Anda di halaman 1dari 9

BAB II

URAIAN TEORITIS
2.1. Teori New Media
2.1.1. Pengertian New Media
Teori media baru merupakan sebuah teori yang dikembangkan oleh Pierre Levy, yang
mengemukakan bahwa media baru merupakan teori yang membahas mengenai
perkembangan media. Dalam teori media baru, terdapat dua pandangan, pertama yaitu
pendangan interaksi sosial, yang membedakan media menurut kedekatannya dengan interaksi
tatap muka. Pierre Levy memandang World Wide Web (WWW) sebagai sebuah lingkungan
informasi yang terbuka, fleksibel dan dinamis, yang memungkinkan manusia
mengembangkan orientasi pengetahuan yang baru dan juga terlibat dalam dunia demokratis
tentang pembagian mutual dan pemberian kuasa yang lebih interaktif dan berdasarkan pada
masyarakat(http://en.wikipedia.org).
New Media atau media online didefinisikan sebagai produk dari komunikasi yang
termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer digital (Creeber dan Martin,
2009). Definisi lain media online adalah media yang di dalamnya terdiri dari gabungan
berbagai elemen. Itu artinya terdapat konvergensi media di dalamnya, dimana beberapa
media dijadikan satu (Lievrouw, 2011). New Media merupakan media yang menggunakan
internet, media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan
dapat berfungsi secara privat maupun secara public (Mondry, 2008: 13).
Definisi lain mengemukakan, media baru merupakan digitalisasi yang mana sebuah
konsep pemahaman dari perkembangan zaman mengenai teknologi dan sains, dari semua
yang bersifat manual menjadi otomatis dan dari semua yang bersifat rumit menjadi ringkas.
Digital adalah sebuah metode yang complex dan fleksibel yang membuatnya menjadi sesuatu
yang pokok dalam kehidupan manusia. Digital ini juga selalu berhubungan dengan media
karena media ini adalah sesuatu yang terus selalu berkembang dari media zaman dahulu (old
media) sampai sekarang yang sudah menggunakan digital (modern media/new media).
Selama tahun 2000, internet telah memasuki fase yang disebut web 2.0. (web two
point-oh), dimana semua menjadi lebih interaktif dan telah menjadi area untuk semua orang,
tidak hanya milik beberapa pihak saja. Semua orang saat ini dapat langsung mengambil peran
dan menaruh apapun kedalam internet. Perkembangan web 2.0 sebagai platform telah
mengubah sifat interaktivitas di web dan membuka alam semesta bagi pengguna media.
Sedangkan metafora halaman web 1.0 hanya diperbolehkan untuk mengunduh informasi
sejalan dan karena itu tidak berbeda dengan konsumsi media penyiaran, aplikasi web 2.0
memungkinkan pengguna untuk menjadi produsen otonom. Blog, Youtube, Wikipedia, Ebay,
Flickr, Second Life dan situs jaringan sosial online lainnya seperti memungkinkan pengguna
media untuk memiliki pengalaman siaran. Pentingnya Web 2.0 adalah media siar
menghasilkan sebuah konteks hubungan sosial instan nasional atau internasional, ada
beberapa cara di mana individu mendapatkan interaksi berharga untuk membuat koneksi
global secara nyata. Faktanya bahwa pengguna sekarang dapat bekerja dengan materi media
siar sebagai sebuah cara mengembangkan ide pada ruang publik (Littlejohn,2009:686).
Salah satu bagian dari new media adalah “Network Society”. “Network society”
adalah formasi sosial yang berinfrastuktur dari kelompok, organisasi dan komunitas massa
yang menegaskan bentuk awal dari organisasi dari segala segi (individu, grup, organisasi, dan
kelompok sosial). Dengan kata lain, aspek mendasar dari formasi teori ini adalah semua yang
memiliki hubungan yang luas secara kolektivitas (Van Dijk, 2006:20). Menurut R Cahyo
Prabowo mengenai media baru/new media/media online adalah suatu alat sebagai sarana
komunikasi yang dimana saling berinteraksi, berpendapat, tukar informasi, mengetahui berita
yang melalui saluran jaringan internet serta informasinya selalu terbaru secara kilat dan juga
lebih efisien ringkas memberikan informasi kepada pembaca/khalayaknya. Media baru/new
media/ media online sangat berbeda jauh dengan media konvesional seperti radio, televisi,
media cetak, media massa dan lain-lain. Jangan di sama ratakan dengan media konvensional
(http://media.kompasiana.com). Internet adalah salah satu bentuk dari media baru (new
media). Internet dinilai sebagai alat informasi paling penting untuk dikembangkan
kedepannya. Internet memiliki kemampuan untuk mengkode, menyimpan, memanipulasi dan
menerima pesan (Ruben, 1998:110). Internet merupakan sebuah media dengan segala
karakteristiknya. Internet memiliki teknologi, cara penggunaan, lingkup layanan, isi dan
image sendiri. Internet tidak dimiliki, dikendalikan atau dikelola oleh sebuah badan tunggal
tetapi merupakan sebuah jaringan komputer yang terhubung secara intensional dan beroperasi
berdasarkan protokol yang disepakati bersama. Sejumlah organisasi khususnya provider dan
badan telekomunikasi berperan dalam operasi internet (McQuail, 2009: 28-29).
Menurut Septiawan Santana Kurnia dalam bukunya Jurnalisme Kontemporer, internet
