BRIDGING THE DIGITAL DIVIDE: THE RELEVANCE OF MARSHALL MCLUHAN’S
MEDIA ECOLOGY THEORY
(Akpan Kufre Paul and Ogude Bendica Adaeze, 2018) Artikel ini pada intinya berfokus pada pembahasan terkait upaya dalam menjembatani kesenjangan digital yang terjadi serta mengulas secara mendalam tentang konsep ekologi media dan teori ekologi media yang diprakarsai oleh McLuhan. Ekologi media adalah konsep yang menganalisis dampak perubahan media dan teknologi komunikasi pada sifat manusia. Konsep ini memposisikan media sebagai sesuatu yang berperan dalam menjembatani hubungan timbal balik antara manusia dengan media itu sendiri dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Pendapat ahli: o Postman (2000) mendefinisikan ekologi media sebagai proses sistematis tentang bagaimana media (komunikasi) mempengaruhi perasaan, persepsi, nilai dan pemahaman manusia; dan juga bagaimanainteraksi manusia dengan media memfasilitasi peluang kelangsungan hidup bagi manusia. Postman percaya bahwa teknologi adalah saluran di mana media tumbuh di masyarakat. o Carey (1989) berpendapat bahwa ekologi media adalah eksplorasi konsekuensi budaya tentang bagaimana perubahan media yang mengarah pada perubahan manusia dari waktu ke waktu ekologi media berbeda dari studi komunikasi karena fokusnya adalah pada integrasi, saling ketergantungan, dinamisme media dan teknologi dalam aktivitas manusia. Diyakini bahwa perangkat teknologi digunakan manusia untuk berpikir, berinteraksi, dan bermain dengan memainkan peran penting tentang bagaimana memahami realitas kehidupan. o Carpenter (1960) mendefinisikan ekologi media sebagai studi tentang kompleks sistem komunikasi dalam lingkungan yang berusaha untuk mengintegrasikan konsekuensi tabrakan teknologi dan budaya umat manusia. o Wikipedia.com mendefinisikan ekologi media sebagai studi tentang kedokteran, teknologi, komunikasi, dan bagaimana mereka mempengaruhi aktivitas manusia di lingkungan tertentu. Ekologi media percaya bahwa media memainkan peran perluasan indera manusia dengan menggunakan teknologi sebagai media transmisi. o Crowley (2011) berpendapat bahwa ekologi media adalah studi tentang media, lingkungan dan dampaknya terhadap perubahan lingkungan manusia dalam aspek perasaan, persepsi, pemahaman dannilai-nilai, menggunakan teknologi sebagai pendekatan dengan refleksi berpikir kritis. Media itu sendiri terdiri dari pesan yang pada gilirannya mempengaruhi aktivitas manusia secara langsunglingkungan. Teori ekologi media dikemukakan oleh Marshall McLuhan pada tahun 1960, namun baru menonjol dan diterbitkan pada tahun 1962. Teori ini percaya bahwa semua media dan pesan yang dikomunikasikan terlepas dari adanya kekuatan memaksa yang mempengaruhi aktivitas manusia dan masyarakat. Pengaruh ini ditampilkan dengan menyamakan keseimbangan indera melalui pendengaran, penciuman, sentuhan, penglihatan dan rasa. Namun inovasi teknologi adalah kemajuan kemampuan manusia dan indera yang mengganggu keseimbangan sensorik. Gangguan ini melahirkan masyarakat baru yangmenciptakan teknologi baru untuk digunakan oleh manusia. Teori ekologi media menekankan pada peran komunikasi dalam media mulai dari Zaman Batu ke Zaman Kayu dan selanjutnya ke Zaman Teknologi/Era Digital yang kita hadapi saat ini. McLuhan (1996) berpendapat bahwa dalam komunikasi, media yang kita pilih untuk digunakan berpotensi menentukan jenis pesan yang akan dikirim. Oleh karena itu, ada hubungan yang konstan antara media dan penggunaan teknologi dalam komunikasi. Misalnya pilihan telepon daripada teks dalam komunikasi yang mendasarkan pada pemilihan teknologi yang digunakan dalam pengiriman pesan. Postman (2008) mengamati bahwa ekologi media melibatkan interaksi antara media dan manusia dengan tujuan menjaga keseimbangan dalam budaya masyarakat dengan menggunakan teknologi. Teori ekologi media berpusat pada prinsip-prinsip bahwa teknologi mengontrol dan mempengaruhi hampir semua karya umat manusia termasuk komunikasi, persepsi, perasaan, dan pemahaman. Teori ini mengklaim bahwa media mendefinisikan masyarakat dalam empat era, yaitu Era Suku, Era Literasi, Era Cetak, dan Era Elektronik. Asosiasi Ekologi Media (2000) berpendapatbahwa teori ekologi media memiliki asumsi sebagai berikut: o Media menanamkan setiap tindakan dan tindakan dalam masyarakat o Media memperbaiki persepsi kita dan mengatur pengalaman kita o Media menyatukan dunia dan memperkuat tindakannya o Media mengubah dunia menjadi desa global Secara global, pada abad 21 ini ada beberapa fitur yang dibawa oleh Information and Communication Technology (ICT) dan telah membantu dalam mengubah dunia. Prensky (2001) mengklasifikasikannya dalam tiga kategori, yaitu digital natives, imigran digital, dan digital fugitive. Digital natives adalah kelompok individu yang lahir setelah penyebaran dan adopsi teknologi digital pada tahun 1980-an. Digital native adalah individu yang berinteraksi secara teratur dengan teknologi seperti internet, komputer, ponsel