Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sekitar 60% lansia akan mengalami hipertensi setelah berusia 75


tahun. Kontrol tekanan darah yang ketat pada pasien diabetes berhubungan
dengan pencegahan terjadinya hipertensi yang tak terkendali.
Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang
lanjut usia dan menjadi faktor risiko utama insiden penyakit
kardiovaskular. Karenanya, kontrol tekanan darah menjadi perawatan
utama orang-orang lanjut usia. Jose Roesma, dari divisi nefrologi ilmu
penyakit dalam FKUI-RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
mengungkapkan bahwa pada orang tua umumnya terjadi hipertensi dengan
sistolik terisolasi yang berhubungan dengan hilangnya elastisitas arteri
atau bagian dari penuaan. Jenis yang demikian lebih sulit untuk diobati
dibanding hipertensi esensial atau pada pasien yang lebih muda. Obat-obat
antihipertensi terbaru yang bekerja pada sistem renin-angiotensin-
aldosteron, misalnya Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) inhibitor dan
angiotensin-receptor blocker memiliki potensi perbaikan kardiovaskular
pada orang tua akibat penurunan tekanan darah efektif.
Isolated systolic blood pressure.

2. Tujuan Penulisan
2.1 Tujuan Intruksional Umum (TIU)

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia Page 1


Setelah menyelesaikan blok ini di harapkan mahasiswa/i mampu untuk
memeberikan asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan gangguan
system kardiovaskuler
2.2 Tujuan Unstruksional Khusus (TUK)
1. Mahasiswa/i mampu menjelaskan definisi kelainan system
kardiovaskuler
2. Mahasiswa/i mampu menjelaskan klasifikasi kelainan system
kardiovaskuler
3. Mahasiswa/i mampu menjelaskan patofisiologi kelainan system
kardiovaskuler
4. Mahasiswa/i mampu menjelaskan terapi farmakologi kelainan
system kardiovaskuler
5. Mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian kelainan system
kardiovaskuler
6. Mahasiswa/i mampu merumuskan diagnosa dan intervensi system
kardiovaskuler

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia Page 2


1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada,
batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang
intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
1) Atas : pembuluh darah besar
2) Bawah : diafragma
3) Setiap sisi : paru
4) Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan
dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan
tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar
memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki
lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada
suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut
darah dari jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci)
memiliki banyak sekali cabang yang pada gilirannya tebagi lagi
menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang
berukuran 4mm (0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol
mempunyai diameter yang lebih kecil kira-kira 30 µm.
Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung
ke jaringan. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi
sifatnya elastic yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan
dengan darah dan terdiri dari jaringan endotel.
2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang
sifatnya elastic dan termasuk otot polos
3) Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri
dari jaringan ikat gembur yang berguna menguatkan dinding arteri.
(Syaifuddin, 2006)
c. Arteriol

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia Page 3


Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif
tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan
kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai
darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum,
tekanan darah akan meningkat.
d. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang
berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan
pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya
terdiri dari suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm.
Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang
terdapat di ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat
penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin.
Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan
sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat
adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan
pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan.
Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan
kembali cairan limfe ke dalam darah yang ke luar melalui dinding
kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Pembuluh limfe sebagai
jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai organ, terutama dalam
vili usus.
f. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena
dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak
berbatasan secara sempurna satu sama lain.
(Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari
bagian atau alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Vena yang
ukurannya besar seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga
mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia Page 4


menjadi kapiler. Fungsi vena membawa darah kotor kecuali vena
pulmonalis, mempunyai dinding tipis, mempunyai katup-katup
sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.

2. Pengaruh Proses Penuaan Terhadap Sistem Kardiovaskuler


2.1 Penuaan normal
Dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah
mengalami perubhan baik struktur maupun fungsional. Secara umum
perubahan yang disebabkan oleh penuaan berlangsung lambat dan
dengan awitan yang tidak disadari. Penurunan yang terjadi berangsur -
angsur ini sering terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas,
yang mengakibatkan penurunan kebutuhn darah teroksidasi. Namun
perubahan yang menyertai penurunan kebutuhan darah yang
teroksidasi. Namun, perubahan yang menyertai penuaan ini menjadi
lebih jelas ketika sistem ditekan untuk meningkatkan keluarnya dalam
memenuhi peningkatan kebutuhan tubuh. Perubahan normal akibat
penuaan pada sistem kardiovaskuler dirangkum pada tabel 14-1

Tabel 14-1 Perubahan Normal Pada Sitem Kardiovaskuler Akibat Penuaan

Perubahan normal yang Berhubungan Implikasi Klinis


dengan Penuaan
Ventrikel kiri menebal Penurunan kekuatan kontraksi
Katup jantung menebal dan membentuk Gangguan aliran darah melalui katup
penonjolan
Jumlah sel pacamaker menurun Umum terjadi disritmi
Artikel menjadi kaku dan tidak lurus Penumpulan respons baroreseptor
pada kondisi dilatasi
Penurunan respon terhadap panas dan
dingin
Vena mengalami dilatasi, katup – katup Edema pada ekstremitas bwah dengan
menjadi tidak kompeten penumpukan darah

2.2 Perubahan Struktur


Biasanya, ukuran jantung seseorang tetap proposional dengan
berat badan. Adanya suatu hipertropi atau atrofi yang terlihat jelas