adalah sebuah medium terbaru yang mengkonvergensikan seluruh karakteristik media dari
bentuk-bentuk yang terdahulu. Apa yang membuat bentuk-bentuk komunikasi berbeda satu
sama lain bukanlah penerapan aktualnya, namun perubahan dalam proses komunikasi seperti
kecepatan komunikasi, harga komunikasi, persepsi pihak-pihak yang berkomunikasi,
kapasitas storage dan fasilitas mengakses informasi, densitas (kepekatan atau kepadatan) dan
kekayaan arus-arus informasi, jumlah fungsionalitas atau intelijen yang dapat ditransfer. Jadi
menurut Santana, titik esensinya adalah bahwa keunikan internet terletak pada esensinya
sebagai sebuah medium (Setyani, 2013:5).
Untuk mengakses Internet, seseorang membutuhkan koneksi Internet dan piranti keras
seperti komputer, PDA, Blackberry dan lain sebagainya. Internet yang dianggap sebagai
gabungan dari beberapa bentuk media dan fasilitas email, website, newsgroup, e-commerce
dan sebagainya (Lievrouw, 2006:221).
Peneliti komunikasi Carrie Heeter pada tahun 1983 memaparkan dimensi-dimensi
interaktivitas yang digunakan untuk mengklarifikasi media, yaitu:
1. Dimensi kompleksitas dari pilihan yang tersedia. Maksudnya adalah berapa banyak
pilihan yang dimiliki khalayak dalam segi isi informasi dan waktu yang bias digunakan
untuk mengaksesnya.
2. Dimensi besaran usaha yang harus dikeluarkan oleh khalayak untuk dapat menerima
pesan dari media yang bersangkutan. Dengan kata lain, bagaimana perbandingan aktivitas
yang dilakukan khalayak dengan aktivitas yang dibuat media.
3. Dimensi tingkat respon media terhadap khalayaknya. Maksudnya adalah seberapa aktif
sebuah media dapat merespon umpan balik yang diberikan khalayaknya. Media dengan
tingkat interaktivitas yang tinggi menanggapi umpan balik yang diberikan oleh
khalayaknya dengan cepat. Dalam kondisi tertentu, media dengan tingkat interaktivitas
yang tingi dapat melakukan interaksi dengan khalayaknya seakan-akan melakukan
percakapan langsung.
4. Dimensi kemampuan untuk mengawasi pengguna informasi oleh khalayaknya. Media
dengan tingkat interaktivitas yang tinggi dapat memantau perilaku khalayak dalam
menerima pesannya, kemudian menyesuaikan sistemnya berdasarkan umpan balik yang
dihasilkan dari analisis perilaku tersebut.
5. Dimensi kemudahan dalam menambah informasi baru. Maksudnya adalah seberapa
mudah khalayak dapat turut menyediakan dan menyebarkan pesan kepada khalayak lain.
Berdasarkan kriteria in, siaran televisi memiliki interaktivitas rendah, sedangkan media
online memiliki tingkat interaktivitas yang sangat tinggi.
6. Dimensi kemampuan memfasilitasi komunikasi internet. Maksudnya adalah seberapa
mudah interaksi terjadi antar khalayak dapat terjadi (Heeter, 1988:25).
2.1.2. Kelebihan dan Manfaat New Media
Jelas new media (media baru/media online) memiliki kecepatan untuk melakukan
sebuah interaksi, lebih efisien, lebih murah, lebih cepat untuk mendapatkan sebuah informasi
terbaru dan ter-update informasinya. Kelemahannya pada jaringan koneksi internet saja jika
jaringan internet lancar dan cepat maka informasi yang disampaikan kepada pembacanya
dengan cepat serta harus ada juga koneksi internet dimana pun berada bersama media baru
(new media/media online). Media online/media baru (New Media) masuk ke dalam kategori
komunikasi massa, karena pesan yang disampaikan kepada khalayak luas lewat media online
/ Media Baru (New Media).
Internet merupakan salah satu teknologi komunikasi baru juga memiliki kemampuan
untuk membantu kita memilih dan mengatur informasi yang kita inginkan atau perlukan
dengan lebih efisien. Secara garis besar, internet jauh leih luwes dalam menjembatani waktu
dan jarak dibandingkan media-media yang sudah ada terlebih dahulu.
Sebagai media komunikasi, internet mempunyai peranan penting sebagai alat
(channel) untuk menyampaikan pesan (message) dari komunikator/penyalur pesan (source)
kepada komunikan/penerima pesan (receiver). Sifat dari internet sebagai media komunikasi
adalah transaksional, dalam artian terdapat interaksi antar individu secara intensif (terus-
menerus) dan ada umpan balik (feedback) dari antar individu dalam setiap interaksi tersebut.
Selain itu, terdapat partisipasi antar individu dengan mempertimbangkan untung/rugi dalam
setiap interaksi. nternet juga dianggap memiliki kapasitas besar sebagai media baru.
Tidak hanya memperkecil jarak dalam mengkomunikasikan pesan, teknologi
komputer dan internet juga telah berkembang dan mengeliminasi penggunaan koneksi kabel,
namun tetap bias memfasilitasi taransmisi informasi yang sangat cepat ke seluruh dunia
(Bagdakian, 2004:114). Menurut Bagdakian, duplikasi dan penyebaran matri dari Internet ini
bisa mencapai jangkauan yang sangat luas. Satu orang khalayak bisa mengunduh kemudian
menyebarkannya pada orang-orang dalam jaringan pertemanan atau jaringan kerjanya.
Kemudian pihak yang mendapatkan sebaran itu bisa menyebarkannya lagi pada orang-orang
dalam jaringannya, dan seterusnya.

