Anda di halaman 1dari 12

PENGUJIAN ALAT UKUR NOMOPHOBIA PADA REMAJA PENGGUNA

SMARTPHONE

MATA KULIAH KONSTRUKSI ALAT UKUR


DOSEN : Ibu Ratri Pratiwi, S.Psi., M.A

Oleh:
KELOMPOK 2

1. Yuliawati - 200810320
2. Muhammad Andri - 220810720
3. Muhammad Gilang Saputro - 220810040
4. Nickbryan W.A.P.S - 220810234

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2024
A. TUJUAN
Pengujian alat ukur Nomophobia pada remaja yang berusia 15 - 20
tahun sebagai pengguna aktif smartphone dengan tujuan untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas alat ukur Nomophobia.

B. KONSTRAK TEORI
1. Pengertian Remaja
Menurut Santrock (dalam Jufri 2021) masa remaja merupakan masa
transisi dari anak anak menjadi dewasa dengan adanya perubahan biologis,
kognitif, dan sosial emosional. Ciri ciri remaja usia 12 – 15 tahun diantaranya
berperilaku kasar, tidak toleran dan tidak berusaha mengendalikan diri dan
perasaan. Dengan mengendalikan diri kira dapat membina hubungan baik
dengan teman. WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia
remaja dengan kurun usia dibagi menjadi dua, 10-14 tahun adalah remaja awal
dan 15-20 tahun adalah remaja akhir. Batasan PBB di Indonesia tentang usia
pemuda adalah kurun usia 14-24 tahun. Rentang usia remaja 14-24 tahun,
mereka harus melewati tugas-tugas perkembangan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan remaja merupakan masa
perpindahan dari anak anak menjadi dewasa dan mengalami perubahan fisik,
kognitif, dan social emosial, untuk usia remaja sendiri mulai dari 10 – 20 tahun.

2. Pengertian Nomophobia
Menurut Gilbert, 2020 istilah nomophobia berasal dari Inggris dan
merupakan kombinasi dari 'non-mobile phone' dan 'fobia' yang diciptakan
dalam sebuah studi tahun 2010 oleh Kantor Pos Inggris. Dengan kata lain,
nomophobia dianggap sebagai bentuk ketakutan akan terputus dari dunia maya.
Nomophobia juga dapat diartikan sebagai rasa takut meninggalkan rumah tanpa
ponsel dan kehilangan kontak dengannya dan mempengaruhi semua bidang
kehidupan seseorang, terutama dalam hubungan sosial, pekerjaan, dan
akademik, karena ketergantungan pada penggunaan smartphone. Nomophobia
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi psikologis ketika orang
akan takut memisahkan dari satu sel konektivitas telepon atau takut keluar dari
smartphone ( Bivin kontak, et al. , 2013 ). Nomophobia (no-mobile-phone phobia)
adalah jenis fobia yang ditandai ketakutan berlebih jika seseorang kehilangan
ponselnya. Orang yang menderita nomophobia selalu hidup dalam kekhawatiran
dan selalu cemas dalam meletakkan atau menyimpan smartphone miliknya,
sehingga selalu membawanya kemanapun pergi. Penderita nomophobia bahkan
dapat memeriksa smartphonenya hingga 34 kali sehari dan sering membawanya
hingga ke toilet. Ketakutan tersebut termasuk dalam hal kehabisan baterai,
melewatkan telepon atau sms, dan melewatkan informasi penting dari jejaring
sosial (Mayasari, 2012).
Nomophobia adalah suatu ketidaknyamanan, kegelisahan, ketakutan,
atau kesedihan yang disebabkan karena tidak dapat berhubungan dengan
smartphone. Nomophobia merupakan suatu keadaan dimana timbulnya
perasaan cemas jika dijauhkan dari smartphone. Contoh ; seseorang akan
merasa cemas (phobia), depresi, bahkan gangguan jiwa yang dapat
mempengaruhi kesehatan psikologisnya ketika ia saat dalam suatu area
kehabisan baterai smartphone nya (Aguilera-Manrique et al., 2018). No
Phone Mobile Phobia (Nomophobia) merupakan ketakutan dan kecemasan
yang dialami seseorang karena tidak adanya ponsel, dianggap sebagai salah satu
dampak negatif yang dibawa oleh teknologi di era modern ini, karenanya, orang
orang mungkin mengalami masalah psikologis sebab tidak dapat memiliki
ponsel dan terhubung dengan telepon (Algul, 2014).
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan Nomophobia dalah
perasaan takut, gelisah, tidak tenang, cemas, tidak nyaman, ketakutan,
kesedihan yang disebabkan karena kehilangan mobile phonenya, tidak dapat
mengakses mobile phonenya atau terputus koneksi dengan mobile phonenya.
a. Aspek Aspek Nomophobia
Aspek nomophobia menurut Yildirim (2014), yaitu :

