Edema
Kelompok: A13
Ketua: Desya Billa Kusuma Anindhira 1102014070
Sekretaris
: Azizah Fitriayu Andyra1102014055
Anggota : Ain Fitrah Aulia Nur
1102014008
Aisyah Khairina Prashmahita 1102014010
Alya Nadhira 1102014015
Annisa Fitri Bumantari1102014032
Fitria Rizki
1102014108
Humaerah 1102014122
Indira Catur Paramita 1102014131
Juwita Kartika 1102014139
Skenario
Edema
Seorang laki-laki, umur 60 tahun berobat ke
dokter dengan keluhan perut membesar dan
tungkai bawah bengkak sejak 1 bulan yang lalu.
Pemeriksaan fisik didapatkan adanya asites
pada abdomen dan edema pada kedua tungkai
bawah. Dokter menyatakan pasien mengalami
kelebihan
cairan
tubuh.
Pemeriksaan
laboratorium : kadar protein albumin di dalam
plasma darah 2,0 g/l (normal > 3,5 g/l).
keadaan ini menyebabkan gangguan tekanan
koloid osmotik dan tekanan hidrostatik didalam
tubuh.
Hipotesa
Albumin berperan penting dalam
mempertahankan tekanan onkotik &
hidrostatik. Apabila albumin berkurang,
maka tekanan onkotik pun akan
menurun sementara tekanan hidrostatik
meningkat.
Sehingga,
terjadi
perpindahan cairan dari intravascular
ke interstitial. Hal ini menyebabkan
terjadinya edema dan asites.
Sasaran Belajar
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Sirkulasi Kapiler Darah
LO. 1.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Kapiler Darah
LO. 1.2. Memahami dan Menjelaskan Struktur Kapiler Darah
LO. 1.3. Memahami dan Menjelaskan Fungsi Kapiler Darah
LO. 1.4. Memahami dan Menjelaskan Sirkulasi Kapiler Darah
LI. 2. Memahami dan dan Menjelaskan Aspek Fisiologis dan Biokimia
Gangguan Kelebihan Cairan dalam Tubuh
LO. 2.1. Memahami dan Menjelaskan Faktor yang Mempengaruhi Metabolisme
Air dalam Tubuh
LO. 2.2. Memahami dan Menjelaskan Penyebab Kelebihan Cairan dalam Tubuh
LO. 2.3. Memahami dan Menjelaskan Tenaga Aliran Darah
LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Edema dan Asites
LO. 3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Edema dan Asites
LO. 3.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Edema dan Asites
LO. 3.3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Edema dan Asites
LO. 3.4. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Edema dan Asites
LO. 3.5. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Edema dan Asites
LO. 3.6. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Edema dan Asites
1. Difusi Pasif
Dinding kapiler tidak ada sistem
transportasi, sehingga zat terlarut
berpindah melalui proses difusi menuruni
gradien konsentrasi mereka.
2. Bulkflow
Adalah terjadinya filtrasi suatu volume
plasma bebas protein, yang kemudian
bercampur dengan cairan insterstitium, dan
kemudian di reabsorpsi.
Hukum Sterling
Filtrasi sepanjang kapiler terjadi karena ada tenaga
Starling: perbedaan tekanan hidrostatik intravaskuler
dan interstitial, dan perbedaan tekanan koloid-osmotik
intravaskuler dan interstitial. Maka aliran cairan:
K (Pc + i) (Pi + c)
K = koefisien filtrasi kaplier
Pc = tekanan hidrostatik kapiler = 37 mm Hg
Pi = tekanan hidrostatik interstitial = 17 mm Hg
c = tekanan koloid osmotik kapiler = 25 mm Hg
i = tekanan koloid osmotik interstisiil =
diabaikan
Sistem Limfatik
Fungsi sistem limfatik adalah mengembalikan cairan dan protein
yang difiltrasi kapiler ke sistem sirkulasi.
Pembuluh limfe dapat menjadi dua tipe:
Pembuluh limfe inisial
Tidak memiliki katup dan otot polos di dindingnya, dan pembuluh
ini terdapat di dindingnya, dan pembuluh ini terdapat didaerah
seperti usus atau otot rangka.
Pembuluh limfe pengumpul
Dibantu oleh gerakan otot rangka, tekanan negative intertoraks
selama inspirasi, dan efek hisapan dari aliran darah berkecepatan
tinggi di vena tempat pembuluh limfe berakhir.
(Ganong, 2013)
Aspek Fisiologis
Jika tekanan hidrostatik kapiler dan tekanan
onkotik intersisial yang memindahkan cairan
dari vaaskular ke ekstravaskular lebih besar
daripada tekanan hidrostatik interstisial dan
tekanan onkotik kapiler yang memindahkan
cairan dari ekstravaskular ke vaskular maka hal
ini dapat menyebabkan pembengkakan
jaringan lunak di ekstravaskular (interstisial).
b. Mekanisme overfilling
Dominal Parasentesis
Abdominal parasentesis umum dikerjakan pada
pasien dengan asites yang belum diketahui .
Cairan asites kemudian dikirim untuk mengetahui
jumlah sel, albumin, kultur asites, protein total, gram
stain dan sitologi.
Pemeriksaan cairan asites meliputi:
Inspeksi
Sebagian besar cairan asites berwarna transparan
dan kekuningan. Hitung jumlah sel
SAAG
Kultur atau pewarnaan gram
Sitologi Cairan Asites
3.
a. Spironolakton
25-100 mg (4 kali sehari)
dapat menyebabkan hiperkalemia, asidosis
blok aldosteron ginekomastia, impotensi
b. amenorea
onset 2-3 hari
jangan bersamaan dengan ACE-inhibitor dan K
sebaiknya tidak digunakan pada pasien GG
c. Amiloride
5-10 mg (1-2 kali sehari)
kurang poten dibanding spironolakton
dapat menyebabkan hiperkalemia
d. Triamterene
100 mg (2 kali sehari)
kurang poten dibanding spironolakton
ES : hiperkalemia dan pembentukan batu ginjal