2.2. Media Sosial


2.2.1. Pengertian Media Sosial
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan
mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum
dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan Wiki merupakan bentuk media sosial yang paling
umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Menurut Antony Mayfield dari
iCrossing, media sosial adalah mengenai menjadi manusia biasa. Manusia biasa yang saling
membagi ide, bekerjasama dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berfikir, berdebat,
menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan pasangan dan membangun
sebuahkomunitas. Intinya, menggunakan media sosial menjadikan kita sebagai diri sendiri.
Selain kecepatan informasi yang bisa diakses dalam hitungan detik, menjadi diri sendiri
dalam media sosial adalah alasan mengapa media sosial berkembang pesat. Tak terkecuali,
keinginan untuk aktualisasi diri dan kebutuhan menciptakan personal branding. Teknologi-
teknologi web baru memudahkan semua orang untuk membuat dan yang terpenting
menyebarluaskan konten mereka sendiri. Post di Blog, tweet, atau video di YouTube dapat
direproduksi dan dilihat oleh jutaan orang secara gratis. Pemasang iklan tidak harus
membayar banyak uang kepada penerbit atau distributor untuk memasang iklannya. Sekarang
pemasang iklan dapat membuat konten sendiri yang menarik dan dilihat banyak orang
(Zarrella, 2010: 2).
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah
kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi
Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content".

