Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Inovasi dan Tekhnologi (SNIT)2012

BUDAYA PARTISIPATIF : SUATU BENTUK LITERASI MEDIA BARU

Endah Murwani
Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara Jakarta
endahmurwani@yahoo.com

Abstrak - Teknologi komunikasi telah mengubah cara dan budaya komunikasi antar manusia pada tataran yang
paling mendasar. Sifat media baru (interactivity, de-massification, asyinchronous, digital) berpotensi
mengkategorisasikan media baru pada : 1) interpersonal communication media; 2) Interactive play media; 3)
information search media; 4) collective participatory media. Dalam konteks sebagai media partisipasi kolektif,
media baru digunakan untuk berbagi dan bertukar informasi, ide, pengalaman, mengembangkan relationship dan
membentuk komunitas. Cara kita berkomunikasi dalam konteks sebagai media partisipasi kolektif dianggap
sebagai budaya partisipatif, yang mencakup : afiliasi, ekspresi, pemecahan masalah kolaboratif dan sirkulasi.
Budaya partisipatif ini merupakan bentuk baru literasi media baru yang perlu ditumbuhkan pada anak-anak
muda karena budaya partisipatif dalam media baru ini merupakan potensi untuk pengembangan industri kreatif.
Kata kunci : budaya partisipatif, literasi media baru.
bawah.
Kekuatan besar media baru ini telah
digenggam oleh anak-anak muda. Bagi mereka, media
baru memberikan akses kemudahan dan kesempatan
1. PENDAHULUAN interaksi yang semakin luas dan cepat untuk
membangun jejaring sosial, sarana berekspresi,
Teknologi komunikasi telah membuat berbagi gagasan dan pendapat. Hal senada dinyatakan
perubahan besar yang terjadi di bidang komunikasi. Livingstone (2002 : 2) bahwa media baru membuka
Keberadaan teknologi komunikasi baru tersebut kesempatan bagi partisipasi demokratis dan komunitas
dianggap menjadi suatu kekuatan instrumental dalam untuk berkreativitas, ekspresi diri dan tak terbatasnya
menentukan dimensi baru cara kita berkomunikasi. pengetahuan dapat mendukung keberagaman,
Perubahan-perubahan yang terjadi terutama perbedaan dan debat yang sehat. Jenkins (2006)
disebabkan berbagai kemampuan dan potensi melihat potensi penggunaan media baru ini akan
teknologi komunikasi tersebut yang memungkinkan memunculkan budaya partisipatif yang
manusia untuk saling berhubungan dan memenuhi memungkinkan orang-orang menjadi prosumer -
kebutuhan komunikasi mereka hampir tanpa batas produsen sekaligus konsumen.
ruang dan waktu. Di sisi lain ada kekhawatiran tentang masa
Kelompok yang bertumbuh bersama depan anak-anak yang lahir dan tumbuh di era digital
teknologi baru dan telah merasakan dunia digital akan menjadi anak individualistis, privat, kurang dapat
sebagai rumah sendiri adalah anak-anak muda. memilah informasi dan tidak beretika dalam
Generasi yang lahir di era digital ini diistilahkan lingkungan online.
digital native, digital generation yang merujuk pada Persoalan ini menjadi signifikan mengingat
kemampuan anak-anak beradaptasi dengan berbagai Indonesia adalah pengguna terbesar jejaring facebook,
piranti digital yang ada di sekelilingnya. twitter dan besarnya jumlah komunitas on-line.
Fenomena digital generation tumbuh di Apakah generasi digital Indonesia berbangga hanya
Indonesia tampak tergambar dari data statistik yang sebagai pengguna internet dan media sosial terbesar ?
dikeluarkan oleh www.internetworldstats.com yang Bagaimana generasi digital Indonesia bisa menjadi
menunjukkan bahwa dalam pengakses internet di produser atau kontributor yang bisa merubah
wilayah Asia, Indonesia menempati urutan kelima lingkungan media ?. Untuk itu, tulisan ini
setelah China, Jepang, India, dan Korea Selatan. memfokuskan pada bagaimana cara-cara
Demikian pula untuk media sosial facebook dan mengembangkan budaya partisipatif dan tantangan
twitter, Indonesia jumlah penggunanya adalah keempat tantangan yang terkait dengan persoalan-persoalan
dan ketiga terbanyak di dunia. Hal ini karakteristik media baru. Budaya partisipatif ini sangat
mengindikasikan bahwa penduduk Indonesia sudah potensial dalam industri kreatif sehingga perlu
sangat familiar dengan Internet dan media sosial. dikembangkan kemampuan untuk menjadi produser,
Laporan itu juga menyebutkan, lebih dari separuh kreator dan distributor yang mumpuni.
pengguna Internet di Indonesia berusia 20 tahun ke
Proceedings SNIT 2012: Hal. B-22
Seminar Nasional Inovasi Dan Tekhnologi 2012
massa, dimana kontrol atas isi pesan dikuasai oleh
produsen pesan. Sifat demasifikasi ini memiliki
2. TELAAH PUSTAKA kemampuan memberikan informasi yang spesifik,
sesuai dengan keinginan penggunanya (customized).
2.1. Teknologi Komunikasi Sebagai Ekstensi Pengindividualisasian ini menyamakan media baru
Menurut Rogers (1986 : 2) teknologi komunikasi “... is dengan komunikasi interpersonal.
the hardware equipment, organizational structures and Karakteristik ketiga dari media baru adalah
social values by which individuals collect, process and asynchronity, yang mempunyai pengertian bahwa
