Oleh : B 18
Ketua
:Nagusman Danil
(1102009199)
Sekretaris
: Uthami Ulfah
(1102009289)
(1102009200)
(1102009232)
Rahayu
(1102009233)
Rachmah Kurniasari
(1102009231)
(1102009288)
Vanessya Adekanov
(1102009290)
UNIVERSITAS YARSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN PELAJARAN 2009-2010
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 1
Skenario 2 :
EDEMA
Seorang perempuan, umur 50 tahun berobat ke dokter dengan keluhan perut membesar dan
tungkai bawah bengkak sejak 1 bulan yang lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya asites
dan edema pada kedua tungkai bawah. Tanda tanda ini menunjukan adanya kelebihan
cairan tubuh. Pemeriksaan laboratorium : kadar protein (albumin) di dalam plasma darah
yang rendah 2,0 g/l (normal > 3,5 g/l). Keadaan ini menunjukan adanya gangguan tekanan
koloid osmotik dan tekanan hidrostatik di dalam kapiler darah.
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 2
TIU. Memahami dan menjelaskan perpindahan aliran darah didalam dan diluar
kapiler darah
TIK.
1.1. Menjelaskan pengertian kapiler darah
1.2. Menjelaskan struktur kapiler darah
1.3. Menjelaskan sirkulasi kapiler darah
1.4. Menjelaskan tentang hubungan tekanan koloid dengan tekanan hidrostatik
2.
TIU. Memahami dan menjelaskan keseimbangan CES dan CIS berdasarkan biokimia
dan fisiolofi
TIK.
2.1. Menjelaskan pengertian CES dan CIS
2.2. Menjelaskan macam macam gangguan keseimbangan CES dan CIS
2.3. Menjelaskan mekanisme gangguan keseimbangan CES dan CIS
2.4. Menjelaskan penyebab gangguan keseimbangan CES dan CIS
3.
TIU. Memahami dan menjelaskan gangguan keseimbangan cairan tubuh (edma dan
asites)
TIK. 3.1. Menjelaskan edema
3.1.1. Menjelaskan definisi edema
3.1.2. Menjelaskan penyebab terjadinya edema
3.1.3. Menjelaskan klasifikasi edema
3.1.4. Menjelaskan manifestasi edema
3.1.5. Menjelaskan mekanisme edema
3.1.6. Menjelaskan penanggulangan edema
3.1.7. Menjelaskan pemeriksaan edema
3.2. Menjelaskan asites
3.2.1. Menjelaskan definisi asites
3.2.2. Menjelaskan etiologi asites
3.2.3. Menjelaskan patofisiologi asites
3.2.4. Menjelaskan manifestasi asites
3.2.5. Menjelaskan mekanisme asites
3.2.6. Menjelaskan klasifikasi asites
3.2.7. menjelaskan pemeriksaan asites
3.2.8. Menjelaskan penanggulangan asites
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 3
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 4
kapiler darah.
1.1.
TIK
:
Menjelaskan pengertian kapiler darah
Kapiler adalah tempat pertukaran anatara darah dan jaringan, memiliki percabangan yang
luas sehingga terjangkau ke semua sel. Kapiler merupakan saluran mikroskopik untuk
pertukaran nutrient dan zat sisa diantara darah dan jaringan. Dindingnya bersifat
semipermeable untuk pertukaran berbagai substansi.
1.2. Menjelaskan struktur kapiler darah
Struktur Kapiler
Page 5
Sistem sirkulasi adalah sistem transpor yang menghantarkan oksigen dan berbagai zat
yang diabsorbsi dari traktus gastrointestina menuju ke jaringan serta melibatkan
karbondioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju ke ginjal. Sistem sirkulasi
berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi hormon serta berbagai zat lain yang
mengatur fungsi sel. setiap pembuluh halus yang menghubungkan aneriol dan venol
membentuk suatu jaringan pada hampir seluruh bagian tubuh. Dindingnya berkerja sebagai
membran semipermeable untuk pertukaran berbagai substansi.
2. Struktur Sirkulasi Kapiler darah
Struktur dinding kapiler :
Dinding kapiler
: Satu sel endotel
Tebal dinding kapiler
: 0,5 mikrometer
Diameter kapiler
: 4-9 mikrometer
pori-pori
: celah interseluler
Banyak vesikel plasmalemal
: terdapat pada sel endotel terbentuk pada salah satu
permukaan sel dengan menyerap paket-paket plasma kecil atau cairan ekstraseluler
Adanya penghubung celah antar sel untuk menghubungkan kapiler bagian dalam dengan
bagian luar
3. Bagian fungsional dari sirkulasi:
Arteri berfungsi untuk mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan, dinding
arteri kuat dan darah mengalir kuat di arteri.
