karena hampir 60% dari volume darah berada dalam pembuluh darah, vena dapat
dianggap sebagai area penyimpanan darah yang dapat dibawa ke bagian lain dari
tubuh pada saat dibutuhkan. Sinusoid vena di hati dan limpa sangat penting. Jika
darah hilang oleh perdarahan, baik volume darah maupun tekanan darah
yang sama terjadi selama aktivitas otot berat untuk meningkatkan aliran darah ke
otot rangka. Perbandingan arteri, kapiler dan vena ditunjukkan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbandingan arteri, kapiler dan vena 9
2.2.1 Definisi
Akses vaskular terdiri dari kata akses dan vaskular. Akses yang berarti
dari pembuluh darah untuk keperluan tertentu, dalam kasus gagal ginjal terminal
2.2.2 Klasifikasi
Akses vaskuler dapat dibedakan menjadi Akses vaskuler Temporer dan Akses
vaskuler ini dapat dilakukan melalui: Kanulasi Femoralis (arteri atau vena),
cuffed pada Vena sentral. Sedangkan Akses vaskuler Permanen, dipakai terus
menerus dan menetap untuk jangka waktu panjang. Ada tiga tipe Akses vaskuler
yang dapat dipakai jangka panjang untuk tindakan HD, yaitu: Arteriovenous
Fistula/AVF, Arteriovenous Grafts/ AVG dan Central Venous Catheter HD/CVC
a. Definisi
operasi pembedahan. Koneksi antara vena dan arteri terjadi dibawah kulit
vena pasien, sehingga aliran tersebut mampu dipakai untuk mengalirkan darah
pada saat tindakan hemodialisa. Peningkatan aliran darah dan tekanan pada
vena secara bertahap juga akan memperbesar dan mempertebal dinding vena,
inilah yang disebut dengan arterialisasi dinding vena. AVF disebut juga
sebagai Cimino, karena AVF ini pertamakali dilakukan pada tahun 1966, oleh
b. Lokasi koneksi
tangan dan brachiocephalic pada lipatan lengan. Dapat dilihat pada gambar 2.3
dan 2.4.
c. Cara koneksi
pembuluh darah vena yang dipotong dengan sisi pembuluh darah arteri.
pembuluh darah vena dengan sisi pembuluh darah arteri. Ditunjukkan pada
gambar 2.6.
pembuluh darah vena yang dipotong dengan pembuluh darah arteri yang
pembuluh darah arteri yang dipotong dengan sisi pembuluh darah vena.
d. Komplikasi
1. Hematoma/infiltrasi
atau post kanulasi HD. Pada hematoma terjadi pembengkakan jaringan karena
nyeri.
2. Stenosis
adalah episode clotting yang berulang (dua kali dalam sebulan atau lebih),
kesulitan kanulasi fistula (striktur/penyempitan pembuluh), adanya kesulitan
pembekuan darah pada saat jarum fistula dicabut dan adanya pembengkakan pada
3. Trombosis
episode hipotensi, lesi anatomik karena kerusakan IV, penggunaan AVF yang
4. Iskemia/”Steal syndrome”
Iskemia distal dapat terjadi kapan saja setelah AVF dibuat (dalam hitungan
jam atau bulan). Pada iskemia atau “steal syndrome” terjadi hipoksia (kehilangan
oksigen) di jaringan tangan. Pasien dengan diabetes, kelainan pembuluh, usia tua
dan atherosklerosis mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi iskemia.
Pada iskemia manifestasi klinis yang terjadi adalah tangan teraba dingin, ada
gangguan rasa seperti kesemutan atau sampai dengan kehilangan gerak, sakit pada
tangan, luka yang tidak sembuh-sembuh, nekrosis jaringan bahkan sampai dengan
5. Aneurisma/Pseudoaneurisma
disebabkan atau diperburuk oleh karena kanulasi pada area yang sama secara
yang lebih besar dapat dihindari dengan penempatan jarum fistula jauh dari
6. Infeksi
demikian setiap pre atau post HD sebaiknya dilakukan cek tanda-tanda terjadinya
infeksi yaitu :
- Kemerahan
- Pembengkakan
b. Keluhan pasien
a. Definisi
(heterograf), autograf atau homograf. AVG dibuat apabila AVF sudah tidak
memerlukan rawat inap satu atau dua malam untuk memantau komplikasi
sesudah pemasangan.
memerlukan waktu untuk matang sekitar 2 sampai 3 bulan, alat ini hanya
darah kemesin HD. Diperlukan perawatan yang lebih telaten untuk akses
brakhialis dengan vena brakhialis di bagian lengan atas atau arteri brakhialis
Cara koneksi straight graft (lurus) dan loop atau curve graft (lengkung)
d. Komplikasi
a. Definisi
CVC HD adalah sebuah kateter HD yang memiliki dua lumen dan satu
ujung yang diinsersikan kedalam pembuluh darah vena sentral (vena kava
inferior melalui vena femoralis atau vena kava superior melalui vena jugularis
atau vena subclavia) yang dipakai sebagai akses vaskular pada tindakan HD.
CVC adalah akses vaskuler yang paling sering digunakan untuk HD pada
pasien anak di Amerika Utara, ada 78,9 % dengan CVC, 12,3 % dengan AVF
Kateter ini memiliki satu ujung dua lumen tanpa cuff dan diinsersikan
langsung ke dalam vena kava pasien. Satu lumen disebut sebagai lumen arterial
yang akan dihubungkan dengan arterial blood line HD (ada tanda warna merah)
dan satu lumen disebut sebagai lumen venous yang akan dihubungkan dengan
venous blood line HD (ada tanda warna biru). Kateter ini termasuk kedalam tipe
pemakaian yang jangka pendek atau sementara, sampai terbentuknya akses yang
permanen.
