PENGERTIAN
mekanisme
kardiogenik
mekanisme
obstruktif
perubahan dalam
volume sirkulasi
perubahan dalam
distribusi sirkulasi
kehilangan akut
dari darah atau
cairan tubuh
Klasifikasi
1. Gejala klinis minimal. Bila tidak ada komplikasi, akan terjadi takikardi
minimal. Tidak ada perubahan berarti dari tekanan darah, tekanan nadi, atau
frekuensi pernapasan.
2. Gejala klinis berupa takikardi ( >100 x/menit), takipneu, penurunan tekanan
nadi, perubahan sistem saraf sentral yang tidak jelas seperti cemas, ketakutan, atau
sikap permusuhan.
3. Kehilangan darah dapat mencapai 2000 ml. antara lain: takikardi dan takipneu
yang jelas, perubahan status mental dan penurunan tekanan darah sistolik.
Penderitanya hampir selalu memerlukan transfusi darah.
4.Gejala: takikardi yang jelas, penurunan tekanan darah sistolik yang besar,
tekanan nadi sangat sempit (atau tekanan diastolik tidak teraba), kesadaran
menurun, produksi urin hampir tidak ada, kulit dingin dan pucat.
Patofisiologi
Saat terjadi perdarahan akut, curah jantung dan denyut nadi akan turun
akibat rangsang ‘baroreseptor’ di aortik arch dan atrium. Volume sirkulasi
turun, yang mengakibatkan teraktivasinya saraf simpatis di jantung dan
organ lain
Secara bersamaan sistem hormonal juga teraktivasi akibat perdarahan akut ini, dimana
akan terjadi pelepasan hormon kortikotropin, yang akan merangsang pelepasan
glukokortikoid dan beta-endorphin. Kelenjar pituitary posterior akan melepas
vasopressin, yang akan meretensi air di tubulus distalis ginja
Ginjal juga mentoleransi penurunan aliran darah sampai 90% dalam waktu yang
cepat dan pasokan aliran darah pada saluran cerna akan turun karena mekanisme
vasokonstriksi dari splanknik. Pada kondisi tubuh seperti ini pemberian resusitasi
awal dan tepat waktu bisa mencegah kerusakan organ tubuh tertentu akibat
kompensasinya dalam pertahanan tubuh.
MANISFESTASI KLINIS
• Gangguan sirkulasi perifer - pucat, ekstremitas dingin. Kurangnya pengisian vena perifer lebih bermakna
dibandingkan penurunan tekanan darah.
• ·Nadi cepat dan halus.
• ·Tekanan darah rendah. Hal ini kurang bisa menjadi pegangan, karena adanya mekanisme kompensasi sampai
terjadi kehilangan 1/3 dari volume sirkulasi darah.
Sistem • ·Vena perifer kolaps. Vena leher merupakan penilaian yang paling baik.
Kardiovaskuler • ·CVP rendah.
• Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan darah rendah sampai
menyebabkan hipoksia otak, pasien menjadi gelisah sampai tidak sadar. Obat sedatif dan
analgetika jangan diberikan sampai yakin bahwa gelisahnya pasien memang karena
Sistem saraf pusat kesakitan.
• Bisa terjadi mual dan muntah.
Sistem Saluran
Cerna
Menghentikan pendarahan
Menganti kehilangan volume cairan
Penatalaksanaan
Penatalaksaan awal
Airway dan
Sirkulasi
Breathing
Disability :
Pemasangan
pemeriksaan
kateter urin
neurologi
Dilatasi Exposure :
Lambung: pemeriksaan
dekompresi lengkap
1. AIRWAYS and Brething
Tujuan: menjamin airway yang paten dengan cukupnya pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan
oksigen untuk mempertahankan saturasi >95%.
2. Sirkulasi
• Kontrol pendarahan dengan:
• - Mengendalikan pendarahan
• - Memperoleh akses intravena yang cukup
• - Menilai perfusi jaringan
• Pengendalian pendarahan:
• Dari luka luar tekanan langsung pada tempat pendarahan (balut tekan).
• Pendarahan patah tulang pelvis dan ekstremitas bawah PASG (Pneumatic Anti Shock Garment).
• Pendarahan internal operasi
3. Disability : pemeriksaan neurologi
• Menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, funsi motorik dan sensorik. Manfaat: menilai
perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan pemulihan.
4. Exposure : pemeriksaan lengkap
• Pemeriksaan lengkap terhadap cedera lain yang mengancam jiwa serta pencegahan terjadi hipotermi pada penderita.
5. Dilatasi Lambung: dekompresi
Dilatasi lambung pada penderita trauma, terutama anak-anak mengakibatkan terjadinya hipotensi dan disritmia
jantung yang tidak dapat diterangkan. Distensi lambung menyebabkan terapi syok menjadi sulit. Pada penderita yang
tidak sadar, distensi lambung menyebabkan resiko aspirasi isi lambung. Dekompresi dilakukan dengan memasukkan
selang melalui mulut atau hidung dan memasangnya pada penyedot untuk mengeluarkan isi lambung.
6. Pemasangan kateter urin
• Memudahkan penilaian adanya hematuria dan evaluasi perfusi ginjal dengan memantau produksi urin.
• Kontraindikasi: darah pada uretra, prostat letak tinggi, mudah bergerak.
Akses pembuluh darah
Tahap kompensasi
Tahap dekompensasi
adalah tahap awal
syok saat tubuh dimana tubuh tidak mampu
Tahap ireversibel
lagi mempertahankan fungsi-
masih mampu fungsinya, tubuh menjaga Dimana kerusakan organ
menjaga fungsi organ-organ vital yaitu yang terjadi telah menetap
dengan mengurangi aliran dan tidak dapat diperbaiki.
normalnya. darah ke lengan, tungkai, dan Tahap ini terjadi jika tidak
perut dan mengutamakan dilakukan pertolongan
aliran ke otak, jantung, dan sesegera mungkin, maka
paru aliran darah akan mengalir
sangat lambat sehingga
menyebabkan penurunan
tekanan darah dan denyut
jantung
STADIUM
Gangguan sudah ada tetapi bersifat
lokal. Parameter-paramater masih
dalam batas normal. Biasanya
masih cukup waktu untuk
Stadium 1
ANTICIPATION
mendiagnosis dan mengatasi
STAGE kondisi dasar.
Gangguan sudah bersifat sistemik.
Parameter mulai bergerak dan
Stadium 5
Stadium 2. PRE-
SHOCK SLIDE DECOMPENSATED mendekati batas atas atau batas
IRREVERSIBLE
SHOCK bawah kisaran normal.
Compensated shock memiliki arti
khusus pada pasien DBD dan perlu
dikenali dari tanda-tanda berikut:
Capillary refill time > 2 detik;
penyempitan tekanan nadi,
Sadium 3 Stadium 4
COMPENSATED DECOMPENSATED takikardia, takipnea, akral dingin.
SHOCK,
SHOCK
REVERSIBLE Kerusakan mikrovaskular dan organ
sekarang menjadi menetap dan tak
bisa diatasi