pintar, permainan komputer dan digital lainnya perangkat. Digital natives bersifat multi-tasking yang membantu mereka untuk beroperasi sangat berbeda dari kumpulan orang lain. Digital natives percaya dan berpikir secara berbeda karena paparan awal ke dunia digital. Karakteristik digital natives menurut Prensky (2001): o Penduduk asli digital adalah pemikir kreatif o Mereka percaya pada pengetahuan yang kreatif dan berbagi pendapat o Penduduk asli digital adalah pencipta pekerjaan dan bukan pencari kerja o Penduduk asli digital percaya pada koneksi jaringan o Mereka didorong oleh teknologi di alam Digital immigrant adalah kelompok orang yang lahir sebelum meluasnya adopsi teknologi digital dan cenderung tidak terpapar teknologi digital selama usia mudanya. Prensky (2001) menggambarkan digital immigrant sebagai generasi orang-orang yang tidak tumbuh di era teknologi digital dan belajar mengejar ketertinggalan mereka dengan melatih keterampilan yang mereka miliki. Digital fugitives adalah kelompok orang yang tidak termasuk dalam digital native dan digital immigrant. Digital fugitives adalah kumpulan individu yang menghindari penggunaan teknologi dalam hidup mereka dan cenderung merasa nyaman dengan cara-cara tradisional. Misalnya, lebih suka menulis dengan pena dan kertas daripada mengetik dengan komputer, lebih suka mengirim surat melalui kantor pos daripada mengirim surat melalui email, dan lain-lain. Kesenjangan digital mengacu pada kesenjangan dalam mengakses Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) oleh individu. Apa yang menyebabkan kesenjangan digital adalah ketidakmampuan orang untuk memiliki akses ke komputer dan internet. Wadi (2001) berpendapat tidak cukup hanya dengan menyediakan jalan untuk informasi dan pengetahuan tetapi untuk memberdayakan peserta didik dengan keterampilan dan alat pendidikan yang sesuai dan dapat digunakan dalam menjembatani kesenjangan digital di antara peserta didik. Pada abad 21, pengetahuan dasar telah didorong oleh beberapa inovasi dan perubahan yang menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari fase industri ke fase Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang mentransformasi setiap sektor dan cara individu beroperasi. Hal ini telah memunculkan beberapa strategi/pendekatan pengajaran di kelas kita saat ini, seperti strategi pengajaran kolaboratif, pembelajaran kelas terbalik, pembelajaran campuran, dll. Ketersediaan perangkat digital di ruang kelas kita saat ini juga telah mengubah cara kita belajar, misal penggunaan papan tulis interaktif, proyektor, perekam komputer, televisi interaktif, dll. Vikoo (2017) berpendapat bahwa adopsi teknologi video ke dalam pendidikan sebagai driver sosial membantu untuk mendorong tingkat pemahaman siswa yang pada gilirannya mempromosikan keterampilan pemecahan masalah diantara mereka. Williams (2015) mengamati bahwa ketika teknologi digital dimasukkan ke dalam ajaran kelas, ini memberi siswa kesempatan untuk mengeksplorasi secara luas ke dalam konten pembelajaran mereka bahkan tanpa kehadiran instruktur. Misalnya penggunaan YouTube saat proses pembelajaran berlangsung akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat dan mendengar secara bersamaan terlepas dari gaya belajar individu. Thompson, (2013) berpendapat bahwa salah satu cara untuk menjembatani kesenjangan digital di abad 21 adalah dengan mengadopsi sistem pembelajaran campuran yang berpotensi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memanfaatkan sendiri gadgetnya dengan baik untuk belajar, baik secara online maupun tatap muka. Dalam blended learning peserta didik dapat memanipulasi lingkungan belajar mereka agar sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Konten instruksional dapat disampaikan melalui teknologi sebagai media, sementara peserta didik dapat menjelajahi konten pembelajaran mereka menggunakan salah satu aplikasi media sosial. Kesimpulan: Faktanya tetap ada kesenjangan digital antar manusia karena perbedaan tingkat komunikasi menggunakan teknologi sebagai saluran. Isu global ini telah melintasi setiap sektor termasuk sektor pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan dan penggunaan yang berkelanjutan dari teknologi digital dengan kegiatan kita sehari- hari untuk menjembatani kesenjangan digital di antara manusia. Berdasarkan masalah yang dibahas di atas, berikut adalah rekomendasi yang dibuat oleh penulis yang perlu menjadi bahan pertimbangan: 1. Instruktur harus selalu menyajikan konten pembelajaran kepada peserta didik dengan menggunakan bahasa media teknologi yang tepat utnuk membantu pemahaman dan retensi 2. Baik instruktur dan peserta didik harus terlibat dalam penggunaan teknologi digital dalam proses belajar 3. Ekologi media harus dipertimbangkan oleh setiap individu karena berkaitan dengan lingkungan fisik mereka 4. Persepsi, perasaan, sikap individu harus diarahkan pada jenis media teknologi yang digunakan dalam komunikasi