2.2.2. Sejarah Media Sosial


Kemunculan situs jejaring sosial ini diawali dengan adanya inisiatif untuk
menghubungkan orang-orang dari seluruh belahan dunia. Situs jejaring sosial pertama, yaitu
Sixdegrees.com mulai muncul pada tahun 1997. Situs ini memiliki aplikasi untuk membuat
profil, menambah teman dan mengirim pesan. Tahun 1999 dan 2000 muncul situs sosial
Lunarstorm, Live Journal, Cyword yang berfungsi memperluas informasi secara searah.
Tahun 2001, muncul Ryze.com yang berperan untuk memperbesar jejaring bisnis. Tahun
2002, muncul Friendster sebagai situs anak muda untuk saling berkenalan dengan pengguna
lain. Tahun 2003, muncul situs sosial interaktif lain menyusul kemunculan Friendster, Flick
R, Youtube, Myspace. Hingga akhir tahun 2005, Friendster dan Myspace merupakan situs
jejaring sosial yang paling diminati. Lalu para pengguna sosial media beralih ke facebook
yang sebenarnya telah dibuat pada tahun 2004, tetapi baru saja booming pada tahun 2006.
Tahun 2006, kemunculan twitter ternyata menambah jumlah pemakai media sosial, Twitter
merupakan microblog yang memiliki batasan karakter tulisan bagi penggunanya, yaitu 140
karakter. Lalu setelah lahirnya Twitter muncul jejaring sosial lain seperti Path, Instagram
yang hanya bisa diakses melalui perangkat iOs atau Android.

2.2.3. Ciri-ciri dan Jenis-jenis Media Sosial


2.2.3.1. Ciri-ciri Media Sosial.
Media sosial mempunyai ciri - ciri sebagai berikut:
1. Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa keberbagai banyak
orang contohnya pesan melalui SMS ataupun internet.
2. Pesan yang disampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper.
3. Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat di banding media lainnya.
4. Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi.

2.2.3.2. Jenis-jenis Media Sosial


Media sosial teknologi mengambil berbagai bentuk termasuk majalah, forum internet,
webblog, blog sosial, microblogging, wiki, podcast, foto atau gambar, video, peringkat dan
bookmark sosial. Dengan menerapkan satu set teori-teori dalam bidang media penelitian
(kehadiran sosial, media kekayaan) dan proses sosial (self-presentasi, self-disclosure) Kaplan
dan Haenlein menciptakan skema klasifikasi untuk berbagai jenis media sosial dalam artikel
Horizons Bisnis mereka diterbitkan dalam 2010.
Menurut Kaplan dan Haenlein ada enam jenis media sosial:
1. Proyek Kolaborasi
Website mengizinkan usernya untuk dapat mengubah, menambah, ataupun me-remove
konten – konten yang ada di website ini.Contohnya wikipedia.
2. Blog dan microblog
User lebih bebas dalam mengekspresikan sesuatu di blog ini seperti curhat ataupun
mengkritik kebijakan pemerintah. Contohnya Twitter, Blogspot, Tumblr, Path dan lain-
lain.
3. Konten
Para user dari pengguna website ini saling meng-share konten – konten media, baik
seperti video, ebook, gambar dan lain-lain. Contohnya Youtube.
4. Situs jejaring sosial
Aplikasi yang mengizinkan user untuk dapat terhubung dengan cara membuat informasi
pribadi sehingga dapat terhubung dengan orang lain. Informasi pribadi itu bisa seperti
foto-foto. Contoh Facebook, Path, Instagram dan lain-lain.
5. Virtual game world
Dunia virtual dimana mereplikasikan lingkungan 3D, di mana user bisa muncul dalam
bentuk avatar-avatar yang diinginkan serta berinteraksi dengan orang lain selayaknya di
dunia nyata, contohnya game online.
6. Virtual social world. Dunia virtual yang di mana penggunanya merasa hidup di dunia
virtual, sama seperti virtual game world, berinteraksi dengan yang lain. Namun, Virtual
Social World lebih bebas, dan lebih ke arah kehidupan, contohnya second life.

