Anda di halaman 1dari 8

Pendahuluan

Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya
aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh
masyarakat maupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Gaya
hidup global yang dibawa oleh Media Massa ditandai dengan membanjirnya produk impor atau
dari multinational corporation yang secara massal mengembangkan industrinya hampir di
seluruh dunia, seperti pakaian, minuman, aksesoris, rumah tangga, parfum sampai pada jenis
hiburan, musik, film, sinetron, lagu-lagu klasik dan popular, dalam bentuk vcd yang
memungkinkan orang dapat memutar sendiri dirumah-rumah.
Selain itu perkembangan media teknologi saat ini semakin banyak dalam kehidupan sosial
masyarakat, seperti semakin meluasnya penggunaan internet dan handphone. Awalnya
perkembangan teknologi tersebut adalah untuk mempermudah manusia dalam melakukan
berbagai hal. Tapi, belakangan justru malah menimbulkan masalah dalam kehidupan sosial.
Contoh kecil adalah banyak terjadi timbul kasus yang disebabkan oleh media jejaring sosial
Facebook dan Twitter. Ini adalah dampak dari penggunaan media teknologi informasi.
Pada era globalisasi seperti saat ini, media massa mempunyai peran penting dalam
menyampaikan informasi kepada masyarakat. Masyarakat membutuhkan berbagai informasi
untuk mengetahui perkembangan dunia sekitarnya. Media massa mampu mempersuasi
masyarakat yang menerima informasi dan dapat mempengaruhi bahkan dapat mengubah
pandangan dan perilaku seseorang. Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang
melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal
pula.
Kemunculan new media atau media baru tidak terlepas dari kemunculan internet di dunia ini.
Media baru adalah istilah yang dimaksudkan untuk mencakup kemunculan era digital, komputer,
atau jaringan teknologi dan komunikasi pada abad ke 20. Sebagian besar teknologi yang
digambarkan sebagai media baru era digital yang mempunyai karakteristik dapat memanipulasi,
bersifat jaringan, padat, mapat, interaktif, dan memikat. Kehadiran media baru dipahami semata
mata sebagai konsekuensi teknologi komunikasi yang membuat batas platform media yang
sebelumnya ada menjadi kabur.
Pemahaman atas media baru tentu saja new media tentu saja tidak dipahami hanya dengan salah
satu bentuk teknis dan teknologi komunikasi semata. Apalagi kemunculan media internet sebagai
salah satu new media. Integritas media yang dimunculkan oleh new media juga memunculkan
dampak sosial yang kecil dalam kehidupan masyarakat. Dalam pemahaman McQuail new media
ini tidak hanya sebagai perangkat teknologi semata. Menurutnya, media baru juga mempunyai
implikasi terhadap proses komunikasi yang menyertainya. Selain itu keberadaannya yang
berbeda dengan media yang sudah terlebih ada membawa konsekuensi pula baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Media baru telah muncul sebagai hasil dari inovasi teknologi yang sering kali dicirikan dengan
cara yang memisahkan mereka dari media massa yang lama. Masih belum jelas berapa banyak
media yang akan beradaptasi dan bergabung, kemungkinan dengan perangkat komunikasi yang
sangat beragam dan terus menerus semakin berkembang melalui basis uji coba (trial and error) di
pasar media. Media baru dan media sosial disadari ataupun tidak telah membawa sebuah
kenyataan bahwa industri, baik institusi media maupun perusahaan yang menawarkan produk
dan jasa yang tidak lagi mendominasi khalayak. 
Dalam sejarah masyarakat, manusia menandakan penggunaan media komunikasi oleh manusia
untuk mengatasi jarak yang lebih jauh satu dengan yang lainnya, yang tidak mungkin dicapai
hanya dengan berbicara dalam jarak yang normal. Menurut O’Breien (dalam Bungin 2009)
perilaku manusia dan teknologi memiliki interaksi dalam lingkungan sosioteknologi. Ada lima
komponen perilaku manusia dan teknologi dalam berinteraksi meliputi: (1) struktur masyarakat,
(2) sistem dan teknologi informasi, (3) masyarakat dan budaya, (4) strategi komunikasi, (5)
proses sosial.
