TINJAUAN PUSTAKA
A. Nomophobia
1. Pengertian
Nomophobia pertama kali diteliti pada tahun 2008 oleh post office di United
kemampuan tingkat tinggi dan memiliki fungsi yang menyerupai komputer (Sari
2016). Merujuk pada orang-orang yang mengalami nomophobia ada dua istilah
merupakan kata benda dan mengacu pada seseorang yang menderita nomophobia.
yang berpendapat bahwa nomophobia merupakan rasa takut berada diluar kontak
ponsel dan dianggap sebagai fobia modern sebagai efek samping dari interaksi antara
2014). Nomophobia secara harafiah adalah “no mobile phone” yang merupakan
ketakutan berada jauh dari smartphone. Jika seseorang berada dalam suatu area yang
tidak ada jaringan, kekurangan saldo atau bahkan lebih buruknya kehabisan baterai,
11
12
orang tersebut akan merasa cemas, yang memberikan efek merugikan sehingga
menerus dapat menyebabkan perubahan dari smartphone yang hanya sekedar simbol
diari pribadi, email, kalkulator, video game player, kamera, dan pemutar musik
(Yildirim 2014).
komunikasi instan, membantu orang tetap terhubung disetiap saat dan menyediakan
smartphone. Kata nomophobia berasal dari Inggris dan merupakan singkatan dari
“No Mobile Phone”, yang menunjukan fobia atau ketakutan berada jauh dari
beberapa ahli diatas maka, disimpulkan bahwa nomophobia adalah sebagai rasa takut
berada diluar kontak ponsel dan dianggap sebagai fobia modern sebagai efek
2. Aspek-aspek Nomophobia
Aspek ini berhubungan dengan adanya perasaan kehilangan ketika secara tiba-
tiba terputus komunikasi dengan orang lain atau tidak dapat menggunakan layanan
b. Kehilangan konektivitas
tidak dapat terhubung dengan layanan pada smartphone dan tidak dapat terhubung
sosial. Ketika smartphone tidak dapat digunakan maka aliran informasi yang
diterima orang tersebut juga terganggu. Hal tersebut dapat membuat sebagian orang
tersebut. Ketika semua bisa dilakukan hanya dengan menatap layar ponsel, maka hal
b. Merasa cemas dan gugup ketika telepon genggam tidak tersedia dekat atau tidak
pada tempatnya. Selain itu juga merasa tidak nyaman ketika gangguan atau tidak
c. Selalu melihat dan mengecek layar telepon genggam untuk mencari tahu pesan atau
panggilan masuk. Oleh David Laramie ini disebut ringxiety. Ringxiety merupakan
d.Tidak mematikan telepon genggam dan selalu sedia 24 jam, selain itu saat tidur
menggunakan telepon genggam, mempunyai satu atau lebih gadget dan selalu
membawa charger, merasa cemas dan gugup ketika telepon genggam tidak tersedia
dekat atau tidak pada tempatnya, selalu melihat dan mengecek layar telepon genggam
untuk mencari tahu pesan atau panggilan masuk, tidak mematikan telepon genggam
dan selalu sedia 24 jam, kurang nyaman berkomunikasi secara tatap muka dan lebih
telepon genggam besar. Lebih lanjut, peneliti memilih untuk menggunkan aspek-
aspek nomophobia dari Yildirim(2014) yang terdiri dari empat aspek yakni: tidak
menyerah pada kenyamanan, sebagai dasar penyusunan alat ukur untuk mengetahui
a. Jenis kelamin
Secara historis tampaknya ada perbedaan jenis kelamin dalam kaitannya dengan
serapan teknologi baru. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh bianchi & Philip
(2005) telah menemukan bahwa laki-laki lebih mungkin dibandingkan wanita untuk
memiliki sikap positif terhadap computer.Secara logis ini menunjukkan bahwa laki-
17
laki akan lebih banyak dari perempuan yang bermasalah dalam penggunaan
teknologi. Perbedaan gender adalah fungsi sosialisasi dan akses terhadap teknologi.
b. Harga diri
Harga diri adalah evaluasi yang relatif stabil yang membuat seseorang
mempertahankan dirinya sendiri, dan cenderung menjadi penilai diri. Harga diri
berkaitan dengan pandangan diri dan identitas diri. Orang-orang dengan panadangan
diri buruk atau negative memiliki kecenderungan yang besar untuk mencari
dihubungi kapan saja dari sinilah tidak mengherankan jika orang-orang dalam
mengunakan telepon genngam secara tidak tepat atau berlebihan (Bianchi & Philip,
2005).
c. Usia
dibanding orang muda untuk dalam pengunaan teknologi baru. Brickfield telah
teknologi dari pada orang muda yang berarti mereka juga kurang cenderung
d. Extraversi
e.Neurotisme
kemurungan, dan sering depresi. Individu neurotisme terlalu emosional, bereaksi kuat
Lebih lanjut harga diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nomophobia,
untuk itu peneliti memilih harga diri menjadi variabel bebas pada penelitian ini.
