Anda di halaman 1dari 56

SOSIALISASI PERATURAN PERUNDANGAN

TENTANG PEMAMFAATAN AIR DI TAHURA R. SOERJO


Oleh :
IWAN, S.Hut, M.M.
(Kepala UPT Tahura R. Soerjo

Malang, 14 Februari 2017


PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT TAHURA R. SOERJO
 UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
 UU 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
 UU 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan.
 UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
 PP 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan.
 PP 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di SM, TN,
THR, TWA.
 PP 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam, Yang Telah di Ubah Melalui PP 108 Tahun
2015.
 PP 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.
2
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT TAHURA R. SOERJO

 Keputusan Presiden RI Nomor 29 Tahun 1992 tentang Pembangunan


Kelompok Hutan Arjuno Lalijiwo Sebagai Taman Hutan Raya.
 P 48 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di SM, TN,
THR dan TWA, Yang Telah Diubah Melalui P.4 Tahun 2012.
 P 64 Tahun 2013 Pemanfaatan Air dan Energi Air di SM, TN, THR dan
TWA.
 P 81 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi Potensi
Pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
 P. 85 Tahun 2014 tentang Tatacara Kerjasama Penyelenggaraan KSA
dan KPA.

3
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT TAHURA R. SOERJO

 P 76 Tahun 2015 tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional


Dan Blok Pengelolaan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan
Raya dan Taman Wisata Alam.
 P 35 Th 2016 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pengelolaan
Pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian.
 Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 80/Kpts-II/2001 tentang
Penetapan Kelompok Hutan Lalijiwo yang seluas 27.868,30 Ha. jo
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 1190/Kpts-II/2002 tentang
Perubahan atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 80/Kpts-II/2001.

4
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT TAHURA R. SOERJO

 Perda Jatim Nomor 10 Tahun 2007 tentang Perizinan Pengambilan


dan Pemanfaatan Air Permukaan di Jawa Timur.
 Perda Jatim Nomor 9 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah.
 Perda Jatim Nomor 1 Tahun 2012, Yang Telah di Ubah dengan Perda
Nomor 15 Tahun 2013 tentang Retribusi Daerah.
 Perda Jatim Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Taman Hutan
Raya R. Soerjo.
 Perda Jatim Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah.

5
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT TAHURA R. SOERJO

 Pergub Jatim Nomor 84 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan


Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas
Kehutanan Prov. Jatim.
 Pergub Jatim Nomor 110 Tahun 2016 tentang Nomenklatur, Susunan
Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja UPT Dinas
Kehutanan Prov. Jatim.
 Pergub Jatim Nomor 29 Tahun 2016 tentang Penyesuaian Tarif
Retribusi Daerah.
 Pergub Jatim Nomor 137 Tahun 2016 Penyelenggaraan Pelayanan
Perizinan Terpadu.

6
FUNGSI HUTAN
(UU 41 Th 1999)

KONSERVASI

LINDUNG

PRODUKSI
Hutan Konservasi

Hutan Suaka Alam

Hutan Pelestarian Alam

Taman Buru
Taman Hutan Raya adalah KPA untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli
dan/atau bukan jenis asli, yang tidak invasif dan dimanfaatkan untuk
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi.
PEGAWAI UPT TAHURA R. SOERYO

PNS
52 ORANG
TOTAL
149 ORANG

PTT – PK
97 ORANG
(77 Pamhut)

Administrator 1 orang, Pengawas 3 orang


10
TAHURA R. SOERJO
dan
TN BROMO TENGGER SEMERU
Pada tanggal 9 Juni 2015 ditetapkan sebagai
Cagar Biosfer Bromo Tengger Semeru Arjuno
di Paris, Perancis
Cagar biosfer merupakan situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama dengan program
MAB (Man and the Biosphere) dan UNESCO untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati
dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan
yang handal.
TUGAS DAN FUNGSI TAHURA R SOERJO
Pergub Jatim 10 Tahun 2016

Tugas :
melaksanakan sebagian tugas teknis Dinas Kehutanan di bidang konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya, serta tugas ketatausahaan dan pelayanan masyarakat.

