Anda di halaman 1dari 16

WRAP UP SKENARIO 2

BLOK CAIRAN
“EDEMA”

Kelompok : A- 4

Ketua : Grandy ilham hutama (1102017099)

Sekretaris : Rahma hazfani hasibuan (1102017185)

Anggota : Andre caesario (1102017024)

Fauzan miftahulfalah (1102017089)

Muhammad aqil irwansyah tualeka (1102014261)

Prayoga aryandika (1102017174)

Shofura balqist rasta (1102017217)


Sela syahvira amalia (1102017212)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jalan. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510

Telp.62.21.4244574 Fax. 62.21. 4244574


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 1
SKENARIO ........................................................................................................................................... 2
KATA SULIT ........................................................................................................................................ 3
PERTANYAAN..................................................................................................................................... 4
JAWABAN ............................................................................................................................................ 4
HIPOTESIS ........................................................................................................................................... 5
SASARAN BELAJAR .......................................................................................................................... 6
1. Mempelajari dan Memahami Sirkulasi Jaringan ...................................................................... 7
2. Mempelajari dan Memhami Keseimbangan Cairan Aspek Biokimia dan Aspek Fisiologi ... 8
3. Memahami dan Menjelaskan Edema ........................................................................................ 12
3.1 Definisi Edema...................................................................................................................... 12
3.2 Klasifikasi Edema ................................................................................................................. 12
3.3 Penyebab Edema ................................................................................................................... 12
3.4 Penatalaksanaan Edema ........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 15

1
SKENARIO

Seorang laki-laki, umur 24 tahun berobat ke dokter dengan keluhan kkaki dan perut
membengkaksejak 2 bulan yang lalu. Untuk mengurangi bengkak biasanya pasien menaikan
kedua kakinya, terapi sekarang tidak membantu. Tidak ada riwayat penyakit berat lainnya.
Pemeriksaan fisik didapatkan adanya asites pada abdomen dan asites pada kedua tungkai
bawah.hasil pemeriksaan laboratorium: kadar protein albumin didalam darah 2,0 g/L (Normal
> 3,5 g/L), pemeriksaan lain dalam batas normal. Keadaan ini menyebbkangangguan tekanan
koloid osmotic dan tekanan hidrostatik di dalam tubuh. Dokter menyarankan pemberian infus
albumin.

2
KATA SULIT

Edema : suatu keadaan dimana adanya penumpukan cairan pada jaringan interstisial
Asites : penumpukan cairan bebas secara abnormal pada rongga peritoneum
Abdomen : area antara bagian bawah tulang rusuk dan bagian atas paha
Albumin : protein yang larut dalam air yang dapat dikoagulasi oleh panas, terdapat di otot
dan darah.
Tekanan hidrostatik : tekanan didalam zat cair oleh zat cair itu terhadap dinding ditempatnya
Koloid osmotic : tekanan osmotic yang ditimbulkan oleh protein plasma untuk menyebabkan
pergerakan cairan secara osmotic di interstisial kedalam darah

3
PERTANYAAN

1. Mengapa dokter menyarankan pemberian infus albumin?


2. Bagaimana pemeriksaan untuk mengetahui kadar albmin rendah?
3. Apa saja keluhan yang mengalami edema?
4. Apa hubungan plasma darah dengan edema?
5. Mengapa kaki dan perut pasien bengkak?
6. Apa perbedaan asites dan edema?
7. Kenapa kadar albumin dalam plasma darah pasien kurang dari normal?
8. Bagaimana penanganan asites?
9. Mengapa pasien menaikkan kedua kakinya?