B.Harga Diri
1. Pengertian
Menurut Coopersmith (1967) harga diri merupakan suatu bentuk evaluasi diri
dimana individu dapat menghargai dirinya sendiri. Hal ini mengandung arti
bagaimana individu dapat menerima ataupun menolak suatu kondisi yang dialami.
Coopersmith mengatakan bahwa harga diri juga diartikan sebagai bentuk penilaian
dirinya sendiri secara menyeluruh, baik positif maupun negatif. Evaluasi ini
19
memperlihatkan bagaimana individu menilai dirinya sendiri dan diakui atau tidaknya
memiliki harga diri tinggi akan menerima dan menghargai dirinya sendiri apa adanya.
Menurut Baron & Byrne (2004) harga diri adalah sikapindividu terhadap
dirinya sendiri dalam rentang dimensi negatif sampai positifatau rendah sampai
aspek penting dalam kepribadian. Harga diri adalah salah satu faktor yang
positif terhadap dirinya. Penghargaan positif akan membuat seseorang merasa bahwa
dirinya berharga, berhasil dan berguna bagi orang lain, meskipun dirinya memiliki
kelemahan atau kekurangan baik secara fisik maupun psikis. Setiawan (2005)
menyatakan bahwa harga diri merupakan tingkat individu terhadap kepuasan dirinya,
dikatakan bahwa harga diri merupakan tingkat kebanggaan individu terhadap dirinya
sendiri.
evaluasi yang dibuat individu terhadap dirinya sendiri secara positif, negatif, dan
sikap dan perilaku individu. Individu dengan harga diri tinggi akan menerima dan
20
menghargai dirinya sendiri apa adanya. Sebaliknya individu dengan harga diri
rendah tidak bisa menerima dan menghargai segala sesuatu yang ada pada dirinya.
yaitu:
a. Keberartian
sayang dari lingkungan. Ekpresi penghargaan diri yang diterima individu terdiri dari
penerimaan dan penolakan dari lingkungan. Individu yang berharga diri yang tinggi
merupakan individu yang diterima, diperhatikan orang lain, dan disukai orang lain
b. Kebajikan
melihat persolan benar atau salah berdasarkan nilai moral, etika, n aturan-aturan yang
c. Kekuatan
mengendalikan orang lain dan dirinya sendiri. Individu yang mampu mengontrol atau
mengendalikan orang lain dan dirinya dengan baik akan menunjukan sikap mandiri,
optimis, mampu berpendapat sendiri, dan tidak mudah ikut pendapat atau perilaku
orang lain. Sebaliknya, individu yang tidak mampu mengontrol orang lain dan dirinya
sendiri dengan baik akan menunjukan sikap pesimis dan tergantung pada orang lain.
d. Kompetensi
Kemampuan yang tinggi akan membuat individu merasa yakin dan optimis dapat
mencapai apa yang dicita-citakan dan mampu mengatasi setiap masalahan yang
dihadapi.
Di sisi lain menurut Felker (dalam Citra, 2008) harga diri memiliki tiga aspek,
yaitu
a. Perasaan diterima
perasaan individu bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dan
diterima serta dihargai oleh anggota kelompoknya. Kelompok ini dapat berupa
keluarga, kelompok teman sebaya atau kelompok apapun. Individu akan memiliki
penilaian positif tentang dirinya apabila individu tersebut merasa diterima dan
22
b. Perasaan mampu
mencapai suatu hasil yang diharapkan, misalnya perasaan seseorang pada saat
c. Penilaian berharga
Penilaian individu terhadap dirinya sendiri bahwa dirinya berharga dan berguna.
Sejauh mana individu menghargai dan menyukai keadaan dirinya sendiri dengan
perasaan mampu, dan perasaan berharga. Lebih lanjut peneliti memutuskan untuk
kebajikan, kekuatan, dan kompetensi sebagai dasar penyusunan alat ukur untuk
mengetahui tinggi rendahnya tingkat harga diri pada mahasiswa. Pemilihan aspek-
Di zaman modern seperti sekarang ini smartphone bukan lagi benda asing
bagi anak-anak sampai orang dewasa. Smartphone adalah salah satu teknologi
komunikasi yang dihadirkan dan dirancang sedemikian rupa dengan fitur yang
ternyata tidak selalu benilai positif. Bagi sebagian orang, hadirnya smartphone
memberikan efek negatif yakni dengan sikap yang berlebihan dalam penggunaan
maupun orang disekitarnya, dari fenomena tersebut membuat orang cemas ketika jauh
Menurut Erikson( dalam Karuniawan & Cahyanti, 2013) pada masa remaja
menuju dewasa, seseorang belum memiliki identitas ego (mencari identitas jati diri),
cenderung berkelompok pada teman seusianya (peers) dan memiliki emosi yang
belum stabil. Pada masa tersebut sesuai dengan usia dalam strata pendidikan yang
peka terhadap teknologi-teknologi baru dan inovasi baru. Kaum muda dikenal sangat
dekat dengan hal-hal yang baru dan tidak menutup kemungkinan salah satunya adalah
terlihat “gaul” atau tidak ketinggalan zaman dengan hal–hal yang baru.
