PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam urat (Gout arthritis) merupakan salah satu penyakit metabolik yang terkait dengan
pola makan diet tinggi purin dan minuman beralkohol. Penimbunan kristal monosodium urat
(MSU) pada sendi dan jaringan lunak merupakan pemicu utama terjadinya peradangan atau
inflamasi pada asam urat. Masalah akan timbul jika terbentuk kristal-kristal MSU pada sendi-
sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk seperti jarum mengakibatkan reaksi
peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat yang sering menyertai serangan
asam urat.1
Berdasarkan data World Health Organization tahun 2017, prevalensi asam urat di dunia
sebanyak 34,2%. Asam urat sering terjadi di negara maju seperti Amerika. Prevalensi asam urat
di Negara Amerika sebesar 26,3% dari total penduduk. Peningkatan kejadian asam urat juga
terjadi di negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Menurut data Kemenkes RI pada tahun
2013 kejadian asam urat di Indonesia sebesar 11,9% dan mengalami peningkatan pada tahun
2016.2
Dinas Kesehatan Provinsi Riau (2015) melaporkan prevalensi asam urat berdasarkan
gambaran penyakit penduduk yang berkunjung ke Puskesmas yaitu sebesar 3,74%. Dinas
Kesehatan Kota Pekanbaru (2017) melaporkan bahwa kejadian asam urat termasuk sepuluh jenis
Asupan makanan tinggi zat purin dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kejadian
hiperurisemia dengan meningkatkan produksi asam urat. Purin merupakan salah satu jenis
senyawa penyusun asam nukleat yang merupakan unsur pembentuk protein dan produk akhir
katabolisme purin ini adalah berupa asam urat. Hasil penelitian oleh Diantari pada tahun 2012
menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara asupan purin dengan kadar asam urat yaitu semakin
Diet pada penderita asam urat terdiri dari membatasi konsumsi makanan yang
mengandung lemak dan makanan yang mengandung purin. Jumlah maksimal asupan protein bagi
penderita asam urat yaitu sekitar 50 – 70 mg/hari. Namun, ketika asupan purin melebihi dari
batas ketentuan yang dianjurkan, ginjal akan kesulitan untuk mengeluarkan kelebihan asam urat
di dalam tubuh sehingga dapat mempengaruhi peningkatan kadar asam urat dalam tubuh dan
Masyarakat (UKBM) dalam pengendalian faktor risiko PTM yang berada di bawah pembinaan
puskesmas dengan melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM secara
terpadu rutin dan periodik. Kegiatan yang rutin dilakukan setiap bulan meliputi pemeriksaan
kesehatan, pengukuran berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT), lingkar perut, dan
tekanan darah, pemeriksaan gula darah serta konseling dan penyuluhan oleh dokter.4
Beberapa kegiatan telah dilakukan oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat-
optimalisasi kegiatan Posbindu PTM Kasturi berupa sosialisasi, pelatihan mengenai PTM
maupun pemeriksaan kesehatan. Salah satu kegiatan yang telah dilakukan adalah sosialisasi
mengenai cara mendeteksi dan mencegah peningkatan kadar asam urat kepada kader Posbindu di
Posbindu PTM Kasturi RW 01 Kelurahan Air Putih, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru pada
tahun 2017.
Wawancara yang dilakukan oleh doker muda IKM-KK dengan ketua kader Posbindu
PTM Kasturi RW 01 Kelurahan Air Putih pada tanggal 12 Desember 2019 didapatkan banyak
masyarakat yang mengeluhkan nyeri sendi. Observasi dan wawancara dengan masyarakat di
RW 01 Kelurahan Air Putih pada tanggal 13 Desember 2019 didapatkan 9 dari 11 orang yang di
wawancara memiliki gejala klinis asam urat dan kadar asam urat yang tinggi. Berdasarkan data
tersebut, penulis tertarik melakukan sosialiasi pengaturan makan untuk mengontrol kadar asam
urat di Posbindu PTM Kasturi RW 01 Kelurahan Air Putih, Kecamatan Tampan, Kota
Pekanbaru
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah agar kader dan masyarakat mengetahui cara
pengaturan makan untuk mengontrol kadar asam urat di Posbindu PTM Kasturi RW 01
d. Menyusun Plan of Action (POA) dari belum adanya sosialiasi pengaturan makan
Kota Pekanbaru.
a. Kader Posbindu
c. Dokter Muda