Budaya populer adalah budaya yang lahir atas keterkaitan dengan media. Artinya, media mampu
memproduksi sebuah bentuk budaya, maka publik akan menyerapnya dan menjadikannya
sebagai sebuah bentuk kebudayaan. Populer yang dibicarakan disini tidak terlepas dari perilaku
konsumsi dan determinasi media massa terhadap publik yang bertindak sebagai konsumen.
(Strinati. 2007: 40). Dengan kata lain, budaya populer lahir atas kehendak media (ideologi
kapitalistik) dan perilaku konsumsi masyarakat. Media berperan sebagai penyebar informasi
yang mempopulerkan suatu produk budaya. Akibatnya, apapun yang diproduksi oleh media akan
diterima oleh publik sebagai suatu nilai (budaya) bahkan menjadi kiblat panutan masyarakat.
Kebudayaan populer dikonstruksi oleh media massa atas kepentingan para kapitalis yang
menawarkan berbagai kebutuhan dan keinginan palsu dalam iklan yang menggunakan simbol-
simbol untuk membangkitkan keinginan masyarakat untuk terus membeli. Karena terhegemoni
masyarakat pengguna media tanpa sadar menjadi konsumtif, hedonis, dan memiliki kesadaran
palsu. Perlu kesadaran kritis berbasis postmodernisme dan pendidikan melek media (media
literate) untuk bisa mengakses media secara cerdas dan arif.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penulisan artikel ilmiah
ini adalah untuk mengetahui bagaimana dan seberapa jauh jenis media baru terutama media
sosial yang sedang berkembang pesat ini mempengaruhi budaya populer di Indonesia
Kerangka Teori
Media dan New Media
Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada
penerima informasi. Manfaat media adalah memudahkan seseorang untuk memperoleh sesuatu
yang dicari yang biasanya kita cari langsung dari tempatnya kini sudah tidak begitu lagi, kita bisa
memesan barang melalui fasilitas internet ataupun menghubungi customer service. dan juga bagi
mahasiswa dan pelajar adalah penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan, proses
pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, proses pembelajaran menjadi lebih interaktif,
efisiensi dalam waktu dan tenaga, meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, memungkinkan
proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, menumbuhkan sikap positif siswa
terhadap materi dan proses belajar serta mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan
produktif. Baru adalah sesuatu yang dapat menciptakan inovasi, ataupun perubahan yang dapat
melahirkan sesuatu yang sangat diinginkan orang.
Media baru adalah istilah yang dimaksudkan untuk mencakup kemunculan digital, komputer,
atau jaringan teknologi informasi dan komunikasi di akhir abad ke-20. Sebagian besar teknologi
yang digambarkan sebagai “media baru” adalah digital, seringkali memiliki karakteristik dapat
dimanipulasi, bersifat jaringan, padat, interaktif dan tidak memihak. Beberapa contoh dapat
Internet, website, komputer multimedia, permainan komputer, CD-ROMS, dan DVD. Media
baru bukanlah televisi, film, majalah, buku, atau publikasi berbasis kertas.
Kekuatan new media adalah teknologi komunikasi yang melibatkan komputer, agar
mempermudah dan mempercepat mendapatkan informasi dari internet serta karakteristiknya
yang mudah di akses yaitu mudah digunakan dimana saja tanpa melalui komputer namun
sekarang bisa melalui handphone smartphone, android, tablet. Serta bersifat jaringan yaitu
koneksi antar jaringan yang melibatkan ke internet dengan adanya aplikasi-aplikasi yang
menghubungkan koneksi internet dan sangat interaktif karena di dalam youtube tidak hanya
mendengar dan melihat video dan suara, tetapi juga memberikan respon yang aktif dan respon itu
yang menentukan kecepatan dan frekuensi penyajian. Media interaktif memiliki unsur audio-
visual (termasuk animasi) dan disebut interaktif karena media ini dirancang dengan melibatkan
respon pemakai secara aktif.