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia Page 5


berarti tidak normal, tetapi hal tersebut lebih merupakan tanda dari
penyakit jantung. Ukuran ruang – ruang jantung tidak berubah dengan
penuaan. Ketebalan dinding ventrikel kiri cenderung sedikit meningkat
dengan penuaan karena adanya peningkatan densitas kolagen danm
hilangnya fungsi serat – serat elastis. Oleh karena itu, penuaan pada
jantung menjadi kurang mampu untuk distensi, dengan kekuataan
kontraksi yang kurang efektif.
Area permukaan didalam jantung yang telah mengalami aliran
darah dengan tekanan tinggi, seperti pada katup aorta dan katup mitral,
mengalami penebalan dan terbentuknya penonjolan sepanjang garis
katup.
Kekakuaan pada bagian dasar pangkal aorta mengalami
pembukaan katup secara lengkap sehingga menyebabkan obstruksi
parsial terhadap aliran darah selama denyut sistol. Tidk sempurnanya
pengosongan ventrikel dapat terjadi selama waktu peningkatan denyut
jantung (misal demam, stres, dan olahraga) dan gangguan arteri
koronel dan sirkulasi sistemik.
Perubahan struktur memengaruhi konduksi sistem jantung
melalui peningkatan jumlah jaringan jumlah jaringan fibrosa dan
jaringan ikat. Jumlah total sel – sel pacemaker mengalami penurunan
seiring bertambahnya usia; oleh karena itu, hanya sekitar 10% jumlah
yang ditemukaan pada usia dewasa muda yang masih terdapat pada
usia 75 tahun. Berkas his kehilangan serta konduksi yang membawa
implus ke ventrikel. Selain itu, penebalan pada jaringan slstis dan
retikuler dengan infiltrsi lemak terjadi pad daerah nodus sinotrial.
Dengan bertambahnya usia, sistem aorta dan arteri perifer
menjadi kaku dan tidak lurus. Perubahan ini terjadi akibat peningkatan
serat kolgen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri.
Lapisan intima arteri menebal dengan peningkatan deposit kalsium.
Proses perubahan yang berhubungan dengan penuaan ini
meningkatkan kekakuaan dan ketebalaan yang disebut dengan
arteriosklerosis. Sebagai suatu mekanisme kompensasi, aorta dan arteri

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia Page 6


besr lain secara progresif mengalami dilatasi untuk menerima lebih
banyak volume darah. Vena menjadi meregang dan mengalami dilatasi
dalam cara yang hampir sama. Katup – katup vena menjadi tidak
kompeten atau gagal untuk menutup secara sempurna.

2.3 Perubahan Fungsi


Curah jantung pada saat beristirahat tetap stabil atau sedikit
menurun seiring bertambahnya usia, dan denyut jantung istirahat juga
menurun. Karena miokardium mengalami penebalan dan kurang dapat
direnggakan, dengan katup-katup yang lebih kaku, peningkatan waktu
pengisian diastolik dan peningkatan tekanan pengisian diastolik
diperlukan untuk mempertahankan preload yang adekuat. Jantung yang
mengalami penuaan juga lebih bergantung pada kontraksi atrium, atau
volume darah yang diberikan pada ventrikel sebagai hasil dari
kontraksi atrial yang terkoordinasi. Dua kondisi yang menempatkan
lansia pada resiko untuk mengalami tidak adekuatnya curah jantung
adalah takikardia, yang disebabkan oleh pemendekan waktu pengisian
ventrikel, dan vibrilasi atrial yang disebabakan oleh hilangnya
kontraksi atrial.
Jantung yang masih muda memenuhi peningkatan kebutuhan
terhadap darah yang teroksiginasi dengan cara meningkatkan denyut
jantung sebagai respon terhadap meningkatkan kadar katekolamin.
Walaupun penelitian menunjukan bahwa lansia tidak mengalami
pengurangan kadar katekolamin, respon mereka terhadap mediator
kimia ini mengalami penumpulan. Pada lansia fenomena ini terungkap
melalui hilangnya respon denyut jantung terhadap latihan atau stress.
Prinsip mekanisme yang digunakan oleh jantung yang mengalami
penuaan untuk meningkatkan curah jantung adalah dengan
meningkatkan volume akhir diastolik, yang meningkatan volume
sekuncup (dikenal sebagai hukum starling). Jika waktu pengisian
diastolik tidak memadai (seperti pada takikardia) atau ventrikel
menjadi terlalu distensi (seperti pada keadaan gagal jantung)

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia Page 7


mekanisme in dapat gagal. Gejala-gejala sesak nafas (dispnea) dan
kelientikan terjadi ketika jantung tidak dapat memberikan suplai darah
yang mengadnung oksigen secara adekuat pada tubuh untuk memenuhi
kebutuhan atau ketika jantung tidk dapat secara efektif mengeluarkan
produk sampah metabolik.
Irama jantung yang tidak sesuai dan koordiansi aktivitas fisik
yang mengendalikan siklus kardial menjadi distrismik dan tidak
terkoordiasni dengan bertambahnya usia. Kehilangnya sel pacemaker
dan infiltrasi lemak kedalam jaringan konduktif menghasilkan
distritmia atrial dan ventrikular. Sinus distritmia, seperti sick sinus
sindrome dan sinus badikardia, adalah hal yang sering terjadi dan dapat
menimbulkan rasa pusing, jatuh, palpitasi atau perubahan staus mental.
Prinsip perubahan fungsional terkait usia yang dihubungkan
dengan pembuluh darah secara progesif meningkatan tekanan sistolik.
American Heart Association merekomendasikan bahwa nilai sistolik
160mmHg dianggap sebagai normal teringgi untuk lansia. Tidak ada
perubahan dalam tekanan diastolik adalah normal. Kemungkinan
diakibatkan oleh kekauan pembuluh darah atau karena selama
bertahun-tahun menerima aliran darah bertekanan tinggi, baroreseptor
yang terletak di arkus aorta dan sisnus karotis menjadi tumpul atau
kurang sensitif. Penumpulan ini menjyebabkan masalah yang
berhubungan hipotensi ortostatik karena hal tersebut membuat
pembuluh darah tidak mampu untuk melakukan vasokontriksi sebgai
respon terhadp perubahan posisi yang cepat.