Tugas :
a. penyusunan program pembangunan Tahura.
b. pelaksanaan pemangkuan, perlindungan, pengawetan, pelestarian dan
pemanfaatan kawasan Tahura serta ekosistemnya.
c. pelaksanaan promosi dan informasi potensi Tahura.
d. pelaksanaan pengamanan kawasan Tahura.
e. pelaksanaan pembinaan wisata alam kawasan Tahura.
f. pelaksanaan koordinasi dalam rangka pengembangan Tahura.
g. pelaksanaan ketatausahaan.
h. pelaksanaan pelayanan masyarakat, dan
i. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
PEMANFAATAN TAHURA
PP 28 Tahun 2011, pasal 36 (PP 108 Tahun 2015)

1. Taman Hutan Raya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan :


a.Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b.Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi;
c. Koleksi kekayaan keaneka ragaman hayati;
d.Penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air, energi air, angin, panas
matahari, panas bumi dan wisata alam;
e.Pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar dalam rangka menunjang budidaya dalam bentuk
penyediaan plasma nutfah;
f. Pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat; dan
g.Pembinaan populasi melalui penangkaran dalam rangka pengembangbiakan satwa atau
perbanyakan tumbuhan secara buatan dalam lingkungan yang semi alami.
2.Pemanfaatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dapat berupa
kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya tradisional, serta perburuan
tradisional terbatas untuk jenis yang tidak dilindungi.
Jenis Pelanggaran :
Pencurian rebung, pencurian bambu, pemanfaatan
air tanpa ijin, penebangan kayu, perburuan liar,
kebakaran hutan, penggunaan kawasan tanpa ijin.
Tindakan Yang Diambil :
1. Koordinasi dengan aparat setempat dan tokoh masyarakat.
2. Pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat (melibatkan Forkopimcam &
Desa).
3. Menyita dan memusnahkan barang bukti.
4. Membuat Laporan Kejadian.
5. Proses kepada pihak Kepolisian.
TOPOGRAFI DAN BENTUK WILAYAH
Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) diketahui bahwa wilayah Taman Hutan
Raya R. Soerjo berupa :
• Dataran tinggi yang terbentang dari timur ke barat dan dari utara ke selatan.
• Ketinggian 1.000 s/d 3.000 m.dpl. puncak tertinggi Gunung Arjuno (3.339 M).
• Topografi pada umumnya bergunung,
Berdasarkan peta topografi Gunung-gunung yang berada dalam Kawasan Taman
Hutan Raya R. SOERJO, adalah :
1. Gunung Arjuno 3.339 m.dpl
2. Gunung Anjasmoro 3.275 m.dpl
3. Gunung Kembar II 3.256 m.dpl
4. Gunung Welirang 3.156 m.dpl
5. Gunung Kembar I 3.061 m.dpl
6. Gunung Ringgit 2.474 m.dpl
7. Gunung Argowayang 2.198 m.dpl
8. Gunung Gede 1.968 m.dpl
15
Luas Tahura R Soerjo 27.868,30 Ha

KPH Pasuruan

10.181,10 Ha
KPH Jombang
5.894,30 Ha

2.427.70 Ha

KAB. KEDIRI 4.641,20 Ha

437,00 Ha
II I
4.287,00 Ha
(I + II)

KPH Malang
KPH Malang

9
SUMBER MATA AIR di TAHURA R. SOERJO

Kisaran Debit
No. Kabupaten / Kota Jumlah Sumber Air (buah)
(liter/detik)

1 Kota Batu 35 0,005 – 2,5

2 Kabupaten Malang 30 0,17 – 14,6

3 Kabupaten Pasuruan 15 2,085 – 47,10

4 Kabupaten Mojokerto 69 0,01 – 2,22

5 Kabupaten Jombang 14 0,02 – 0,95

6 Kabupaten Kediri - -
JUMLAH 163
Luas Kawasan dan Potensi Sumber Air TAHURA R. Soerjo

KETERANGAN :

JUMLAH SUMBER AIR (Titik)

LUAS KAWASAN (Ha)

TOTAL LUAS KAWASAN : 27.868,3 Ha

JUMLAH SUMBER AIR : 163 Titik

Sumber data : UPT Tahura R. Soerjo, 2010


Potensi & Jenis Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo Saat Ini

Sumber data : UPT Tahura R. Soerjo, 2010


JUMLAH PENGUNJUNG TAHURA
R SOERJO

PENGUNJUNG
NO TAHUN TOTAL
NUSANTARA MANCANEGARA ROMBONGAN

1 2012 274.764 68 - 274.832

2 2013 279.325 149 - 279.474

3 2014 263.432 114 - 263.546

4 2015 289.472 129 - 289.601

5 2016 305.503 472 - 305.975

JUMLAH 1.412.496 932 - 1.413.428


DATA PENERIMAAN RETRIBUSI
UPT TAHURA R SOERJO

NO TAHUN JUMLAH PAD KET

1 2012 1.385.255.000

2 2013 1.861.646.000

3 2014 1.822.651.000

4 2015 2.049.394.000

5 2016 2.991.487.000

JUMLAH 10.110.433.000
JUMLAH PERIZINAN
TAHUN 2016

1. Ijin Penelitian : 12 buah

2. Survey/observasi/penanaman : 10 buah

3. Praktek Kerja Lapang (PKL) : 13 buah

4. Pengambilan Gambar (snapshoot) : 4 buah

5. Pencinta Alam : 48 buah

6. IPA Non Komersial : 17 buah

7. Studi Banding : 6 rombongan


Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo

1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo. 19 Tahun 2004

Pasal 7 : Hutan konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a terdiri dari :
a. kawasan hutan suaka alam,
b. kawasan hutan pelestarian alam, dan
c. taman buru