Budaya dan Budaya Populer
Sebelum merumuskan lebih jauh maka terlebih dahulu perlu memahami budaya dan budaya pop.
Kajian budaya populer tidak bisa dilepaskan dari pandangan terhadap hakikat kebudayaan itu
sendiri. Williams, (1983: 90) merumuskan budaya pada suatu proses umum perkembangan
intelektual, spiritual, dan estetis. budaya juga berarti “pandangan hidup tertentu dari masyarakat,
periode, atau kelompok tertentu. Budaya dengan demikian tidak sekedar menekankan pada aspek
estetis atau humanis, tetapi juga aspek politis.
Seiring perkembangan teknologi komunikasi, budaya yang kita kenal yang keberadaannya
berasal dari nilai-nilai mendasar dalam sebuah kebudayaan, mengalami pergeseran. Seperangkat
nilai berupa kearifan lokal dari budaya yang diwariskan secara turun temurun atau sering disebut
sebagai budaya tinggi (adiluhung) mulai mendapatkan budaya-tandingan (counter culture). Suatu
budaya yang bisa dikatakan lahir karena faktor diluar sistem kebudayaan yang wajar. Itulah
budaya populer/budaya massa, yang diartikan oleh McDonald sebagai sebuah kekuatan dinamis,
yang menghancurkan batasan kuno, tradisi, selera dan mengaburkan segala macam perbedaan.
Budaya populer adalah gaya, gagasan atau ide maupun perspektif, dan sikap yang benar benar
berbeda dengan budaya arus utama 'mainstream' (budaya tinggi). 
Teknologi komunikasi menghasilkan produk budaya yang dibuat dalam jumlah besar (mass
production), yang kemudian produk budaya tersebut disebarkan (dissemination). Produksi massa
tersebut telah menghasilkan budaya massa yang telah menjadi budaya populer. Budaya pop
dengan demikian bisa dikatakan adalah budaya komersial dampak dari produksi massal tersebut.
Istilah budaya populer (biasa disingkat sebagai budaya pop, atau dalam bahasa Inggris popular
culture atau disingkat pop culture) mengandung perdebatan oleh para kritikus dan teoritis
budaya. 
Istilah budaya populer sendiri dalam bahasa Latin merujuk secara harfiah pada “culture of the
people” (budaya orang-orang atau masyarakat). Kata “populer” dalam budaya populer dengan
demikian bermakna tersebar luas, arus utama, dominan atau sukses secara komersial. Artefak-
artefak dan gaya-gaya ekspresi manusia yang berkembang dari kreativitas orang kebanyakan,
dan beredar di kalangan orang-orang menurut minat, preferensi, dan selera mereka. 
Budaya pop yang lahir sebagai imbas perkembangan teknologi informasi, dengan demikian
ditopang industri kebudayaan (cultural industry) telah mengkonstruksi masyarakat yang tak
sekedar berbasis konsumsi, tapi juga menjadikan semua artefak budaya sebagai produk industri
dan menjadi komoditas. 
Budaya pop merupakan bentuk budaya yang lebih mengedepankan sisi popularitas dan
kedangkalan makna atau nilai-nilai. Budaya populer lahir karena hegemoni media massa dalam
ruang-ruang budaya publik. Ide-ide budaya populer lahir dari segala lini budaya, baik dari
budaya tinggi maupun rendah. Ideologi budaya disalurkan melalui media massa dan perangkat
pendukung lainnya. Objek kajian budaya populer dengan demikian bukanlah kebudayaan dalam
pengertian sempit melainkan dalam artian yang lebih luas. Kebudayaan popular berkaitan dengan
masalah keseharian yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu seperti
selebritis, kendaraan pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh, dan sebagainya. Budaya
populer juga muncul dalam berbagai bentuk, dari apa yang kita konsumsi untuk kebutuhan tubuh
kita; apa yang kita tonton; kita dengarkan; kita pakai, dan sebagainya. Budaya populer tidak ada
begitu saja, budaya populer ada karena suatu hal yang awalnya biasa saja menjadi sebuah
fenomena populer, dan media turut andil dalam fenomena tersebut
Metode penelitian
Penulisan ini menggunakan metode studi literatur dan deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik secara faktual dan cermat. Studi pustaka
adalah sebagai sebuah landasan disiplin ilmu yang digunakan untuk memberi arahan yang tepat
dan pedoman dalam hubungan pembahasan masalah penelitian, yang memfokuskan pada bahan
tertulis yang relevan yang dapat menjadi sumber bukti. Adapun sumber yang dapat dijadikan
fokus dalam studi kepustakaan seperti berupa buku, majalah online, kliping berita, jurnal, serta
literatur yang relevan dengan masalah yang diteliti. Penulis disini hanya akan menjadi pengamat
atas dasar adanya peristiwa yang menarik perhatian. Dengan menggunakan metode ini penelitian
ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan variabel, tidak menguji hipotesis atau membuat
prediksi sendiri.
