2.1 PENGERTIAN
Aterosklerosis, atau pengerasan arteri , adalah suatu keadaan pada arteri besar dan kecil yang
ditandai oleh penimbunan endapan lemak, trombosit, makrofag, dan sel-sel darah putih lainnya
di seluruh ke dalaman tunika intima (lapisan sel endotel) dan akhirnya ke tunuka media (lapisa
otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta dan arteri-arteri
serebrum (Elizabeth J.Corwin,2001:352).
Aterosklerosis merupakan proses yang berbeda yang menyerang tunika intima arteri besar dan
medium. Proses tersebut meliputi penimbunan lemak, kalsium, komponen darah, karbohidrat dan
jaringan fibrosa pada tunika arteri.penimbunan tersebut dikenal sebagai “ateroma” atau “plak”.
Aterosklerosis, atau “pengerasan arteri” adalah penyakit yang paling sering dijumpai di arteri.
Prosesnya menyebar dengan serabut otot dan lapisan endotel dinding arteri kecil dan arteriol
mengalami penebalan
(Susan C, Smeltzer,2014).
2.2 ETIOLOGI
Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi pada saat aliran
darah tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen. Yang khas gejala aterosklerosis timbul secara
perlahan, sejalan dengan terjadinya penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung
secara perlahan. Tetapi jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan
menyumbat arteri) maka gejalanya akan timbul secara mendadak.
1. Klaudikasio intermiten, suatu perasaaan nyeri dan keram di ekstremitas bawah, terutama
terjadi selama atau setelah olahraga. Klaudikasio intermiten disebabkan oleh buruknya
aliran darah yang melewati pembuluh aterosklerotik yang memperdahi tunkai. Sewaktu
kebutuhan otot tungkai akan oksigen meningkat, maka aliran yang terbatas tidak dapat
menyuplai oksigen yang dibutuhkan dan timbul nyeri akibat iskemia otot. Seiring dengan
memburuknya aterosklerosis, nyeri intermiten dapat berkembang menjadi nyeri saat
istirahat karena bahan kebutuhan oksigen normal pun tidak dapat dipenuhi.
2. Peka terhadap rasa dingin karena aliran darah ke ekstermitas tidak adekuat.
3. Perubahan warna kulit karena berkurangnya aliran darah ke suatu daerah. Akibat iskemia
daerah tersebut menjadi pucat. Hal ini diikuti oleh respons otoregulasi lokal sehingga
timbul hiperemia (peningkatan aliran darah) ke daerah tersebut sehingga kulit merona
merah.
4. Dapat diraba penurunan denyut arteri di sebelah hilir dari lesi aterosklerotik. Apabila
aliran darah tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan metabolik, maka dapat
terjadi nekrosis sel dan gangren
Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah ke seluruh tubuh. Saluran darah ini
merupakan sistem tertutup dan jantung sebagai pemompanya. Fungsi pembuluh darah
mengangkut (transportasi) darah dari jantung ke seluruh tubuh ke seluruh bagian tubuh dan
mengangkut kembali darah yang sudah dipakai kembali ke jantung. Fungsi ini disebut sirkulasi
darah dibagi menjadi dua, yaitu arteri dan vena.
Terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika intima (interna), tunika media, dan tunika eksterna
(adventitia). Darah ini biasanya mengandung oksigen, pengecualian dibuat untuk paru dan arteri
umbilikalis. Sistem peredaran darah ini sangat penting untuk mempertahankan hidup dan
kehidupan manusia. Fungsi tepatnya adalah bertanggung jawab atas pengiriman oksigen dan
nutrisi ke semua sel didalam tubuh, serta penghapusan karbondioksida dan produk-produk
limbah, pemeliharaan optimum pH, mobilitas dari unsur protein dan sel-sel dari sistem kekebalan
tubuh. Di negara maju, ada dua penyebab utama meningkatnya kematian yaitu infark miokard
dan stroke.