Kapiler berfungsi untuk pertukaran cairan, zat makanan, elektrolit, hormon, dan bahan
lainnya antara darah dan cairan interstisial.
Vena berfungsi untuk saluran darah dari jaringan kembali ke jantung. Dindingnya sangat
tipis, punya otot, dan dapat menampung darah sesuai kebutuhan.
Pori - pori kapiler pada beberapa organ mempunyai sifat khusus:
Di dalam otak yaitu sel endotel kapiler sangat rapat, jadi hanya molekul yang sangat kecil
yang dapat masuk / keluar dari jaringan otak.
Di dalam hati yaitu celah antara sel endotel kapiler lebar terbuka sehingga hampir semua
zat yang larut dalam plasma dapat lewat dari darah masuk ke hati.
Di dalam berkas glomerulus ginjal yaitu terdapat fenestra ( lubang ) yang langsung
menembus bagian tengah sel endotel sehingga banyak zat yang dapat di filtrasi melewati
glomerulus tanpa harus melewati celah di antara sel endotelia.
4. Mekanisme Pertukaran Cairan dalam Kapiler Darah
Pertukaran zat antara darah dan jaringan melalui dinding kapiler terdiri dari 2 tahap:
Difusi pasif
Dinding kapiler tidak ada sistem transportasi, sehingga zat terlarut berpindah melalui
proses difusi menuruni gradien konsentrasi mereka. Gradien konsentrasi adalah perbedaan
konsentrasi antara 2 zat yang berdampingan. Difusi zat terlarut terus berlangsung
independen hingga tak ada lagi perbedaan konsentrasi antara darah dan sel di sekitarnya.
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 6
Bulk flow
Merupakan suatu volume cairan bebas protein yang tersaring ke luar kapiler,
bercampur dengan cairan interstisium disekitarnya, dan kemudian direabsorpsi. Bulk flow
sangat penting untuk mengatur distribusi CES antara plasma dan cairan interstisium.
Proses ini disebut bulk flow karena berbagai konstituen cairan berpindah bersama sama
sebagai satu kesatuan.
a. Tekanan di dalam kapiler melebihi tekanan diluar sehingga cairan terdorong
keluar melalui pori-pori tersebut dalam suatu proses yang disebut ultrafiltrasi
b. Tekanan yang mengarah ke dalam melebihi tekanan keluar, terjadi perpindahan
netto cairan dari kompartemen interstitium ke dalam kapiler melalui pori-pori,
yang disebut dengan reabsorpsi.
Bulk flow dipengaruhi oleh perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid
antara plasma dan cairan interstitium. 4 gaya yang mempengaruhi perpindahan cairan
menembus dinding kapiler adalah :
1.
2.
3.
4.
Cairan Limfe
Cairan limfe berasal dari cairan interstitial yang mengalir ke dalam sistem limfatik
Cairan limfe yang masuk ke pembuluh limfe, komposisinya hampir sama dengan
cairan interstitial.
Sistem limfatik jalur utama untuk reabsorpsi zat nutrisi dari saluran cerna (terutama
absorpsi lemak tubuh)
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 7
Page 8
Tekanan hidrostatik cairan interstisium adalah tekanan cairan yang bekerja dibagian luar
dinding kapiler oleh cairan interstisium, tekanan ini mendorong cairan masuk ke dalam
kapiler.
Hukum starling : kecepatan dan arah perpindahan air dan zat terlarut antara kapiler dan
jaringan dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik dan osmotik masing masing kompartemen.
Disebut juga tekanan onkotik, yaitu suatu gaya akibat dispersi koloid protein protein
plasma. Tekanan ini mendorong gerakan cairan ke dalam kapiler. Plasma punya konsentrasi
protein yang lebih besar dan konsentrasi air yang lebih kecil daripada di cairan interstisium.
Perbedaan ini menimbulkan efek osmotik yang mendorong air dari daerah dengan
konsentrasi air tinggi di cairan interstisium ke daerah dengan air yang berkonsentrasi rendah )
konsentrasi protein lebih tinggi ) dari plasma. Tekanan koloid osmotik plasma rata rata adalah
25 mmHg.
Tekanan Hidrostatik Cairan Interstisium ( Pi)
Tekanan ini bekerja di bagian luar dinding kapiler oleh cairan interstisium. Tekanan
ini mendorong cairan masuk ke dalam kapiler. Tekanan hidrostatik cairan interstisium
dianggap 1 mmHg.