3. Konsep keseimbangan pada lansia


3.1 Prevalensi Jatuh
Berdasarkan survey di masyarakat AS, Tinetti (1992)
mendapatkan sekitar 30% lansia umur lebih dari 65 tahun jatuh
setiap tahunnya, separuh dari angka tersebut mengalami jatuh
berulang.
Reuben dkk (1996) mendapatkan insiden jatuh di masyarakat
AS pada umum lebih dari 65 tahun berkisar ⅓ populasi lansia

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia Page 8


setiap tahun, dengan rata-rata jatuh 0,6/orang. Insiden di rumah-
rumah perawatan(nursing home) 3 kali lebih banyak (Tinetti,
1992). Lima persen dari penderita jatuh ini mengalami patah
tulang atau memerlukan perawatan di rumah sakit.
Kane dkk (1994) mendapatkan dari survai masyarakat di AS
⅓ lansia umur lebih dari 65 tahun menderita jatuh setiap tahunnya
dan sekitar 1/40 memerlukan perawatan rumah sakit. Sedangkan
di rumah-rumah perawatan sekitar 50% penghuninya mengalami
jatuh dengan akibat antara 10-25%nya memerlukan perawatan di
rumah sakit.

3.2 Faktor jatuh


a. Faktor-faktor intrinsik
Faktor-faktor fisiologik berikut meningkatkan resiko jatuh :
- Usia, dengan peningkatan insiden yang jelas pada usia 75
tahun; lansia yang berusia 80 sampai 89 berada pada
resiko tertinggi
- Jenis kelamin – wanita mempunyai risiko yang lebih
tinggi dibandingkan pria
- Defisit sensorik – masalah penglihatan dan pendengaran
- Kondisi-kondisi medis – penyakit neurologik,
serebrovaskuler, kardiovaskuler, atau muskular; kanker
atau penyakit progresif dan melemahkan lainnya
- Perubahan gaya berjalan dan keseimbangan
- Takut jatuh
b. Faktor-faktor ekstrinsik
Faktor-faktor eskternal berikut meningkatkan resiko jatuh:
- Perangkap lingkungan, seperti benda-benda atau
penghalang di sekitar lansia, permukaan basah,
pencahayaan yang buruk, pakaian
- Pembatas lingkungan, seperti sisi pengaman tempat tidur
- Alat bantu, seperti tongkat dan walker yang digunakan
atau dipasang dengan tidak tepat
- Alas kaki tidak tepat
- Penyalahgunaan alkohol

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansia Page 9


c. Faktor-faktor iatrogenik
Faktor-faktor iatrogenik berikut meningkatkan resiko jatuh :
- Obat-obataan
- Alat medis, seperti kateter urine menetap, siang dan tiang
I.V serta slang pemberian makanan
- Restrein
- Delirium
3.3 Penyebab jatuh pada lansia

Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan


beberapa faktor, antara lain: (Kane, 1994; Reuben , 1996; Tinetti,
1992; campbell, 1987; Brocklehurs, 1987).
1. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama (30-50%
kasus jatuh lansia)
Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung
Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-
kelainan akibat proses menua misalnya karena mata kurang
awas, benda-benda yang ada di rumah tertabrak, lalu jatuh
2. Nyeri kepala dan atau vertigo
3. Hipotensi orthostatic
Hipovilemia / curah jantung rendah
Disfungsi otonom
Penurunan kembalinya darah vena ke jantung
Terlalu lama berbaring
Pengaruh obat-obat hipotensi
Hipotensi sesudah makan
4. Obat-obatan
 Diuretik/antihipertensi
 Antidepresen trisiklik
 Sedativa
 Antipsikotik
 Obat-obat hipoglikemia
 Alkohol

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 10


5. Proses penyakit yang spesifik
Penyakit-penyakit akut seperti:
Kardiovaskuler : - aritmia
- stenosis aorta
- sinkope sinus carotis

Neurologi : - TIA
- stroke
- serangan kejang
- Parkinson
- Kompresi saraf spinal karena spondilosis
- Penyakit serebelum
6. Idiopatik ( tak jelas sebabnya)
7. Sinkope : kehilangan kesadaransecara tiba-tiba
- Drop attack (serangan roboh)
- Penurunan darah ke otak secara tiba-tiba
- Terbakar matahari
3.4 Komplikasi
Restrein memiliki potensi menimbulkan efek yang sangat
merugikan dan bahaya serius. Restrein fisik dapat menyebabkan
kerusakan kulit, penurunan sirkulasi perifer, gangguan status
pernapasan, tercekik, kerusakan neurologi, dan kematian.
Restrein kimia dapat menyebabkan peningkatan rasa kantuk,
gawat napas, ketidakstabilan hemodinamik, penurunan
kompentensi dan penilaian, serta konfusi.

4. pada lansia Hipertensi


4.1 Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di
atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer,2001)

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 11


Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas
160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

4.2 Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku Kemampuan jantung
memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
3. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi
karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa
faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah:
Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah : Konsumsi garam yang tinggi
( melebihi dari 30 gr ) Kegemukan atau makan
berlebihan
Stress
Merokok
Minum alcohol

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 12


Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

4. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah

Ginjal

Glomerulonefritis

Pielonefritis

Nekrosis tubular akut

Tumor

Vascular

Aterosklerosis

Hiperplasia

Trombosis

Aneurisma

Emboli kolestrol

Vaskulitis

Kelainan endokrin

DM

Hipertiroidisme

Hipotiroidisme

Saraf

Stroke

Ensepalitis

SGB

Obat – obatan

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 13


Kontrasepsi oral

Kortikosteroid

4.3 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut
ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 14


menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan
perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya
“hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga
tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

4.4 Tanda dan Gejala


a. Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan
arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
b. Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing
Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah,
Epistaksis, Kesadaran menurun.