1) Tidak dapat berkomunikasi,


Orang yang sudah ketergantungan dengan mobile phone akan
memfokuskan fikirannya untuk memainkan mobile phone tersebut,
sehingga dia aka nada kendala dalam berkomunikasi dengan orang di
sekitarnya, bentuk tidak dapat berkomunikasinya antara lain : Ketika
dipanggil tidak menyaut, Ketika diajak bicara kurang memperhatikan,
kurang paham dengan pertanyaan

2) kehilangan keterhubungan,

Dalam hal ini pengguna mobile phone akan menutup diri dengan
lingkungan luar, dan dia akan menghabiskan waktunya untuk selalu
mengechek notifikasi yang ada di mobile phone mereka. Contohnya
antara lain : Selalu mengechek konektifitas wifi, notifikasi di mobile
phone mereka, kurang interaksi dengan social di sekelilingnya,
menutup diri

3) tidak dapat mengakses informasi,


Karena keterbatasan informasi yang terdapat di mobile phone,
sehingga banyak informasi yang tidak bisa di akses oleh mobile phone
mereka dan itu akan meningkatkan stress mereka.

4) dan kenyamanan yang bergantung pada smartphone


Remaja yang terbiasa menggunakan mobile phone untuk mencari
informasi dan setiap waktu mereka tidak bisa lepas dari mobile phone,
apabila mereka tidak menggunakan mobile phone meraka akan
mengalami stress
Menurut Yan (dalam Lydia,2022) dimensi Nomophobia adalah sebagai
berikut:

1) Mengalami kecemasan ketika smartphone adalah salah;

2) Merasa tidak nyaman jika lebih dari dua jam tanpa melakukan
pemeriksaan terhadap telepon untuk melihat pesan;

3 ) Tingkat emosi tidak stabil apabila tidak melihat smartphone;

4 ) Merasa harus segera menjawab panggilan dan pesan teks saat


mengemudi;

5 ) Selalu melakukan telepon dan mengirim pesan saat mengemudi;

6 ) Hal pertama saat bangun tidur yang dilakukan adalah melihat telepon;

7) Selalu tidur di samping telepon dan bisa hingga larut melihat


telephone;

8) Menjawab telpon / melihat telepon dengan sering padahal berada di


samping orang yang disayangi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan aspek nomophobia antara lain


tidak dapat berkomunikasi, kehilangan hubungan, tidak dapat mengakses
informasi, kenyamannya tergantung pada smartphone, mengalami
kecemasan ketika smartphone adalah salah; Merasa tidak nyaman jika lebih
dari dua jam tanpa melakukan pemeriksaan terhadap telepon untuk
melihat pesan; Tingkat emosi tidak stabil apabila tidak melihat
smartphone; Merasa harus segera menjawab panggilan dan pesan teks saat
mengemudi; Selalu melakukan telepon dan mengirim pesan saat
mengemudi; Hal pertama saat bangun tidur yang dilakukan adalah melihat
telepon; Selalu tidur di samping telepon dan bisa hingga larut melihat
telephone; Menjawab telpon / melihat telepon dengan sering padahal
berada di samping orang yang disayangi

3. Pengertian Smartphone

Smartphone merupakan perangkat teknologi komunikasi canggih yang


mampu untuk berkomunikasi secara langsung maupun tidak langsung.
Smartphone hanya tidak sebagai alat komunikasi saja, akan tetapi smartphone
juga dapat mengakses internet, menyimpan data, bahkan mengirim pesan email
(Cummiskey, 2013). Menurut Safaat (2013), smartphone adalah perangkat
telekomunikasi serbaguna, smartphone atau yang disebut juga piranti pintar dan
menjadi trend yang mewabah di Indonesia, digemarinya smartphone ini juga
bukan tanpa alasan, tapi karena feature yang ditawarkan sangat menarik dan
mengubah hobi pengguna untuk browsing, chatting, dan semacamnya yang
awalnya dilakukan secara statis, sekarang dengan smartphone bisa dilakukan
dengan mobile atau bergerak.