Hasil dan Pembahasan
Akar studi media dapat dilacak dari keingintahuan hubungan antara media dan kebudayaan.
Studi media dimulai pada tahun 1920-an sebagai respon terhadap munculnya berbagai media
massa seperti jaringan radio, sirkulasi surat kabar dan majalah, dan televisi tahun 1930 an. Studi
awal tentang media dipengaruhi oleh obsesi eropa yang mengklaim memiliki kultur yang tinggi.
Media bertugas untuk merepresentasikan kultur yang tinggi tersebut dan mengabaikan
kebudayaan di luar eropa dan koloni kekuasaan eropa. 
Menurut Strinati, budaya populer adalah kebudayaan yang terbentuk atau dibentuk oleh media
massa. Media massa dapat menawarkan suatu bentuk kebudayaan konsumtif dan masyarakat
pengguna media mengikutinya atau menggunakan siaran televisi sebagai preferensi kebudayaan
dan gaya hidupnya. Proses kehidupan saat ini berlangsung dalam suasana transformasi
kebudayaan dari masyarakat industri ke masyarakat informasi. Berbagai perkembangan
teknologi digital, komputer, dan media massa memiliki pengaruh yang besar terhadap
kebudayaan masyarakat. Berbagai teknologi yang mempengaruhi kebudayaan adalah media
massa yang didasarkan pada satelit, televisi kabel, video, CD, D, DVD, HD DVD, multimedia
komputer dan internet.
Internet menjadi new media yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia. Internet
menyediakan aplikasi yang sangat beragam yang memungkinkan orang melakukan bermacam
kegiatan di Internet, sebut saja situs jejaring sosial, situs berbagi video, game online, blog, bisnis
online, konferensi video, ebooks, koran online, forum chatting online, milis dan lain sebagainya.
Internet telah dimanfaatkan oleh semua ilmu pengetahuan dan oleh karenanya berkaitan dengan
banyak bidang kehidupan manusia. Dalam tulisan ini pemanfaatan Internet dibatasi dalam bidang
politik, bisnis, pendidikan dan sosial budaya. Pertimbangannya adalah karena berbagai new
media yang ada di Internet hampir semuanya telah dimanfaatkan oleh keempat bidang tersebut.
Pemanfaatan yang dimaksud adalah untuk tujuan positif meskipun dalam prakteknya Internet
digunakan juga untuk tujuan negatif oleh sebagian kecil pengguna Internet. Beberapa new media
di Internet Seperti situs jejaring sosial dan situs berbagi video seringkali mempengaruhi gaya
hidup pengguna Internet dan bukan hanya itu, materi yang diunggah ke kedua media itu juga
mudah sampai ke masyarakat luas misalnya melalui telepon genggam yang sebagian besar
masyarakat sudah memilikinya.
Khalayak yang sebelumnya dianggap pasif, ternyata aktif dalam penggunaan media. Sementara,
aktivitas khalayak sendiri mengandung arti bahwa anggota khalayak itu mengarahkan dirinya
sendiri pada proses komunikasi. Asumsi ini memandang bahwa penggunaan media didorong
oleh kebutuhan dan tujuan yang didefinisikan sendiri oleh khalayak, dan partisipasi aktif dalam
proses komunikasi dapat membantu, membatasi atau bahkan mempengaruhi gratifikasi dan efek
yang berkaitan dengan terpaan media.