Tek. hid.
Kapiler
kapiler
Tek. hid.
Interstitial
Tek.osmo
Tek. osmo.
Interstitial
Filtrasi sepanjang kapiler terjadi karena ada tenaga Starling : perbedaan tekanan hidrostatik
intravaskuler dan interstisiil, dan perbedaan tekanan koloid-osmotik intravaskuler dan
interstisiil. Maka aliran cairan :
K (Pc + i) (Pi + c)
K
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 9
Pc
Pi
c
i
Jadi yang difiltrasi per hari sebanyak 24 liter/hari, 85% diserap kembali dan 15% masuk
saluran limfe.
Pada jaringan yang tidak aktif, kapiler kolaps dan aliran darah mengambil jalan pintas dari
arteriol langsung ke venula.
2. TIU. Memahami dan menjelaskan keseimbangan CES dan CIS berdasarkan
AKIBAT
KONDISI KLINIS
Page 10
Tekanan hidrostatik
plasma kapiler
meningkat
Tekanan osmotik
koloid plasma
menurun
Permeabilitas
kapiler meningkat
Retensi Natrium
meningkat
Drainase limfatik
menurun
Gagal jantung
Gagal ginjal
Obstruksi vena
Kehamilan
Infeksi bakteri
Reaksi alergi
Luka bakar
Penyakit ginjal akut :
nefriris
Malnutrisi
Diare kronik
Luka bakar
Sindroma nefrotik
Sirosis
Gagal jantung
Gagal ginjal
Sirosis hati
Trauma (fraktur, operasi,
luka bakar)
Peningkatan produksi
hormon kortikoadrenal :
(aldosteron, kortison,
hidrokortison)
Obstruksi limfatik
(kanker sistem limfatik)
Page 11
Edema di kapiler terjadi bila terjadi peningkatan permeabilitas dinding kapiler yang
memungkinkan lebih banyak protein plasma keluar dari kapiler ke cairan intersitium di
sekitarnya terjadi penurunan tekanan osmotik koloid plasma yang menurunkan tekanan
cairan intersitium yang menurunkan tekanan ke arah dalam sementara peningkatan
tekanan osmotik koloid cairan intersitium yang disebabkan oleh kelebihan protein di
cairan intersitium meningkatkan tekanan ke arah luar edema lokal.
Edema terjadi di limfe bila terjadi penyumbatan pembuluh limfe karena kelebihan
cairan yang difiltrasi keluar tertahan di cairan intersisium dan tidak dapat dikembalikan
ke dalam melalui sistem limfe.
Edema merupakan suatu keadaan dengan akumulasi cairan di jaringan interstisium secara
berlebih akibat penambahan volume yang melebihi kapasitas penyerapan pembuluh limfe. Akumulasi
cairan di jaringan interstisium dapat dideteksi secara klinis sebagai suatu pembengkakan.
Pembengkakan akibat akumulasi cairan ini disertai atau tanpa terjadi penurunan volume intravaskular
(sirkulasi). Penyebabnya antara lain:
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 12
Tekanan darah kapiler merupakan daya untuk menginfiltrasi cairan melalui dinding
kapiler. Edema karena peningkatan tekanan darah kapiler dapat ditemukan pada :
Ketika darah terbendung di vena, akan disertai dengan peningkatan tekanan
darah kapiler karena kapiler mengalirkan isinya ke vena. Akibat kegagalan
aliran vena paling sering ditemukan pada ekstremitas bawah, sekunder akibat
trombosis abstruktif, edema yang terjadi pada tungkai bawah.
Edema kardial terjadi karena tekanan vena meningkat akibat sirkulasi darah
terganggu pada penderita payah jantung. Peningkatan ke arah luar dinding
kapiler ini terutama berperan pada edema yang terjadi pada gagal jantung
kongestif. Kegagalan jantung ini sering dikaitkan dengan pengurangan curah
jantung dan pengurangan aliran darah ginjal. Pengurangan tekanan perfusi
mengawali aksis renin angiotensi aldosteron yang mengakibatkan ion retensi
air natrium dan air dalam ginjal.
Edema postural terjadi pada orang yang terus menerus berdiri untuk waktu
yang cukup lama maka terjadi edema pada kaki dan pergelangan kaki. Edema
ini terjadi jika orang bergerak aktif karena aktivitas otot ikut memperlancar
aliran dalam pembuluh.
gagal jantung, kegagalan pompa vena : paralisis otot, latihan, peningkatan
curah jantung
tekanan hidrostatik (HPc) meningkat
Edema regional juga dapat terjadi karena restriksi lokal aliran balik vena.
contoh : pembengkakan di tungkai dan kaki yang pada masa kehamilan.