JAWABAN

1. Karena pasien Hipoalbumin


2. Cek darah, cek urin, cek elektrolit tubuh (Natrium)
3. Nyeri otot, pusing, BB↑, urin pekat
4. Karena cairan didalam plasma yang keluar ke ekstrasel menumpuk terlalu banyak
sehingga terjadi edema
5. Karena cairan keluar dari intravascular ke interstisial, dan karena adanya grafitasi
6. Edema adalah pembengkakan bisa dimana saja di seluruh tubuh, sedangkan asites
adalah pembengkakan di abdomen,
7. Karena input yang kurang, dan output yang berlebih
8. Pemberian obat diuretic, diet rendah natrium, dan terapi perisintesis
9. Untuk melawan grafitasi

4
HIPOTESIS

Kadar albumin dalam kapiler darah mempengaruhi tekanan osmotic. Apabila kadar
albumin rendah maka dapat menyebabkan penurunan tekanan onkotik plasma, dan cairan
akan keluar dari intravaskuler ke interstisial, sehingga cairan menumpuk dan menyebabkan
edema.

5
SASARAN BELAJAR

10. Memahami dan Menjelaskan Sirkulasi Jaringan

11. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Cairan Aspek Biokimia dan Aspek
Fisiologi

12. Memahami dan Menjelaskan Edema


3.1 Definisi Edema
3.2 Klasifikasi Edema
3.3 Penyebab Edema
3.4 Penatalaksanaan Edema

6
1. Mempelajari dan Memahami Sirkulasi Jaringan

Dinding kapiler tersusun dari satu lapisan uniselular sel-sel endotel dan dikelilingi oleh
suatu membran basal yang sangat tipis di sisi luar kapiler. Total ketebalan dinding kapiler
hanya sekitar 0,5 µm. Diameter interna kapiler besarnya 4 sampai 9 µm, yaitu ukuran yang
cukup besar untuk dapat dilewati oleh sel darah merah dan sel darah lainnya.
Kapiler tersusun atas selapis sel endotel yang berasal dari mesenkim, melingkar dalam
bentuk tabung, mengelilingi ruang silindris, garis tengah rata-rata kapiler berkisar dari 7
sampai 9 µm.
Pori-pori kapiler pada beberapa organ mempunyai sifat khusus :

 Di dalam otak yaitu sel endotel kapiler sangat rapat, jadi hanya molekul yang sangat
kecil yang dapat masuk / keluar dari jaringan otak.
 Di dalam hati yaitu antara sel endotel kapiler lebar terbuka sehingga hampir semua zat
yang larut dalam plasma dapat lewat dari darah masuk ke hati.
Di dalam berkas glomerulus ginjal yaitu terdapat fenestra ( lubang ) yang langsung
menembus bagian tengah sel endotel sehingga banyak zat yang dapat di filtrasi melewati
glomerulus tanpa harus melewati celah di antara sel endotelia.

Aliran Cairan Tubuh dari Kapiler ke Sel-sel dan sebaliknya.

Pertukaran antara darah dan jaringan sekitar melewati dinding kapiler berlangsung melalui
dua cara :

1. Difusi Pasif
Dinding kapiler tidak ada sistem transportasi, sehingga zat terlarut berpindah
melalui proses difusi menuruni gradien konsentrasi mereka. Gradien konsentrasi adalah
perbedaan konsentrasi antara 2 zat yang berdampingan.Difusi zat terlarut terus
berlangsung independen hingga tak ada lagi perbedaan konsentrasi antara darah dan sel
di sekitarnya.

2. Bulk Flow
Merupakan suatu volume cairan bebas protein yang tersaring ke luar kapiler,
bercampur dengan cairan interstisium disekitarnya, dan kemudian direabsorpsi. Bulk
flow sangat penting untuk mengatur distribusi CES antara plasma dan cairan
interstisium. Proses ini disebut bulk flow karena berbagai konstituen cairan berpindah
bersama sama sebagai satu kesatuan.

a. Tekanan di dalam kapiler melebihi tekanan diluar sehingga cairan terdorong


keluar melalui pori-pori tersebut dalam suatu proses yang disebut ultrafiltrasi.
b. Tekanan yang mengarah ke dalam melebihi tekanan keluar, terjadi perpindahan
netto cairan dari kompartemen interstitium ke dalam kapiler melalui pori-pori,
yang disebut dengan reabsorpsi.