Fungsi Media Sosial


Fungsi media sosial dapat diketahui melalui kerangka honeycomb. Menurut kietzmann, etl
(2011) menggambarkan hubungan kerangka kerja honeycomb sebagai penyajian sebuah
kerangka kerja yang mendefenisikan media sosial dengan menggunakan tujuh kotak
bangunan fungsi yaitu identify, conversations, sharing, presence, relationships, reputation,
dan groups.
1. Identify, menggambarkan pengaturan identitas para pengguna dalam sebuah media sosial
menyangkut nama, usia, jenis kelamin, profesi, lokasi serta foto
2. Conversations, menggambarkan pengaturan bagaimana para pengguna berkomunikasi
dengan pengguna lainnya dalam media sosial
3. Sharing, menggambarkan pertukaran, pembagian, serta penerimaan konten berupa teks,
gambar, atau video yang dilakukan oleh para pengguna.
4. Presence, menggambarkan apakah para pengguna dapat mengakses pengguna lainnya
5. Relationship, menggambarkan para pengguna terhubung atau terkait dengan pengguna
lainnya.
6. Reputation, menggambarkan para pengguna dapat mengidentifikasi orang lain serta
dirinya sendiri
7. Groups, menggambarkan para pengguna dapat membentuk komunitas, dan sub
komunitas, yang memiliki latar belakang, minat, atau demografi.

Informasi Hoax
Hoax adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengar untuk mempercayai
sesuatu, padalah sang pencipta berita palsu tahu bahwa berita tersebut adalah palsu. Salah
satu contoh pemberitaan palsu yang paling umum adalah mengklaim sesuatu barang atau
kejadian dengan suatu sebutan yang berbeda dengan barang/kejadian sejatinya. Defenisi lain
menyatakan hoax adalah suatu tipuan yang digunakan untuk mempercayai sesuatu yang salah
dan seringkali tidak masuk akal yang melalui media online
(http://www.merriamwebster.com, diakses 3 Desember 2018).
Hoax bertujuan membentuk opini publik, menggiringnya, dan membentuk persepsi juga
untuk having fun (bersenang-senang) yang menguji kecerdasan dan kecermatan pengguna
internet dan media sosial. Tujuan penyebaranpun beragam, tapi umumnya untuk lelucon
sekedar iseng, menjatuhkan pesaing (black campaign), promosi dengan penipuan, hal inilah
yang menyebabkan banyak

Berikut penelitian mengenai jejaring sosial yang paling banyak


digunakan bahkan pemakai semakin dan terus bertambah, antara lain:
Tabel 2.1.
NO Jejaring Sosial Jumlah Member Keterangan
1 Facebook 845.000.000 Pengguna > 13 Tahun
2 Qzone 480.000.000 Pengguna China daratan
(berbahasa mandarin)
3 Twitter 300.000.000 Microblogging terpopuler di
dunia
4 Habbo 200.000.000 Pengguna > 13 tahun
5 Renren 160.000.000 Situs utama di China
6 Badoo 133.000.000 Situs umum untuk pecarian
jodoh, populer di Amerika dan
Eropa
7 LinkedIn 120.000.000 Untuk pembisnis, pengguna >
18 tahun
8 Bebo 117.000.000 Pengguna > 13 tahun
9 VKontakte 111.578.500 Berbahasa rusia, untuk umum
10 Tagged 100.000.000 Untuk segala usia
Sumber: https://sites.google.com