Uterus membesar menekan vena yang mengalirkan darah dari
ekstremitas bawah vena masuk ke rongga abdomen.
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 13
Obstruksi saluran limfatik merupakan penyebab primer lain edema. Hal ini terjadi
karena kelebihan cairan yang difiltrasi keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak
dapat dikembalikan ke sistem limfe. Akumulasi protein di cairan interstisium
memperberat masalah melalui efek osmotiknya. Sebagai akibatnya terjadi limfedema
dan biasanya terjadi secara lokal dan mungkin karena peradangan atau obstruksi
neoplasma. Penyumbatan limfe yang lebih meluas terjadi pada filariasis, suatu
penyakit parasit akibat nyamuk terutama pada daerah tropis.
Contoh:
Pada sirosis hepatis dan gagal jantung kongestif
Penyumbatan limfe lokal :
Di lengan wanita yang saluran drainase limfenya dari lengan yang tersumbat
akibat pengangkatan kelenjar limfe selama pembedahan untuk kanker
payudara.
Penyumbatan limfe yang lebih meluas :
Terjadi pada filariasis, penyakit parasitic yang ditularkan melalui nyamuk
banyak dijumpai di daerah tropis. Pada penyakit, cacing-cacing filaria kecil
menginfeksi pembuluh limfe sehingga terjadi gangguan aliran limfe.
Bagian tubuh yang terkena, terutama skrotum dan ekstremitas, mengalami
edema hebat. Kelainan ini sering disebut sebagai elephantiasis, karena
ekstremitas yang membengkak seperti kaki gajah.
6. Retensi air dan Na
Retensi natrium terjadi jika ekskresi natrium dalam urin lebih kecil daripada yang
masuk. Karena konsentrasi natrium yang tinggi akan terjadi hipertonik.
Aktivitas SRAA erat kaitannya dengan baroreseptor di arteri aferen
glomerulus ginjal
Aktifitas ANP erat kaitannya dengan baroreseptor atrium jantung
Aktivitas saraf simpatis, ADH dengan baroreseptor sinus karotiks
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 14
Permeabilitas kapiler
Edema Intaseluler
Edema yang biasa terjadi akibat depresi sistem metabolik jaringan dan tidak adanya nutrisi sel
yang adekuat.
b.
Edema Ekstraseluler
Edema yang biasanya disebabkan oleh kebocoran abnormal cairan dari plasma ke ruang
interstitial dengan melintasi kapiler dan kegagalan limfatik untuk mengembalikan cairan dari
interestitium ke dalam darah.
Page 15
Efusi pleura
Denyut nadi kuat
Edema perifer dan periorbita
Asites
O)
Penurunan LFG
Proteinuria
Hipoalbuminemia
Penurunan VDAE
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 16
Proteinuria
Hipoalbuminemia
Tekanan osmotik plasma
Volume plasma
ADH
ANP
Retensi Na
RETENSI AIR
RETENSI
EDEMA
2. Mekanisme Overfilling
Pada pasien sindrom nefrotik
volume darah (overfilling)
Aldosteron
ANP
Tubulus Resisten
terhadap ANP
EDEMA
2. Pembentukan Edema pada gagal jantung
Kegagalan pompa jantung
darah terbendung di vena
vol darah arteri turun
sist.
saraf simpatis
vasokonstriksi
suplai darah ke otak, jantung dan paru vol
darah ginjal
berkurang
ginjal akan menahan Na dan air
Gagal jantung berat hiponatremia ADH pemekatan urin produksi urin berkurang
ADH pusat haus pemasukan air meningkat
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 17
3.
4.
E
dema Idiopatik
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 18
Pada edema idiopatik ini terdapat perbedaan berat badan yang dipengaruhi oleh posisi
tubuh. Pada posisi berdiri terjadi retensi natrium dan air sehingga terjadi peningkatan
berat badan, ini diduga karena terjadi peningkatan permeabilitas kapiler pada posisi
berdiri. Pada kondisi tertentu dapat disertai penurunan volume plasma yang
kemudian mengaktivasi SRAA sehingga edema akan memberat.
5.
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 19
1. Bentuk paru paru seperti kodok ; abdomen cembung dan sedikit tegang
2. Variesis di dekat usus
3. Variesis di dekat tungkai bawah
4. Edema timbal karena hipoalbuminemia
5. Perubahan sirkulasi Distensi abdomen
6. Timpani pada puncak asites
7. Fluid wave
8. Shifting dullness
9. Pudle sing
10. Foto thorax
11. Ultrasonografi
12. CT Scan
Pemeriksaan Laboratorium
3.2.