Pembuluh darah utama dimulai dari aorta yang keluar dari ventrikel sinistra melalui belakang
kanan arteri pulmonalis, membelok ke belakang melalui radiks pulmonalis kemudian turun
sepanjang kolumna vertebralis menembus diafragma, selanjutnya ke rongga panggul dan
berakhir pada anggota gerak bawah.Fungsional sirkulasi bagian-bagian yang berperan dalam
sirkulasi adalah
1. Sistem distribusi : arteri dan arteriola berfungsi sebagai pentranspor dan penyalur darah
ke semua organ, jaringan, dan sel tubuh, serta mengatur alirannya kebagian tubuh yang
membutuhkan.
2. Sistem difusi : pembuluh darah kapiler yang ditandai dengan dinding yang tersusun
sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya proses difuusi bahan di dalamnya
seperti karbondioksida, oksigen, zat gizi, dan sisa metabolisme sehingga sel darah dapat
melaluinya.
3. Sistem pengumpul : berfungsi mengumpulkan darah dari kapiler dan pembuluh limfe
langsung dari system vena yang berfungsi mengalirkan darah kembali ke jantung. System
sluran vaskuler merupakan system tertutup. Kontraksi dan relaksasi jantung
menimbulkan perrubahan tekanan yang mampu memompakan darah dari jantung kembali
ke jantung
Anatomi Jantung
Beban Awal
Beban awal adalah derajat peregangan serabut miokardium pada akhir pengisian ventrikel atau
diastolik. Meningkatnya beban awal sampai titik tertentu memperbanyak tumpang tindih antara
filament-filamen aktin dan miosin, sehingga kekuatan kontraksi dan curah jantung meningkat.
Hubungan ini dinyatakan dengan Hukum Starling, yaitu peregangan serabut-serabut miokardium
selama diastol akan meningkatkan kekuatan kontraksi. Beban awal dapat meningkat dengan
bertambahnya volume diastolik ventrikel, misalnya karena retensi cairan, sedangkan penurunan
beban awal dapat terjadi pada diuresis. Secara fisiologis, peningkatan volume akan
meningkatkan tekanan pada akhir diastol untuk menghasilkan perbaikan pada fungsi ventrikel
dan curah jantung, namun pada ventrikel yang gagal, penambahan volume ventrikel tidak selalu
disertai perbaikan fungsi ventrikel. Peningkatan tekanan yang berlebihan dapat mengakibatkan
bendungan paru atau sistemik, edema akibat transudasi cairan dan mengurangi peningkatan lebih
lanjut dari volume dan tekanan. Perubahan dalam volume intrakardia dan perubahan akhir pada
tekanan bergantung pada kelenturan daya regang ruang-ruang jantung. Ruang jantung yang
sangat besar, daya regangnya dapat menampung perubahan volume yang relative besar tanpa
peningkatan tekanan yang bermakna. Sebaliknya, pada ruang ventrikel yang gagal, yang kurang
lentur, penambahan volume yang kecil dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang
bermakna dan dapat berlanjut menjadi pembendungan dan edema ( Carleton,P.F dan M.M.
O’Donnell, 1995 ).
Kontraktilitas
Kontraktilitas menunjukkan perubahan-perubahan dalam kekuatan kontraksi atau keadaan
inotropik yang terjadi bukan karena perubahan-perubahan dalam panjang serabut. Pemberian
obat-obat inotropik positif seperti katekolamin atau digoksin, akan meningkatkan kontraktilitas,
sedangkan hipoksia dan asidosis akan menekan kontraktilitas. Pada gagal jantung terjadi depresi
dari kontraktilitas miokardium
Beban Akhir
Beban akhir adalah besarnya tegangan dinding ventrikel yang harus dicapai untuk
mengejeksikan darah sewaktu sistolik. Menurut Hukum Laplace , ada tiga variabel yang
mempengaruhi tegangan dinding yaitu ukuran atau radius intraventrikel, tekanan sistolik
ventrikel dan tebal dinding. Vasokonstriksi arteri yang meningkatkan tahanan terhadap ejeksi
ventrikel dapat meningkatkan tekanan sistolik ventrikel, sedangkan retensi cairan dapat
meningkatkan radius intraventrikel. Pemberian vasodilator dan hipertrofi ventrikel sebagai
konsekuensi lain dari gagal jantung dapat mengurangi beban akhir
Fisiologi
Perfusi yang adekuat menghasilkan oksigenasi dan nutrisi terhadap jaringan tubuh dan sebagian
bergantung pada sistem kardiovaskuler yang berfungsi baik. Aliran darah yang memadai
bergantung pada kerja pemompaan jantung yang efisien. Pembuluh darah yang paten dan
respons, serta volume sirkulasi darah yang cukup. Aktivitas sistern saraf, kekentalan darah dan
kebutuhan metabolisme ja¬ringan menentukan kecepatan aliran darah sehingga mempengarulii
juga aliran darah yang adekuat.