Smartphone merupakan pengembangan dari mobile phone atau lebih


dikenal dengan handphone yang diciptakan awal mula sekitar 40 tahun lalu oleh
Martin Cooper dari Motorola. Ponsel yang berbentuk besar sekali itu
mempunyai berat 1,15 kg dan panjang sekitar 10 inch serta hanya bisa
digunakan selama 20 menit saja sebelum baterainya habis. Namun, dalam
perkembangannya hingga jadi smartphone pada saat ini, dengan dimensi yang
lebih elegan dan indah juga bisa lebih multifungsi sehingga tidak hanya
digunakan untuk telepon dan sms saja, kekuatan baterainya pun bisa lebih tahan
lama hingga dapat bertahan beberapa hari standby dengan sekali full charge.
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan smartphone adalah
perangkat teknologi komunikasi yang sudah modern dan mampu untuk
berkomunikasi, mengakses internet, menyimpan data dan dengan model yang
selalu berubah setiap tahunnya mengikuti perkembangan jaman.

4. KEISMPULAN
Nomophobia adalah kondisi psikologis yang disebabkan karena
kehilangan ponsel atau terputus koneksi dengan smartphone. Aspek-aspek
nomophobia antara lain tidak dapat berkomunikasi, kehilangan keterhubungan,
tidak dapat mengakses informasi, dan kenyamanan yang bergantung pada
smartphone. Remaja, yang berusia 15-20 tahun, yang berusaha mengendalikan
diri dan perasaan, merupakan grup yang paling efektif untuk mengalami
nomophobia. Indikator nomophobia antara lain ketika dipanggil tidak menyaut,
selalu mengechek konektifitas wifi, notifikasi di mobile phone, kurang interaksi
dengan social di sekelilingnya, menutup diri, kehilangan ponsel, tidak dapat
mengakses informasi, dan kenyamanan yang bergantung pada smartphone.
Smartphone merupakan perangkat teknologi komunikasi canggih yang mampu
untuk berkomunikasi secara langsung maupun tidak langsung.

C. DEFINISI OPERASIONAL
Nomophobia dianggap sebagai bentuk ketakutan akan terputus dari dunia
maya. Nomophobia juga dapat diartikan sebagai rasa takut meninggalkan rumah
tanpa ponsel dan kehilangan kontak dengannya dan mempengaruhi semua bidang
kehidupan seseorang, terutama dalam hubungan sosial, pekerjaan, dan akademik,
karena ketergantungan pada penggunaan smartphone. Nomophobia adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan kondisi psikologis ketika orang akan takut memisahkan
dari satu sel konektivitas telepon atau takut keluar dari smartphone ( Bivin kontak, et al. ,
2013 ). Nomophobia (no-mobile-phone phobia) adalah jenis fobia yang ditandai ketakutan
berlebih jika seseorang kehilangan ponselnya. Orang yang menderita nomophobia selalu
hidup dalam kekhawatiran dan selalu cemas dalam meletakkan atau menyimpan
smartphone miliknya, sehingga selalu membawanya kemanapun pergi. Nomophobia
adalah suatu ketidaknyamanan, kegelisahan, ketakutan, atau kesedihan yang
disebabkan karena tidak dapat berhubungan dengan smartphone. Nomophobia
merupakan suatu keadaan dimana timbulnya perasaan cemas jika dijauhkan dari
smartphone.

Nomophobia dalah perasaan takut, gelisah, tidak tenang, cemas, tidak nyaman,
ketakutan, kesedihan yang disebabkan karena kehilangan mobile phonenya, tidak
dapat mengakses mobile phonenya atau terputus koneksi dengan mobile phonenya.