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 15


4.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia. BUN : memberikan
informasi tentang perfusi ginjal
b. Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi )
dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan
hipertensi )
c. Kalium serum
d. Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk /
adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
i. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.
j. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. IVP
m. Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
n. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantung
o. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 16


p. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi

4.6 Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5
gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan berat badan
Penurunan asupan etanol
Menghentikan merokok
Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
b. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi
:
c. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 17


Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
d. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
e. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
f. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi
akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.
4.7 Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard,
hipertropi ventricular
 Tujuan :
Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.
 Kriteria hasil :
a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
b. TD dalam rentang yang dapat diterima
c. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
 Intervensi :
1. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan
tehnik yang tepat
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa
pengisian kapiler
5. Catat edema umum

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 18


6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas,
batasi jumlah pengunjung.
7. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat
ditempat tidur/kursi
8. Melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
9. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung
dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.
10. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas
pengalihan
11. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan
darah
12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai
indikasi
13. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

2. Diagnosa 2 : Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan


peningkatan tekanan vaskuler serebral

 Tujuan
Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

 Kriteria hasil :

a. Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala

b. Pasien tampak nyaman TTV dalam batas normal

 Intervensi :

1. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang,


sedikit penerangan

2. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan

3. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan

4. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan


nikotin

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 19


5. Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan
sakit kepala seperti kompres dingin pada dahi, pijat
punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi,
bimbingan imajinasi dan distraksi

6. Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat


meningkatkan sakit kepala misalnya mengejan saat
BAB, batuk panjang, membungkuk
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik,
antiansietas (lorazepam, ativan, diazepam, valium )

3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral berhubungan


dengan adanya tahanan pembuluh darah

 Tujuan :

Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral,


ginjal, jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam

 Kriteria hasil :

Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang


membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas
yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala,
pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Haluaran urin 30 ml/ menit Tanda-tanda vital stabil

 Intervensi :

1. Pertahankan tirah baring

2. Tinggikan kepala tempat tidur

3. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan;


tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika
tersedia

4. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan

5. Amati adanya hipotensi mendadak

6. Ukur masukan dan pengeluaran

7. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 20


8. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program

4. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output

 Tujuan :
Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

 Kriteria hasil :
Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari –
hari
Menunjukkan penurunan gejala – gejala intoleransi
aktifitas

 Intervensi :

1. Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri


bertahap jika dapat ditoleransi.

2. Berikan bantuan sesuai kebutuhan

3. Instruksikan pasien tentang penghematan energy

4. Kaji respon pasien terhadap aktifitas

5. Monitor adanya diaforesis, pusing

6. Observasi TTV tiap 4 jam

7. Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk


memungkinkan waktu istirahat yang tidak terganggu,
berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore

BAB III

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 21


PEMBAHAHAN

1. Modul

Tn. M 68th, mengatakan kepalanya terasa pusing, cepat lelah,


penglihatan kabur, tengkuk terasa sakit, berjalan tidak seimbang
seperti mau jatuh. Hasil pengukuran gaya berjalan dan
keseimbangan dengan menggunakan format Tinetti 20/28. Hasil
pengukuran Activities of Daily Living dengan skala Lawton skor:
20. Hasil Pengkajian resiko jatuh: 10, BB: 75 kg TB: 165 cm, TD
170/100, ND: Modul
2. Penyelesaiaan 88 x/mt, pasien tidak kuat berjalan jauh. Hasil
a.Radiologi adanya
Kata yang kardiomegali.
tidak dimengerti :
1) Format tinetti : alat yang digunakan untuk mengevaluasi sejauh
mana keberhasilan seorang pasien dapat beristirahat atau bergerak
sesuai aktivitas normalnya.
2) Skala lawton : mengevaluasi fungsi yang lebih rumit dibandingkan
index aktivitas kehidupan sehari-hari.

b. Kata kunci :
1) Usia 68 tahun
2) Pusing, cepat lelah, penglihatan kabur, tengkuk terasa sakit, berjalan
tidak seimbang seperti mau jatuh
3) Hasil radiologi: kardiomegali
4) TD 170/100
5) BB: 75 kg TB: 165 cm
6) Pengukuran ADL dengan skala lawton: 20

c. Problem dasar :
1) Kardiomegali
2) Usia 68 tahun
3) TD 170/100

d. Pertanyaan:
1) Bagaimana TD pasien meningkat?
2) Bagaimana mekanisme terjadinya kardiomegali?
3) Asuhan keperawatan?
4) Cara pengukuraan format tinetti dan lawton?
5) Penatalaksanaan hipertensi pada lansia?
6) Komplikasi hipertensi pada lansia?