Sistem vaskuler terdiri atas dua sistem yang saling bergantung: jantung kanan memompa darah
ke paru melalui sirkulasi paru, dan jantung kiri memompa darah ke semua jaringan tubuh lainnya
melalui sirkulasi sistemik. Pembuluh darah pada kedua sistem merupakan saluran untuk
pengangkutan darah dari jantung ke jaring¬an dan kembali lagi ke jantung. Kontraksi ventrikel
menyuplai tcnaga dorong untuk mengalirkan darah mela¬lui sistem vaskuler. Arteri
mendistribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan, sementara vena
mengangkut darah yang terdeoksigenasi dari jaringan ke sisi kanan jantung. Pembuluh kapiler,
yang terletak di antara jaringan, menghubungkan sistem arteri dan vena dan merupakan tempat
pertukaran nutrisi dan sisa meta¬bolisme antara sistem sirkulasi dan jaringan. Arteriol dan
venula yang terletak tepat disebelah kapiler, bersama dengan kapiler, menyusun sirkulasi mikro.
Sistem limfa melengkapi fungsi sistem sirkulasi. Pembuluh limfa mengangkut limfa (cairan
serupa plas¬ma) dan cairan jaringan (mengandung protein kecil, sel, debris jaringan) dari ruang
interstisial ke sistem vena.
1. Fisiologi otot jantung
Terdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama yaitu otot atrium, otot ventrikel, dan serat otot
khusus pengantar rangsangan, sebagai pencetus rangsangan. Tipe otot atrium dan ventrikel
berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot rangka dengan kontraksi otot yang lebih lama.
Sedangkan serat khusus penghantar dan pencetus rangsangan berkontraksi dengan lemah sekali
sebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit serat kontraktif malahan serat ini menghambat
irama dan berbagai kecepatan konduksi sehingga serat ini bekerja sebagai suatu sistem pencetus
rangsangan bagi jantung.
1. a) Sifat Ritmisitas/otomatis.
Otot jantung secara potensial dapat berkontraksi tanpa adanya rangsangan dari luar. Jantung
dapat membentuk rangsangan (impuls) sendiri. Pada keadaan fisiologis, sel-sel miokardium
memiliki daya kontraktilitas yang tinggi.
Bila impuls yang dilepas mencapai ambang rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan
berkontraksi maksimal, sebab susunan otot jantung merupakan suatu sinsitium sehingga impuls
jantung segara dapat mencapai semua bagian jantung. Jantung selalu berkontraksi dengan
kekuatan yang sama. Kekuatan berkontraksi dapat berubah-ubah bergantung pada faktor tertentu,
misalnya serat otot jantung, suhu, dan hormon tertentu.
Refraktor absolut pada otot jantung berlangsung sampai sepertiga masa relaksasi jantung,
merupakan upaya tubuh untuk melindungi diri. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal
otot.Bila seberkas otot rangka diregang kemudian dirangsang secara maksimal, otot tersebut
akan berkontraksi dengan kekuatan tertentu. Serat otot jantung akan bertambah panjang bila
volume diastoliknya bertambah. Bila peningkatan diastolik melampaui batas tertentu kekuatan
kontraksi akan menurun kembali.