exchange information with other individuals”. Dari media baru mempunyai kemampuan mengirim dan
definisi tersebut, Rogers melibatkan faktor kontekstual menerima pesan dalam waktu yang dikehendaki
teknologi komunikasi yang terdiri dari aspek perangkat individu. Sifat ini juga memperlihatkan partisipan
keras (peralatan), struktur organisasi dan nilai-nilai komunikasi tidak memerlukan waktu yang bersamaan
sosial yang mana individu mengumpulkan, mengolah dalam mengirim dan menerima pesan. Sebagaimana
dan bertukar informasi dengan individu lainnya. juga dinyatakan Chamberlain (1994) : “the ability of
Istilah McLuhan (1964) yang populer bahwa an individual to send, receive, save, or retrieve
‘technology as the extension’ menunjukkan teknologi messages at her or his convenience”. Penggeseran
menjadi medium fisik yang menggantikan kemampuan waktu (time shifting) ini merupakan salah satu
fisik manusia. Pemikiran McLuhan pada dasarnya kemampuan teknologi komunikasi baru. Berbagai fitur
mengacu tentang bagaimana cara masyarakat yang dimiliki media baru seperti voice mailbox, sms
menciptakan sesuatu untuk memperluas kemampuan atau email memungkinkan pesan untuk disimpan jika
tubuh dan pikirannya. Selain sebagai ekstensi dan penerima sedang tidak dalam kondisi siap menerima
menggantikan tubuh manusia, teknologi juga pesan. Hal ini berarti individu memiliki kemampuan
memberikan pengaruh pada lingkungan serta relasi untuk mengatur waktu dan suasana yang tepat ketika
antara manusia dan teknologi yang digunakannya. Hal mengirim, menerima, menyimpan atau mendapatkan
ini menunjukkan bagaimana cara dan budaya kembali pesan tersebut (Ruggiero, 2007)
masyarakat untuk memahami teknologi komunikasi McQuail (2010 : 141) menambahkan
dan menganggap sebagai salah satu bagian penting digitalisasi dan konvergensi sebagai aspek
dalam proses komunikasi antar manusia. Namun fundamental dari teknologi komunikasi dan informasi :
demikian, McLuhan mengingatkan bahwa setiap digitalization and convergence of all aspects of media,
ekstensi teknologi bisa mengakibatkan modifikasi atau increased interactivity and network conectivity,
hilangnya ekstensi lainnya. mobility and delocation of sending and receiving,
adaptation of publication and audience roles,
2.2. Karakter Media Baru appearance of diverse new forms of media “gateway”,
Rogers dalam bukunya Communication fragmentation and blurring of the “media institution”.
Technology, The New Media in Society (1986 : 4-6) Flew (2005 : 2) juga menyebut bahwa media
menyebut tiga karakteristik yang menandai kehadiran baru adalah media digital yang menggabungkan data,
media baru, yaitu : interactivity, de-massification dan teks, suara dan gambar dalam bentuk digital dan
asynchronity. Karakteristik pertama, interactivity didistribusikan melalui network.. Lebih lanjut Flew
merupakan kemampuan sistem komunikasi baru dalam menyatakan bahwa internet merupakan teknologi
memberi talk back bagi penggunanya. Williams et konvergen, digital networking, global reach,
al.(1988) juga menyatakan sifat interactivity “the interactivity dan many-to-many communication serta
degree to which participants in the communication suatu bentuk media yang memberikan penggunanya
process have control over, and exchange roles in their menjadi pencipta sekaligus pengguna isi/pesan di
mutual discourse”. Dengan kata lain, media baru dalamnya.
mempunyai sifat interaktif yang tingkatannya hampir Straubhaar dan LaRose (2008 : 21-24), juga
sama atau mendekati tingkat interaktif pada menyebut aspek-aspek digital, interactive,
komunikasi interpersonal. Sifat interaktif ini asynchronous, multimedia dan narrowcasted sebagai
merupakan kualitas yang diharapkan dari sistem karakteristik media baru. Demikian pula Van Dijk
komunikasi karena perilaku komunikasi diharapkan dalam bukunya The Network Society (2006)
dapat lebih akurat, efektif dan lebih memuaskan. mendefinisikan “new media are media which are both
Karakteristik kedua dari media baru adalah integrated and interactive and also use digital code”.
de-massification, suatu pesan dapat dirubah setiap Van Dijk menyebut 3 karakteristik utama media baru
individu dalam audience yang besar. De-massification yaitu integrasi, interaktif dan digital.
ini juga berarti sebagai kontrol sistem komunikasi Lebih lanjut Mc Quail (2000 : 127)
yang bergeser dari produsen pesan ke konsumen mengklasifikasikan media baru menjadi empat
media. Hal ini yang membedakan dengan media kategori yaitu :
1) interpersonal communication media, meliputi memperkuat atau mempertahankan relationship;
telepon dan email. Dalam konteks sebagai 2) Interactive play media, menggunakan komputer dan
interpersonal communication media, isi yang video games serta peralatan virtual reality. Dalam
dibicarakan lebih bersifat pribadi, topik yang konteks ini digunakan sebagai alat untuk tele-presence
dibicarakan cepat berganti dan dilakukan tidak hanya dan de-communication;
sekedar menyampaikan informasi, akan tetapi untuk