D. ASPEK

Aspek nomophobia menurut Yildirim (2014), yaitu :

1) Tidak dapat berkomunikasi,


Orang yang sudah ketergantungan dengan mobile phone akan memfokuskan
fikirannya untuk memainkan mobile phone tersebut, sehingga dia aka nada
kendala dalam berkomunikasi dengan orang di sekitarnya, bentuk tidak dapat
berkomunikasinya antara lain : Ketika dipanggil tidak menyahut, Ketika diajak
bicara kurang memperhatikan, kurang paham dengan pertanyaan

2) kehilangan keterhubungan,

Dalam hal ini pengguna mobile phone akan menutup diri dengan lingkungan luar,
dan dia akan menghabiskan waktunya untuk selalu mengechek notifikasi yang ada
di mobile phone mereka. Contohnya antara lain : Selalu mengechek konektifitas
wifi, notifikasi di mobile phone mereka, kurang interaksi dengan social di
sekelilingnya, menutup diri

3) tidak dapat mengakses informasi,


Karena keterbatasan informasi yang terdapat di mobile phone, sehingga banyak
informasi yang tidak bisa di akses oleh mobile phone mereka dan itu akan
meningkatkan stress mereka.

4) dan kenyamanan yang bergantung pada smartphone


Remaja yang terbiasa menggunakan mobile phone untuk mencari informasi dan
setiap waktu mereka tidak bisa lepas dari mobile phone, apabila mereka tidak
menggunakan mobile phone meraka akan mengalami stress

E. INDIKATOR

No Aspek Indikator
1 Tidak dapat berkomunikasi - Tidak merespon panggilan atau pesan secara tepat waktu.
- Kurang perhatian saat diajak bicara karena fokus pada
ponsel.
- Kesulitan memahami atau membalas pertanyaan karena
terlalu terfokus pada ponsel.

2 kehilangan keterhubungan - Selalu memeriksa notifikasi atau koneksi WiFi secara


berlebihan.
- Menghabiskan waktu untuk ponsel daripada berinteraksi
dengan orang di sekitar.
- Menjadi lebih tertutup dan kurang aktif secara sosial.

3 tidak dapat - Stress atau kegelisahan karena keterbatasan informasi


mengakses informasi yang bisa diakses melalui ponsel.
- Merasa tidak bisa berfungsi dengan baik tanpa akses
konstan ke informasi di ponsel.

4 kenyamanan yang bergantung - Merasa stres atau gelisah jika tidak menggunakan ponsel
pada smartphone dalam jangka waktu tertentu.
- Kecenderungan menggunakan ponsel sebagai pengalih
perhatian dari situasi yang tidak menyenangkan.
- Bergantung pada ponsel untuk mencari informasi,
hiburan, atau kenyamanan sehingga sulit melepaskannya.

F. BLUEPRINT AITEM

No Aspek Indikator Jumlah Aitem Jumlah


Favourabl Unfavourable
e
1 Tidak dapat - Tidak merespon 6,14,20 12,16,22 6
berkomunikasi
panggilan atau pesan
secara tepat waktu.
- Kurang perhatian
saat diajak bicara
karena fokus pada
ponsel.
- Kesulitan
memahami atau
membalas pertanyaan
karena terlalu terfokus
pada ponsel.

2 kehilangan - Selalu memeriksa 5,11,23 9,17,24 6


keterhubungan notifikasi atau koneksi
WiFi secara berlebihan.
- Menghabiskan
waktu untuk ponsel
daripada berinteraksi
dengan orang di sekitar.
- Menjadi lebih
tertutup dan kurang
aktif secara sosial.

3 tidak dapat - Stress atau 2,8,18 4,13,21 6


mengakses kegelisahan karena
informasi keterbatasan informasi
yang bisa diakses
melalui ponsel.
- Merasa tidak bisa
berfungsi dengan baik
tanpa akses konstan ke
informasi di ponsel.

4 kenyamanan yang - Merasa stres atau 1,7,15 3,10,19 6


bergantung pada
smartphone
gelisah jika tidak
menggunakan ponsel
dalam jangka waktu
tertentu.
- Kecenderungan
menggunakan ponsel
sebagai pengalih
perhatian dari situasi
yang tidak
menyenangkan.
- Bergantung pada
ponsel untuk mencari
informasi, hiburan, atau
kenyamanan sehingga
sulit melepaskannya.

Total 24

Anda mungkin juga menyukai