2.5 KLASIFIKASI
Menurut Hanafi, dkk 1997, mengatakan bahwa klasifikasi yaitu: Penyakit sumbatan arteri adalah
gangguan aliran arteri yang kronik yang sering ditemukan dan biasanya memerulukan tindakan
bedah. Penggolongannya didasarkan pada letak, luasnya sumbatan serta ukuran arteri. Beratnya
insuffisiensi aliran darah diarteri ekstrimitas bawah dibedakan dalam stadium menurut fontaine.
Pada stadium I perfusi jaringan masih cukup, walaupun terdapat penyempitan arteri. Pada
stadium II perfusi ke otot intermiten yaitu nyeri pada otot ekstrimitas bawah yang timbul ketika
berjalan yang memeaksakan berhenti berjalan. Nyeri hilang bila penderita istirahat. Gejala ini
mengurangi penggunaan otot sehingga jarak tempuh dalam berjalan tidak dapat melebihi jarak
tertentu. Pada stadium III perfusi sudah tidak memadai saat istirahat. Pada stadium IV telah
terjadi iskemia yang mengakibatkan nekrosis, kelainan tropik kulit, atau gangguan penyembuhan
lesi kulit.
2.6 PATOFISIOLOGI
Endotel monolayer dari intima kontak dengan darah. Hypercholesterolemia memicu akumulasi
partikel LDL (cahaya) di intima. Partikel lipoprotein sering berkaitan dengan konstituen metrics
ekstraselular, yaitu proteoglikan. Sequestrasu dalam intima yang memisahkan lipoprotein dari
antioksidan plasma dan menjadi modifikasi oksidatof. Partikel lipoprotein partikel seperti ini
(gelap) dapat memicu respon inflamasi local dan bertanggung jawab dalam memberikan sinyal
selanjutnya untuk formasi lesi. Ekspressi augmentasi dari berbagai perlengketan molekuk untuk
leukosit membuat monosit kedarah tersebuat.
Ketika menempel, beberapa sel darah putih akan bermigrasi kedalam intima. Migrasi langsung
leukosit tergantung pada faktro kemoatraktan termasuk partikel lipoprotein termodifikasi sendiri
dan sitokin kemoatractant oleh lapisan yang lebih kecil, seperti makrofag chemokin. Protein 1
kemoatractant makrofag kemochin diproduksi oleh dinding pembuluh darah vascular sebagai
respon terhadap modifikasi lipoprotein (reseptor scavenger). Fagosiy mononuclear ini memakan
lipid dan menjadi sel busa, diirepresentasukan dengan sitoplasma dengan droplet lemak. Ketika
sel lemak terlibat kedalam lesi atherosklerotik yang terkomplikasi, sel otot polos bermigrasi dari
media melalui membrane elastic interna (solid wavy line), dan diakumulasi dalam perluasan
intima dimana mereka dapat turun dari matriks ekstraselular yang membentuk curah dari lesi
yang berkembang
Tumpukan plaque pada dinding arteri yang semakin banyak membuat lapisan pelindung areti
perlahan-perlahan mulai mulai menebal dan jumlah sel otot bertambah. Setelah beberapa waktu
jaringan penghubung yang menutupidaerah itu berubah menjadi jaringan parut, yang mengurangi
elastisitas arteri dan mdudah pecah. Semakin lama semakin banyak plaque yang terbentuk dan
membuat lumen arteri mengecil, sehingga pasokan oksigen ke jantung berkurang dan terjadilah
serangan jantung
2.8 Penatalaksanaan
Modifikasi diet atau obat untuk menurunkn kadar kolesterol dan trigeliserida
Aspirin atau obat-obat anti-trombosit untuk mengurangi pembentukan trombus
Program olahraga yang terancang baik dapat meningkatkan pembentukan pembuluh
kolateral disekitar bagian yang tersumbat dan dapat menurunkan jumlah lemak dalam
darah serta meningkatkan HDL
Pada pengidap diabetes, kadar gula darah perlu dikontrol dengan ketat
Pasien asterosklerotik perlu menghentikan kebiasaan merokok karena efek senyawa-
senyawa dalam asap rokok yang merusak dinding sel endotel
Obat anti hipertensi akan mengurangi gaya-gaya regang terhadap dinding endotel.