Proceedings SNIT 2012: Hal. B-23


Seminar Nasional Inovasi dan Tekhnologi (SNIT)2012
tersedia sangat luas dan tak terbatas, baik sebagai
pengirim, penerima, maupun sebagai partisipan dalam
3) information search media, media baru dipandang berbagai pertukaran atau jaringan. Oleh karenanya,
sebagai perpustakaan dan sumber data yang mudah jelas tidak mungkin untuk mengkarakteristikkan arah
diakses, aktual dan jumlah data yang diperoleh belum dominan atau pengaruh aliran informasi dari media
pernah sebanyak itu; baru ini. Dengan demikian kita tidak dapat
4) collective participatory media, yang meliputi mengatakan bahwa media baru dimiliki dan digunakan
penggunaan internet untuk berbagi dan bertukar oleh kepentingan kelas dominan.
informasi, ide, pengalaman, mengembangkan Kedua, dalam kaitannya dengan integrasi dan
relationship dan membentuk komunitas. identitas, persoalannya apakah media baru merupakan
suatu kekuatan untuk fragmentasi atau kohesi dalam
2.3. Konvergensi Komunikasi dan Persoalannya masyarakat ?. Nampaknya tidak mungkin
Dahlan (2010) menyatakan bahwa dengan konvergensi mengkarakteristikkan atau mengkuantifikasi isi media
ICT, memungkinkan berbagai perkembangan baru untuk persoalan ini.
konvergensi komunikasi lainnya yakni : Ketiga, dalam kaitannya dengan potensi
1) Konvergensi media. Dengan satu format digital, untuk perubahan sosial, isu teknologi komunikasi
maka semua jenis informasi yang berupa tulisan, adalah sebagai agen perubahan yang mengubah
suara, gerak, gambar diam dan video dapat disatukan pengalaman sosial dan budaya perlu dikaji ulang Ada
dalam proses Teknologi Informasi dan Komunikasi suatu perbedaan mendasar antara media massa dan
yang sama, dan ditampilkan melalui satu media yang media baru terkait isu teknologi sebagai agen
sama. perubahan sosial. Media massa secara sistematis
2) Konvergensi tataran komunikasi. Konvergensi tidak menerapkan teknologi untuk tujuan pengembangan
hanya terbatas pada media komunikasi massa saja, yang direncanakan dengan cara informasi dan persuasi
tetapi menjangkau segala jenis komunikasi manusia massa. Sedangkan ciri khas teknologi baru adalah
(termasuk tataran antarpribadi, kelompok, organisasi, open ended, non purposive. Oleh karenanya, dalam
dan jaringan hubungan sosial yang sangat media baru hilangnya arah dan kontrol terhadap isi
beranekaragam). Dengan infrastruktur internet, oleh pengirim menjadi hal penting.
jaringan pertemanan tidak lagi terbatas, tetapi dapat Selain persoalan diatas, McQuail (2000 :
merambah jauh secara global (seperti Facebook, blogs, 127-128) mengindikasikan dimensi-dimensi atau
twitter). Karena memakai infrastruktur dan teknologi variable-variabel yang relevan dilihat dari perspektif
yang sama, jangkauan hubungan antarpribadi pengguna, yaitu :
seseorang bisa jauh lebih luas dari jangkauan media (1) degree of interactivity yang diindikasikan dengan
massa lama. Komunikasi antarpribadi dengan rasio respon atau inisiatif pengguna terhadap
mudahnya masuk ke media massa, media organisasi, tawaran sumber/pengirim
dsb (2) degree of social presence yang dialami pengguna,
3) Konvergensi pelaku. Pemisahan lama antara makna kontak personal dengan orang lain yang
pengelola media dengan khalayak juga berubah; dapat timbul dengan menggunakan suatu
kekuatan media baru justru terletak pada partisipasi medium. Derajat social presence ini juga
khalayak yang bebas dari kontrol, bahkan ada yang menunjuk pada media richness, sejauh mana
sepenuhnya memuat isi berasal dari khalayak (user media dapat menjembatani perbedaan frame of
generated content seperti YouTube, dsb.) reference, mengurangi ambuguitas, menyediakan
Sedangkan McQuail (2000) mengidentifikasi banyak isyarat dan keterlibatan pengguna lebih
tiga persoalan yang terkait dengan karakteristik media personal.
baru yaitu kekuasaan dan ketidaksamaan, integrasi (3) degree of outonomy, berkaitan dengan persoalan
sosial dan identitas serta perubahan sosial. Pertama, apakah pengguna merasa dikontrol atau tidak
dalam kaitannya dengan kekuasaan, persoalannya ketika menggunakan media baru
menjadi lebih sulit ketika menempatkan media baru (4) degree of playfulness, berkaitan dengan
dalam hubungan pemilikan dan penggunaan penggunaan media baru untuk hiburan dan
kekuasaan. Dalam media baru tidak ada kejelasan kesenangan
untuk mengidentifikasi ownership, sedangkan pada (5) degree of privacy, berkaitan dengan penggunaan
media massa akses dimonopoli dalam suatu cara yang suatu jenis media dan pemilihan isi yang
dapat mengontrol isi dan arus informasi. Pada media mencakup derajat personalized dan unique.
baru arus komunikasi tidak mengalir dalam suatu pola Persoalan yang sering terjadi adalah mengenai
sentralisasi atau vertikal dari atas maupun pusat suatu kredibilitas dan kepercayaan di lingkungan on
masyarakat, akan tetapi akses informasi media baru line yang terkait pula dengan etika, privacy
online, keamanan, isu-isu hak cipta dan partisipatif. Jenkins (2006) memaparkan bahwa
kepemilikan (James et al, 2008) budaya partisipatif adalah budaya dimana orang-orang
(baik sebagai pribadi maupun publik) tidak dapat
3. PEMBAHASAN bertindak sebagai konsumen saja, tetapi juga menjadi
kontributor atau produser (prosumers). Internet
3.1. Media Baru : Potensi Budaya Partisipatif memungkinkan orang secara pribadi untuk
Jenkins (2006) menyatakan bahwa sifat teknologi yaitu menciptakan dan mempublikasikan media melalui
interaktivitas mendorong munculnya budaya

