Endah Murwani
Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara Jakarta
endahmurwani@yahoo.com
Abstrak - Teknologi komunikasi telah mengubah cara dan budaya komunikasi antar manusia pada tataran yang
paling mendasar. Sifat media baru (interactivity, de-massification, asyinchronous, digital) berpotensi
mengkategorisasikan media baru pada : 1) interpersonal communication media; 2) Interactive play media; 3)
information search media; 4) collective participatory media. Dalam konteks sebagai media partisipasi kolektif,
media baru digunakan untuk berbagi dan bertukar informasi, ide, pengalaman, mengembangkan relationship dan
membentuk komunitas. Cara kita berkomunikasi dalam konteks sebagai media partisipasi kolektif dianggap
sebagai budaya partisipatif, yang mencakup : afiliasi, ekspresi, pemecahan masalah kolaboratif dan sirkulasi.
Budaya partisipatif ini merupakan bentuk baru literasi media baru yang perlu ditumbuhkan pada anak-anak
muda karena budaya partisipatif dalam media baru ini merupakan potensi untuk pengembangan industri kreatif.
Kata kunci : budaya partisipatif, literasi media baru.
bawah.
Kekuatan besar media baru ini telah
digenggam oleh anak-anak muda. Bagi mereka, media
baru memberikan akses kemudahan dan kesempatan
1. PENDAHULUAN interaksi yang semakin luas dan cepat untuk
membangun jejaring sosial, sarana berekspresi,
Teknologi komunikasi telah membuat berbagi gagasan dan pendapat. Hal senada dinyatakan
perubahan besar yang terjadi di bidang komunikasi. Livingstone (2002 : 2) bahwa media baru membuka
Keberadaan teknologi komunikasi baru tersebut kesempatan bagi partisipasi demokratis dan komunitas
dianggap menjadi suatu kekuatan instrumental dalam untuk berkreativitas, ekspresi diri dan tak terbatasnya
menentukan dimensi baru cara kita berkomunikasi. pengetahuan dapat mendukung keberagaman,
Perubahan-perubahan yang terjadi terutama perbedaan dan debat yang sehat. Jenkins (2006)
disebabkan berbagai kemampuan dan potensi melihat potensi penggunaan media baru ini akan
teknologi komunikasi tersebut yang memungkinkan memunculkan budaya partisipatif yang
manusia untuk saling berhubungan dan memenuhi memungkinkan orang-orang menjadi prosumer -
kebutuhan komunikasi mereka hampir tanpa batas produsen sekaligus konsumen.
ruang dan waktu. Di sisi lain ada kekhawatiran tentang masa
Kelompok yang bertumbuh bersama depan anak-anak yang lahir dan tumbuh di era digital
teknologi baru dan telah merasakan dunia digital akan menjadi anak individualistis, privat, kurang dapat
sebagai rumah sendiri adalah anak-anak muda. memilah informasi dan tidak beretika dalam
Generasi yang lahir di era digital ini diistilahkan lingkungan online.
digital native, digital generation yang merujuk pada Persoalan ini menjadi signifikan mengingat
kemampuan anak-anak beradaptasi dengan berbagai Indonesia adalah pengguna terbesar jejaring facebook,
piranti digital yang ada di sekelilingnya. twitter dan besarnya jumlah komunitas on-line.
Fenomena digital generation tumbuh di Apakah generasi digital Indonesia berbangga hanya
Indonesia tampak tergambar dari data statistik yang sebagai pengguna internet dan media sosial terbesar ?
dikeluarkan oleh www.internetworldstats.com yang Bagaimana generasi digital Indonesia bisa menjadi
menunjukkan bahwa dalam pengakses internet di produser atau kontributor yang bisa merubah
wilayah Asia, Indonesia menempati urutan kelima lingkungan media ?. Untuk itu, tulisan ini
setelah China, Jepang, India, dan Korea Selatan. memfokuskan pada bagaimana cara-cara
Demikian pula untuk media sosial facebook dan mengembangkan budaya partisipatif dan tantangan
twitter, Indonesia jumlah penggunanya adalah keempat tantangan yang terkait dengan persoalan-persoalan
dan ketiga terbanyak di dunia. Hal ini karakteristik media baru. Budaya partisipatif ini sangat
mengindikasikan bahwa penduduk Indonesia sudah potensial dalam industri kreatif sehingga perlu
sangat familiar dengan Internet dan media sosial. dikembangkan kemampuan untuk menjadi produser,
Laporan itu juga menyebutkan, lebih dari separuh kreator dan distributor yang mumpuni.
pengguna Internet di Indonesia berusia 20 tahun ke
Proceedings SNIT 2012: Hal. B-22
Seminar Nasional Inovasi Dan Tekhnologi 2012
massa, dimana kontrol atas isi pesan dikuasai oleh
produsen pesan. Sifat demasifikasi ini memiliki
2. TELAAH PUSTAKA kemampuan memberikan informasi yang spesifik,
sesuai dengan keinginan penggunanya (customized).