Penghambat saluran kalsium (calcium chanel bloker) digunaka untuk mengobati pasien
yang mengalami komplikasi vasosspatik misalnya stroke
Obat antivirus mungkin memberi perlindungan terhadap cedera lapisan endotel yang
disebabkan oleh virus
2.9 Komplikasi
1. Dapat timbul akibat aterosklerosis yang lama. Seperti hipertensi dan gaya renggang yang
kuat dapat menimbulkan aterosklerosis, aterosklerosis dapat juga menyebabkan
hipertensi karena pembentukan trombus, jaringan parut dan proliferasi sel otot polos,
maka lumen arteri berkurang dan resistensi aliran darah yang melintasi arteri meningkat.
Ventrikel kiri harus memompa secara kuat untuk menghasilkan cukup gaya yang
mendorong darah melewati sistem vaskuler yang aterosklerotik sehingga dapat timbul
hipertensi.
2. Trombus dapat terlepas dari plak ateroskleroti. Hal ini dapat menimbulkan obstruksi
aliran darah di sebelah hilir menimbulkan stroke apabila pembuluh darah otak yang
tersumbat atau infrak miokardium apabila pembuluh darah jantung yang terkena.
3. Pembentukan suatu aneurisma, pelemahan arteri dapat terjadi dari aterosklerosis.
Aneurisma tersebut dapat pecah dan menimbulkan stroke apabila terletak di pembeluh
cerebrum.
4. Dapat timbul vasosvasme di pembuluh-pembuluh yang arterklerotik. Sel endotel normal
berfungsi untuk menghambat berbagai zat vaso aktif agar tidak secara langsung berikatan
dengan, dan bekerja pada, sel-sel otot polos tunika media. Apabila lapisan endotel
tersebut tidak utuh, peptida-peptida tertentu misalnya serotonin dan asetilkolon dapat
berdiskusi secara langsung kelapisan oleh polos dibawahnya, menyebabkan sel otot polos
berkontriksi. Respon ini mungkin berperan pada spasme ateri koroner, atau spasme ateri
serebrum yang dikenal sebagai serangan iskemik transien (transent iskemic attacks). Hal
ini dapat menyebabkan impotensi pada pria, yang menghandalkan vaso dialatasi arteri-
arteri penis dan di ikuti oleh vaso kontriksi
Asuhan Keperawatan
2.10.1 Pengkajian :
1. Identitas pasien meliputi : nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, agama, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no register/MR,
serta penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan
Pada umumnya klien mengeluh perasaaan nyeri dan keram di ekstremitas bawah, terutama
terjadi selama atau setelah olahraga, Peka terhadap rasa dingin, dan Perubahan warna kulit
menjadi pucat.
Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Kaji klien pernah menderita penyakit yang dapat menjadi pertimbangan dalam penanganan
aterosklerosis seperti adanya penyakit hipertensi, araupun penyakit kardiovaskuler lainnya dapat
dipertimbangkan pengaruh nya terhadap terjadinya aterosklerosis
Mengkaji apakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya
dengan penyakit klien yang di derita sekarang seperti DM, hipertensi, kolesterol, jantung koroner
dsb.
Keadaan Normal : biasanya Rambut klien bersih, bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan
maupun lesi, tidak ada kelainan lain di kepala.
1. b) Mata
Keadaan Normal : biasanya bentuk kedua bola mata simetris, kelopak mata simetris, bulu mata
ada, konjungtiva anemis, reflek pupil normal, dibukti dengan cara memakai cahaya penlight
didekatkan pupil mengecil dan saat cahaya dijauhkan pupil kembali membesar. Pergerakan bola
mata pasien normal dibuktikan dengan cara saat mata pasien mengikuti arah jari pemeriksa.
1. c) Telinga
Keadaan Normal : biasanya kedua telinga simetris, telinga bersih tidak ada sekret/kotoran
maupun perdarahan, tidak ada lesi maupun massa, tidak ada peradangan, pendengaran pasien
baik, terbukti saat pemeriksa berbicara pelan / normal klien mendengar..