Proceedings SNIT 2012: Hal. B-24


Seminar Nasional Inovasi Dan Tekhnologi 2012

Potensi budaya partisipatif dalam media baru


internet. Budaya baru ini menghubungkan internet memunculkan perspektif tentang literasi media baru
yang digambarkan sebagai web 2.0. Dalam budaya (New Media Literacies – NML). Literasi pada ranah
partisipatif ‘orang-orang muda secara kreatif merespon cyber tersebut lebih menekankan pada peran individu
signal-signal elektronik dan komoditas sebagai peserta aktif dalam kreasi dan distribusi
komoditas budaya’ artefak budaya (Jenkins, 2006). Perspektif literasi
Meningkatnya akses ke internet telah menjadi didasarkan pada studi literasi media dan termasuk pula
suatu bagian integral dalam ekspansi budaya karena penekanan pada keterampilan evaluasi kritis dan
meningkatkan kemampuan orang bekerja kolaboratif reflektif (Gee, 2010). Perhatian utama literasi media
yakni mengembangkan dan menyebarkan berita, ide baru adalah kesempatan dan tantangan yang dihadapi
dan karya-karya kreatif dan berhubungan dengan lingkungan media digital yang semakin kompleks.
orang yang memiliki tujuan dan kepentingan yang Jenkins et al (2006) mengidentifikasi ketrampilan
sama. Potensi budaya partisipatif untuk keterlibatan sosial berkaitan dengan literasi budaya partisipatif
dan ekspresi kreatif telah diteliti oleh Jenkins. Budaya dalam media baru, yaitu : 1) Keterampilan yang
partisipatif dianggap potensial karena 1) hambatan berorientasi pada interaksi dengan dan dalam
untuk ekspresi artistik dan keterlibatan anggota lingkungan, improvisasi dan eksperimentasi terhadap
termasuk relatif rendah; 2) adanya dukungan yang kuat identitas seseorang dengan lingkungan sekitarnya; 2)
untuk menciptakan dan membagi kreasi dengan orang Keterampilan berkaitan dengan kemampuan untuk
lain; 3) kepercayaan diantara para anggota tentang cara mencari, mengakses, mengubah dan mendistribusikan
mereka saling memberi kontribusi; 4) adanya tingkat konten; 3) Ketrampilan berkaitan dengan kemampuan
koneksi sosial dengan orang lain untuk menyimpan, mengolah, dan mengambil
Dalam budaya partisipatif, konsumen aktif informasi – secara individual, dengan bantuan piranti
berhubungan dengan partisipan lainnya untuk merubah digital atau dalam sekelompok orang yang
lingkungan media. Teknologi baru menjadi alat dalam mengumpulkan informasi/pengetahuan untuk
suatu ‘multimedia sandbox’ yang memberdayakan mencapai tujuan bersama; 4) Keterampilan berkaitan
konsumen menjadi kreator, artis dan visioner. dengan kemampuan untuk mengalihkan perhatian di
Seseorang dengan mudah mengedit video, antara beberapa aliran informasi atau mengikuti alur
memanipulasi grafik dan menempatkan di YouTube. cerita dari beberapa format media; 5) Keterampilan
Bagi Jenkins “the power of participation comes not berkaitan dengan kemampuan untuk mengolah,
