3
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT TAHURA R. SOERJO
4
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT TAHURA R. SOERJO
5
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT TAHURA R. SOERJO
6
FUNGSI HUTAN
(UU 41 Th 1999)
KONSERVASI
LINDUNG
PRODUKSI
Hutan Konservasi
Taman Buru
Taman Hutan Raya adalah KPA untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli
dan/atau bukan jenis asli, yang tidak invasif dan dimanfaatkan untuk
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi.
PEGAWAI UPT TAHURA R. SOERYO
PNS
52 ORANG
TOTAL
149 ORANG
PTT – PK
97 ORANG
(77 Pamhut)
Tugas :
melaksanakan sebagian tugas teknis Dinas Kehutanan di bidang konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya, serta tugas ketatausahaan dan pelayanan masyarakat.
Tugas :
a. penyusunan program pembangunan Tahura.
b. pelaksanaan pemangkuan, perlindungan, pengawetan, pelestarian dan
pemanfaatan kawasan Tahura serta ekosistemnya.
c. pelaksanaan promosi dan informasi potensi Tahura.
d. pelaksanaan pengamanan kawasan Tahura.
e. pelaksanaan pembinaan wisata alam kawasan Tahura.
f. pelaksanaan koordinasi dalam rangka pengembangan Tahura.
g. pelaksanaan ketatausahaan.
h. pelaksanaan pelayanan masyarakat, dan
i. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
PEMANFAATAN TAHURA
PP 28 Tahun 2011, pasal 36 (PP 108 Tahun 2015)
KPH Pasuruan
10.181,10 Ha
KPH Jombang
5.894,30 Ha
2.427.70 Ha
437,00 Ha
II I
4.287,00 Ha
(I + II)
KPH Malang
KPH Malang
9
SUMBER MATA AIR di TAHURA R. SOERJO
Kisaran Debit
No. Kabupaten / Kota Jumlah Sumber Air (buah)
(liter/detik)
6 Kabupaten Kediri - -
JUMLAH 163
Luas Kawasan dan Potensi Sumber Air TAHURA R. Soerjo
KETERANGAN :
PENGUNJUNG
NO TAHUN TOTAL
NUSANTARA MANCANEGARA ROMBONGAN
1 2012 1.385.255.000
2 2013 1.861.646.000
3 2014 1.822.651.000
4 2015 2.049.394.000
5 2016 2.991.487.000
JUMLAH 10.110.433.000
JUMLAH PERIZINAN
TAHUN 2016
2. Survey/observasi/penanaman : 10 buah
Pasal 7 : Hutan konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a terdiri dari :
a. kawasan hutan suaka alam,
b. kawasan hutan pelestarian alam, dan
c. taman buru
2 UU No. 5 Tahun 1990 ttg Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
Pasal 29 : Kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13 terdiri
dari:
a. Taman Nasional,
b. Taman Hutan Raya
c. Taman Wisata Alam
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo
3 PP No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan
Kawasan Pelestarian Alam (KPA), Yang Telah di Ubah Melalui PP 108 Tahun 2015.
A. Pasal 4 ayat (2) : Kawasan Pelestarian Alam (KPA) terdiri atas : taman nasional, taman hutan raya
dan taman wisata alam.
B. Pasal 19 ayat (1) : blok pengelolaan pada KSA dan KPA selain taman nasional meliputi : blok
perlindungan, blok pemanfaatan, dan blok lainnya.
C. Pasal 36 ayat (1) : Taman hutan raya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan : penyimpanan dan /atau
penyerapan karbon, pamanfaatan air, energi air, angin, panas matahari, panas bumi dan wisata
alam (poin d).
D. Pasal 38 ayat (2) : Pemanfaatan taman hutan raya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 hanya
dapat dilakukan setelah memperoleh izin dari gubernur atau bupati/walikota sesuai
kewenangannya atau pejabat yang ditunjuk.
E. Pasal 40 ayat (2) : Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan KSA dan KPA untuk penyimpanan
dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air, energi air, angin, panas matahari, panas bumi dan
wisata alam diatur dengan peraturan menteri
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo
Permenhut No.P.64/Menhut-II/2013 tentang Pemanfaatan Air dan Energi Air di
4 Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam
A. Pasal 6 : pemanfaatan air sebagai massa air dilakukan untuk kegiatan non komersial atau komersial.
B. Pasal 7 ayat (1) : Pemanfaatan air untuk kegiatan non komersial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
huruf a meliputi : pemanfaatan air untuk pemenuhan keperluan rumah tangga atau pemanfaatan air
untuk kepentingan sosial
C. Pasal 8 : pemanfaatan air untuk kegiatan komersial meliputi pemanfaatan untuk : air minum dalam
kemasan, perusahaan daerah air minum, menunjang kegiatan industri pertanian, kehutanan,
perkebunan, pariwisata dan industri lainnya.