2 UU No. 5 Tahun 1990 ttg Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
Pasal 29 : Kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13 terdiri
dari:
a. Taman Nasional,
b. Taman Hutan Raya
c. Taman Wisata Alam
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo

3 PP No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan
Kawasan Pelestarian Alam (KPA), Yang Telah di Ubah Melalui PP 108 Tahun 2015.

A. Pasal 4 ayat (2) : Kawasan Pelestarian Alam (KPA) terdiri atas : taman nasional, taman hutan raya
dan taman wisata alam.
B. Pasal 19 ayat (1) : blok pengelolaan pada KSA dan KPA selain taman nasional meliputi : blok
perlindungan, blok pemanfaatan, dan blok lainnya.
C. Pasal 36 ayat (1) : Taman hutan raya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan : penyimpanan dan /atau
penyerapan karbon, pamanfaatan air, energi air, angin, panas matahari, panas bumi dan wisata
alam (poin d).
D. Pasal 38 ayat (2) : Pemanfaatan taman hutan raya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 hanya
dapat dilakukan setelah memperoleh izin dari gubernur atau bupati/walikota sesuai
kewenangannya atau pejabat yang ditunjuk.
E. Pasal 40 ayat (2) : Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan KSA dan KPA untuk penyimpanan
dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air, energi air, angin, panas matahari, panas bumi dan
wisata alam diatur dengan peraturan menteri
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo
Permenhut No.P.64/Menhut-II/2013 tentang Pemanfaatan Air dan Energi Air di
4 Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam

A. Pasal 6 : pemanfaatan air sebagai massa air dilakukan untuk kegiatan non komersial atau komersial.
B. Pasal 7 ayat (1) : Pemanfaatan air untuk kegiatan non komersial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
huruf a meliputi : pemanfaatan air untuk pemenuhan keperluan rumah tangga atau pemanfaatan air
untuk kepentingan sosial
C. Pasal 8 : pemanfaatan air untuk kegiatan komersial meliputi pemanfaatan untuk : air minum dalam
kemasan, perusahaan daerah air minum, menunjang kegiatan industri pertanian, kehutanan,
perkebunan, pariwisata dan industri lainnya.
D. Pasal 9 : volume air yang dapat dimanfaatkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 paling banyak 50
% dari debit air minimal di areal pemanfaatan sesuai hasil inventarisasi sumber daya air.
E. Pasal 15 ayat (1) : Pemanfaatan air dan energi air hanya dapat dilakukan setelah mendapat izin.
F. Pasal 15 ayat (5) : Izin Usaha Pemanfaatan Air (IUPA) dan Izin Usaha Pemanfaatan Energi Air
(IUPEA) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan berdasarkan skala usaha oleh :
c. Gubernur untuk skala usaha mikro, skala usaha kecil, skala usaha menengah dan skala usaha besar
di taman hutan raya.
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo

G. Pasal 17 ayat (2) : IUPA atau IUPEA diajukan oleh : badan usaha atau koperasi.
H. Pasal 18 Skala usaha pemanfaatan air atau energi air untuk kegiatan komersial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (5), dikelompokkan menjadi :
a. usaha skala mikro, untuk badan usaha yang memiliki modal paling banyak Rp.
50.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki
hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,-;
b. usaha skala kecil, untuk badan usaha yang memiliki modal lebih dari Rp.
50.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari Rp. 300.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,-;
c. usaha skala menengah, untuk badan usaha yang memiliki modal lebih dari
Rp.500.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,- tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp.
50.000.000.000,- ; dan
d. d. usaha skala besar, untuk badan usaha yang memiliki modal lebih dari
Rp.10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 50.000.000.000,-
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo

I. Tata cara dan persyaratan permohonan Izin Pemanfaatan Air (IPA) dan Izin
Pemanfaatan Energi Air (IPEA) NON KOMERSIAL :
1) Pasal 19 ayat (1) huruf b : Permohonan IPA dan IPEA diajukan secara tertulis
kepada : Kepala UPTD/SKPD yang membidangi kehutanan dengan tembusan
kepala dinas yang membidangi kehutanan, untuk TAHURA.
2) Pasal 20 ayat (1) : Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 ayat (1), paling lambat dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya
permohonan, Kepala UPT atau Kepala UPTD/SKPD yang membidangi kehutanan
sesuai kewenangannya melakukan penilaian atas persyaratan.
3) Pasal 20 ayat (3) : Dalam hal hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
sesuai dengan persyaratan, Kepala UPT atau Kepala UPTD/SKPD yang
membidangi kehutanan sesuai kewenangannya dalam waktu paling lambat 10
(sepuluh) hari kerja menerbitkan IPA atau IPEA .
Persyaratan Pengajuan IPA & IPEA
• Ketua Kelompok Masyarakat
KTP, rencana kegiatan pemanfaatan air dan energi air.
• Instansi Pemerintah
Profil instansi pemerintah, rencana kegiatan pemanfaatan air dan
energi air
• Lembaga Sosial
Akte pendirian lembaga sosial, NPWP, profil lembaga sosial, rencana
kegiatan pemanfaatan air dan energi air.
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo

J. Tata cara dan persyaratan permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Air (IUPA) dan Izin Usaha
Pemanfaatan Energi Air (IUPEA) KOMERSIAL Untuk Skala Mikro dan Usaha Skala Kecil :
1) Pasal 21 ayat (2) : Permohonan IUPA atau IUPEA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (5)
huruf c, untuk usaha skala mikro dan usaha skala kecil di taman hutan raya diajukan oleh pemohon
secara tertulis kepada Gubernur dengan tembusan kepada : Bupati/walikota, Direktur Jenderal,
Kepala UPTD/SKPD yang membidangi kehutanan, Kepala UPTD/SKPD yang membidangi sumber
daya air, untuk IUPA, dan Kepala UPTD/SKPD yang membidangi ketenagalistrikan, untuk IUPEA
2) Pasal 21 ayat (3) : Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilengkapi dengan
persyaratan administrasi dan teknis.
3) Pasal 21 ayat (4) : Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa pertimbangan
teknis dari :
b. Kepala UPTD/SKPD yang membidangi kehutanan setempat untuk taman hutan raya
c. Kepala UPTD/SKPD yang membidangi sumber daya air, untuk IUPA
d. Kepala UPTD/SKPD yang membidangi ketenagalistrikan, untuk IUEPA
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo

4) Pasal 23 ayat (1) : Berdasarkan permohonan dan persyaratan adminitrasi dan teknis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 telah diterima secara lengkap dan benar, paling lambat dalam
waktu 10 (sepuluh) hari kerja, Direktur Jenderal menugaskan Direktur atau Gubernur menugaskan
Kepala UPTD/SKPD yang membidangi kehutanan sesuai kewenangannya untuk melakukan penilaian
atas persyaratan.
5) Pasal 23 ayat (4) : Penilaian rencana pengusahaan pemanfaatan air atau energi air, dilakukan melalui
pembahasan dengan melibatkan instansi/para pihak terkait dan apabila dipandang perlu dapat
dilakukan peninjauan lapangan.
6) Pasal 24 ayat (1) : Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) apabila telah dipenuhi dan
diterima dengan lengkap dan benar dari pemohon, Direktur Jenderal atau Gubernur sesuai
kewenangannya dalam waktu 5 (lima) hari kerja menerbitkan Surat Perintah Pembayaran (SPP) Iuran
IUPA (SPP-IIUPA) atau Iuran IUPEA (SPP-IIUPEA).
7) Pasal 24 ayat (3) : Tata cara pembayaran dan besarnya tarif IIUPA atau IIUPEA diatur berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
8) Pasal 26 : Dalam hal pemohon telah melunasi SPP-IIUPA atau SPP-IIUPEA sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (2), Direktur Jenderal atau gubernur sesuai kewenangannya menerbitkan IUPA
atau IUPEA paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya pemenuhan kewajiban.
Persyaratan Administrasi
• Proposal usaha pemanfaatan air atau energi air
• Peta lokasi sumber mata air dan lokasi sarana prasarana yg dimohon
skala 1 : 25.000
• Profil perusahaan (akte pendirian, SIUP, jenis dan skala usaha
pemanfaatan air atau energi air yg akan dilakukan, NPWP, surat
keterangan kepemilikan modal dan referensi bank).
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo

K. Tata cara dan persyaratan permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Air (IUPA) dan Izin Usaha
Pemanfaatan Energi Air (IUPEA) KOMERSIAL Untuk Skala Menengah dan Besar :
1) Pasal 27 ayat (2) : Permohonan IUPA atau IUPEA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (5)
huruf c, untuk usaha skala menengah dan usaha skala besar di taman hutan raya diajukan oleh
pemohon secara tertulis kepada gubernur dengan tembusan kepada : Bupati/walikota, Direktur
Jenderal, Kepala UPTD/SKPD yang membidangi kehutanan, Kepala UPTD/SKPD yang
membidangi sumber daya air, untuk IUPA, dan Kepala UPTD/SKPD yang membidangi
ketenagalistrikan, untuk IUPEA
2) Pasal 27 ayat (3) : Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilengkapi dengan
persyaratan administrasi dan teknis.
3) Pasal 27 ayat (5) : Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa pertimbangan
teknis dari :
b. Kepala UPTD/SKPD yang membidangi kehutanan setempat untuk taman hutan raya
c. Kepala UPTD/SKPD yang membidangi sumber daya air, untuk IUPA
d. Kepala UPTD/SKPD yang membidangi ketenagalistrikan, untuk IUEPA
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo

4) Pasal 30 ayat (1) : Berdasarkan permohonan dan persyaratan adminitrasi dan teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 28 telah diterima secara lengkap dan benar,
paling lambat dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja, Gubernur menugaskan Kepala UPTD/SKPD
yang membidangi kehutanan untuk melakukan penilaian atas persyaratan.
5) Pasal 30 ayat (3) : Gubernur paling lambat dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya
hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b menerbitkan persetujuan prinsip
IUPA atau IUPEA
6) Pasal 31 ayat (2) : Penilaian rencana pengusahaan pemanfaatan air atau energi air, dilakukan
melalui pembahasan dengan melibatkan instansi/para pihak terkait dan apabila dipandang
perlu dapat dilakukan peninjauan lapangan.
7) Pasal 32 ayat (1) : Dalam hal kewajiban telah dipenuhi dan diterima dengan lengkap dan benar
dari pemohon, Direktur Jenderal atau Gubernur sesuai kewenangannya dalam waktu 10
(sepuluh) hari kerja menerbitkan Surat Perintah Pembayaran (SPP) Iuran IUPA (SPP-
IIUPA) atau Iuran IUPEA (SPP-IIUPEA).
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo

5 Perda Prov. Jatim No. 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan TAHURA R. Soerjo

A. Pasal 9 ayat (1) : Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan dan/atau tercemarnya sumber daya air di kawasan Tahura R. Soerjo .
B. Pasal 9 ayat (2) : Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berbentuk :
b. Melakukan pengambilan air tanpa izin
C. Pasal 14 ayat (1) : Kawasan Tahura R. Soerjo dapat dimanfaatkan untuk kegiatan :
d. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air, energi air, panas bumi dan angin
serta wisata alam
D. Pasal 17 : Pemanfaatan sumber daya air di Tahura R. Soerjo sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (2), dilakukan untuk kegiatan :
a. Non komersial
b. Komersial
E. Pasal 27 ayat (1) : Pemanfaatan sumber daya air untuk kegiatan non komersial dan kegiatan
komersial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 di kawasan Tahura R. Soerjo hanya dapat dilakukan
setelah mendapat izin.
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo

F. Pasal 27 ayat (2) : Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dalam bentuk :
a. izin pemanfaatan air; dan/atau
b. izin pemanfaatan energi air
G. Pasal 27 ayat (3) : Izin pemanfaatan air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diberikan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku setelah mendapat rekomendasi dari Kepala
Dinas
H. Pasal 27 ayat (4) : Izin pemanfaatan energi air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b di
berikan oleh Kepala Dinas
Persyaratan Administrasi

• Proposal usaha pemanfaatan air atau energi air


• Peta lokasi sumber mata air dan lokasi sarana prasarana yg dimohon
skala 1 : 25.000
• Profil perusahaan (akte pendirian, SIUP, jenis dan skala usaha
pemanfaatan air atau energi air yg akan dilakukan, NPWP, surat
keterangan kepemilikan modal dan referensi bank).
Jangka Waktu, Perpanjangan dan
Berakhirnya Izin
Jangka Waktu IPA & IPEA
• 3 (Tiga) tahun untuk kelompok masyarakat – dapat diperpanjang
untuk jangka waktu 2 (dua) tahun.
• 5 (lima) tahun untuk lembaga sosial dan instansi pemerintah – dapat
diperpanjang untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun.