e. Klasifikasi Pertanyaan
1. Patofisiologi: 1,2

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 22


2. Askep: 3
3. Pemeriksaan penunjang: 3
4. Penatalaksanaan: 5
5. Komplikasi: 6

f. Jawaban dari klasifikasi pertanyaan


1. Komplikasi Hipertensi
Menurut Tabrani (1995) dalam Puspita WR (2009) komplikasi
hipertensi antara lain:
a. Penyakit jantung
Darah tinggi dapat menimbulkan penyakit jantung karena
jantung harus memompa darah lebih kuat untuk mengatasi tekanan
yang harus dihadapi pada pemompaan jantung. Ada dua kelainan
yang dapat terjadi pada jantung yaitu: 1) kelainan pembuluh darah
jantung, yaitu timbulnya penyempitan pembuluh darah jantung yang
disebut dengan penyakit jantung koroner, 2) payah jantung, yaitu
penyakit jantung yang diakibatkan karena beban yang terlalu berat
suatu waktu akan mengalami kepayahan sehingga darah harus
dipompakan oleh jantung terkumpul di paru-paru dan menimbulkan
sesak nafas yang hebat. Penyakit ini disebut dengan kelemahan
jantung sisi kiri
b. Tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak (stroke)
Tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh
darah otak dapat menyebabkan terjadinya setengah lumpuh. Stroke
dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embulus yang terlepas dari pembuluh non- otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah–daerah yang diperdarahi
berkurang.
c. Gagal ginjal
Kegagalan yang ditimbulkan terhadap ginjal adalah
tergangguanya pekerjaan pembuluh darah yang terdiri dari berjuta-
juta pembuluh darah halus. Bila terjadi kegagalan ginjal tidak dapat
mengeluarkan zat-zat yang harus dikeluarkan oleh tubuh misalnya
ureum.
d. Kelainan mata

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 23


Darah tinggi juga dapat menimbulkan kelainan pada mata
berupa penyempitan pembuluh darah mata atau berkumpulnya cairan
di sekitar saraf mata. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
gangguan penglihatan.
e. Diabetes mellitus
Diabetes melitus atau yang sering dikenal dengan penyakit
kencing manis merupakan gangguan pengolahan gula (glukosa) oleh
tubuh karena kekurangan insulin.

2. Penatalaksanaan
 Terapi tanpa Obat (Non farmakologi/Perubahan gaya
hidup)
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang
dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi
5 gr/hr
2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3. Penurunan berat badan
4. Penurunan asupan etanol
5. Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah
dianjurkan untuk penderita hipertensi. Macam olah
raganya yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal
yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20
– 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan
sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
1. Tehnik Biofeedback

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 24


Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai
keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap
tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai
untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala
dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
2. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,
dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.

d. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)


Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

 Terapi dengan Obat (Farmakologi)


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita.
1. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi :
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, ACE
inhibitor

Alternatif yang bisa diberikan :

a. Dosis obat pertama dinaikkan.


b. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama.

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 25


c. Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa
diuretika, beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker,
clonidin, reserphin, vasodilator

Alternatif yang bisa ditempuh :

a. Obat ke-2 diganti


b. Ditambah obat ke-3 jenis lain

Alternatif pemberian obatnya :

- Ditambah obat ke-3 dan ke-4


- Re-evaluasi dan konsultasi
- Follow Up untuk mempertahankan terapi
- Untuk mempertahankan terapi jangka panjang
memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik
antara pasien dan petugas kesehatan (perawat,
dokter) dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan.

Fungsi Obat:

 Diuretik : Pada prinsipnya, diuretik akan meningkatkan


volume urin. Hal ini akan menurunkan volume cairan
eksraseluler (terutama darah). Pengurangan volume ini
akan menurunkan cardiac output sehingga akhirnya
tekanan darah juga menurun. Na yang ada di otot polos
vaskuler akan menurunkan resistensi vaskuler dan juga
menyebabkan penurunan tekanan darah.

 Beta blocker : Mekanisme kerja dengan menghambat


reseptor β1. Inhibisi ini menyebabkan penurunan
cardiac output dan sekresi renin. Obat ini digunakan
pada hipertensi ringan-sedang, HT dengan penyakit
arteri koroner, HT dengan aritmia dan HT dengan
takikardia.Efek samping berupa bronkospasme,

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 26


bradikardia, impotensi, gangguan vaskuler perifer, tidak
bagus untuk profi lipid, hipoglikemia dan menurunkan
fungsi ginjal.Obat ini dikontraindikasikan pada asma,
COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Syndrome),
sick sinus syndrome dan blok AV grade 2-3
 ACE Inhibitor : ACE adalah enzim yang mengonversi
angiotensin I menjadi angiotensin II. Penghambatan
konversi ini akan menyebabkan vasodilatasi dan
penurunan sekresi aldosteron. Selain itu, ACE inhibitor
juga menghambat inaktivasi bradikinin sehingga
kadarnya meningkat dalam darah (bradikinin adalah
vasodilator). Semua efek ini akan menurunkan tekanan
darah.Penggunaan klinisnya adalah sebagai obat lini
pertama terapi HT ringan-sedang, HT yang disertai
gagal jantung, dislipidemia dan diabetes. Jangka
panjang juga memberikan efek kardioprotektif.

Efek samping berupa batuk kering (karena peningkatan


kadar bradikinin dalam darah), angioedema, hipotensi
(fenomena dosis pertama), resiko hiperkalemia dan
embriotoksik. Makanya obat ini dikontraindikasikan
pada wanita hamil dan menyusui (resiko gagal ginjal
pada fetus).

Termasuk golongan ACE inhibitor adalah captopril,


lisinopril. Keduanya merupakan obat aktif. Lalu juga
ada perindropil, enalapril, ramipril dll (merupakan
prodrug).

Angiotensin receptor blockers (ARB)

Obat: Losartan, Valsartan, Irbesartan, Candesartan,


Telmisartan

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 27


Cara kerja: menghambat reseptor angiotensin II
(reseptor AT1). Inhibisi ini menyebabkan vasodilatasi,
penurunan sekresi aldosteron, dan mencegah hipertrofi
jantung (vasculo-cardio protective).

Efek samping hampir sama dengan ACE-I, namun tidak


terjadi batuk kering dan tidak ada angioedema. Indikasi
& kontraindikasi sama dg ACE-I.