D. Pasal 9 : volume air yang dapat dimanfaatkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 paling banyak 50
% dari debit air minimal di areal pemanfaatan sesuai hasil inventarisasi sumber daya air.
E. Pasal 15 ayat (1) : Pemanfaatan air dan energi air hanya dapat dilakukan setelah mendapat izin.
F. Pasal 15 ayat (5) : Izin Usaha Pemanfaatan Air (IUPA) dan Izin Usaha Pemanfaatan Energi Air
(IUPEA) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan berdasarkan skala usaha oleh :
c. Gubernur untuk skala usaha mikro, skala usaha kecil, skala usaha menengah dan skala usaha besar
di taman hutan raya.
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo
G. Pasal 17 ayat (2) : IUPA atau IUPEA diajukan oleh : badan usaha atau koperasi.
H. Pasal 18 Skala usaha pemanfaatan air atau energi air untuk kegiatan komersial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (5), dikelompokkan menjadi :
a. usaha skala mikro, untuk badan usaha yang memiliki modal paling banyak Rp.
50.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki
hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,-;
b. usaha skala kecil, untuk badan usaha yang memiliki modal lebih dari Rp.
50.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari Rp. 300.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,-;
c. usaha skala menengah, untuk badan usaha yang memiliki modal lebih dari
Rp.500.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,- tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp.
50.000.000.000,- ; dan
d. d. usaha skala besar, untuk badan usaha yang memiliki modal lebih dari
Rp.10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 50.000.000.000,-
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo
I. Tata cara dan persyaratan permohonan Izin Pemanfaatan Air (IPA) dan Izin
Pemanfaatan Energi Air (IPEA) NON KOMERSIAL :
1) Pasal 19 ayat (1) huruf b : Permohonan IPA dan IPEA diajukan secara tertulis
kepada : Kepala UPTD/SKPD yang membidangi kehutanan dengan tembusan
kepala dinas yang membidangi kehutanan, untuk TAHURA.
2) Pasal 20 ayat (1) : Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 ayat (1), paling lambat dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya
permohonan, Kepala UPT atau Kepala UPTD/SKPD yang membidangi kehutanan
sesuai kewenangannya melakukan penilaian atas persyaratan.
3) Pasal 20 ayat (3) : Dalam hal hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
sesuai dengan persyaratan, Kepala UPT atau Kepala UPTD/SKPD yang
membidangi kehutanan sesuai kewenangannya dalam waktu paling lambat 10
(sepuluh) hari kerja menerbitkan IPA atau IPEA .
Persyaratan Pengajuan IPA & IPEA
• Ketua Kelompok Masyarakat
KTP, rencana kegiatan pemanfaatan air dan energi air.
• Instansi Pemerintah
Profil instansi pemerintah, rencana kegiatan pemanfaatan air dan
energi air
• Lembaga Sosial
Akte pendirian lembaga sosial, NPWP, profil lembaga sosial, rencana
kegiatan pemanfaatan air dan energi air.
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo
J. Tata cara dan persyaratan permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Air (IUPA) dan Izin Usaha
Pemanfaatan Energi Air (IUPEA) KOMERSIAL Untuk Skala Mikro dan Usaha Skala Kecil :
1) Pasal 21 ayat (2) : Permohonan IUPA atau IUPEA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (5)
huruf c, untuk usaha skala mikro dan usaha skala kecil di taman hutan raya diajukan oleh pemohon
secara tertulis kepada Gubernur dengan tembusan kepada : Bupati/walikota, Direktur Jenderal,
Kepala UPTD/SKPD yang membidangi kehutanan, Kepala UPTD/SKPD yang membidangi sumber
daya air, untuk IUPA, dan Kepala UPTD/SKPD yang membidangi ketenagalistrikan, untuk IUPEA
2) Pasal 21 ayat (3) : Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilengkapi dengan
persyaratan administrasi dan teknis.