Berdasarkan hasil survai yang dilakukan oleh User Personal Report (SUPR)
dilaporkan bahwa pengguna smartphone pada rentan usia di bawah 30 tahun lebih
besar dan menduduki sebesar 66% (Hasan, 2015). Ditambahkan lagi dalam penelitian
yang dilakukan oleh Secur envoy (2012) menemukan bahwa usia 18-24 tahun paling
berlangsung antara umur 12-21 tahun. Secara lebih spesifik masa remaja dibagi
menjadi 3 masa, yakni masa remaja awal (12-15 tahun), remaja tengah (15-18
tahun),remaja akhir (18-21 tahun). Terkait dengan mahasiswa, Yusuf (dalam Agusta,
2013) menjelaskan bahwa mahasiswa terletak di rentang usia 18-25 tahun, sehingga
Menurut Coopersmith (1967) harga diri merupakan suatu bentuk evaluasi diri
dimana individu dapat menghargai dirinya sendiri. Hal ini mengandung arti
bagaimana individu dapat menerima ataupun menolak suatu kondisi yang dialami.
Coopersmith mengatakan bahwa harga diri juga diartikan sebagai bentuk penilaian
diri sendiri yang ditujukan dalam perilaku individu. Lebih lanjut menurut Ghufron
25
& Risnawita (2011) setiap orang menginginkan pengharapan yang positif terhadap
adalah evaluasi yang dibuat oleh individu dan biasanya berhubungan dengan
penghargaan terhadap dirinya sendiri, hal ini mengekspresikan suatu sikap setuju dan
menunjukan tingkat dimana individu itu meyakini diri sendiri mampu, penting,
berhasil dan berharga.Seseorang dengan harga diri yang rendah menilai negatif
dirinya dan cenderung merasa tidak aman saat berinteraksi secara langsung dengan
orang lain dengan demikan menggunakan smartphone akan membuat dirinya merasa
Berkaitan dengan salah satu aspek harga diri yaitu keberartian, individu yang
memiliki harga diri tinggi merupakan individu yang diterima diperhatikan orang lain
dan disukai orang lain sebagaimana adanya. Sebaliknya individu yang harga diri
kehilangan koneksivitas atas layanan yang disediakan smartphone dan tidak bisa
terhubung dengan berbagai akun media sosial yang dimiliki. Terhubung satu sama
smarphone tidak terhubung dengan konektivitas atau rusak. Maka tidak dapat
mengakses akun media sosial dan tidak dapat terhubung dengan teman-temannya.
memberikan akses untuk berhubungan dengan orang lain, harga diri dapat
Ditambahkan oleh Baron, Byrne, & Branscombe (dalam Agusta, 2013) individu
perilakunya. Contoh sehari-hari mahasiswa yang memiliki harga diri tingggi maka
Orang-orang dengan pandangan diri yang buruk atau negatif memiliki kecenderungan
setiap orang untuk bisa dihubungi kapan saja dari sinilah tidak mengherankan jika
orang-orang dalam menggunakan telepon genngam secara tidak tepat atau berlebihan
Hong, Chiu & Huang (2012) menambahkan bahwa individu dengan harga
diri yang rendah lebih sering melakukan panggilan dan mengirim lebih banyak pesan
teks, sedangkan individu yang memiliki harga diri yang tinggi lebih memilih
melakukan komunikasi dengan tatap muka secara langsung. Hal tersebut juga
disampaikan oleh Ehrenberg (dalam Mayangsari & Ariana, 2015) bahwa individu
yang memiliki harga diri yang rendah akan lebih banyak mengirim pesan teks.
yang memiliki harga diri tinggi adalah orang yang mengenal dirinya sendiri dengan
tantangan untuk berkembang. Ia juga menyebutkan bahwa harga diri tinggi ialah
kemampuan untuk melihat diri sendiri, berharga, berkemampuan, penuh kasih sayang
yang memiliki bakat pribadi yang khas serta kepribadian yang berharga dalam
hubungannya dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang merasa harga dirinya rendah
memiliki gambaran negatif pada diri, sedikit mengenal dirinya sehingga menghalangi
Mahasiswa dengan kompetensi tinggi dapat membuat rencana yang sistematis untuk
seperti makan, minum, atau mandi Tondok (dalam sutanto, 2016). Ditambahkan oleh
berkurangnya waktu untuk mengerjakan sesuatu yang penting dengan kata lain
dengan harga diri (Bianchi& Philips, 2005). Berdasarkan penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa harga diri merupakan salah satu faktor yang turut andil dalam
kompetensi yang dimiliki individu akan membentuk tinggi atau rendahnya harga diri
individu.
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif
antara harga diri dengan nomophobia pada mahasiswa. Semakin tinggi harga diri
mahasiswa. Sebaliknya semakin rendah harga diri yang dimiliki mahasiswa maka