2.1. Teknologi Komunikasi Sebagai Ekstensi Pengindividualisasian ini menyamakan media baru
Menurut Rogers (1986 : 2) teknologi komunikasi “... is dengan komunikasi interpersonal.
the hardware equipment, organizational structures and Karakteristik ketiga dari media baru adalah
social values by which individuals collect, process and asynchronity, yang mempunyai pengertian bahwa
exchange information with other individuals”. Dari media baru mempunyai kemampuan mengirim dan
definisi tersebut, Rogers melibatkan faktor kontekstual menerima pesan dalam waktu yang dikehendaki
teknologi komunikasi yang terdiri dari aspek perangkat individu. Sifat ini juga memperlihatkan partisipan
keras (peralatan), struktur organisasi dan nilai-nilai komunikasi tidak memerlukan waktu yang bersamaan
sosial yang mana individu mengumpulkan, mengolah dalam mengirim dan menerima pesan. Sebagaimana
dan bertukar informasi dengan individu lainnya. juga dinyatakan Chamberlain (1994) : “the ability of
Istilah McLuhan (1964) yang populer bahwa an individual to send, receive, save, or retrieve
‘technology as the extension’ menunjukkan teknologi messages at her or his convenience”. Penggeseran
menjadi medium fisik yang menggantikan kemampuan waktu (time shifting) ini merupakan salah satu
fisik manusia. Pemikiran McLuhan pada dasarnya kemampuan teknologi komunikasi baru. Berbagai fitur
mengacu tentang bagaimana cara masyarakat yang dimiliki media baru seperti voice mailbox, sms
menciptakan sesuatu untuk memperluas kemampuan atau email memungkinkan pesan untuk disimpan jika
tubuh dan pikirannya. Selain sebagai ekstensi dan penerima sedang tidak dalam kondisi siap menerima
menggantikan tubuh manusia, teknologi juga pesan. Hal ini berarti individu memiliki kemampuan
memberikan pengaruh pada lingkungan serta relasi untuk mengatur waktu dan suasana yang tepat ketika
antara manusia dan teknologi yang digunakannya. Hal mengirim, menerima, menyimpan atau mendapatkan
ini menunjukkan bagaimana cara dan budaya kembali pesan tersebut (Ruggiero, 2007)
masyarakat untuk memahami teknologi komunikasi McQuail (2010 : 141) menambahkan
dan menganggap sebagai salah satu bagian penting digitalisasi dan konvergensi sebagai aspek
dalam proses komunikasi antar manusia. Namun fundamental dari teknologi komunikasi dan informasi :
demikian, McLuhan mengingatkan bahwa setiap digitalization and convergence of all aspects of media,
ekstensi teknologi bisa mengakibatkan modifikasi atau increased interactivity and network conectivity,
hilangnya ekstensi lainnya. mobility and delocation of sending and receiving,
adaptation of publication and audience roles,
2.2. Karakter Media Baru appearance of diverse new forms of media “gateway”,
Rogers dalam bukunya Communication fragmentation and blurring of the “media institution”.
Technology, The New Media in Society (1986 : 4-6) Flew (2005 : 2) juga menyebut bahwa media
menyebut tiga karakteristik yang menandai kehadiran baru adalah media digital yang menggabungkan data,
media baru, yaitu : interactivity, de-massification dan teks, suara dan gambar dalam bentuk digital dan
asynchronity. Karakteristik pertama, interactivity didistribusikan melalui network.. Lebih lanjut Flew
merupakan kemampuan sistem komunikasi baru dalam menyatakan bahwa internet merupakan teknologi
memberi talk back bagi penggunanya. Williams et konvergen, digital networking, global reach,
al.(1988) juga menyatakan sifat interactivity “the interactivity dan many-to-many communication serta
degree to which participants in the communication suatu bentuk media yang memberikan penggunanya
process have control over, and exchange roles in their menjadi pencipta sekaligus pengguna isi/pesan di
mutual discourse”. Dengan kata lain, media baru dalamnya.
mempunyai sifat interaktif yang tingkatannya hampir Straubhaar dan LaRose (2008 : 21-24), juga
sama atau mendekati tingkat interaktif pada menyebut aspek-aspek digital, interactive,
komunikasi interpersonal. Sifat interaktif ini asynchronous, multimedia dan narrowcasted sebagai
merupakan kualitas yang diharapkan dari sistem karakteristik media baru. Demikian pula Van Dijk
komunikasi karena perilaku komunikasi diharapkan dalam bukunya The Network Society (2006)
dapat lebih akurat, efektif dan lebih memuaskan. mendefinisikan “new media are media which are both
Karakteristik kedua dari media baru adalah integrated and interactive and also use digital code”.
de-massification, suatu pesan dapat dirubah setiap Van Dijk menyebut 3 karakteristik utama media baru
individu dalam audience yang besar. De-massification yaitu integrasi, interaktif dan digital.
ini juga berarti sebagai kontrol sistem komunikasi Lebih lanjut Mc Quail (2000 : 127)
yang bergeser dari produsen pesan ke konsumen mengklasifikasikan media baru menjadi empat
media. Hal ini yang membedakan dengan media kategori yaitu :
1) interpersonal communication media, meliputi memperkuat atau mempertahankan relationship;
telepon dan email. Dalam konteks sebagai 2) Interactive play media, menggunakan komputer dan
interpersonal communication media, isi yang video games serta peralatan virtual reality. Dalam
dibicarakan lebih bersifat pribadi, topik yang konteks ini digunakan sebagai alat untuk tele-presence
dibicarakan cepat berganti dan dilakukan tidak hanya dan de-communication;
sekedar menyampaikan informasi, akan tetapi untuk