3) Pasal 21 ayat (4) : Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa pertimbangan
teknis dari :
b. Kepala UPTD/SKPD yang membidangi kehutanan setempat untuk taman hutan raya
c. Kepala UPTD/SKPD yang membidangi sumber daya air, untuk IUPA
d. Kepala UPTD/SKPD yang membidangi ketenagalistrikan, untuk IUEPA
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo
4) Pasal 23 ayat (1) : Berdasarkan permohonan dan persyaratan adminitrasi dan teknis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 telah diterima secara lengkap dan benar, paling lambat dalam
waktu 10 (sepuluh) hari kerja, Direktur Jenderal menugaskan Direktur atau Gubernur menugaskan
Kepala UPTD/SKPD yang membidangi kehutanan sesuai kewenangannya untuk melakukan penilaian
atas persyaratan.
5) Pasal 23 ayat (4) : Penilaian rencana pengusahaan pemanfaatan air atau energi air, dilakukan melalui
pembahasan dengan melibatkan instansi/para pihak terkait dan apabila dipandang perlu dapat
dilakukan peninjauan lapangan.
6) Pasal 24 ayat (1) : Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) apabila telah dipenuhi dan
diterima dengan lengkap dan benar dari pemohon, Direktur Jenderal atau Gubernur sesuai
kewenangannya dalam waktu 5 (lima) hari kerja menerbitkan Surat Perintah Pembayaran (SPP) Iuran
IUPA (SPP-IIUPA) atau Iuran IUPEA (SPP-IIUPEA).
7) Pasal 24 ayat (3) : Tata cara pembayaran dan besarnya tarif IIUPA atau IIUPEA diatur berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
8) Pasal 26 : Dalam hal pemohon telah melunasi SPP-IIUPA atau SPP-IIUPEA sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (2), Direktur Jenderal atau gubernur sesuai kewenangannya menerbitkan IUPA
atau IUPEA paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya pemenuhan kewajiban.
Persyaratan Administrasi
• Proposal usaha pemanfaatan air atau energi air
• Peta lokasi sumber mata air dan lokasi sarana prasarana yg dimohon
skala 1 : 25.000
• Profil perusahaan (akte pendirian, SIUP, jenis dan skala usaha
pemanfaatan air atau energi air yg akan dilakukan, NPWP, surat
keterangan kepemilikan modal dan referensi bank).
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo
K. Tata cara dan persyaratan permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Air (IUPA) dan Izin Usaha
Pemanfaatan Energi Air (IUPEA) KOMERSIAL Untuk Skala Menengah dan Besar :
1) Pasal 27 ayat (2) : Permohonan IUPA atau IUPEA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (5)
huruf c, untuk usaha skala menengah dan usaha skala besar di taman hutan raya diajukan oleh
pemohon secara tertulis kepada gubernur dengan tembusan kepada : Bupati/walikota, Direktur
Jenderal, Kepala UPTD/SKPD yang membidangi kehutanan, Kepala UPTD/SKPD yang
membidangi sumber daya air, untuk IUPA, dan Kepala UPTD/SKPD yang membidangi
ketenagalistrikan, untuk IUPEA
2) Pasal 27 ayat (3) : Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilengkapi dengan
persyaratan administrasi dan teknis.
3) Pasal 27 ayat (5) : Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa pertimbangan
teknis dari :
b. Kepala UPTD/SKPD yang membidangi kehutanan setempat untuk taman hutan raya
c. Kepala UPTD/SKPD yang membidangi sumber daya air, untuk IUPA
d. Kepala UPTD/SKPD yang membidangi ketenagalistrikan, untuk IUEPA
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo
4) Pasal 30 ayat (1) : Berdasarkan permohonan dan persyaratan adminitrasi dan teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 28 telah diterima secara lengkap dan benar,
paling lambat dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja, Gubernur menugaskan Kepala UPTD/SKPD
yang membidangi kehutanan untuk melakukan penilaian atas persyaratan.
5) Pasal 30 ayat (3) : Gubernur paling lambat dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya
hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b menerbitkan persetujuan prinsip
IUPA atau IUPEA
6) Pasal 31 ayat (2) : Penilaian rencana pengusahaan pemanfaatan air atau energi air, dilakukan
melalui pembahasan dengan melibatkan instansi/para pihak terkait dan apabila dipandang
perlu dapat dilakukan peninjauan lapangan.
7) Pasal 32 ayat (1) : Dalam hal kewajiban telah dipenuhi dan diterima dengan lengkap dan benar
dari pemohon, Direktur Jenderal atau Gubernur sesuai kewenangannya dalam waktu 10
(sepuluh) hari kerja menerbitkan Surat Perintah Pembayaran (SPP) Iuran IUPA (SPP-
IIUPA) atau Iuran IUPEA (SPP-IIUPEA).
