Anda di halaman 1dari 3

Nama: Jetrin Arfan Santiko

NPM: 2006527405

Pengantar Kajian Media Kelas D

Pembahasan
Budaya adalah bahasan yang luas, dengan berbagai aspek dalam melihatnya. Budaya juga
makin berubah dari masa ke masa, terutama karena adanya pengaruh dari media baru sekarang.
Media baru dilihat sebagai alat, sarana, atau sesuatu yang memberikan perkembangan berbeda
dalam budaya modern ini. Dalam peta konsep di atas, dan berdasarkan persentase kelompok
yang maju, kajian media baru ini memiliki beberapa bagian yang akan dibahas. Media baru ini
secara garis besar memiliki komponen-komponen yang menyangga diantaranya yaitu, bricolage,
remediation, dan partisipatoris. Media baru juga memberikan cara penyajian produk yang
berbeda dari media dulu, di mana terdapat indymedia, memiliki fandom yang bebas membuat
konten yang dimodifikasi, serta adanya liberasi dalam berkreasi. Kemudian dalam kebudayaan
digital sekarang juga memberikan kaitan erat pada ekonomi, seperti sesuatu yang sulit
dipisahkan. Kebudayaan juga menjadi wadah yang bisa menyampaikan pesan, di mana pesan-
pesan ini tersampaikan umumnya dengan paradigma yang bekembang yaitu “paradigma Shift”.
Kebudayaan digital juga mendorong terjadinya participatory culture dan menguatnya
konsentrasi pada media-media sekarang.

Perkembangan media baru menjadi sangat sentral untuk manusia sekarang ini. Manusia
diberikan kebebasan dalam mengeluarkan aspirasinya, tulisannya, atau opininya dalam platform
digital apapun sekarang. Semua berhak memberikan komentar di sana-sini, karena memang
media sekarang yang di desain begitu. Industri media sekarang juga melihat tindakan yang
dilakukan masyarakat di internet sebagai peluang. Media sekarang juga tak jarang melibatkan
audiensnya untuk berinteraksi. Media dan audiensya seakan lebih dekat. Kesan yang diberikan
juga lebih hidup, dan tentu saja hubungaan media dan pemakainya bisa menambah engagement
ini juga bisa menghasilkan profit. Wikinomiks adalah gambaran tentang keterikatan ini, di mana
media menyatukan diri dengan masyarakat dalam hal ekonomi. Teknolgi pada media sekarang
juga diklaim mampu memberikan efek kebahagiaan pada para penggunanya. Teknologi
memberikan kita akses untuk melihat apapun dan di manapun. Orang-orang juga jadi lebih
kreatif dengan menikmati konten di media. Para penikmat juga bukan dijadikan sebagai
penikmat saja, tetapi juga bisa membuat konten yang sama dengan konsep yang dimiliki sendiri.
Jadi bisa dilihat jika media baru ini sungguh sangat besar pengaruhnya pada kebudayaan
sekarang.
Digitalisasi kebudayaan membuat manusia untuk lebih kritis. Banyaknya informasi yang
masuk mau tidak mau harus ditelaah dengan baik, agar tidak terjadi misintepretasi. Selain
banyaknya informasi, partisipan yang terlibat juga bisa siapa saja dengan apa yang mereka
lontarkan juga bisa apa saja. Tentu ini menimbulkan pertanyaan, “bagaimana dong pengaruhnya
digitalisasi dalam media baru ini dalam penyebaran informasi? Terutama dalam kebebasan
berpendapat, dan kemampuan manusia dalam menerima informasi tersebut.” Kita setuju
perkembangan dan kebebasan yang media tawarkan sekarang itu sangat-sangat bermanfaat.
Namun, jika masyarakatnya masih mempunyai literasi berinternet yang buruk, mungkin hasilnya
tidak akan sebaik itu. Penyebaran hoakx, kemudian hate speech yang banyak tersebar di internet,
memberikan kesan kurangnya edukasi pada masyarakat. Masalah ini terjadi di segala tempat dan
negara. Tidak hanya Indonesia ataupun negara berkembang dan miskin lainnya. Di Amerika
Serikat saja masih banyak penganut flat earth. Kemudian contoh nyata dari Indonesia tentang
kurangnya literasi berinterenet adalah diberikannya predikat pada masyarakat Indonesia sebagai
“netizen terjulid” di dunia.

Anda mungkin juga menyukai