Tn.M 68n th

Faktor usia Faktor over weight ditinjau


dari BB pasien 75kg TB 165kg

Terjadi perubahan pada sistem


kardiovaskuler akibat penuaan
Penumpukan LDL pada
pembuluh darah

Aterosklerosis
Perubahan struktural Perubahan Fungsional

Obstruksi aliran darah


Peningkatan densitas Kekakuan miokardium
kolagen & hilangnya
elastisitas pembuluh
darah
Peningkatan waktu
tekanan & pengisian
diastole
Menyebabkan dinding
ventrikel kiri menebal
Curah jdan denyut
jantung mengalami
penurunan

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 28


Sirkulasi darah ke seluruh
tubuh menurun dan
menyebabkan tahanan
perifer meningkat

Menyebabkan pasien cepat lelah,


tengkuk terasa sakit, tidak kuat berjalan
jauh, kepala pusing, penglihatan
menjadi kabur, TD 170/100, gaya
berjalan & keseimbangan tinetti 20/28,
IADL 20
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN: memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3. Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
4. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
5. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
6. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
7. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
8. Asam urat

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 29


Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
Steroid urin
9. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
10. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopat
11. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi

12. Indeks Lawton


Indeks lawton merupakan suatu alat yang memberikan informasi status
fungsional. indeks lawton terdiri dari 8 aktivitas yaitu dapat
menggunakan telepon, mencuci pakaian, berbelanja, menyiapkan
makanan, menjaga rumah, mengadakan perjalanan, dapat mengatur
keuangan, minum obat secara teratur (Vitenggal dkk, 2006)
indeks lawton dapat disaring menjadi 5 aktivitas utama untuk membuat
pemeriksaan lebih menyeluruh. kelima aktivitas utama tersebut
meliputi kemampuan untuk mengadakan perjalanan, berbelanja,
menyiapkan hidangan, pekerjaan rumah tangga, dan pengaturan
keuangan pribadi (Gallo dkk,1998)

Karakteristik ADL
berdasarkan nilai skor indeks barthel
0-20 : ketergantungan total
21-61 : ketergantungan berat
62-90 : ketergantungan sedang
91-99 : ketergantungan ringan

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 30


100 : mandiri, tetapi tidak berarti penderita dapat hidup sendiri,
penderita mungkin tidak memasak, menjaga rumah/tidak dapat
bermasyarakat (gallo dkk, 1998)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ADL


1. depresi
keterbatasan dalam melakukan ADL dapat menyebabkan depresi dan
depresi dapat menigkatkan faktor resiko disabilitas fisik (keterbatasan
ADL) (sumirta, 2008)
2. kelenturan
pembatasan atas lingkup gerak sendi (ROM) banyak terjadi pada
lansia, akibat dari kekakuan otot dan tendon. kekakuan otot betis
sering memperlambat gerak dorso-fleksi. selain itu kekakuan otot
aduktor dan abduktor paha juga sering dijumpai oleh karena itulah
latihan kelenturan sendi merupakan komponen penting dari program
latihan olahraga bagi lansia.
3. keseimbangan
keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan
seorang lansia jatuh. keseimbangan merupakan tanggapan motorik
yang dihasilkan dari berbagai faktor diantaranya input sensori dan
kekuatan otot. selain terjadinya menurunnya kekuatan otot,
bertambahnya umur akan menyebabkan keseimbangan menurun.
4. self efficacy (keberdayagunaan mandiri)
self efficacy adalah suatu istilah untuk menggambarkan rasa percaya
atas keamanan dalam melakukan aktivitas. hal ini sangat berhubungan
dengan ketidaktergantungan dalam aktivitas sehari-hari. dengan
keberdayagunaan mandiri ini seorang lansia mempunyai keberanian
dalam melakukan aktivitas/olahraga
.
12. Pemeriksaan kemampuan fungsional

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 31


Indeks ADL Barthel

NO FUNGSI SKOR KETERANGAN


1 Mengendalikan 0 Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar).
rangsang 1 Kadang-kadang tak terkendali (1x seminggu).
pembuangan tinja 2 Terkendali teratur.
2 Mengendalikan 0 Tak terkendali atau pakai kateter
rangsang berkemih 1 Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/24
2 jam)
Mandiri
3 Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain
(seka muka, sisir 1 Mandiri
rambut, sikat gigi)
4 Penggunaan 0 Tergantung pertolongan orang lain
jamban, masuk dan 1 Perlu pertolonganpada beberapa kegiatan tetapi
keluar (melepaskan, 2 dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan
memakai celana, yang lain.
membersihkan, Mandiri
menyiram)
5 Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong memotong makanan
2 Mandiri
6 Berubah sikap dari 0 Tidak mampu
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk bias duduk
2 Bantuan minimal 1 orang.
3 Mandiri
7 Berpindah/ berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (pindah) dengan kursi roda.
2 Berjalan dengan bantuan 1 orang.
3 Mandiri
8 Memakai baju 0 Tergantung orang lain
1 Sebagian dibantu (mis: memakai baju)
2 Mandiri.
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri

TOTAL SKOR
Skor BAI :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 32


5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total

Lawton Scale for Instrumental Activities of Daily Living

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 33


1. Dapatkah anda memakai teleon? 7. Dapatkah anda mencuci pakaian
 Tanpa bantuan 3 sendiri ?
 Denggan bantuan 2  Tanpa bantuan 3
 Sama sekali tidak mampu 1  Dengan bantuan 2
2. Dapatkah anda mencapai tempat yang  Sam sekali tidak mampu 1
jaraknya jauh dengan berjalan kaki? 8. apakah anda meminum obat atau
 Tanpa bantuan 3 memakai obat-obatan tertentu?
 Dengan bantuan 2  Ya(jika ya ,jawab pertanyaan
 Tidak mampu tanpa bantuan khusus 1 8b? 1
3. Dapatkah anda pergi berbelanja bahan  Tidak (jika tidak,jawab
makanan ? pertanyaan 8c). 2
 Tanpa bantuan 3 9. apakah andameminum obat
 Dengan bantuan 2
sendiri ?
 Sam sekali tidak mampu 1
 Tanpa bantuan (dengan dosis
4. Dapatkah anda menyiap makanan sendiri ?
 Tanpa bantuan 3 yang benar dan pada waktu
 Dengan bantuan 2 yang benar) 3
 Sam sekali tidak mampu 1  Dengan bantuan (jika seseorang
5. Dapatkah anda mengerjakan pekerjaan menyiapkan untuk anda dan/
rumah tangga sendiri? mengigatkan anda untuk
 Tanpa bantuan 3 meminumnya. 2
 Dengan bantuan 2  Sam sekali tidak mampu 1
 Sam sekali tidak mampu 1 10. Jika anda harus meminum obat
6. Dapatkah anda mengerjakan pekerjaan dapatkah anda melakukanya ?
pertukangan sendiri ?  Tanpa bantuan (dengan dosis
 Tanpa bantuan 3 yang benar dan pada waktu
 Dengan bantuan 2 yang benar) 3
 Sam sekali tidak mampu 1  Dengan bantuan (jika
seseorang menyiapkan untuk
anda dan/ mengigatkan anda
untuk meminumnya. 2
 Sam sekali tidak mampu 1
11. Dapatkah anda mengella uang
sendiri ?
 Tanpa bantuan 3
 Dengan bantuan 2
 Sam sekali tidak mampu 1

Skala lawton mengevaluasi fungsi yang lebih rumit dibandingkan indeks aktivitas
kehidupan sehari-hari. Pada versi ini skor maksimum adalah 29, meskipun skor
bermakna pada pasien tertentu, penurunan skor terus menerus menandakan

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 34


kemunduran fungsi.

Evaluasi keseimbangan dan gaya berjalan menurut tinetti


Alat ini dapat digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan
seorang pasien dapat beristirahat atau bergerak sesuai aktivitas normalnya.
Alat ini memerlukan waktu 5 sampai 15 menituntuk dikerjakan. Untuk
persiapan anda membutuhkan kursi berlapis tanpa pegangan tangan, ruang
berjalan (misalnya sebuah ruang besar atau kotor) dan alat bantu berjalan
pasien (misalnya tongkat atau walker)
Nilai maksimum adalah 28 sedangkan nilai terendah adalah 0. Semakin tinggi
nilai yang diperoleh semakin baik gaya berjalan dan keseimbangan pasien.
Keseimbangan :
Instruksi : dudukan pasien di kursi yang kokoh tanpa pegangan tangan dan uji
manuver berikut :
1. Keseimbangan ketika duduk 6. Dorongan pelan
0 : Bersandar atau bergeser pada (Pasien barada pada posisi
kursi maksimum dengan kaki sedempet
1 : Seimbang, aman mungkin. Pemeriksaan mendorong
2. Bangkit dengan pelan pada sternum pasien
0 : Tidak mampu tanpa bantuan dengan telapak tangan sebanyak 3
1 : Mampu tetapi mengunakan kali)

lengan 0 : Mulai jatuh

2 : Mampu tanpa menggunakan 1 : Sempoyongan

lengan 2 : Seimbang

3. Upaya untuk Bangkit 7. Mata tertutup

0 : Tidak mampu tanpa bantuan (Pada posisi maksimum, sama

1 : Mampu tetapi membutuhkan seperti no 6)


0 : Tidak seimbang
lebih dari satu kali upaya
1 : Seimbang
2 : Mampu bangkit dengan satu kali
8. Berbalik 360 derajat
upaya
0 : Menghentikan langkah

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 35


4. Keseimbangan berdiri dengan 1 : Mlanjutkan langkah
segera 0 : Tidak seimbang
0 : Tidak seimbang (sempoyongan, 1 : Seimbang
kaki berpindah, tubuh terlihat 9. Duduk
goyah) 0 : Tidak seimbang
1 : Seimbang tetapi menggunakan 1 : Menggunakan lengan
walker atau tongkat 2 : Gerakan seimbang dan lancar

2 : Seimbang tanpa walker atau Nilai Keseimbangan /16

tongkat
5. Keseimbangan berdiri
0 : Tidak seimbang
1 : Seimbang tetapi dengan kaki
lebar
2 : Berdiri dengan kaki dekat
Gaya berjalan :
Instruksi :Pasien berdiri berdampingan dengan pemeriksa. Kemudian pasien
berjalan di sepanjang koridor atau melintas di ruangan, pertama dengan
kecepatan berjalan pasien yang biasa dan kemudian berjalan kembali dengan
cepat tetapi aman (dengan menggunakan alat bantu seperti walker atau
tongkat
10.Memulai gaya berjalan 14. Kontinuitas langkah
0 : Ada keragu-raguan 0 : Berhenti atau tidak
1 : Tidak ada keragu-raguan berkelanjutan di antara langkah
11.Panjang dan tinggi langkah 1 : Langkah tampak berkelanjutan
0 : Tidak dapat melangkah melewati 15. Jalur
kaki kiri 0 : Deviasi terlihat jelas
1 : melewati kaki kiri yang berdiri 1 : Deviasi ringan atau sedang