Cairan mengalir keluar dari kapiler pada ujung hulu di dekat arteriola, tetapi memasuki
kembali bagian muara dekat venula. Sekitar 85% cairan yang meninggalkan darah
pada ujung arteri hamparan kapiler masuk kembali ke darah dari cairan interstitial

7
yang terdapat di ujung vena, dan 15% sisa cairan yang hilang dari kapiler akhirnya
kembali ke darah melalui pembuluh sistem limfatik.

Sistem Limfatik

Cairan memasuki sistem limfatik dengan cara berdifusi ke dalam kapiler limfa kecil
yang terjalin di antara kapiler-kapiler sistem kardiovaskuler. Apabila sudah berada dalam
sistem limfatik, cairan itu disebut limfa atau getah bening; komposisinya kira-kira sama
dengan komposisi cairan interstitial. Sistem limfatik mengalirkan isinya ke dalam sistem
sirkulasi di dekat persambungan vena cava dengan atrium kanan.
Sel-sel endotel yang membentuk dinding pembuluh limfe, membentuk lubang mirip katup
satu arah di dinding pembuluh yang memungkinkan cairan interstitium untuk masuk ke
limfe.

2. Mempelajari dan Memhami Keseimbangan Cairan Aspek Biokimia dan Aspek


Fisiologi

Cairan tubuh berada pada dua kompartemen yaitu Cairan Intraselular (CIS)
dan Cairan Ektraselular (CES)

a. Cairan Intraselular
Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini
berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari
jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+,
Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit
HCO3-, SO42-, Cl-