Media sosial telah menjadi sarana yang akrab menyebarkan informasi kepada banyak orang dan
juga membangun opini di antara orang-orang bahkan mampu mendorong perubahan perilaku
masyarakat secara besar-besaran. Para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi,
dan menciptakan isi yang meliputi blog, social network atau jejaring sosial, forum serta dunia
virtual. Media sosial muncul sejak tahun 1978, sebagai bagian dari berkembangnya media massa
akibat dari teknologi komunikasi.
Twitter didirikan pada bulan Maret tahun 2006 oleh Evan Williams, Jack Dorsey, and Biz Stone.
Twitter merupakan sebuah situs web yang dimiliki dan dioperasikan oleh Twitter Inc. Situs ini
menawarkan jaringan sosial berupa mikroblog sehingga memungkinkan penggunanya untuk
mengirim dan membaca pesan yang disebut kicauan (tweets). Kicauan adalah teks tulisan hingga
140 karakter yang ditampilkan pada halaman profil pengguna. Kicauan bisa dilihat secara bebas,
namun pengirim dapat membatasi pengiriman pesan ke daftar teman-teman mereka saja. 
Pengguna dapat melihat kicauan penulis lain yang dikenal dengan sebutan pengikut. Sementara
itu, instagram yang berdiri tahun 2010 merupakan sebuah aplikasi berbagi foto yang
memungkinkan pengguna mengambil foto; menerapkan filter digital; dan membagikannya ke
berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik instagram sendiri. Satu fitur yang unik adalah
memotong foto menjadi bentuk persegi sehingga terlihat seperti hasil kamera Kodak Instamatic
dan Polaroid. Instagram dapat digunakan di iPhone, iPad atau iPod Touch versi apapun dengan
sistem operasi iOS 3.1.2 atau yang terbaru dan telepon kamera android apapun dengan sistem
operasi 2.2 (froyo) atau yang terbaru. Aplikasi ini tersebar melalui Apple App Store dan Google
Play.
Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberi kontribusi
dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang
cepat dan tak terbatas. Jika dalam komunikasi tatap muka seseorang tidak bisa menyampaikan
pendapat secara terbuka karena satu dan lain hal, maka dengan menggunakan media sosial
seseorang dapat menyampaikan semua pendapatnya, termasuk yang tabu saat disampaikan pada
komunikasi tatap muka. Seseorang bebas menulis apa saja yang diinginkan untuk mengomentari
apapun yang ditulis dan disajikan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi melalui
media sosial dapat dilakukan secara interaktif atau dua arah. Hal ini berbeda dengan komunikasi
melalui media massa.
Media Sosial Sebagai Salah Satu Bentuk New Media dalam Membentuk Budaya Populer
Penjelasan tentang media sosial sebagai representasi budaya pop merujuk pada pemahaman
tentang masyarakat yang terus berubah akan tetap menghasilkan kebudayaan pop. Media
senantiasa menyerap kebudayaan pop demi kepentingan isi dan bentuknya. Budaya tersebut
tercermin dalam media dan terkadang malah ditampilkan dalam bentuk yang telah disesuaikan
oleh masyarakat sendiri. Ciri utama kebudayaan ini adalah orisinalitas yang spontan,
eksistensinya yang berlangsung terus dalam kehidupan sosial dengan perilakunya yang beraneka
– dalam wujud bahasa, busana, musik, tata cara dan sebagainya.
Media massa yang telah tumbuh menjadi industri tidak hanya memenuhi kebutuhan masyarakat
akan informasi, tetapi mengikuti standar dan logika yang hidup dalam industri budaya
kapitalisme. Ia tidak hanya memoles produk budaya, tapi dengan produk budaya itu lantas
mengonstruksi selera, cita rasa, dan bawah sadar khalayak. Sebagai outputnya, media yang
penting adalah kebudayaan pop. Budaya populer adalah budaya massa yang dihasilkan oleh
industri budaya, yang mengamankan stabilitas maupun kesinambungan kapitalisme. 