1. d) Hidung
Keadaan Normal:
Bibir simetris, warna bibir merah muda, bibir lembab, tidak ada lesi, gigi utuh, warna gigi putih,
tidak ada karies, keadaan gigi bersih, tidak ada lesi di daerah gusi, tidak ada pembengkakan atau
stomatitis.
warna lidah pucat, tidak ada kelainan di lidah. Saat dilakukan palpasi di rongga mulut tidak ada
pembengkakan maupun nyeri tekan.
3) Leher
Bentuk leher normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada massa, reflek menelan klien baik, saraf
kranial asesori klien baik, dibuktikan saat klien di minta untuk menengok ke kiri / kanan
kemudian ditahan oleh pemeriksa.
4) Dada (thorax)
Inspeksi : biasanya terdapat retraksi dada, tidak ada lesi, nafas pendek, iktus cordis pada
intercosta ke 5.
Palpasi : biasanya ada nyeri tekan pada dada, tidak ada massa pada dada,
Auskultrasi : biasanya terdapat ronci/whezing, vokal fremitus ka/ki simestris, terdapat palpitasi.
5) Abdomen
Biasanya bentuk perut datar, simetris, tidak ada kelainan lain, bising usus klien normal, Posisi
umbilikal normal, tidak ada peradangan ataupun keluaran, keadaan umbilikal bersih, tidak ada
kelainan lain pada umbilikal.
6) Kardiovaskuler
7) integument
Biasanya Warna kulit mungkin pucat baik bibir dan di kuku, penurunan turgor kulit.
8) Ekstermitas
Pada Klien eteroklerosis mampu menggerakan tetapi secara perlahan-lahan karena saat digerakan
akan merasakan nyeri dan lemas.
1. Elektrokardiogram (EKG)
Dari foto roentgen, dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya pembesaran. Di samping
itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto
rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada
Aterosklerosis lanjut.
1. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai bourgeois resiko. Dari pemeriksaan darah
rutin juga diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
1. Kateterisasi jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang seukuran ujung lidi.
Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatan
lengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alar
rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan
cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat
adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau
penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga
sekaligus mengenai beberapa pembuluh koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan
dapat ditentukan penanganan lebih lanjut. Apakah pasien cukup hanya dengan obat saja,
disamping mencegah atau mengendalikan bourgeois resiko. Atau mungkin memerlukan
intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah ditiup atau
balonisasi. Saat ini disamping dibalon dapat pula dipasang stent, semacam penyangga seperti
cincin atau gorng-gorong yang berguna untuk mencegah kembalinya penyempitan. Bila tidak
mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan
melakukan bedah pintas koroner.
N
DIAGNOSA NOC NIC
O
Resiko
1. v Circulation status v Cardiac care
penurunan
perfusi jaringan
b.d penurunan Kriteria Hasil – evaluasi adanya nyeri dada
sirkulasi darah (intensitas,lokasi,durasi)
kejantung(koro · Tekanan systole dan diastole
ner) dalam rentang yg diharapkan – catat adanya distrimia
jantung
· CVP dalam batas normal
– catat adanya tanda dan gejala
· Nadi perifer kuat dan simetris penurunan cardiac putput
– monitor adanya
dyspneu,fatigue,tekipneu dan
ortopneu
v fluid management
– timbang popok/pembalut jika
diperlukan
– monitor indikasi
retensi/kelebihan cairan
(cracles<CVP,edema,distensi vena
leher,asites)
– monitor masukan
makanan/cairan dan hitung intake
kalori harian
– berikan penggantian
nesogratik sesuai output
v fluid monitoring
– monitor BP>HR,dan RR
– monitor parameter
hemodinamik infasif
– monitor TD,nadi,suhu,RR
– cata adanya flukutasi tekanan
darah
– monitor TD
,nadi,RR,sebelum,selama,dan setelah
aktifitas
– monitor suhu,warna,dan
kelembaban kulit
kriteria hasil :
analgesic administration
– tentukan lokasi
,karakteristik<kualitas,dan derajat
sebelum nyeri sebelum pemberian
obat
– tentukan analgesic
pilihan,rute pemberian,dan dosis
optimal
Anxienty reduction
– Batasi pengunjung
– Dorong istirahat