b. Cairan Ekstrasel
Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya sekitar 1/3 dari
total cairan tubuh atau sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan dalam
transport nutrient, elektrolit dan okseigen ke sel dan membersihkan hasil metabolisme
untuk kemudian dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai pelumas pada
persendian dan membran mukosa, penghancuran makanan dalam proses pencernaan.
Cairan ekstrasel terdiri dari:
1) Cairan interstisial
Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada disekitar sel misalnya cairan
limfe, jumlahnya sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap ukuran
tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang
dewasa.
2) Cairan intavaskuler
Cairan Intravaskuler adalah cairan yang terkandung dalam pembuluh darah
misalnya plasma, jumlahnya sekitar 5% dari cairan ekstrasel. Hingga saat ini belum
ada alat yang tepat/pasti untuk mengukur jumlah darah seseorang, tetapi jumlah darah
tersebut dapat diperkirakan sesuai dengan jenis kelamin dan usia, komposisi darah
terdiri dari kurang lebih 55%plasma, dan 45% sisanya terdiri dari komponen darah
seperti sel darah merah, sel darah putih dan platelet.
3) Cairan transelular
Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada ruang khusus seperti
cairan serebrospinalis, perikardium, pleura, sinova, air mata, intaokuler dan sekresi
lambung, jumlahnya sekitar 1%-3%.
8
 Mekanisme renin – angiotensinogen- ADH
Hormon renin di produksi pada bagian glomerulus ginjal, Ketika aliran darah ke glomerulus
menurun, sel jugstaglomerulus akan mensekresikan hormon renin ke dalam aliran darah
menuju hepar. Di dalam hepar, hormon renin akan mengubah angiotensinogen menjadi
angiotensin I. Lalu angiotensin I menuju ke paru-paru, dan dikonversi menjadi angiotensin
II oleh ACE. Angiotensin II menstimulus hypotalamus untuk mensekresikan ADH pada
hypofisis posterior, kemudian hormon ADH ini menuju ke tubulus ginjal dan akan
meningkatkan penyerapan air pada tubulus ginjal. Sehingga sedikit urine yang akan
dikeluarkan karena banyak zat-zat dan cairan yang diserap oleh tubuh sehingga urine akan
terlihat pekat atau berwarna lebih kekuningan.
Begitupula apabila tubuh kelebihan cairan maka hormone ADH yang diproduksi pada
kalenjer hipofisis akan menurun sehingga sedikit air yang akan diserap oleh ginjal. Itulah
yang menyebabkan urine akan menjadi lebih encer dibanding yang orang yang kekurangan
cairan.
 Peranan Vasopresin/Antidiuretik hormon (ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel akan merangasng osmoreseptor di hypotalamus.
Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hipothalamus yaitu nervus vagus dan nervus
glossofaringeus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hypofisis
posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligentis. Ikatan
vasopresin dengan reseptornya di duktus koligentifus memicu terbentuknya aquoporin yaitu
kanal air di membrane bagian apeks di duktus koligentifus. Pembentukan aquoporin ini
memungkinkan terjadinya reabsorpsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang
di bentuk di duktus koligentifus menjadi sedikit dan hyperosmotik (pekat) sehingga cairan
dalam tubuh tetap dipertahankan.
 Mekanisme renin- angiotensin- aldosteron
Ginjal mensekresikan hormon renin sebagai respon
terhadap penurunan NaCl.Renin mengaktifkan
angiotensinogen, suatu protein plasma yang
diproduksi oleh hati, menjadi angiotensin I.
Angiotennsin I diubah menjadi angiotensin II oleh
angiotensin converting enzyme yang diproduksi oleh
paru. Angiotensin II merangsang korteks adrenal
untuk mengsekresikan hormon aldosteron,yang
merangsang reabsorpsi Na+ oleh ginjal. Retensi Na+
menimbulkan efek osmotik yang menahan lebih
banyak H2O di cairan ekstrasel.
Di tubulus proksimal dan lengkung henle, persentasi reabsorpsi Na+ yang difiltrasi
bersifat konstan berapapun beban Na+.Reabsorpsi sejumlah bagian kecil di bagian distal
tubulus berada di bawah kontrol hormon aldosteron.Tingkat reabsorpsi terkontrol ini
berbanding terbalik dengan besar beban Na+ di tubuh.Apabila terlalu banyak terdapat Na+
hanya sedikit dari Na+ ini yang di reabsorpsi. Di pihak lain apabila terjadi kekurangan Na+,
sebagian besar Na+ direabsorpsi sehingga kandungan Na+ dalam urin sedikit. Hormon
aldosteron juga merangsang sintesis protein-protein baru di dalam sel-sel tubulus
ginjal.Protein-protein tersebut disebut aldosterone inducet proteins yang meningkatkan
reabsorpsi Na+ dengan dua cara. Pertama, mereka terlibat dalam pembentukan saluran Na+ di
membran luminal sel tubulus distal dan pengumpul, sehingga meningkatkan perpindahan pasif
Na+ dari lumen ke dalam sel. Kedua, mereka menginduksi sintesis pembawa Na+-K+ ATPase,

9
yang disisipkan ke dalam membran basolateral sel-sel tersebut. Hasil akhirnya adalah
peningkatan reabsorpsi Na+.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Metabolisme Air
Ketidakseimbangan antara intra dan ekstrasel atau antara interstisium dan
intravaskuler, sangat dipengaruhi oleh osmolalitas atau oleh tekanan osmotik.
Osmolalitas adalah perbandingan antara jumlah solut dan air. Solut – solut yang
mempengaruhi osmolalitas dalam tubuh adalah natrium, kalium, glukosa dan urea.
Makin tinggi osmolalitas maka makin tinggi tekanan osmotik. Urea mempengaruhi
osmolalitas akan tetapi tidak berpengaruh terhadap tekanan osmotik oleh karena urea
memiliki kemampuan untuk menembus membran sel (lipid-soluable) berpindah bebas
dari intrasel ke ekstrasel atau sebaliknya, sehingga urea disebut sebagai osmol yang
tidak efektif (ineffective-osmole).

Faktor-faktor yang mempengaruhi :

 Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak
lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia
lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal
atau jantung.

 Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan
sampai dengan 5 L per hari.

 Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin
dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

 Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen
otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan
dapat meningkatkan volume darah.

 Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

10
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan
intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

 Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

 Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik,laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan
dan elektrolit tubuh.

 Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

Tekanan Hidrostatik dan Tekanan Koloid Osmotik

1. Tekanan hidrostatik kapiler (HPc)


Tekanan hidrostatik kapiler ini bekerja pada bagian dalam dinding kapiler, yang
cenderung mendorong cairan dari kapiler untuk masuk ke dalam cairan interstitium.
Secara rata-rata, tekanan hidrostatik di ujung arteriol kapiler jaringan adalah 37
mmHg dan semakin menurun menjadi 17 mmHg di ujung venula.

2. Tekanan osmotik kapiler (OPc)


Tekanan ini mendorong gerakan cairan ke dalam kapiler. Karena protein plasma
tetap berada di plasma dan tidak masuk kedalam jaringan intertisium, terdapat
perbedaan konsentrasi protein antara plasma dan cairan intertisium. Begitu juga
dengan konsentrasi air yang berbeda antara kedua kompartemen tersebut. Plasma
memiliki konsentrasi protein yang lebih besar dan konsentrasi air yang lebih kecil
daripada cairan yang ada pada cairan interstisium.

3. Tekanan hidrostatik cairan interstitium (HPi)


Tekanan yang bekerja di bagian luar dinding kapiler oleh cairan intersitisium.
Tekanan ini cenderung mendorong cairan masuk ke dalam kapiler, yang besarnya 1
mmHg.

4. Tekanan osmotik cairan interstitium (OPi)


Tekanan ini dalam keadaan normal tidak terlalu berpengaruh dalam bulk flow.
Apabila protein plasma secara patologis bocor kedalam cairan interstisium, misalnya
ketika histamin memperlebar celah antar sel selama cedera jaringan, protein-protein
yang bocor menimbulkan efek osmotik yang cenderung mendorong perpindahan
cairan ke luar dari kapiler dan masuk ke dalam cairan interstitium.

Dengan demikian, dua tekanan yang cenderung mendorong cairan keluar kapiler
adalah tekanan darah kapiler dan tekanan osmotik koloid cairan interstisium. Dua
tekanan yang cenderung mendorong cairan masuk ke dalam kapiler darah adalah tekanan
osmotik koloid plasma dan tekanan koloid cairan interstisium.
Pada keadaan edema terjadi penimbunan berlebihan pada cairan di interstitium

11
akibat salah satu gaya fisik yang bekerja pada dinding kapiler menjadi abnormal karena
suatu sebab. Maka dari itu tekanan yang masuk lebih besar dari pada tekanan yang keluar.
Edema = HPc + OPi > HPi + Opc

HUKUM STARLING
“Filtrasi sepanjang kapiler terjadi karena ada tenaga Starling: perbedaan tekanan
hidrostatik intravaskuler dan interstisial, dan perbedaan tekanan koloid osmotik
intravaskuler dan interstisial”. Maka aliran cairan :
K (Pc + i) – (Pi + c)

3. Memahami dan Menjelaskan Edema

3.1 Definisi Edema


Edema adalah penimbunan cairan berlebihan diantara sel-sel tubuh atau di dalam
berbagai rongga tubuh. Sering dijumpai sebagai akibat ketidakseimbangan faktor-
faktor yang mengontrol perpindahan cairan tubuh.

3.2 Klasifikasi Edema

Edema Lokalista
Terbatas pada organ/ pembuluh darah:
 Ektremitas ( unilateral ) → obstruksi vena atau pembuluh limfe.
Misalnya : DVT, obtruksi oleh tumor, limfedema primer dan edema
stasis.
 Ekstremitas ( bilateral )
Obstruksi vena cafa inferior
Tekanan akibat asites
Muka ( facial edema ) : obstruksi pada VCS dan reaksi alergi
( angioedema )
Asites ( cairan rongga peritoneal )
Hidrotoraks ( cairan di rongga pleura )

Edema Generalisata
Pembengkakan terjadi pada seluruh tubuh atau sebagian besar tubuh.