Karakter dari budaya populer adalah pertama, dihasilkan melalui teknik-teknik industrial
produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan kepada khalayak konsumen
massa. Budaya populer diproduksi untuk memenuhi pasar massal. Produksi massa telah
menghasilkan budaya massa yang telah menjadi populer. Dengan demikian, budaya populer
adalah berbentuk perilaku sosial dan dan berkaitan dengan item-item produksi massa.
Pemahaman budaya populer sebagai berbagai suara, gambar, dan pesan yang diproduksi secara
massal dan komersial (termasuk film, musik, busana, dan acara televisi) serta praktik pemaknaan
terkait, yang berupaya menjangkau sebanyak mungkin konsumen, terutama sebagai hiburan.
Budaya populer ini tumbuh dan berkembang di era digital yang identik dengan pencitraan,
komodifikasi, dan perspektif artifisial. Hal ini tidak lepas dari banjirnya informasi sehingga, mau
tak mau, mempengaruhi jalan pikiran (theater of mind) masyarakat pengguna media sosial. Hal
ini sering disebut dengan istilah hyper reality. Melalui media sosial ini, banyak hal dapat
dikombinasikan. Seseorang dapat menjadi kreatif dalam membangun identitas. 
Singkatnya, budaya populer dalam pengertian ini merupakan proses memasok komoditas satu
arah dari atas ke bawah untuk masyarakat sebagai konsumen. Budaya populer juga merupakan
berbagai bentuk praktik komunikasi lain yang bukan hasil industrialisasi (non industrialized),
relatif independen, dan beredar dengan memanfaatkan berbagai forum dan peristiwa seperti acara
keramaian publik, parade, dan festival. Namun, juga harus diakui bahwa pemanfaatan media
sosial sebagai bagian dari budaya pop pada konteks tertentu menjadi bagian dari industrialisasi. 
Kedua, budaya populer, sebagaimana budaya massa adalah sebuah budaya standar, memiliki
rumusan, berulang dan bersifat permukaan, yang mengagungkan kenikmatan remeh, sentimental,
sesat dan menyesatkan dengan mengorbankan nilai nilai keseriusan, intelektualitas, penghargaan
atas waktu dan autentitas. Oleh karena itu, budaya massa kurang memiliki tantangan dan
rangsangan intelektual, dan lebih cenderung pada penggambaran fantasi tanpa beban serta
pelarian. Budaya massa kurang mendorong tradisi berpikir dan cenderung menciptakan respon-
respon emosional maupun sentimentalnya sendiri. Dalam pengertian ini, budaya massa mulai
mendefinisikan realitas sosial untuk khalayak ramai. Oleh karenanya, ada kecenderungan
menyederhanakan dunia nyata dan mengabaikan persoalan-persoalannya. Isi percakapan pada
gambar 4 sebagai contoh adanya respon respon emosional netizen pengguna media sosial dalam
menanggapi isu-isu aktual menjelang pemilihan presiden tahun 2019. 
Ketiga, pada budaya populer terdapat kecenderungan aksi rekreatif. Media sosial sebagai bagian
dari budaya populer terlihat sangat kental nuansa rekreatif itu. Sesuai dengan tujuan utamanya
yaitu twitter dan instagram menjadi media rekreasi. Kebudayaan dalam arti sempit biasanya
dimaksudkan sebagai produk yang diproduksi dan dikonsumsi dalam orientasi ekspresif. Produk
semacam inilah yang dikenal dalam media rekreasi. Produk budaya massa dipengaruhi berbagai
orientasi. Terdapat tiga aspek penting dalam penggunaan produk budaya, yaitu harapan untuk
keterlibatan cara umum, selera individual, dan pengalaman imajinatif sebagai tujuan kesenangan
(satisfaksi). Perbedaaan motivasi ini menjadi dasar dalam proses penggunaan produk budaya.