Jangka Waktu IUPA & IUPEA


• Izin diberikan selama 10 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun.
Perpanjangan Izin
Perpanjangan IPA & IUPEA
• 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya izin untuk kelompok masyarakat.
• 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya izin untuk lembaga sosial dan
instansi pemerintah.
Perpanjangan IUPA & IUPEA
• Paling cepat 2 (dua) tahun atau paling lambat 1 (satu) tahun sebelum
berakhirnya izin.
Berakhirnya Izin

• Tidak diperpanjang lagi.


• Izin pemanfaatan atau izin usaha pemanfaatan air dicabut.
• Pemegang izin mengembalikan izin secara sukarela.
• Badan usaha atau koperasi pemegang izin bubar.
• Badan usaha pemegang izin dinyatakan pailit.
Pembangunan Sarana dan Prasarana Pemanfaatan Air dan
Energi Air
• Water intake (asupan air).
• Jaringan perpipaan.
• Bak penampung
• Meter air.
• Saluran pembawa (mikrohidro & minihidro).
• Pipa pesat (mikrohidro & minihidro).
• Rumah pembanfkit (mikrohidro & minihidro).
• Jalan patroli paling lebar 6 meter.
• Papan petunjuk/papan informasi.
• Pos pengawas
Ketentuan Pembangunan Sarana dan Prasarana

• Tidak mengubah bentang alam dan menghilangkan fungsi pokok kawasan hutan secara
permanen.
• Tidak menutup/menghilangkan jalur lintas tradisional masyarakat.
• Tidak memotong jalur lintas satwa liar.
• Menghindari penebangan pohon, apabila ditemui satu atau kelompok vegetasi yg dilindungi, agar
ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat/kelestarian fungsi setempat.
• Dilarang memasukan vegetasi asal luar kawasan untuk keperluan apapun.
• Kebutuhan vegetasi untuk pertamanan dipenuhi melalui proses budidaya setempat.
• Penempatan bangunan harus aman dari ancaman tanah longsor.
• Konstruksi bangunan harus aman dari banjir air sungai, gaya guling, gempa, gaya gesek,
rembesan, gempa dan gaya angkat air.
• Bahan atau material konstruksi diusahakan menggunakan material lokal di luar kawasan
konservasi atau disesuaikan dengan kondisi sekitar.
• Sarana dan prasarana serta fasilitas yang dibangun tidak berwarna mencolok.
• Merehabilitasi areal bekas gali urug.
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo

6 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kehutanan

A. Pasal 1 ayat (1) : Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian
Kehutanan meliputi penerimaan dari :
t. Iuran Usaha Pemanfaatan Air (IUPA) dalam Kawasan Hutan Konservasi
u. Iuran Usaha Pemanfaatan Energi Air (IUPEA) dalam Kawasan Hutan Konservasi
v. Pungutan Usaha Pemanfaatan Air (PUPA) dalam Kawasan Hutan Konservasi
w. Pungutan Usaha Pemanfaatan Energi Air (PUPEA) dalam Kawasan Hutan Konservasi
B. Pasal 1 ayat (2) : Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku
pada Kementerian Kehutanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
Peraturan Pemerintah ini.
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo

7 Putusan Mahmakah Konstitusi Nomor 85/PUU-XII/2013

A. Mahkamah Konstitusi (MK) membatalkan keberlakuan secara keseluruhan Undang-Undang Nomor


7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA) karena tidak memenuhi enam prinsip dasar
pembatasan pengelolaan sumber daya air.
B. Persyaratan konstitusionalitas UU SDA tersebut adalah bahwa UU SDA dalam pelaksanaannya
harus menjamin terwujudnya amanat konstitusi tentang hak penguasaan negara atas air. Hak
penguasaan negara atas air itu dapat dikatakan ada bilamana negara, yang oleh UUD 1945 diberi
mandat untuk membuat kebijakan (beleid), masih memegang kendali dalam melaksanakan tindakan
pengurusan (bestuursdaad), tindakan pengaturan (regelendaad), tindakan pengelolaan
(beheersdaad), dan tindakan pengawasan (toezichthoudensdaad)
C. Hak Guna Usaha Air merupakan instrumen dalam sistem perizinan yang digunakan
Pemerintah untuk membatasi jumlah atau volume air yang dapat diperoleh atau diusahakan oleh
yang berhak sehingga dalam konteks ini, izin harus dijadikan instrumen pengendalian, bukan
instrumen penguasaan. Dengan demikian, swasta tidak boleh melakukan penguasaan atas
sumber air atau sumber daya air tetapi hanya dapat melakukan pengusahaan dalam jumlah
atau alokasi tertentu saja sesuai dengan alokasi yang ditentukan dalam izin yang diberikan oleh
negara secara ketat.
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo

8 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan

A. Pasal 1 angka 4 : sumber-sumber air adalah tempat-tempat dan wadah-wadah air, baik yang
terdapat di atas, maupun di bawah permukaan tanah.
B. Pasal 3 ayat (2) : Hak menguasai oleh Negara tersebut dalam ayat (1) pasal ini memberi
wewenang kepada Pemerintah untuk :
c. Mengatur, mengesahkan dan atau memberi izin peruntukan, penggunaan, penyediaan air, dan
atau sumber-sumber air.
d. Mengatur, mengesahkan dan atau memberi izin pengusahaan air, dan atau sumber-sumber air.
C. Pasal 4 : Wewenang Pemerintah sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 Undang-undang ini, dapat
dilimpahkan kepada instansi-instansi Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah dan atau badan-
badan hukum tertentu yang syarat-syarat dan cara-caranya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo

9 Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya
Air
A. Pasal 1 angka 10 : Izin Pengusahaan Sumber Daya Air adalah izin untuk memperoleh dan/atau
mengambil Sumber Daya Air Permukaan untuk melakukan kegiatan usaha.
B. Pasal 13 ayat (1) : Pengusahaan Sumber Daya Air dapat dilakukan pada :
a. Titik atau lokasi tertentu pada Sumber Air.
b. Ruas tertentu pada Sumber Air
c. Bagian Tertentu pada Sumber Air
d. Satu wilayah Sungai secara menyeluruh
e. Mengatur, mengesahkan dan atau memberi izin pengusahaan air, dan atau sumber-sumber air.
C. Pasal 13 ayat (2) : Pengusahaan Sumber Daya Air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
huruf b dan huruf c dilakukan oleh :
d. Badan usaha swasta
D. Pasal 13 ayat (3) : Pengusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk :
a. Pengusahaan Sumber Daya Air sebagai media;
b. Pengusahaan Air dan daya Air sebagai materi baik berupa produk Air maupun berupa produk
bukan Air;
c. Pengusahaan Sumber Air sebagai media; dan/atau
d. Pengusahaan Air, Sumber Air, dan/atau daya Air sebagai media dan materi
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo

E. Pasal 13 ayat (4) : Pengusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c
dapat dilakukan oleh badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah di bidang
Pengelolaan Sumber Daya Air berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
F. Pasal 14 : Perizinan dalam Pengusahaan Sumber Daya Air meliputi :
a. Izin Pengusahaan Sumber Daya Air.
b. Izin Pengusahaan Air Tanah .
C. Pasal 18 ayat (1) : Permohonan Izin Pengusahaan Sumber Daya Air diajukan secara tertulis
kepada:
b. gubernur untuk kegiatan Pengusahaan Sumber Daya Air yang menggunakan Sumber Daya Air
pada Wilayah Sungai lintas kabupaten/kota;
D. Pasal 22 ayat (1) : Izin Pengusahaan Sumber Daya Air diberikan oleh :
b. gubernur untuk kegiatan Pengusahaan Sumber Daya Air yang menggunakan Sumber Daya Air
pada Wilayah Sungai lintas kabupaten/kota;
E. Pasal 24 ayat (1) : Izin Pengusahaan Sumber Daya Air diberikan untuk jangka waktu paling lama
10 (sepuluh) tahun
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo

10 Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2007 tentang Perizinan Pengambilan dan


Pemanfaatan Air Permukaan di Jawa Timur

A. Pasal 1 angka 3 : Dinas adalah Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur.
B. Pasal 1 angka 9 : Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah
C. Pasal 2 : Setiap orang atau badan dalam hal pengambilan dan pemanfaatan air permukaan harus
mendapatkan izin dari Gubernur
D. Pasa 5 ayat (1) : Dikecualikan terhadap izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah kegiatan
pengambilan dan pemanfaatan air yang penggunaannya tidak bersifat komersial.
E. Kegiatan pengambilan dan pemanfaatan air yang penggunaannya tidak bersifat komersial
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menanggulangi bahaya kebakaran ;
b. memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari ;
c. keperluan pertanian rakyat yang berada dalam sistem Irigasi
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 137 Tahun 2016, tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan
11 Terpadu

Perizinan di Bidang Kehutanan :


A. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK).
B. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Bukan Kayu (IUIPHHBK).
C. Perluasan Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK).
D. Perluasan Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Bukan Kayu (IUIPHHBK).
E. Pembaharuan Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK).
F. Surat Persetujuan Perubahan Komposisi dan Perubahan Penggunaan Mesin Produksi Utama Pada IUIPHHK.
G. Surat Persetujuan Perubahan Komposisi dan Perubahan Penggunaan Mesin Produksi Utama Pada IUIPHBHK.
H. Surat Pembatalan IUIPHHK.
I. Izin Hak Pengusahaan Pariwisata Alam.
J. Izin Usaha Pemanfaatan Air (IUPA).
K. Izin Usaha Pemanfaatan Energi Air (IUPEA).
L. Rekomendasi Dalam rangka PPKH.
M. Rekomendasi Dalam Rangka TMKH.
Hak dan Kewajiban Pemegang Izin Non Komersial

• Menyusun dan melaksanakan RKT (pemanfaatan air non komersial,


pelestarian alam dalam rangka menjaga Tahura, pengamanan
kawasan Tahura beserta potensinya, rehabilitasi kerusakan yang
ditimbulkan, menjaga kebersihan lingkungan).
• Menyampaikan laporan kegiatan pemanfaatan air setiap 6 bilan
sekali.
• Dilarang memindahtangankan izin tanpa persetujuan tertulis Kepala
Dinas Kehutanan Prov. Jatim.
• Dilarang menyelenggarakan kegiatan pemanfaatan air yang
bertentangan dengan prinsip konservasi, nilai-nilai agama, budaya,
kesusilaan dan atau ketertiban umum.
• Dilarang menjual air ke pihak lain.
Kewajiban Pemegang IUPA & IUPEA
• Membayar PPPA dan IPPPEA sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Membayar iuran PPPA dan PPPEA sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Melaksanakan keguatan usaha pemanfaatan secara nyata di lapangan
paling lambat sejak diterbitkan izin.
• Menjaga agar usaha pemanfaatan air atau energi air tidak menimbulkan
kerusakan kawasan konservasi dan ekosistemnya.
• Mematuhi peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan kawasan
konservasi dan pemanfaatan air atau energi air serta dapat bekerjasama
dengan UPT/UPTD yang membidangi kehutanan.
• Menjaga kebersihan lingkungan dan kelestarian alam.
• Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan kegiatan tahunan kepada
pemberi IUPA atau IUPEA.
Pengawasan, Evaluasi dan Pembinaan
• Pengawasan oleh UPT atau Kepala UPTD/SKPD yang membidangi
kehutanan sesuai dengan kewenangannya (pemeriksaan langsung
dilapangan, pemeriksaan kondisi sarana pemanfaatan dan pemeriksaan
laporan kegiatan usaha.
• Pengawasan dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam 6 bulan.
• Hasil pengawasan dilaporkan kepada Gubernur.
• Tindak lanjut sebagai bahan pengenaan sanksi administratif dan sanksi
pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Evaluasi sekurang-kurangnya 1 kali dalam 1 tahun.
• Pembinaan sekurang-kurangnya 1 kali dalam 1 tahun.
• Sanksi (peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan, pencabutan
izin pemanfaatan.
Kesimpulan

1. Pemanfaatan sumber daya air untuk kegiatan non komersial dan kegiatan
Kuasai
komersial di1 kawasan Tahura data potensi
R. Soerjo hanya dapat dilakukan setelah
mendapat izin.
2
2. Izin Pemanfaatan Air danPetakan
Energi sebarannya
Air NON KOMERSIAL di kawasan
Tahura R. Soerjo diberikan oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa
Timur. 3 Tetapkan areal Jasling & HHBK
3. Izin Usaha Pemanfaatan Air dan Energi Air KOMERSIAL di kawasan
Kawal terus
Tahura R. 4 Soerjo mulai dari
diberikan oleh awal – akhir /pasar
Gubernur Jawa Timur atas
pertimbangan teknis Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, Kepala
Dinas Pekerjaan Umum dan SDA Provinsi Jawa Timur (IUPA) dan Kepala
Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur (IUEPA).
4.Bersama-sama
5 menjaga kelestarian
Dukungan Taman
infrastruktur Hutan
kebijakan Raya Tahura
sebagai pewaris kepada anak cucu kita.
AKIBAT KERUSAKAN HUTAN

1. Perubahan Iklim
2. Kehilangan Berbagai Jenis Species
3. Terganggunya Siklus Air
4. Mengakibatkan Banjir dan Erosi Tanah
5. Mengakibatkan Kekeringan
6. Rusaknya Ekosistem Darat dan Laut
7. Menyebabkan Abrasi Pantai
8. Kerugian Ekonomi
9. Mempengarungi Kualitas Hidup
“Jangan Wariskan AIR MATA, Lebih Baik Wariskan MATA AIR”
&
“LESTARI HUTANKU SEJAHTERA MASYARAKATKU”

Anda mungkin juga menyukai