from destroying commercial culture, but from writing menafsirkan dan menampilkan informasi (simulasi
over it, modding it, amending it, expanding it, adding dan visualisasi); 6) Keterampilan berkaitan dengan
greater diversity of perspective, and then re circulating kemampuan untuk secara kritis mengevaluasi/menilai
it, feeding it back into the mainstream media.” informasi.
Bentuk-bentuk budaya komunikasi Beberapa aspek yang menjadi perhatian
partisipatif menurut Jenkins : sebagai tantangan literasi media baru, diantaranya
1) Affiliations - memberships, formal and informal, in adalah ketimpangan akses, kesempatan partisipasi,
online communities centered around various forms of pengalaman atau pengetahuan. Aspek ini disebut
media (e.g. Friendster, Facebook, message boards, Jenkins et al (2006) sebagai ‘kesenjangan partisipasi’.
metagaming, game clans, or Myspace) Lebih lanjut Jenkins menyatakan bahwa kesenjangan
2) Expressions - Producing new creative forms, such dilihat dari orang yang hanya berdaya sebagai
as digital sampling, skinning and modding, fan video konsumen tetapi tidak dalam penciptaan isi/pesan,
making, fan fiction writing, zines, or mash-ups; 3) atau bahkan tidak berbagi isi/pesan.
Collaborative Problem Solving - Working together in Kedua, bidang yang menjadi persoalan
teams, formal and informal, to complete tasks and adalah berkaitan dengan kemampuan untuk
develop new knowledge (e.g. through Wikipedia, mengevaluasi informasi dalam ruang digital secara
alternative reality gaming, spoiling); kritis (Flanagin & Metzger, 2008). Persoalan ini juga
4) Circulations - Shaping the flow of media (e.g. menyebabkan persoalan pada kredibilitas dan
podcasting or blogging). kepercayaan di lingkungan online.
Ketiga, tantangan mengenai persoalan etika
3.2. Budaya Partisipatif Sebagai Bentuk Literasi di dunia cyber, privasi on line, keamanan identitas,
Media Baru masalah hak cipta dan kepemilikan.
Di sisi lain, Jenkins mengeksplorasi potensi
budaya partisipatif yaitu sebuah budaya yang para praktisi pendidikan di lapangan harus melihat
memberikan dukungan sosial dan interaksi, strategi analitik untuk meneliti keberhasilan dan
mendorong dan mempromosikan kegiatan berbagi kegagalan platform partisipatif yang ditargetkan untuk
serta belajar secara informal. Partisipasi terkait dengan kalangan generasi muda.
keanggotaan dalam komunitas online dan pemecahan Jenkins et al (2006) menekankan pada tiga isu
masalah secara kolaboratif, serta pembuatan dan utama yang perlu diperhatikan sistem pendidikan,
penyebaran isi media. Kapasitas untuk terlibat terkait dengan peluang generasi muda untuk
merupakan bagian integral dari budaya partisipatif. mengakses dan berpartisipasi, kapasitas untuk evaluasi
Untuk lebih memahami partisipasi di era digital, kritis terhadap isi media, dan memahami nilai-nilai
penelitian Livingstone (2007) menunjukkan bahwa