Kecenderungan atas media ini berada dalam dunia subjektif khalayak. Motivasi khalayak
terhadap media bertolak dari kepentingan atau rasa ingin tahu secara umum dan bertujuan untuk
mendapatkan kesenangan berupa pengalaman kemanfaatan (benefit) sosial, seperti petunjuk
(guidance), pengawasan (surveillance), pertukaran sosial (social exchange), dan lainnya.
Keempat, media sosial juga menjadi wahana yang memungkinkan berbagai domain sosial saling
berinteraksi dalam berbagai struktur sosial. Media sosial memfasilitasi adanya ruang sosial
terbuka sehingga memungkinkan seseorang bebas melakukan komunikasi dengan siapapun,
termasuk komunikasi antara anggota masyarakat dengan para elit pemerintah maupun elit politik.
Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Yasraf Amir Piliang bahwa teknologi informasi telah
melenyapkan batas antara dunia privat (inside) dan dunia publik (outside). 
Kelima, kebudayaan dapat disebut sebagai motor yang menggerakkan interaksi berbagai domain
sosial. Dinamika kebudayaan dapat dipandang sebagai proses yang mengatur tarik-menarik
berbagai domain untuk mendapatkan kehidupan sosial yang bermakna bagi masyarakat yang
berada dalam berbagai domain tersebut. Melalui media sosial, seseorang dapat melahirkan
budaya mereka sendiri untuk dapat dibagi kepada orang lain. Di sisi lain, melalui media sosial,
masyarakat dapat dengan mudah memperoleh informasi dan menyebarluaskannya. Tentu saja,
dampaknya adalah orang mendapatkan ide dengan mudah. Oleh karena itu, mendorong orang
untuk berpikir cepat, efektif dan efisien. Meskipun demikian, penggunaan media sosial, pada sisi
lain, juga mengakibatkan tradisi berpikir sekilas atau kurang menyeluruh dan kurang mendalam.
Secara filosofis, dapat dikatakan pemikiran orang dengan kemudahan berbagai informasi
menjadi tidak komprehensif dan instan. Budaya pop menjadi representasi dari pemikiran parsial
dan instan. 
Dalam konteks pendidikan budaya populer perlu dijadikan bahan untuk pengembangan
pengetahuan. Tentu, demikian juga dengan media sosial sebagai bagian dari budaya populer
perlu diperhatikan agar dapat menjadi bagian dari eksplorasi pengetahuan, realitas sosial dan
identitas suatu budaya, serta mengukur partisipasi masyarakat baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pemahaman budaya populer di media sosial akan sangat membantu pemanfaatan
media sosial sebagai sarana demokratisasi. Karena identifikasi budaya, partisipasi sosial, dan
pengembangan pengetahuan, tak pelak, juga dilakukan melalui media sosial. 
Keenam, budaya populer juga dapat dicirikan sebagai budaya yang cair (fluida/ fluiditas).
Seseorang dapat membentuk loyalitas budaya dengan kelompok sosial yang berbeda di waktu
yang berbeda. Contohnya, loyalitas seseorang dapat bertolak belakang dengan loyalitas-loyalitas
yang terbentuk sebelumnya, seperti loyalitas gender, kelas sosial, ataupun loyalitas terhadap
rasnya. Dengan demikian, pengguna media sosial (twitter dan instagram) bisa menjadi siapa saja
karena kehidupan seharihari dijalani dan dialami secara cair melalui pergeseran loyalitas sosial;
titik-titik relevansi yang bersifat jamak; terbuka terhadap determinasi sosial bukan determinasi
tekstual; dan bersifat sementara. Budaya digital saat ini tak lain adalah kepanjangan budaya oral.
Hal ini ditandai dengan lemahnya epistemologi berpikir. Sehingga seseorang tak jarang
menunjukkan rasionalitas berpikir. 
Isu yang sering diangkat untuk didiskusikan antar pengguna media sosial menyangkut tiga isu
besar yaitu pelayanan public, kesenjangan sosial, dan politik kekuasaan. Tetapi isu itu tidak serta
merta menutup ideologi budaya populer yang sejak awal mengusung tema tentang lifestyle
khususnya bahasa, hiburan, makanan, dan pakaian.

Anda mungkin juga menyukai