Menjelaskan asites
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 20
Normal peritoneum
o Hipertensi portal (albumin serum-asites gradien [saag]> 1,1 g / dl)
perikarditis,
trikuspid
Nefrotik sindrom
Pankreas asites
Empedu asites
Nephrogenic asites
Urine asites
Penyakit ovarium
Infeksi
Peritonitis bakteri
Peritonitis tuberkulosis
Jamur peritonitis
Kondisi ganas
Peritoneal carcinomatosis
Primer mesothelioma
Pseudomyxoma peritonei
Hepatocellular carcinoma
Vaskulitis
Peritonitis granulomatosa
Eosinofilik peritonitis
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 21
1. Teori underfilling :
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 22
Asites
volume cairan plasma turun (hipertensi porta dan hipoalbuminemia)
porta
meningkatkan tekanan hidrostatik venosa + hipoalbuminemia
volume cairan intravaskular menurun
2. Teori overfilling :
Asites
ekspansi cairan plasma akibat reabsorpsi air oleh ginjal
hormon anti-diuretik (ADH) & penurunan aktifitas hormon natriuretik
hati.
Hipertensi
transudasi
peningkatan aktifitas
penurunan
fungsi
Gradien Tinggi
Gradien Rendah
Sirosis hati
Karsinomatosis
Peritonium
Peritonitis Tuberkulosa
Asites surgikal
Sindrom Budd-Chiari
Asites biliaris
Penyakit veno-oklusif
Miksedema
Sindrom nefrotik
Ske8.2 : EDEMA-B.18
Asites pankreatik
Page 23
Gambaran makroskopik, warna kemerahan dapat juga dijumpai pada asites karena
sirosis hati akibat ruptur kapiler peritoneum
Gradien nilai albumin serum dan asites, pemeriksaan ini sangat penting untuk
membedakan asites yang ada hubungannya dengan hypertensi porta atau asites
eksudat. Disepakati bahwa gradian dikatakan tinggi bila nilainya > 1,1 gr/dL.
Kurang dari itu disebut rebdah. Gradien tinggi terdapat pada asites transudasi dan
berhubungan dengan hypertensi porta, gradien rendah terdapat pada asites eksudat.
Hitung sel
Biakan kuman, biakan kuman sebaiknya dilakukan pada setiap pasien asites yang
dicurigai terinfeksi
Pemeriksaan sitologi,dengan cara baik,dapat memberi hasil true possitive hampir
100%
Selain pemeriksaan fisik dan laboratorium, dilakukan juga pemeriksaan urine dengan cara
melihat kadar Na < 10 mEq/hari
3.2.8. Menjelaskan penanggulangan asites
Penanggulangan Asites
Diuretik untuk membantu menghilangkan cairan; biasanya, spironolactone (aldactone)
yang diberikan 1-3 mg/kg/24 jam digunakan pada awalnya, dan kemudian furosemide
(Lasix) yang diberikan 1-2mg/kg/24 jam akan ditambahkan.
Antibiotik, jika infeksi berkembang
Membatasi garam dalam makanan (tidak lebih dari 1.500 mg / hari natrium)
Hindari minum alkohol
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 24
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 25
Daftar Pustaka
GANGGUAN KESEIMBANGAN AIR-ELEKTROLIT DAN ASAM-BASA Penerbit:
penerbit FKUI, jakarta ; edisi kedua tahun 2008 ; penulis dr. Hendra Utama, Sp.FK
balai
Ganong, WF, (2007), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 21,ab. M. Djauhari
Widjajakusumah, Jakarta, EGC.
Guyton,Arthur c,dkk.1997.Buku ajar fisiologi kedokteran.Jakarta : EGC.
http://www.ilmukedokteran.net/Daftar-Masalah-Individu/edema.html
KAPITA SELEKTA PATOLOGI KLINIK/ DN. Baron ; alih bahas, Petrus Andrianto, Johannes
Gunawan. Edisi4 jakarta : EGC, 1995
Murray R.K. et al (2000), Biokimia Harper edisi 25,ab. A.Hartono, Jakarta, EGC.
Price, Sylvia Anderson (2005), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi
6,ab. Huriawati Hartanto, Jakarta, EGC.
Sherwood, Lauralee (2001), Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 2, Jakarta, EGC.
www.medicinstore.com
Ske 2 : EDEMA-B.18
Page 26