2.3. Cyberbullying
2.3.1. Pengertian Cyberbullying
Cyberbullying adalah segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau
remaja dan dilakukan teman seusia mereka melalui dunia cyber atau internet.
Cyberbullying adalah kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek,
dihina, diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui
media internet, teknologi digital atau telepon seluler. Dalam buku Patchin dan
Hinduja yang berjudul Bullies Move Beyond theSchoolyard: A Preliminary
Look at Cyberbullying, mengatakan bahwa cyberbullying secara
singkatdidefinisikan sebagai perbuatan yang berbahaya yang dilakukan secara
berulang-ulang melalui media elektronik (Patchin, 2008:131).
Cyberbullying dianggap valid bila pelaku dan korban berusia di bawah
18 tahun dan secara hukum belum dianggap dewasa. Bila salah satu pihak
yang terlibat (atau keduanya) sudah berusia di atas 18 tahun, maka kasus yang
terjadi akan dikategorikan sebagai cyber crime atau cyber stalking (sering
juga disebut cyber harassment).
Kowalski, Limber, Agatston, dalam buku mereka yang berjudul
Cyberbullying: Bullying in the digital age, mengatakan bahwa Cyberbullying
adalah bentuk intimidasi yang terjadi melalui sarana teknologi, seperti
jejaring sosial dan pesan instan, para ilmuwan berpendapat bahwa efek
hampir selalu bencana (Pandori, 2013:ii).
Anak-anak atau remaja pelaku cyberbullying biasanya memilih untuk
mengganggu anak lain yang dianggap lebih lemah, tak suka melawan dan tak
bisa membela diri. Pelakunya sendiri biasanya adalah anak-anak yang ingin
berkuasa atau senang mendominasi. Anak-anak ini biasanya merasa lebih
hebat, berstatus sosial lebih tinggi dan lebih populer di kalangan teman-teman
sebayanya. Sedangkan korbannya biasanya anak-anak atau remaja yang
sering diejek dan dipermalukan karena penampilan mereka, warna kulit,
keluarga mereka atau cara mereka bertingkah laku di sekolah. Namun bisa
juga si korban cyberbullying justru adalah anak yang populer, pintar dan
menonjol di sekolah sehingga membuat iri teman sebayanya yang menjadi
pelaku.
Cyberbullying pada umumnya dilakukan melalui media situs jejaring
sosial seperti Facebook dan Twitter. Ada kalanya dilakukan juga melalui
SMS maupun pesan percakapan di layanan Instant Messaging seperti Yahoo
Messenger atau MSN Messenger. Anak-anak yang penguasaan komputer
serta internetnya lebih canggih melakukan cyberbullying dengan cara lain.
Mereka membuat situs atau blog untuk menjelek-jelekkan korban atau
membuat masalah dengan orang lain dengan berpura-pura menjadi korban.
Ada pula pelaku yang mencuri password akun e-mail atau situs jejaring sosial
korban dan mengirim pesan-pesan mengancam atau tak senonoh
menggunakan akun milik korban.
Cyberbullying lebih mudah dilakukan daripada kekerasan
konvensional karena si pelaku tidak perlu berhadapan muka dengan orang
lain yang menjadi targetnya. Mereka bisa mengatakan hal-hal yang buruk dan
dengan mudah mengintimidasi korbannya karena mereka berada di belakang
layar komputer atau menatap layar telelpon seluler tanpa harus melihat akibat
yang ditimbulkan pada diri korban. Peristiwa cyberbullying juga tidak mudah
diidentifikasikan orang lain, seperti orang tua atau guru karena tidak jarang
anak-anak remaja ini juga mempunyai kode-kode berupa singkatan kata atau
emoticon internet yang tidak dapat dimengerti selain oleh mereka sendiri.
Harus diwaspadai bahwa kasus cyberbullying ini seperti gunung es. Korban
sendiri lebih sering malas mengaku. Ini karena bila mereka mengaku biasanya
akses mereka akan internet (maupun handphone) akan dibatasi. Korban juga
terkadang malas mengaku karena sulitnya mencari pelaku cyberbullying atau
membuktikan bahwa si pelaku benar-benar bersalah. Ini menyebabkan
munculnya kondisi gunung es tadi. Tujuannya adalah untuk mengganggu,
mengancam, mempermalukan, menghina, mengucilkan secara sosial atau
merusak reputasi orang lain.

2.3.2. Metode dan Bentuk Perbuatan Cyberbullying


2.3.2.1. Metode Cyberbullying
Ada 3 macam metode cyberbullying, yakni direct attacks (pesanpesan
dikirimkan secara langsung ke anak), posted and public attacks yang
dirancang untuk mempermalukan target dengan me-posting atau
menyebarkan informasi atau gambar-gambar yang memalukan ke publik, dan
cyberbullying by proxy (memanfaatkan orang lain untuk membantu
mengganggu korban, baik dengan sepengetahuan orang lain tersebut atau
tidak) (www.aftab.com).
Beberapa bentuk praktek cyberbullying adalah:
1. Mengirimkan pesan berisi hinaan atau ancaman.
2. Menyebarkan gosip atau berita burung yang tidak menyenangkan lewat
Email, status updates, atau komentar di jejaring sosial (Facebook,
Twitter, Google+ dan lain-lain).
3. Pencuri Identitas Online. Membuat akun (account) dan profil palsu
tentang seseorang/target dan melakukan aktivitas (update status,
komentar, mengirim pesan dan lain-lain) yang merusak nama baik dan
hubungan sosialnya.
4. Berbagi Gambar. Meneruskan (forward) atau membagikan (share)
foto/gambar pribadi target tanpa izin.
5. Mengunggah, membeberkan informasi pribadi target ke internet tanpa
izin.
6. Membuat blog yang berisi kebencian pada seorang target, atau membuat
kampanye di jejaring sosial untuk membuat orang-orang ikut
membenci/mem-bully target.
7. Mengunggah video yang memalukan atau memojokkan target sehingga
bisa diakses/ditonton semua orang.
(Sumber: infopsikologi.com)