3.3 Penyebab Edema


1. berkurangnya konsentrasi protein plasma menurunkan tekanan osmotic koloid
plasma. Penurunan tekanan masuk utama ini menyebabkan kelebihan cairan
yang keluar sementara cairan yang direabsorbsi lebih sedikit daripada normal;
karena itu kelebihan cairan tetap berada di interstitium. EDEMA dapat
diesbabkan oleh berkurangnya protein plasma melalui beberapa cara:
pengeluaran berlebihan protein plasma melalui urin, penyakit ginjal, penyakit
hati, makanan yang kurang mengandung protein, atau pengeluaran bermakna
protein seperti luka bakar.
2. Meningkatkan permeabilitas dinding kapiler memungkinkan lebih banyak
protein plasma yang keluar dari plasma kedalam cairan interstitium .
3. meningkatnya tekanan vena , Karena kapiler mangalirkan darahnya ke vena,
pembendungan darah di vena mengarah pada”back log” darah di dalam kapiler
karena lebih sedikit darah yang keluar dari kapiler menuju vena yang berlebihan

12
muatan daripada yang masuk ke arteriol. Terjadi peningkatan tekanan
hidrostatik = EDEMA pada tungkai bawah.
Sumbatan pembuluh limfe menyebabkan edema karena kelebihan cairan filtrasi
tertahan di cairan interstitium dan tidak dapat dikembalikan ke darah melalui pembuluh
limfe [Sherwood hal 394]

3.4 Penatalaksanaan Edema

 Cari dan atasi penyebabnya


 Tirah baring (dalah perawatan kedokteran yang melibatkan berbaringnya pasien
di tempat tidur untuk suatu jangka yang sinambung. Perawatan ini diperlakukan
untuk suatu penyakit atau kondisi medis tertentu.)
 Diet rendah Natrium : < 500 mg/hari
 Stoking suportif dan elevasi kaki
 Restriksi cairan : < 1500 ml/hari
 Diuretik

gagal jantung :
 hindari overdiuresis karena dapat menurunkan curah jantung dan
menyebabkan azotemia pre renal
 hindari diuretik yang bersifat hipokalemia karena dapat menyebabkan
intoksikasi digitalis

Pada sirosis hati :


 spironolakton dapat menyebabkan asidosis dan hyperkalemia
 dapat pula ditambahkan diuretik golongan tiazid
 deplesi volume yang berlebihan dapat menyebabkan gagal ginjal,
 hiponatremia dan alkalosis

Pada sindroma nefrotik :


 pemberian albumin dibatasi hanya pada kasus yang berat

Prinsip terapi edema:


1. Penanganan penyakit yang mendasari
2. Mengurangi asupan natrium dan air, baik dari diet maupun intravena
3. Meningkatkan pengeluaran natrium dan air
a. Diuretik
b. Tirah bening, local pressure
4. Hindari faktor yang memperburuk penyakit dasar: diuresis yang berlebihan
menyebabkan pengurangan volume plasma, hipotensi, perfusi yang
inadekuat, sehingga diuretik harus diberikan dengan hati-hati
Terapi edema harus mencangkup penyebab yang mendasarinya yang
reversibel, pengurangan asupan sodium harus dilakukan untuk meminimalisasi
retensi air. Tidak semua pasien edema memerlukan terapi farmakologis, pada
beberapa pasien terapi non-farmakologis sangat efektif seperti pengurangan

13
asupan natrium dan menaikkan kaki di atas liver dari atrium kiri. Pada kondisi
tertentu diuretik harus diberikan bersamaan dengan terapi non-farmakologis.
(Ilmu Penyakit Dalam: 2007)

14
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Reece.2010. Biologi edisi 8 jilid , Jakarta:Erlangga.

Guyton CA, Hall JE. 2014. Fisiologi Kedokteran Ed. 12. Elsevier : Singapore.

Ilmu Penyakit Dalam Ed IV. Jakarta : Departemen ilmu penyakit dalam FKUI

Murray R.K. et al. 2014. Biokimia Harper. Ed.29. Jakarta: EGC.

Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Terjemahan dari
Introduction

15

Anda mungkin juga menyukai