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo
5 Perda Prov. Jatim No. 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan TAHURA R. Soerjo
A. Pasal 9 ayat (1) : Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan dan/atau tercemarnya sumber daya air di kawasan Tahura R. Soerjo .
B. Pasal 9 ayat (2) : Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berbentuk :
b. Melakukan pengambilan air tanpa izin
C. Pasal 14 ayat (1) : Kawasan Tahura R. Soerjo dapat dimanfaatkan untuk kegiatan :
d. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air, energi air, panas bumi dan angin
serta wisata alam
D. Pasal 17 : Pemanfaatan sumber daya air di Tahura R. Soerjo sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (2), dilakukan untuk kegiatan :
a. Non komersial
b. Komersial
E. Pasal 27 ayat (1) : Pemanfaatan sumber daya air untuk kegiatan non komersial dan kegiatan
komersial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 di kawasan Tahura R. Soerjo hanya dapat dilakukan
setelah mendapat izin.
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo
F. Pasal 27 ayat (2) : Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dalam bentuk :
a. izin pemanfaatan air; dan/atau
b. izin pemanfaatan energi air
G. Pasal 27 ayat (3) : Izin pemanfaatan air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diberikan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku setelah mendapat rekomendasi dari Kepala
Dinas
H. Pasal 27 ayat (4) : Izin pemanfaatan energi air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b di
berikan oleh Kepala Dinas
Persyaratan Administrasi
• Tidak mengubah bentang alam dan menghilangkan fungsi pokok kawasan hutan secara
permanen.
• Tidak menutup/menghilangkan jalur lintas tradisional masyarakat.
• Tidak memotong jalur lintas satwa liar.
• Menghindari penebangan pohon, apabila ditemui satu atau kelompok vegetasi yg dilindungi, agar
ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat/kelestarian fungsi setempat.
• Dilarang memasukan vegetasi asal luar kawasan untuk keperluan apapun.
• Kebutuhan vegetasi untuk pertamanan dipenuhi melalui proses budidaya setempat.
• Penempatan bangunan harus aman dari ancaman tanah longsor.
• Konstruksi bangunan harus aman dari banjir air sungai, gaya guling, gempa, gaya gesek,
rembesan, gempa dan gaya angkat air.
• Bahan atau material konstruksi diusahakan menggunakan material lokal di luar kawasan
konservasi atau disesuaikan dengan kondisi sekitar.
• Sarana dan prasarana serta fasilitas yang dibangun tidak berwarna mencolok.
• Merehabilitasi areal bekas gali urug.
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo
6 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kehutanan
A. Pasal 1 ayat (1) : Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian
Kehutanan meliputi penerimaan dari :
t. Iuran Usaha Pemanfaatan Air (IUPA) dalam Kawasan Hutan Konservasi
u. Iuran Usaha Pemanfaatan Energi Air (IUPEA) dalam Kawasan Hutan Konservasi
v. Pungutan Usaha Pemanfaatan Air (PUPA) dalam Kawasan Hutan Konservasi
w. Pungutan Usaha Pemanfaatan Energi Air (PUPEA) dalam Kawasan Hutan Konservasi
B. Pasal 1 ayat (2) : Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku
pada Kementerian Kehutanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
Peraturan Pemerintah ini.
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo
A. Pasal 1 angka 4 : sumber-sumber air adalah tempat-tempat dan wadah-wadah air, baik yang
terdapat di atas, maupun di bawah permukaan tanah.
B. Pasal 3 ayat (2) : Hak menguasai oleh Negara tersebut dalam ayat (1) pasal ini memberi
wewenang kepada Pemerintah untuk :
c. Mengatur, mengesahkan dan atau memberi izin peruntukan, penggunaan, penyediaan air, dan
atau sumber-sumber air.
d. Mengatur, mengesahkan dan atau memberi izin pengusahaan air, dan atau sumber-sumber air.
C. Pasal 4 : Wewenang Pemerintah sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 Undang-undang ini, dapat
dilimpahkan kepada instansi-instansi Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah dan atau badan-
badan hukum tertentu yang syarat-syarat dan cara-caranya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo
9 Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya
Air
A. Pasal 1 angka 10 : Izin Pengusahaan Sumber Daya Air adalah izin untuk memperoleh dan/atau
mengambil Sumber Daya Air Permukaan untuk melakukan kegiatan usaha.
B. Pasal 13 ayat (1) : Pengusahaan Sumber Daya Air dapat dilakukan pada :
a. Titik atau lokasi tertentu pada Sumber Air.
b. Ruas tertentu pada Sumber Air
c. Bagian Tertentu pada Sumber Air
d. Satu wilayah Sungai secara menyeluruh
e. Mengatur, mengesahkan dan atau memberi izin pengusahaan air, dan atau sumber-sumber air.