0 : Kaki kanan tidak mengayun 2 : Berjalan lurus tanpa alat bantu

langkah dengan sempurna 16. Rangka tubuh

1 : Kaki kanan dapat mengayun 0 : Goyah tampak jelas

langkah dengan sempurna 1 : Tidak goyah tetapi menekuk

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 36


12.Panjang dan tinggi langkah lutut atu membungkuk atau
0 : Tidak dapat melangkah melewati merentangkan tanganya ketika
kaki kiri berjalan
1 : melewati kaki kiri yang berdiri 2 : Tidak goyag, tidak menekuk,
0 : Kaki kanan tidak mengayun tidak menggunakan lengan dan
langkah dengan sempurna tidak memakai alat bantu berjalan
1 : Kaki kanan dapat mengayun 17. Sudut Berjalan

langkah dengan sempurna 0 : Kedua tumit terpisah

13.Simetris langkah 1 : Kedua tumit hampir

0 : Panjang langkah kaki kanan dan bersentuhan ketika berjalan

kiri tidak sama Cara Berjalan /12

1 : Langkah kaki kanan dan kiri Nilai Mobilitas Total

sama (Keseimbangan dan Cara Berjalan /28

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 37


Asuhan keperawatan

A. Pengkajian

1. Identitas pasien
Nama : Tn. M
Usia : 68 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki

2. Data objektif
- Pasien mengatakan kepala terasa pusing, cepat lelah, penglihatan
sedikit kabur, tengkuk terasa sakit, berjalan tidak seimbang seperti
mau jatuh.
3. Data subjektif
- Hasil pengukuran gaya berjalan dan keseimbangan dengan
menggunakan format Tinetti 20/28
- Hasil pengukuran ADL dengan skala Lawton skor : 20
- Hasil pengkajian resiko jatuh : 10
- Pemeriksaan fisik: BB : 75 kg, TB : 165 cm , TD 170/100
mmHg, Nadi : 88x/mnt
- Pasien tidak kuat berjalan jauh
- Hasil Radiologi terdapat kardiomegali

B. Diagnosa keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi


.
1. Gangguan perubahan perfusi Dengan dilakukan tindakan 1. Pertahankan tirah
jaringan b.d tahanan keperawatan selama 3x24jam baring
pembuluh darah diharapkan masalah dapat 2. Monitoring TTV
Ditandai dengan : teratasi dengan kriteria hasil : setiap 4 jam

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 38


- TD 170/100 - TD 120/80 mmHg 3. Tinggikan kepala
mmHg - Kepala pusing (-) tempat tidur, posisi
- Kepala terasa - Tengkuk terasa semifowler 30o
pusing sakit (-) 4. pertahankan cairan
- Tengkuk terasa - Dapat berjalan dan obat-obatan
sakit normal sesuai program
- Berjalan tidak - Cepat lelah (-) 5. Amati adanya
seimbang seperti hipotensi mendadak
mau jatuh
- Cepat lelah
2. Risiko perubahan sensori Dengan dilakukan tindakan 1. Pastikan
persepsi : penglihatan keperawatan selama 2x24jam derajata/tipe
Ditandai dengan : diharapkan masalah dapat penglihatan
- Penglihatan sedikit teratasi dengan kriteria hasil : 2. Dorong untuk
kabur - Penglihatan tidak mengekspresikan
kabur tentang kehilangan
penglihatan
3. Lakukan tindakan
membantu
menangani
keterbatasan
penglihatan, seperti
cahaya lampu yang
terang
4. Kolaborasi
pemberian obat
sesuai indikasi

3. Resiko Intoleransi aktivitas Dengan dilakukan tindakan 1. Bantu klien


b.d penurunan cardiak output keperawatan selama 3x24 jam mengidentifikasi
Ditandai dengan : diharapkan masalah teratasi faktor yang

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 39


- Penglihatan sedikit dengan Kriteria hasil : meningkatkan atau
kabur - Penglihatan sedikit menurunkan
- Kepala terasa kabur (-) intoleransi aktifitas
pusing - Kepala terasa 2. Observasi TTV
- Pasien tidak kuat pusing (-) setiap 4 jam sekali
berjalan jauh - Pasien mampu 3. Monitor aktivitas
berjalan jauh klien dalam program
latihan
4. Ajarkan teknik
penghematan energi,
misal menggunakan
kursi saat mandi,
duduk saat menyisir,
menyikat gigi dan
melakukan aktivitas
dengan perlahan
5. Ajarkan keluarga
untuk membantu
klien melakukan
aktivitas
6. Kolaborasi dengan
klien/keluarga untuk
menetapkan rencana
ADL
7. Berikan dukungan
melakukan aktivitas
atau perawatan diri
bertahap. Berikan
bantuan sesuai
kebutuhan
8. Beri motivasi klien

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 40


untuk mencari
bantuan dalam
mempertahankan
aktivitas
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Tn. M 68th mengalami hipertensi, karena terdapatnya tanda dan gejala Td
170/100, adanya kardiomegali, tengkuk terasa sakit. Dari penyakit
Hipertensi menyebabkan Tn. M 68th tidak dapat berjalan jauh, berjalan
tidak seimabng seperti mau jatuh. Dengan demikian Tn. M harus segera di
berikan pengobatan yang tepat agar tidak terjadi kemungkinan gangguan
pada organ lain.
2. Saran
Setelah diselesaikannya makalah mengenai Asuhan Keperawatan
Gangguan Sistem kardiovaskuler pada lansia. ini, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan.Untuk perbaikan dalam
penulisan yang akan datang, kami memohon kritik dan saran kepada para
pembaca

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 41


DAFTAR PUSTAKA

Gallo, Joseph. 1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta :


Salemba Medika

Nugroho, Wahjudi. 1995. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : Buku Kedokteran


EGC

Nugroho, Wahyudi. 1999. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC.

Stanley, Mickey. Dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC.

http://nurse87.wordpress.com/2009/06/17/empat-belas-masalah-kesehatan-utama-
pada-lansia/

http://nurlaelyn07.alumni.ipb.ac.id/2010/10/19/hipertensi-pada-lansia/

http://id.scribd.com/doc/45660/penatalaksanaan-hipertensi-non-farmakologis

http://ldkstikesfalubuklinggau.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-pada-lansia-
dengan.html

Gangguan sistem kardiovaskuler pada lansiaPage 42

Anda mungkin juga menyukai