Kateter ini lebih panjang, memiliki satu ujung dengan dua lumen dan memiliki
cuff. Kateter diinsersikan kedalam venous dengan exit site di tempat yang
berbeda. Jadi ada sebagian kateter yang ditanamkan dibawah kulit pasien yang
disebut sebagai tunnel. Tunnel ini dimaksudkan sebagai barier terhadap mikroba
1. Vena femoralis
tetapi memerlukan HD segera atau pada pasien yang mengalami stenosis pada
perforasi vena atau tusukan yang menembus arteri femoralis serta infeksi
(Gutch, Stoner & Corea, 1999). Tingginya angka kejadian infeksi tersebut,
Gambar 2.12
2. Vena subclavia
sakit.Hal ini disebabkan keran rendahnya resiko terjadi infeksi dan dapat
dan menghalangi akses pembuluh darah di lengan ipsilateral oleh karena itu
hemodialisa.
Gambar 2.13
Kateter dimasukkan pada kulit dengan sudut 200 dari sagital, dua jari di
nyaman. Dapat digunakan beberapa minggu dan pasien tidak perlu di rawat di
rumah sakit. Kateter jugularis internal memiliki resiko lebih kecil terjadi
Callery, Thorpe, Schwab & Churchill (2000) mengatakan bahwa dari 318
pemakaian kateter pada lokasi tusukan yang baru, terjadi bakteremia 5,4% setelah
4. Komplikasi
disritmia ventrikel. Disritmia atrium dapat terjadi 40% pada pemakaian kateter
pneumothoraks 1-5% pada kateter subclavian tetapi kurang dari 0,1% pada
kateter jugularis internal. Selain itu, terjadi pula komplikasi akibat penusukkan
adalah emboli udara, perforasi pada dinding jantung atau vena sentral,
b. Infeksi
System (2006), penyebab paling sering CVC cuff dilepas karena adanya
infeksi dan angka kejadian sepsis karena CVC mendekati 80 per 100 orang per
Infeksi terjadi akibat migrasi mikroorganisme dari kulit pasien melalui lokasi
tusukan kateter dan turun ke permukaan luar kateter atau dari kateter yang
disebabkan karena :
- Migrasi flora kulit dari pasien melalui exit site atau ujung kateter pada saat
Menurut NKF KDOQI tahun 2006, faktor predisposisi infeksi aliran darah
penggunaan kateter yang lama, riwayat infeksi yang sama sebelumnya, infeksi
- Infeksi Exit site, yang ditandai dengan adanya eritema dan atau adanya
krusta atau cairan yg tidak purulen, leukositosis, suhu badan > 38°C dan
keluar dari exit site, panas dan nyeri tekan pada sepanjang tunnel.
- Infeksi sistemik, tipikal dari infeksi ini adalah adanya peningkatan suhu
badan yang tinggi, tidak selalu disertai adanya tanda-tanda infeksi CVC
dan terjadi leukositosis. Pada jam pertama pasien HD, Leukositosis dapat
itu karena adanya infeksi kateter HD, lakukan kultur darah dengan
mengambil darah dari vena perifer dan melalui vena dari kateter HD
c. Disfungsi kateter
1. Malposisi
2. Oklusi/sumbatan
a. Oklusi mekanik
Oklusi mekanik ini dapat terjadi karena adanya kateter yang tertekuk atau
ujung kateter menyentuh dinding pembuluh darah, sehingga aliran darah tidak
adekuat. Oklusi mekanik bisa juga disebabkan karena adanya kinking (kateter
bahwa ada 36 % kejadian kinking pada kateter HD non cuff dan 13,6 % pada
menutupi lubang lumen baik pada samping lumen atau ujung lumen. Thrombus
dapat terbentuk karena jaringan tissue pembuluh darah tumbuh pada CVC dan
Oklusi bisa juga karena sisa darah yang kurang bersih/adanya bekuan darah yang
menempel pada lubang kateter pada saat akhir HD (proses flushing kurang
Pada kasus trombosis vena penderita datang dengan keluhan tangan bengkak
dan nyeri serta kemerahan. Pada kasus ini biasanya dilakukan penutupan akses
HD dan dibuat yang baru. Jika sumbatan bukan pada vena dalam dapat dilakukan
trombektomi pseudoaneurisma.
Penderita biasanya datang denga keluhan akses tidak dapat digunakan, tangan
bengkak dan kemerahan. Kadang kadang bisa juga kronik dan penderita datang
dengan keluhan pembuluh darah dilengan menonjol pada beberapa tempat dan
jika selesai hemodialisa darah susah berhenti. Sumbatan biasanya akibat tusukan
bekas akses HD didaerah leher dan dada yang menyempit .Untuk mengatasi
masalah ini dilakukan venografi untuk mengetahui lokasi sumbatan dan jika
darah menjadi menyempit (stenosis) sehingga aliran darah tidak adekuat untuk
HD
Kateter adalah benda asing pada tubuh manusia yang berada dipembuluh
darah vena. Setiap benda asing dalam tubuh akan menyebabkan terjadinya iritasi.
Iritan disekitar kateter ini akan menyebabkan terjadinya jaringan fibrin pada
lumen kateter ataupun dinding kateter yang menutupi lubang lumen. Pada oklusi
fibrin ini, umumnya cairan normal salin untuk flushing bisa masuk akan tetapi
PENUTUP
Kesimpulan
kehidupan pada penderita end stage renal disease (ESRD) / gagal ginjal
kronik.