Proceedings SNIT 2012: Hal. B-25


Seminar Nasional Inovasi dan Tekhnologi (SNIT)2012
edition. Malden, MA : Blackwell Publishers,
2000.
etika yang diperlukan untuk beradaptasi dengan
lingkungan sosial yang kompleks di dunia online. Jenkins, Henry, Convergence Culture: Where Old and
Persoalannya bagaimana kita bisa mendorong New Media Collide.NYU Press, 2006
tumbuhnya budaya partisipatif di kalangan generasi
muda sebagai digital generation ? Artinya generasi Jenkins, Henry, Puroshotma, Ravi, Clinton, Katherine,
muda kita tidak hanya menjadi konsumen media baru, Weigel, Margaret & Robinson, Confronting
tapi juga menjadi produser, kreator dan distributor isi the Challenges of Participatory Culture :
(content) Media Education for the 21st Century,
Ada beberapa hal yang harus dilakukan berkaitan http://www.newmedialiteracies.org/files/wor
dengan hal diatas. Pertama, penggunaan media baru king/NMLWhitePaper.pdf.
secara optimal. Artinya, diperlukan pengenalan
tentang media baru sehingga generasi muda bisa Livingstone, Sonia. Young People Media, Sage
memanfaatkan semua aspek media baru. Kedua, Publication, London, 2002.
penggunaan karakter media baru terutama sifat
interaktivitasnya yang memungkinkan generasi digital McQuail, Denis, Mass Communication Theory,
berinteraksi secara terbuka, nyaman dan aman. London-Thousand Oaks-New Delhi, Sage
Publications, 2000.
4. KESIMPULAN
Sifat media baru membawa implikasi sosial Pacey, Arnold , The Culture of Technology. MIT Press,
dalam pengapdosian media baru. Fenomena-fenomena 2003.
komunikasi yang muncul terkait dengan sifat media
baru perlu dicermati, terutama dalam konteks ke Rogers, Everett M, Communication Technology, The
Indonesia-an. Sebagaimana dinyatakan Rogers bahwa New Media in Society, New York, The Free
teknologi komunikasi bukan hanya terdiri dari Press A Division of Mac Millan, Inc, 1986.
perangkat keras saja, tetapi juga meliputi organisasi
sosial dan nilai-nilai sosial bagaimana individu Straubhaar & LaRose, Media Now, Communication
mengumpulkan, mengolah dan mempertukarkan Media in the Information Age, Second
informasi dengan individu lainnya. Edition, Thomson Wadsworth, 2002.
Salah satu potensi perubahan mengarah pada
munculnya budaya partisipatif dalam media baru, yang --------, Media Now : Understanding Media, Culture
memungkinkan seseorang atau publik menjadi and Technology, Fifth Edition, Thomson
konsumen sekaligus produsen. Indonesia sebagai Wadsworth, 2008.
negara yang terbuka terhadap perkembangan teknologi
dan informasi, seharusnya bisa mengembangkan Van Dijk, J, Network Society. Thousand Oaks, CA,
budaya partisipatif ini. Oleh karenanya budaya Sage Publications, 1999.
partisipatif merupakan suatu kecakapan yang harus
dimiliki terutama generasi muda. Wood, Andrew F. & Matthew J. Smith, Online
DAFTAR REFERENSI Communication : Linking Technology,
Identity and Culture, Lawrence Erlbaum
Associate, 2005
Castells, M, The rise of the network society 2nd
Proceedings SNIT 2012: Hal. B-26

Anda mungkin juga menyukai