BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Media Sosial
dunia maya.
dengan setiap orang yang tergabung dalam media sosial yang sama
yang dialami. Seperti yang diutarakan oleh Kaplan dan Haenlein dalam
namun sekarang orang tidak harus bertatap muka secara langsung agar
berkomunikasi dengan orang lain setiap detik. Baik itu dengan orang
bisa terjadi dengan dua arah maupun satu arah. Teknologi mulai dari
menjadi bisa dilakukan. Salah satunya dari sekian banyak temuan para
diakses setiap waktu dan dalam penggunaan media sosial juga tidak
dengan siapa saja, baik dengan orang yang dikenal ataupun orang yang
tidak dikenal.
2. Komunikasi
sederhana samapai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara
a. Pengertian Komunikasi
bahkan ingin mengetahui yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu
jumlahnya yang banyak, media itu bisa melalui surat, telepon, teleks,
surat kabar, majalah, radio, televisi, film, bahkan satelit dan masih
kepada komunikan.
pendidikan.
informasi dari pihak yang satu dengan pihak yang lain. Penyampaian
3. Pembentukan Karakter
setiap orang memiliki karakter dan itu bisa menggambarkan diri seseorang
yang sebenarnya apakah baik atau buruk. Karakter dapat diartikan sebagai
karakter.
a. Pengertian Karakter
sebagai sebuah dimensi yang positif dan konstruksif. Jika dilihat dari
personal yang ideal (baik dan penting) untuk eksistensi diri dan
merupakan suatu kebiasaan dan jati diri yang melekat pada seseorang.
nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata
yang dibawa sejak lahir. Lebih dari itu, karakter merupakan bentukan
besar karakter orang tersebut juga baik, akan tetapi jika perilaku
yang tidak baik, maka kemungkinan besar karakter orang tersebut juga
buruk.
telah memiliki karakter yang baik maka orang tersebut akan dapat
lebih efektif.
perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu
berada.
dengan kata understand, (2) rasa, yang ditujukan dengan kata care
about, dan (3) raga, yang ditujukan dengan kata act upon core
anak di sekolah.
siswa dapat lebih memahami sebuah karakter yang dapat mereka bawa
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlaq mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses
dihasilkan olah pikir, olah hati, olah rasa, serta olahrga seseorang atau
Tidak terdapat juga strategi pelaksaan yang bisa berlaku umum yang
lain-lainnya.
nilai-nilai dan karakter mereka dan masyarakat seperti apa yang suatu
moral”.
menjadi baik. Peranan media massa juga berpengaruh baik dan buruk
dalam pembentukan karakter oleh sebab itu peran keluarga yang paling
peran serta aktif dari pihak-pihak terkait. Menurut Zubaedi (2011: 177-
dan motivasi yang disuplai dari luar dirinya seperti milieu, pendidikan,
dan aspek warotsah. Faktor niat atau kemauan anak yang besar juga
masih polos dan labil akan sangat mudah di arahkan ke hal-hal yang
positif, agar dapat membentuk karakter yang baik. Orang tua, guru,
serta masyarakat pun ikut andil dan tidak terlepas dari pembentukan
karakter anak.
4. Sopan Santun
2015) secara etimologis sopan santun berasal dari dua kata, yaitu kata
kepada) tertib menurut adab yang baik. Atau bisa dikatakan sebagai
sikap, perbuatan atau tingkah laku, budi pekerti yang baik, sesuai
orang tersebut memiliki sopan santun yang baik. Sopan santun atau
2004: 61-62) adalah suatu tata cara atau aturan yang turun-temurun
dalam pergaulan dengan orang lain, agar terjalin hubungan yang akrab,
ditentukan.
disimpulkan bahwa sopan santun adalah sikap dan perilaku yang baik
2. Kim, Junghyun & Lee, Jong-Eun Roselyn, 2011. The Facebook Paths to
dan strategi presentasi diri (positif vs jujur). Dari data survei cross-
hubungan ini tidak dimediasi oleh dukungan sosial yang dirasakan. Selain
itu, ditemukan bahwa ada lengkung negatif (terbalik kurva U), sedangkan
Florida Sarasota-Manatee.
untuk terlibat dalam pelaku jejaring sosial yang berbeda. Penelitian ini
menghasilkan bahwa pengguna yang lebih tua dari situs jejaring sosial
C. Kerangka Pikir
diri yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan orang dekat
pembentukan konsep diri saja akan tetapi komunikasi juga sebagai aktualisasi
disebut aktualisasi diri atau lebih tepatnya eksistensi diri. Manusia melakukan
untuk memperoleh kebahagian. Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri
orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan
media sosial sebagai komunikasi. Media sosial tersebut digunakan siswa untuk
gurunya melalui media sosial, akan tetapi siswa tersebut menganggap guru
harus memperhatikan dengan siapa mereka berbicara dan kalimat yang seperti
dilakukan dapat terjalin dengan baik dan juga sesuai dengan etika komunikasi.
dasar yakni afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketaqwaan, akhlak
peduli dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai atau etika serta dapat
Dampak penggunaan
media sosial terhadap
siswa:
1. Penulisan tidak Pendidikan karakter
sesuai dengan EYD sopan santun
2. Sikap siswa kurang
sopan dalam
berkomunikasi
dengan guru melalui
media sosial