2.4. Opini
Menurut Cutlip dan Center, opini merupakan suatu ekspresi tentang
sikap mengenai masalah yang bersifat Kontroversial (Sastropoetro, 1990:41).
Dalam Effective Public Relations, opini publik adalah sebuah ekspresi energi
sosial yang mengintegrasikan aktor individual ke dalam pengelompokan
sosial dengan cara mempengaruhi politik. Gagasan umum tentang opini
publik menyatakan bahwa opini publik adalah sekumpulan pandangan
individu terhadap isu yang sama. Suatu isu menjadi isu sosial apabila
menyebabkan orang lain akan membentuk pendapatnya dan menyatakan atau
memberikan tanggapannya atau persoalan yang dibahas oleh pendapat/opini
semula.
Opini/pendapat yang dikemukakan manusia, terdiri dari berbagai jenis
(Sastropoetro, 1990:1-3), diantaranya adalah:
1. Opini Perorangan: Opini yang dikemukakan oleh orang secara terbuka di
muka orang lain yang sedang dalam kelompok baik formal/informal.
2. Opini Pribadi: Opini yang dikemukakan oleh seseorang kepada orang lain
yang mempunyai hubungan yang dekat dengannya atau dipercayainya.
Pendapat/opini pribadi mengandung unsur intimitas/keakraban.
3. Opini Publik: Kesatuan pendapat yang timbul dari sekelompok orang yang
berkumpul secara spontan dan membicarakan isu yang kontroversial.
4. Opini/Pendapat Umum: Opini yang dihasilkan oleh suatu lembaga
pengumpulan pendapat umum tentang suatu isu.
5. Opini Khalayak: Pendapat yang sudah menetap/mengendap dalam
masyarakat, telah dipengaruhi oleh berbagai norma budaya dan bersifat
statis.
Ciri-ciri opini publik, antara lain:
a. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataannya.
b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat.
c. Mempunyai pendukung dengan jumlah besar.
Pendidikan, kebudayaan, agama, ekonomi, pengalaman dan
sebagainya merupakan latar belakang yang mempengaruhi besar terhadap
opini seseorang mengenai sesuatu hal. Pembentukan opini sendiri
berdasarkan fakta, emosi, sentimen, harapan, keyakinan, background
kebudayaan, agama dan pengalaman. Maka opini tidak selalu rasional dan
sering kali bersifat subjektif (Sumber: www.studyingcommunication.
blogspot.com).

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Razaq & Rully Nasrullah. 2003. Mahir Menggunakan Internet. Jakarta; Bentang Pustaka

Badudu-Zain, 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
DanZarella. 2011. The Social Media Marketing Book. Serambi DediMulyana. 2008. Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

DennisMcQuail. 2011. Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Jakarta :PT. Erlangga.

Eriyanto. 2011. Analisis Isi. Jakarta: Kencana. Fajar Junaedi dkk .2011. Komunikasi Teoritisasi dan
Implikasi, Edisi Revisi. Yogyakarta : Aspikom.

JalaluddinRakhmat. 1991. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung; Remaja Rosda Karya

LexyMoleong. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. MakmuriMuchlas.2008.


Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Gajah Mada Unversity Press

MasriSingarimbun dan Sofian Effendi.Ed. 1989.Metode PenelitianSurvai.Jakarta: LP3ES.

Morissan dan Andy Corry. 2013. Teori Komunikasi. Ghalia Indonesia Nurudin. 2007. Pengantar
Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Stephen W. LittleJohn dan Karen A.foss, 2009. Theories of human communication. Salemba
Humanika

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta

SuharsimiArikunto. 2000. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta Terry Flew. 2008. New Media
: An Introduction. Oxford University Press

Anda mungkin juga menyukai