C. Pasal 13 ayat (2) : Pengusahaan Sumber Daya Air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
huruf b dan huruf c dilakukan oleh :
d. Badan usaha swasta
D. Pasal 13 ayat (3) : Pengusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk :
a. Pengusahaan Sumber Daya Air sebagai media;
b. Pengusahaan Air dan daya Air sebagai materi baik berupa produk Air maupun berupa produk
bukan Air;
c. Pengusahaan Sumber Air sebagai media; dan/atau
d. Pengusahaan Air, Sumber Air, dan/atau daya Air sebagai media dan materi
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo
E. Pasal 13 ayat (4) : Pengusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c
dapat dilakukan oleh badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah di bidang
Pengelolaan Sumber Daya Air berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
F. Pasal 14 : Perizinan dalam Pengusahaan Sumber Daya Air meliputi :
a. Izin Pengusahaan Sumber Daya Air.
b. Izin Pengusahaan Air Tanah .
C. Pasal 18 ayat (1) : Permohonan Izin Pengusahaan Sumber Daya Air diajukan secara tertulis
kepada:
b. gubernur untuk kegiatan Pengusahaan Sumber Daya Air yang menggunakan Sumber Daya Air
pada Wilayah Sungai lintas kabupaten/kota;
D. Pasal 22 ayat (1) : Izin Pengusahaan Sumber Daya Air diberikan oleh :
b. gubernur untuk kegiatan Pengusahaan Sumber Daya Air yang menggunakan Sumber Daya Air
pada Wilayah Sungai lintas kabupaten/kota;
E. Pasal 24 ayat (1) : Izin Pengusahaan Sumber Daya Air diberikan untuk jangka waktu paling lama
10 (sepuluh) tahun
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo
A. Pasal 1 angka 3 : Dinas adalah Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur.
B. Pasal 1 angka 9 : Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah
C. Pasal 2 : Setiap orang atau badan dalam hal pengambilan dan pemanfaatan air permukaan harus
mendapatkan izin dari Gubernur
D. Pasa 5 ayat (1) : Dikecualikan terhadap izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah kegiatan
pengambilan dan pemanfaatan air yang penggunaannya tidak bersifat komersial.
E. Kegiatan pengambilan dan pemanfaatan air yang penggunaannya tidak bersifat komersial
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menanggulangi bahaya kebakaran ;
b. memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari ;
c. keperluan pertanian rakyat yang berada dalam sistem Irigasi
Kajian Hukum Pemanfaatan Sumber Air TAHURA R. Soerjo
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 137 Tahun 2016, tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan
11 Terpadu
1. Pemanfaatan sumber daya air untuk kegiatan non komersial dan kegiatan
Kuasai
komersial di1 kawasan Tahura data potensi
R. Soerjo hanya dapat dilakukan setelah
mendapat izin.
2
2. Izin Pemanfaatan Air danPetakan
Energi sebarannya
Air NON KOMERSIAL di kawasan
Tahura R. Soerjo diberikan oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa
Timur. 3 Tetapkan areal Jasling & HHBK
3. Izin Usaha Pemanfaatan Air dan Energi Air KOMERSIAL di kawasan
Kawal terus
Tahura R. 4 Soerjo mulai dari
diberikan oleh awal – akhir /pasar
Gubernur Jawa Timur atas
pertimbangan teknis Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, Kepala
Dinas Pekerjaan Umum dan SDA Provinsi Jawa Timur (IUPA) dan Kepala
Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur (IUEPA).
4.Bersama-sama
5 menjaga kelestarian
Dukungan Taman
infrastruktur Hutan
kebijakan Raya Tahura
sebagai pewaris kepada anak cucu kita.
AKIBAT KERUSAKAN HUTAN
1. Perubahan Iklim
2. Kehilangan Berbagai Jenis Species
3. Terganggunya Siklus Air
4. Mengakibatkan Banjir dan Erosi Tanah
5. Mengakibatkan Kekeringan
6. Rusaknya Ekosistem Darat dan Laut
7. Menyebabkan Abrasi Pantai
8. Kerugian Ekonomi
9. Mempengarungi Kualitas Hidup
“Jangan Wariskan AIR MATA, Lebih Baik Wariskan MATA AIR”
&
“LESTARI HUTANKU SEJAHTERA MASYARAKATKU”